Analisa teknologi dan ekonomi dedieselisasi PLTD Merawang menjadi Pembangkit berbasis energi terbarukan di Pulau Bangka, Bangka Belitung
DOI:
https://doi.org/10.59141/comserva.v5i1.3119Keywords:
De-dieselisisasi, COE, Renewable energy, Pembangkit Hybrid, Economic AnalysisAbstract
PLTD Merawang di Pulau Bangka masih bergantung pada bahan bakar solar yang mahal, sehingga biaya operasional menjadi tinggi. Pemerintah Indonesia menginisiasi program dedieselisasi untuk mengganti atau meng-hybrid PLTD dengan pembangkit energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, guna menurunkan biaya energi (COE) dan emisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi konfigurasi pembangkit hybrid yang paling optimal dan ekonomis melalui simulasi skenario on-grid dan off-grid dengan berbagai proporsi energi terbarukan. Metode yang digunakan adalah simulasi kuantitatif berdasarkan data kebutuhan listrik, potensi energi terbarukan, dan biaya peralatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konfigurasi PLTS hybrid 75% dengan PLTD 25% pada sistem on-grid menghasilkan COE terendah sebesar 1659 rupiah/kWh, jauh di bawah COE PLTD saat ini dan standar provinsi Bangka Belitung. Skenario ini juga layak secara ekonomi dengan kriteria NPV yang memenuhi kriteria investasi. Sebaliknya, konfigurasi PLTB menghasilkan COE lebih tinggi karena variabilitas angin dan biaya teknologi yang mahal. Implikasi penelitian ini mendukung program dedieselisasi dengan rekomendasi konfigurasi hybrid berbasis PLTS sebagai solusi efisien dan ramah lingkungan untuk daerah kepulauan.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Arya Bima Aji Kusuma

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.