1)* Reza Perdana Kusuma, 2) Tiara Fatmarizka
Pengaruh Cryotherapy, Ultrasound dan Latihan Penguatan pada Post Rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament
Fase I: A Case Report
Description The patient is 31 years old with a history of falls in the past 3
years. The patient feels pain in the area around the incision, has not been
able to move the leg normally, the leg cannot be bent maximally, and the leg
feels heavy and sluggish. The patient comes to the clinic using an assistive
device (elbow crutches) with a non-weight bearing gait pattern. Results and
Discussion: The intervention patients were given in the form of cryotherapy,
ultrasound, and strengthening exercises in the form of Quadriceps Setting,
Hamstring Setting, For Way Hip Exercise, Qalm Shell Exercise, and Ankle
Theraband Exercise. The results showed a decrease in pain in the incision
and movement area, a decrease in edema, an increase in the range of
motion of the joint, and an increase in the strength of the muscles that move
the knee joint. The administration of cryotherapy, ultrasound, and
strengthening exercises have been shown to reduce pain, increase joint
range of motion, increase muscle strength, and reduce edema in patients
after phase 1 Anterior Cruciate Ligament (ACL) reconstruction.
Keywords : Ligamen Cruciate Anterior; Krioterapi; USG; Latihan
Penguatan.
PENDAHULUAN
Cedera anterior cruciate ligament (ACL) termasuk cedera yang sering terjadi terutama pada
atlet. Cedera ligamen pada sendi lutut terjadi pzaling banyak pada individu berusia antara 20 hingga
40 tahun; umumnya terjadi sebagai akibat dari cedera olahraga seperti sepak bola, basket, voli, senam,
dll. Robekan pada ACL menyebaban 64% cedera lutut dalam olahraga atletik. Cedera ini
mengakibatkan sebanyak 120.000-200.000 rekonstruksi ACL pertahunnya di Amerika Serikat. Cedera
pada ACL harus dipandang sebagai suatu kasus yang berpotensi serius karena stabilitas pasif sendi
akan dapat terganggu (Swords, 2018).
Anterior Cruciate Ligament (ACL) terdiri dari dua bagian yang berinsersio pada tulang tibia
yaitu anteromedial (AM) dan posterolateral (PL). ACL merupakan bagian ligamen pada lutut yang
mempunyai fungsi utama yaitu sebagai stabilisasi lutut dalam mencegah pergerakan tulang tibia
bergeser ke depan dan mengontrol gerakan saat rotasi lutut (Filbay & Grindem, 2019). Ruptur adalah
robeknya jaringan yang diakibatkan oleh trauma. Robekan pada Anterior Cruciate Ligament
disebabkan oleh trauma langsung maupun trauma tidak langsung pada lutut. Trauma langsung terjadi
karena benturan langsung pada lutut saat pergerakan lutut ke lateral atau ke anterior sehingga
menyebabkan robeknya ligamen. Trauma tidak langsung disebabkan karena pendaratan dalam
keadaan hiperektensi setelah melakukan lompatan bersamaan gerakan rotasi pada tekanan valgus
(Domnick et al., 2016).
Mekanisme cedera ACL diklasifikasikan sebagai kontak langsung, kontak tidaklangsung, dan
non-kontak di mana cedera non-kontak adalah yang paling umum dan disebabkan oleh kekuatan yang
dihasilkan dalam tubuh atlet. Gerakan seperti mendarat dari lompatan, berputar dan berubah arah
dengan cepat merupakan mekanisme umum terjadi nya rupture pada ACL (Rodriguez et al., 2021).
Robekan ACL lebih dari 50 % atau robekan total dapat menyebabkan ketidakstabilan sendi
lutut. Penilaian derajat cedera ACL dapat dilakukan berdasarkan robekan yang terjadi, yaitu ; Derajat
1: Robekan mikro pada ligamen. Umumnya tidak menimbulkan gejala ketidakstabilan dan dapat
kembali bermain setelah proses penyembuhan, Derajat 2: Robekan parsial dengan perdarahan. Terjadi
penurunan fungsi dan dapat menimbulkan gejala ketidakstabilan, Derajat 3: Robekan total dengan
gejala ketidakstabilan yang sangat bermakna. Terapi non-operatif dilakukan dengan menggunakan
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (217-225)
218
1)* Reza Perdana Kusuma, 2) Tiara Fatmarizka
Pengaruh Cryotherapy, Ultrasound dan Latihan Penguatan pada Post Rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament
Fase I: A Case Report
modalitas terapi seperti ultrasound dan diatermi, pemakaian brace lutut, serta program penguatan otot,
sedangkan terapi operatif dilakukan dengan metode rekonstruksi. .Rekonstruksi adalah metode
operatif untuk mengganti ligamen ACL dengan bahan yang lain (graft). Umumnya bahan tersebut
diambil dari tendon hamstring atau tendon patella pasien itu sendiri sehingga disebut autograft (Zein,
2013).
Kondisi pasca rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament (ACL) dapat menyebabkan terjadinya
permasalahan seperti nyeri, odema, penurunan lingkup gerak sendi dan penurunan kekuatan otot
(Thomas et al., 2016). Dibutuhkan waktu sekitar 6 bulan dalam 4 fase untuk mengembalikan aktivitas
normal dan performa atlet sebelum kembali ke olahraga. Pada fase I dilakukan dari hari pertama
operasi hingga dua sampai empat minggu pertama pasca rekonstruksi ACL (Paschos & Howell,
2016).
Penelitian tentang penerapan intervensi fisioterapi berupa cryotherapy, ultrasound, dan
strengthening exercise dapat memberikan rekomendasi dalam penanganan kasus pasca rekonstruksi
ACL pada aspek intensitas nyeri, peningkatan lingkup gerak sendi, kekuatan otot, dan kemampuan
fungsional pasien.
METODE
Pasien berusia 31 Tahun dengan riwayat jatuh pada tahun 3 tahun yang lalu pada saat bermain
futsal. Pasien terjatuh dalam posisi mendarat menumpu dengan satu kaki setelah melakukan gerakan
melompat. Tungkai sebelah kanan berputar dan terdengar bunyi dari sendi lutut. Setelah itu pasien tidak
berolahraga hanya melakukan aktivitas sehari-hari dan bekerja di kantor. Pasien merasakan nyeri lagi
pada 2020 dan memutuskan untuk melakukan MRI. Hasil MRI menyatakan ada robekan pada Anterior
Cruciate Ligament (ACL). Pasien melakukan operasi rekonstruksi ACL pada 3 minggu yang lalu.
Pasien merasakan nyeri pada area sekitar incisi, belum mampu menggerakkan tungkai dengan
normal, tungkai belum dapat ditekuk maksimal, dan tungkai terasa berat dan lemah. Pasien datang ke
klinik menggunakan alat bantu ( elbow crutches ) dengan pola jalan non-weight bearing. Hasil
pemeriksaan inspeksi statis terlihat bekas incisi pada sisi medial knee dan posterior knee, postur tubuh
pasien baik, dan tidak terdapat perbedaan warna pada kedua tungkai. Pada inspeksi dinamis, ekspresi
pasien menahan rasa nyeri pada gerakan fleksi hip, fleksi knee, dan ekstensi knee. Selanjutnya
pemeriksaan spesifik pada kasus cedera ACL/rupture ACL fisioterapi dapat memberikan test spesifik
Anterior Drawer Test . Test ini dilakukan dengan cara fisioterapi memberikan tarikan kearah depan untuk
merasakan apakah terdapat instabilitas pada sendi knee. Positif finding dari tes ini adalah ketikan terdapat
gerakan yang berlebihan pada sendi lutut saat tes dilakukan maka terjadi robekan atau permasalahan pada
ACL. Pemeriksaan ini dilakukan sebelum pasien melakukan operasi at au untuk mendiagnosis apakah
pasien tersebut mengalami cedera ACL. Pada pasien yang sudah melakukan operasi tes ini tidak perlu
dilakukan dan fisioterapi dapat melihat hasil MRI pada sendi lutut.
Penelitian ini menggunakan intervensi berupa cryotherapy atau kompres es untuk mengurangi
nyeri dan bengkak, penggunaan ultrasound untuk regenerasi jaringan dan memperbaiki jaringan yang
rusak, dan strengthening exercise untuk meningkatkan kekuatan otot pasca rekonstruksi Anterior
Cruciate Ligament (ACL). Intervensi ini diberikan dalam waktu 2 minggu 6 kali pertemuan. Sebelum
memulai latihan, diberikan cryotherapy/kompres es pada area lutut pasca rekonstruksi ACL. Intervensi ini
diberikan dalam waktu 15 menit.
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (217-225)
219
1)* Reza Perdana Kusuma, 2) Tiara Fatmarizka
Pengaruh Cryotherapy, Ultrasound dan Latihan Penguatan pada Post Rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament
Fase I: A Case Report
Pemberian ultrasound pada area lutut sekitar incisi pasca rekonstruksi ACL. Tujuan pemberian
ultrasound untuk memperbaiki jaringan seperti tendon, otot, dan jaringan lain, dan juga meningkatkan
aliran darah, dan mempercepat penyembuhan (Yu et al., 2010). Intervensi ultrasound dilakukan dalam
waktu 4 menit dengan frekuensi 3Mhz dan intensitas 1,3 W/cm 2 . Strengthening excrcise yaitu latihan
yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot pasca rekontruksi Anterior Cruciate Ligament (ACL)
secara isometrik dan isotonik melalui kontraksi otot. Latihan ini dapat mempercepat laju metebolisme,
peningkatan kepadatan tulang, membangun kembali jaringan otot yang hilang. Pasca operasi ACL
mengakibatkan melemahnya otot pada sendi lutut terutama pada kelompok otot quadriceps (Maralisa et
al., 2020) . Strengthening exercise yang dilakukan berupa Quadriceps Setting, Hamstring Setting, For
Way Hip Exercise, Qalm Shell Exercise , dan Ankle Theraband Exercise. Pemberian exercise secara aktif
dengan arahan fisioterapi. Pertama pasien diinstruksikan untuk melakukan latihan Quadriceps Setting,
dengan posisi pasien duduk bersandar dan tungkat lurus kedepan, diantara kedua tungkai dapat diletakkan
bola untuk menjaga aligment dari kedua tungkai agar tetap lurus. Pasien diinstruksikan untuk menekan
lutut kearah bawah, dilakukan sebanyak 10 pengulangan dan 3 set. Selanjutnya dilakukan latihan
Hamstring Setting , dengan posisi pasien duduk bersandar dengan flexi knee 90° lalu menekan tumit
kearah bawah dan ditarik kebelakang hingga otot hamstring berkontraksi.
Latihan For Way Hip Exercise dilakukan dengan posisi pasien supine lying kemudian pasien
diminta untuk melakukan gerakan flexi hip, ekstensi hip posisi prone lying , abduksi hip dengan posisi
side lying , dan adduksi hip dengan posisi side lying dengan arah berlawanan. Selanjutnya latihan Qalm
Shell Exercise dilakukan dengan posisi side lying kemudian fleksi knee 90°, tempatkan resistence band
pada paha lalu pasien diinstruksikan melakukan gerakan abduksi hip. Exercise yang terakhir berupa Ankle
Theraband Exercise. Latihan ini dilakukan secara aktif dan pasien, pasien diminta melakukan gerakan
dorsi flexi, plantar flexi, eversi, dan inversi secara bergantian dengan melawan tahanan pada theraband .
Tingkat nyeri dapat diukur menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Pada NRS terdiri dari
angka antara 0 hingga 10, dimana 0 menunjukkan tidak ada nyeri dan angka 10 menunjukkan rasa nyeri
maksimal. Pasien diinstruksikan untuk mengidentifikasi satu angka antara 0 hingga 10 yang merupakan
nilai tingkat nyeri yang pasien rasakan (Pathak et al., 2018). Kekuatan otot pada pasien pasca
rekonstruksi ACL dapat diukur menggunakan Manual Muscle Testing (MMT). MMT merupakan
serangkaian test untuk menentukan tingkatan kekuatan otot pasien berdasarkan grade tertentu pada setiap
regio tubuh. Pasien diinstruksikan untuk menggerakkan anggota tubuh tertentu yang akan dinilai oleh
fisioterapis. Intrepretasi grade pada MMT adalah Grade 0 diartikan tidak terdapat tonus otot, grade 1
diartikan gerakan ringan atau terdapatnya tonus otot, grade 2 diartikan pasien dapat melakukan gerakan
penuh atau sebagian dengan melawan gravitasi, grade 3 dapat melakukan gerakan full dan melawan
gravitasi namun tidak dapat melawan tahanan. Grade 4 diartikan pasien dapat melakukan gerakan dan
melawan tahanan minimal, dan grade 5 pasien dapat melakukan gerakan full dan melawan tahanan
maksimal (Ciesla et al., 2011).
Pengukuran oedema dilakukan menggunakan midline dengan titik awal pada tuberositas tibia
kemudian diukur 20 cm keatas dan kebawah, dan dibandingkan antara tungkai yang sehat dan tungkai
pasca rekonstruksi ACL. Pengukuran lingkup gerak sendi knee menggunakan goniometer. Goniometer
merupakan instrument pengukuran yang digunakan untuk pengukuran lingkup gerak sendi aktif maupun
pasif dari suatu regio tubuh. Goniometer dapat digunakan pada kasus musculoskeletal (Shamsi et al.,
2019).
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (217-225)
220
1)* Reza Perdana Kusuma, 2) Tiara Fatmarizka
Pengaruh Cryotherapy, Ultrasound dan Latihan Penguatan pada Post Rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament
Fase I: A Case Report
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penilaian dan evaluasi diberikan setelah diberikan intervensi fisioterapi. Evaluasi hasil
dilakukan bertujuan untuk mengetahui penurunan nyeri, lingkup gerak sendi, penurunan oedema, dan
kekuatan otot pasca rekonstruksi ACL setelah diberikan cryotherapy, ultrasound, dan strengthening
exercise. Pengukuran evaluasi nyeri dilakukan menggunakan numeric rating scale.
Nyeri pada Knee Sinistra
8
6
4
2
0
Nyeri Diam
Nyeri Tekan
Nyeri Gerak
T0
T1
T2
T3
Gambar 1. Grafik evaluasi penurunan nyeri
Nyeri pasca rekonstruksi ACL terjadi karena serabut saraf yang kecil mengirimkan stimulus
pada serabut saraf sensorik untuk dikirim ke otak sehingga menimbulkan nyeri yang menyebabkan
proses perbaikan area incisi terganggu. Pemberian modalitas fisioterapi berupa ultrasound pada setiap
sesinya dapat menurunkan nyeri pasca rekonstruksi ACL pada setiap sesi terapi. Berdasarkan hasil
pemeriksaan pada knee sinistra dengan menggunakan numeric rating scale (NRS), didapatkan hasil
penurunan nyeri pada saat diam pada T0 ke T1 yaitu dari nilai 3 menjadi 2 dengan kategori nyeri
ringan. Pada nyeri tekan pada area incisi terdapat penurunan nyeri pada T0 ke T1 dari nilai 5 menjadi
4 dan kemudian turun kembali dari T2 ke T3 dari 4 manjadi 3. Penurunan nyeri gerak T1 hingga T3,
penurunan nyeri juga dikarenakan bekas incisi yang telah mongering.
Dengan pemberian ultrasound menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga
meningkatkan suplai bahan makanan pada jaringan lunak dan juga terjadi peningkatan zat antibodi
yang mempermudah terjadinya perbaikan jaringan yang rusak. Disamping itu akibat dari efek panas
dan efek mekanik yang ditimbulkan oleh ultrasound menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan
secara fisiologis yang mengakibatkan terjadinya reaksi radang yang diikuti oleh terlepasnya “P”
subtance, prostaglandin, bradikinin dan histamin yang mengakibatkan terangsangya serabut saraf
bermyelin tipis sehingga timbul rasa nyeri. Namun dengan terangsangnya “P” substance tersebut
mengakibatkan proses induksi proliferasi akan lebih terpacu sehingga mempercepat terjadinya
penyembuhan jaringan yang mengalami cederab (Berasa et al., 2020).
Keluhan yang muncul pada pasien pasca rekonstruksi Anteror Cruciate Ligament antara lain
oedema yang disebabkan akibat luka pada incisi setelah operasi.
Tabel 1. Pengukuran oedema dengan meterline
Terapi Axis pengukuran Knee Dextra
Knee Sinistra Selisih
(Tuberositas
(cm)
(cm)
(cm)
Tibia) 20 cm ke
proximal dan ke
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (217-225)
221
1)* Reza Perdana Kusuma, 2) Tiara Fatmarizka
Pengaruh Cryotherapy, Ultrasound dan Latihan Penguatan pada Post Rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament
Fase I: A Case Report
distal
T0
20 cm
54
56
2
10 cm
44,5
48
3,5
0 cm
40
41
1
10 cm
35
36
1
20 cm
34,5
38
3,5
T3
20 cm
55
56
1
10 cm
46,5
48
2,5
0 cm
40,5
41
0,5
10 cm
35
36
1
20 cm
37
38
1
Pada hasil pengukuran oedema menggunakan meterline pasca operasi didapatkan hasil pada
titik 10 cm proximal dari axis terdapat penurunan oedema sebesar 1 cm, penurunan juga terjadi pada
titik axis 0 cm sebsar 0,5 cm, dan penurunan oedema terdapat pada titik 20 cm kea rah distal sebesar
2,5 cm. Penanganan fisioterapi untuk mengurangi bengkak dengan cryotherapy menggunakan
kompres es selama 15 menit pada bagian lutut yang mengalami oedema disebabkan karena masih
terdapat peradangan pada bagian lutut pasca rekonstruksi ACL. Pemberian kompres es dapat
menimbulkan rangsangan dingin pada jaringan kulit bersamaan dengan penurunanan metabolisme
jaringan yang dapat menimbulkan vasokontriksi lokal sehingga menyebabkan penurunan
terbentuknya cairan oedema dan produksi cairan limfe yang dapat melepasankan mediator inflamasi
melalui penurunan permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga terjadi penurunan oedema
(Waterman et al., 2012).
Pada pasien juga didapatkan penurunan lingkup gerak sendi dikarenakan adanya nyeri di area
incisi dan oedema pasca operasi rekonstruksi ACL. Pada hasil evaluasi didapatkan peningkatan
lingkup gerak sendi lutut pada knee dextra setelah diberikan intervensi berupa strengthening exercise.
Lingkup Gerak Sendi Knee Sinistra
150
100
50
0
Fleksi
Ekstensi
T0
T1
T2
T3
Gambar 2. Evaluasi lingkup gerak sendi dengan goniometer
Setelah diberikan strengthening exercise didapatkan hasil peningkatan lingkup gerak sendi pada
knee sinistra dari T0 ke T1 yaitu dari S: 0°-0°-70° menjadi S: 0°-0°-85°, pada T2 terjadi kenaikan
menjadi S: 0°-0°-100°, dan pada T3 menjadi S: 0°-0°-110°.
Peningkatan kekuatan otot didapatkan dari strengthening exercise berupa Quadriceps Setting,
Hamstring Setting, For Way Hip Exercise, Qalm Shell Exercise, dan Ankle Theraband Exercise.
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (217-225)
222
1)* Reza Perdana Kusuma, 2) Tiara Fatmarizka
Pengaruh Cryotherapy, Ultrasound dan Latihan Penguatan pada Post Rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament
Fase I: A Case Report
Fisioterapi memberikan Quadriceps Setting untuk meningkatkan kekuatan otot quadriceps, diberikan
Hamstring Setting untuk meningkatkan kekuatan otot hamstring, For Way Hip Exercise untuk
meningkatkan kekuatan otot Gluteus, dan Ankle Theraband Exercise untuk meningkatkan otot ankle.
Kekuatan otot Knee Sinistra
6
4
2
0
Fleksi
Ekstensi
T0
T1
T2
T3
Gambar 3. Evaluasi pengukuran kekuatan otot dengan MMT
Hasil pengukuran kekuatan otot menggunakan MMT. Didapatkan hasil peningkatan kekuatan
otot penggerak gerakan fleksi pada T1 ke T2 dari nilai 3 menjadi 4, peningkatan kekuatan otot juga
didapatkan pada otot penggerak ekstensi, dengan hasil yang sama, yaitu dari nilai 3 menjadi 4. Pasca
rekonstruksi ACL akan menyebabkan penurunana kekuatan otot, pemberian terapi latihan berupa
stengthening exercise dengan prinsip mengaktivasi dan mengkontraksikan otot menyebabkan
peningkatkan kekuatan otot anggota gerak bawah di sekitar area cedera yang sebelumnya tidak aktif
atau melemah pasca rekonstruksi khususnya pada kelompok otot quadriceps yang menyebabkan
ketidakstabilan fungsional dan perubahan fisiologis seperti hilangnya umpan balik dari
mekanoreseptor Anterior Cruciate Ligament, atrofi serat otot dan defisit aktivasi nerve. Latihan
strengthening sedini mungkin dilakukan pasca rekonstruksi ACL. Latihan strengthening mengaktifkan
kerja otot dan memperlancar metabolisme sehingga dapat memperlancar aliran darah dengan
membawa nutrisi ke seluruh tubuh. Tentunya hal ini termasuk ke otot sehingga beregenerasi dengan
sempurna. Terpenuhi kebutuhan energi pada otot mampu meningkatkan kekuatan otot di sekitar sendi
lutut. Hal ini dapat melatih kelompok otot quadriceps dan otot di sekitar sendi lutut yang mengalami
kelemahan paska rekonstruksi ACL (Faxon et al., 2018).
SIMPULAN
Penelitian yang dilakukan kepada pasien dengan diagnosa medis paska rekonstruksi Anterior
Cruciate Ligament (ACL) di Klinik Universitas Esa Unggul Jakarta didapatkan perbaikan yang
signifikan. Pemberian program fisioterapi berupa cryotherapy, ultrasound dan strengthening exercise
yang dilakukan 3 kali sesi terapi didapatkan hasil berupa nyeri yang mengalami penurunan, adanya
penurunan oedema, peningkatan pada lingkup gerak sendi dan meningkatnya kekuatan otot pada
pasien pasca ACL rekonstruksi pada fase 1.
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (217-225)
223
1)* Reza Perdana Kusuma, 2) Tiara Fatmarizka
Pengaruh Cryotherapy, Ultrasound dan Latihan Penguatan pada Post Rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament
Fase I: A Case Report
DAFTAR PUSTAKA
Berasa, S. M., Berampu, S., Siahaan, T., & Zannah, M. (2020). Pengaruh Pemberian Ischemic
Compression Dan Contractrelax Stretching Terhadap Intensitas Nyeri Myofascial Trigger Point
Syndrome Otot Upper Trapezius. Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF) , 2 (2), 130–138.
Ciesla, N., Dinglas, V., Fan, E., Kho, M., Kuramoto, J., & Needham, D. (2011). Manual muscle
testing: A method of measuring extremity muscle strength applied to critically III patients.
Journal of Visualized Experiments , 50 , 2–6. https://doi.org/10.3791/2632
Domnick, C., Raschke, M. J., & Herbort, M. (2016). Biomechanics of the anterior cruciate ligament:
Physiology, rupture and reconstruction techniques. World Journal of Orthopedics , 7 (2), 82.
Faxon, J. L., Sanni, A. A., & McCully, K. K. (2018). Hamstrings and quadriceps muscles function in
subjects with prior ACL reconstruction surgery. Journal of Functional Morphology and
Kinesiology , 3 (4), 56. https://doi.org/10.3390/jfmk3040056
Filbay, S. R., & Grindem, H. (2019). Evidence-based recommendations for the management of
anterior cruciate ligament (ACL) rupture. Best Practice & Research Clinical Rheumatology ,
33 (1), 33–47. https://doi.org/10.1016/j.berh.2019.01.018
Maralisa, A. D., Lesmana, S. I., Fisioterapi, D., Fisioterapi, F., Unggul, U. E., Graft, H., Knee, I., &
Indonesian Journal of Physiotherapy Research and Education , 1 (1), 4–17.
Paschos, N. K., & Howell, S. M. (2016). Anterior cruciate ligament reconstruction: Principles of
treatment. EFORT Open Reviews , 1 (11), 398–408. https://doi.org/10.1302/2058-5241.1.160032
Pathak, A., Sharma, S., & Jensen, M. P. (2018). The utility and validity of pain intensity rating scales
for
use
in
developing
countries.
Pain
Reports ,
3 (5).
Rodriguez, K., Soni, M., Joshi, P. K., Patel, S. C., Shreya, D., Zamora, D. I., Patel, G. S., Grossmann,
I., & Sange, I. (2021). Anterior Cruciate Ligament Injury: Conservative Versus Surgical
Treatment. Cureus , 13 (12). https://doi.org/10.7759/cureus.20206
Shamsi, M. B., Mirzaei, M., & Khabiri, S. S. (2019). Universal goniometer and electrogoniometer
intra-examiner reliability in measuring the knee range of motion during active knee extension
test in patients with chronic low back pain with short hamstring muscle. BMC Sports Science,
Medicine and Rehabilitation , 11 (1), 1–5. https://doi.org/10.1186/s13102-019-0116-x
Swords, M. (2018). Symposium-hindfoot and ankle trauma. Indian , 52 , 161–169.
Thomas, A. C., Wojtys, E. M., Brandon, C., & Palmieri-Smith, R. M. (2016). Muscle atrophy
Science and Medicine in Sport , 19 (1), 7–11.
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (217-225)
224