Fidiyah Sari
Stimulasi Multiple Intelligence Pada Anak Dengan Loose Part
something that sticks to them so that the time that can actually be used to
develop their intelligence is distracted just to sit still enjoying the game treats
available on their gadgets. Because of these problems, the author is
interested in conducting research to discuss and solve these problems.this
research uses qualitative methods with several data collection techniques,
including observation, interviews, and documentation. From the emphasis of
the research process, the researchers found the results of the study that in
this era the important role of adults to become educators for children
because they belong to the golden age, which is the period when the
stimulation of every aspect of development affects the next growth of
children. This means adults are expected to be educators who play a role in
developing multiple intelligences in children. In the point of view of multiple
intelligece believes that, everyone has a variety of intelligences but the more
dominant is only one intelligence, while the other is a supporter of that
intelligence. These multiple intelligences must be present in the child because
it is important for the child to know the most outstanding potential to build
their personal branding. The nine multiple intelligeces include musical,
kinesthetic, interpersonal, linguistic, mathematical, naturalist, intrapersonal,
and existential, religious. Stimulating multiple intelligece children do not
have to use new, expensive, or luxurious learning tools, because loose parts
which are game materials that can be moved, combined, and redesigned in
various ways using simple materials that are commonly found in the
environment around children will be more fun and effective to support the
educational process.
Keywords : Stimulation; Multiple Intelligence; Loose Part
PENDAHULUAN
Pemahaman orangtua terhadap cara memberikan stimulasi untuk anak sebagian masih belum
memadai, karena orangtua lebih menekankan pada pentingnya kecerdasan logika-matematika pada
anak, dan cenderung mengabaikan kecerdasan lain, sehingga sangat memungkinkan terjadinya
problem perkembangan pada anak. Padahal kondisi emosi anak sangat terkait dengan nilai dan budaya
yang ada disekitarnya. Karena faktor nilai dan budaya merupakan hal yang ikut menentukan orientasi
pendidikan untuk anak dan mempengaruhi penentuan standar perilaku serta cara mendidik anak.
Selain orangtua kurang memahami akan pentingnya macam-macam kecerdasan pada anak, mereka
juga menyajikan gadget selama 24 jam kepada anak tanpa membatasi waktu dalam penggunaannya.
Hal itu menjadi dasar alasan orangtua karena mereka tidak dapat terus menerus membelikan mainan
untuk anaknya dan agar anaknya diam di rumah sehingga orangtua bisa bekerja. Hal seperti itulah
yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Masa anak merupakan “golden age period”,
artinya merupakan masa emas untuk seluruh aspek perkembangan manusia. Selain itu dalam masa ini
juga masa yang tepat untuk menstimulasi multiple intelligence (kecerdasan jamak) anak-anak karena
sangat penting untuk membangun personal branding mereka.
Semua orang yang sedang membentuk jati dirinya dalam minat dan bakat pun dapat melakukan
branding terhadap dirinya. Setiap orang akan dinilai oleh orang lain baik dari segi penampilan fisik,
karakter, maupun kepribadiannya, dan hal-hal tersebut yang melekat pada individu yang akhirnya
digunakan oleh orang lain mencap bagaimana diri orang tersebut. Maka dari itu sangat perlu bagi
orangtua mempersiapkan anak-anaknya untuk mempunyai personal branding atau merek diri yang
positif saat dewasa nanti. Dengan seperti itu multiple intelligence (kecerdasan jamak) harus di
stimulasi dengan seimbang agar mampu menjadi bekal untuk kehidupan anak.
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (331-345)
332
Fidiyah Sari
Stimulasi Multiple Intelligence Pada Anak Dengan Loose Part
Stimulasi kepada anak dilakukan melalui belajar sambil bermain tentang berbagai hal yang
bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan yang telah dimilikinya sejak lahir maupun
kemampuan yang akan ia gali ketika telah terstimulasi secara baik. Stimulasi dengan permainan akan
menjadi hal yang menyenangkan bagi anak-anak sehingga mereka berusaha menyelidiki dan
mendapatkan pengalaman yang kaya. Setiap anak memiliki insting untuk bermain karena menjadi
kebutuhan mereka dalam beraktivitas menggunakan pola tertentu yang sangat membantu proses
tumbuh kembangnya. Proses tersebut tidak hanya menyangkut pertumbuhan fisik motoriknya saja,
tetapi juga berkaitan dengan perkembangan yang ia bawa sejak lahir yaitu kematangan sosial,
emosional, dan mental. Selain itu juga dapat mengembangkan kecerdasan-kecerdasannya yang bisa ia
pelajari.
Kecerdasan anak tidak hanya ditentukan oleh banyaknya skor yang ia dapatkan dari tes
inteligensi, karena hal itu hanya mengukur kemampuan anak dalam bidang verbal linguistik dan logis
matematis, serta hasil berupa skor tersebut tidak memadai untuk menentukan cerdas tidaknya anak
secara pasti dan berkelanjutan. Oleh karena itu, untuk membantu stimulasi anak dalam
mengembangkan kecerdasannya dapat menggunakan media loose parts yang mana setiap anak bisa
menggunakan material bebas dari apa saja yang dapat mereka mainkan sehingga muncul rasa ingin
tahu dan ketertarikan pada hal-hal baru yang memungkinkan anak melakukan kegiatan main tanpa
batas dalam mengembangkan kecerdasannya. Pemanfaat media loose parts menggunakan benda alam,
benda daur ulang, dan benda yang ada di sekitarnya memberikan kesempatan untuk mereka dalam
membuat koneksi-koneksi yang menghasilkan karya nyata. Hal tersebut dibuktikan oleh beberapa
peneliti yang telah melakukan penelitian sebelumnya terkait penggunaan media Loose Parts,
diantaranya sebagai berikut: 1.) Artikel Sheryl Smith dan Gilman dengan judul “The Arts, Loose
Parts and Conversations”. Terbit di Journal Of The Canadian Association For Curriculum Studies.
Sheryl Smith dan Gilman ini memaparkan terkait antara seni, Loose Parts, dan percakapan. Loose
Parts dipercaya dapat mengaktifkan berbagai keterampilan pada anak (Smith-Gilman, 2018). Dan 2.)
Artikel Siskawati dan Herawati dengan judul “Efektivitas Media Loose Parts di PAUD
Kelompok A Pada Masa Belaja Di Rumah”. Terbit di Journal Pendidikan Luar Sekolah.
Artikel tersebut memaparkan bahwa penggunaan media loose parts dirancang untuk
membantu orangtua dalam menemani pembelajaran anak di rumah pada masa pandemi
(Siskawati & Herawati, 2021).
METODE
A. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan beberapa pengumpulan data antara lain :
1. Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kecerdasan setiap anak dan cara mengembangkannya
melalui stimulasi loose part.
2. Wawancara
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh berbagai informasi mengenai stimulasi multiple
intelligence anak dengan loose part yang telah dikembangkan sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki.
Untuk itu kami melakukan wawancara dengan Ibu Nurul sebagai salah satu masyarakat Kradenan
Kota Pekalongan yang mempunyai problematika tentang anak usia dini.
3. Dokumentasi
Penelitian ini didokumentasikan berupa foto kegiatan yang dilakukan.
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (331-345)
333
Fidiyah Sari
Stimulasi Multiple Intelligence Pada Anak Dengan Loose Part
B. Cara Pengolahan Data
Cara pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa triangulasi sumber data yaitu
menggali informasi yang terkait melalui berbagai metode dan sumber perolehan data seperti
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
C. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa deskriptif yaitu menyajikan
data yang diperoleh dengan menggambarkannya, sehingga dapat berguna dalam mengembangkan
teori yang telah ada. Suatu penelitian pengembangan ini akan digambarkan sebagai berikut:
Kurang
Peneliti
Metode yang
menstimulasi
Tanpa Tindakan
digunakan bersifat
Multiple
konvensional
Intelligencesi anak
Proses
Pembelajaran
Diduga dapat
Peneliti dengan
Pelaksanaan tindakan
menstimulasi
tindakan
dengan menerapkan
Multiple
Loose Part
Intelligencesi anak
\
Gambar 1. Tabel langkah-langkah teknik analisis data
D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan di desa Kradenan, Kec. Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan Jawa
Tengah. Penelitian ini dilaksanakan 07-20 Desember 2020 dengan subjek penelitian yaitu anak-anak
di desa Kradenan yang berjumlah 16 anak, terdiri dari 5 anak laki-laki dan 11 anak perempuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Implementasi dalam Menstimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Memiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan setiap orang tua. Untuk
mewujudkannya tentu saja orang tua harus selalu memperhatikan, mengawasi, dan merawat anak
secara seksama. Proses tumbuh kembang anak dapat berlangsung secara alamiah, tetapi proses
tersebut sangat tergantung kepada orang dewasa atau orang tua. Periode penting dalam tumbuh
kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan
berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan
merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian
juga dibentuk pada masa ini. Pada masa periode kritis ini, diperlukan rangsangan atau stimulasi yang
berguna agar potensinya berkembang. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi diusahakan
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (331-345)
334
Fidiyah Sari
Stimulasi Multiple Intelligence Pada Anak Dengan Loose Part
sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih dalam
kandungan.
Untuk bisa merawat dan membesarkan anak secara maksimal tentu kita perlu mengetahui
banyak hal yang berkaitan dengan anak itu sendiri, yang pada gilirannya akan menjadi bekal yang
sangat berharga bagi kita dalam merawat dan membesarkan buah hati kita. Istilah tumbuh kembang
sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram)
dan ukuran panjang (cm, meter), sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai
hasil berinteraksi dengan lingkungannya.
Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri
sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan (golden age)
dimana stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan
selanjutnya (Trianto, 2016).
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu:
1. Faktor genetik Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut. Kemampuan anak
merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang tuanya.
2. Faktor lingkungan Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu berada. Dalam hal
ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang sejak
dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang baik akan menunjang tumbuh kembang anak,
sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat tumbuh kembangnya.
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum dibagi menjadi 3 kebutuhan
dasar yaitu:
1. Kebutuhan fisik-biomedis (”ASUH”) Meliputi: - pangan/gizi - perawatan kesehatan dasar:
imunisasi, pemberian ASI, penimbangan yang teratur, pengobatan - pemukiman yang layak -
kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan 3 - pakaian - rekreasi, kesegaran jasmani
2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (”ASIH”) Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan
yang erat dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental,
atau psikososial.
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (”ASAH”) Stimulasi mental mengembangkan perkembangan
kecerdasan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan
sebagainya. Anak yang mendapat ASUH, ASIH, dan ASAH yang memadai akan mengalami
tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya.
Diagram Proses Tumbuh Kembang Anak
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (331-345)
335
Fidiyah Sari
Stimulasi Multiple Intelligence Pada Anak Dengan Loose Part
Gambar 2. Diagram Proses Tumbuh Kembang Anak
Berdasarkan diagram tersebut maka dapat dikatakan bahwa kemampuan dan tumbuh kembang
anak perlu dirangsang oleh orang tua dan orang-orang di sekitar anak agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara,
pendengaran, perabaan) yang datang dari lingkungan anak.
Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak
yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang
bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi visual
(penglihatan), verbal (bicara), auditif (pendengaran), taktil (sentuhan) dll dapat mengoptimalkan
perkembangan anak. Maka dengan stimulasi tersebut anak akan mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal dan mencapai keseimbangan dalam memupuk multiple intellegences
(kecerdasan jamak) yang dimiliki setiap anak.
B. Multiple Intellegences (Kecerdasan Jamak)
1. Pengertian Multiple Intellegences (Kecerdasan Jamak)
a. Howard Gardner menjelaskan tentang Multiple Intellegences (kecerdasan jamak) adalah sebuah
penilaian yang dilihat secara deskriptif tentang cara individu menggunakan kecerdasannya guna
memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu (Sujiono & Sujiono, 2010).
b. Feeltham menjelaskan tentang Multiple Intellegences (kecerdasan jamak) adalah berbagai
keterampilan dan bakat yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan berbagai persoalan didalam
pembelajaran.
c. Piaget tahun 1959 mendefinisikan intelegensi merupakan penyesuaian mental dari diri
seseorang terhadap situasi atau kondisi baru (Nana, 2005).
2. Macam-macam Multiple Intellegences (Kecerdasan Jamak)
a. Kecerdasan Linguistik
Menurut Campbell, Campbell dan Dickinson menjelaskan mengenai tujuan dari
pengembangan kecerdasan linguistik adalah agar anak memiliki kemampuan komunikasi dan
bahasa untuk meyakinkan orang lain melalui penjelasan baik secara lisan maupun tulisan, serta
mampu mengingat dan menghafal informasi. (Campbell et al., 2002)
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (331-345)
336
Fidiyah Sari
Stimulasi Multiple Intelligence Pada Anak Dengan Loose Part
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan seseorang
dalam menggunakan kata untuk menyusun bahasa agar dapat berkomunikasi dengan orang lain
sehingga mampu berargumentasi, menghibur atau mengajar dengan efektif serta meyakinkan
orang lain melalui kata-kata yang diucapkannya.
b. Kecerdasan Logika Matematika
Amstrong menjelaskan bahwa kecerdasan logis matematis adalah kecerdasan dalam
mengolah angka dan kemampuan menggunakan logika atau akal sehat. Tujuan dari
pengembangan kecerdasan logika matematika adalah mampu mengenal bilangan, pengukuran,
peluang, statistika, beberapa pola, geometri, pemecahan masalah, serta games strategi.
c. Kecerdasan Visual Spasial
Kecerdasan Visual Spasial menurut Amstrong adalah kemampuan seseorang dalam
memvisualisasikan gambar di dalam pikiran guna memecahkan masalah atau menemukan
jawaban.
d. Kecerdasan Kinetetik
Kecerdasan Kinestetik menurut Robert McKim dalam bukunya yang berjudul
“Experiences in Visual Thinking” adalah kecerdasan yang mampu digali dengan pendidikan
fisik dan memanfaatkan segala situasi untuk membantu menimbulkan rasa milik seluruh
ruangan agar lebih bergairah, dinamis dan mengesankan untuk mencapai gerak yang maksimal
(Campbell et al., 2002).
e. Kecerdasan Musikal
Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan musikal merupakan kemampuan untuk
mendengarkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk-bentuk msuik dan suara, serta peka
terhadap melodi, intonasi, dan ritme. Selain itu juga memiliki kemampuan dalam memainkan
serta menikmati alat musik, menyanyi maupun menciptakan lagu (Suparno, 2004).
f. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan Interpersonal menurut Anna Craft adalah suatu kemampuan dalam
memahami dan berhubungan dengan orang lain (Craft, 2004). Selain itu kecerdasan ini terlihat
pada kegembiraan dan kesenangan dalam berteman maupun beraktivitas social (Amir, 2013).
g. Kecerdasan Intrapersonal
Kristanto menjelaskan bahwa orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal memiliki
hubungan dengan kesadaran dan pengetahuan akan dirinya dan memahami kekuatan dan
kelemahan, serta dapat memotivasi dirinya (Kristanto, 2009). Sehingga dia akan memiliki rasa
percaya diri dan tidak bergantung pada orang lain.
h. Kecerdasan Naturalis
Armstrong menjelaskan kecerdasan naturalis berkaitan dengan kecintaan pada alam dan
melakukan hiking atau mengumpulkan bebatuan atau bunga (Awwaliyah, 2018).
i. Kecerdasan Spiritual
Zohar dan Marshall berpendapat bahwa kecerdasan spiritual bertumpu pada diri yang
berhubungan dengan kearifan lokal diluar jiwa sadar (ego) (Sabiq, 2012). Kecerdasan ini
menjadikan manusia menolong orang tanpa pamrih maupun melihat seseorang tanpa
perbedaan. Jadi, kecerdasan spiritual mengartikan kebahagiaan melalui perilaku prososial.
C. Loose Part
Orang dewasa menata invitasi dari bahan lepasan di beberapa tempat, bahkan ada yang di luar
kelas atau di area terbuka (outdoor) sebelum kegiatan pembelajaran. Anak dapat mengeksplorasi
maupun memanipulasi inivitasi baru atau melanjutkan proyek yang sudah dibuat dengan
menambahkan dari materi invitasi atau dari media yang tersedia di atelier.
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (331-345)
337
Fidiyah Sari
Stimulasi Multiple Intelligence Pada Anak Dengan Loose Part
Penelitian Wahyuni menjelaskan peran loose parts sebagai media yang menyebabkan anak
menjadi biasa berpikir secara kreatif dan kritis untuk dapat menyajikan produk yang terbaik
(Wahyuningsih et al., 2019). Pada saat anak bermain, tak jarang terjadi interaksi yang berkembang
untuk mewujudkan proyek yang disepakati bersama. Bahan lepasan menjadi media anak
menunjukkan perilaku sosialnya, baik yang bisa diterima atau menimbulkan ancaman konflik saat
bermain bersama. Bahan lepasan atau loose parts merupakan semua bentuk benda yang dapat
dimainkan, diteliti dan dimanipulasi anak yang diperoleh dari lingkungan di sekitarnya. Sedangkan
Haughey menyatakan bahan lepasan sebagai bahan yang terbuka, dapat dipisahkan namun dapat pula
dikombinasikan dengan materi lain, dapat dipindahkan, dijajarkan atau digabungkan dengan materi
lain (Siantajani, 2020). Pengembangan kreativitas yang dilakukan dengan bermain loose parts
dilakukan oleh Muqowim & (Imamah & Muqowim, 2020) menegaskan bahwa “Kreativitas
terstimulasi dengan tepat melalui bermain ini karena guru menjadi fasilitator dalam menstimulasi dan
mendorong perkembangan kreativitas anak, yang akan melahirkan sebuah gagasan, proses serta
adanya produk yang bisa jadi modifikasi atau baru karena memanfaatkan imajinasi yang fleksibel”.
Gambar 3. Piramida Loose Parts
Tahap pertama merupakan tahap eksplorasi. Pada tahap ini anak menjelajahi benda-benda yang
ada disekitarnya. Saat anak berada pada tahap eksplorasi, guru memegang peran tahap edukasi untuk
mengenalkan strategi bermain, beres-beres dan menyimpan barang. Yuliati Siantajani memaparkan
bahwa tahap eksplorasi adalah tahap dimana anak mulai berkenalan dengan Loose Parts, sehingga
untuk memenuhi rasa ingin tahunya, anak menjelajahi benda-benda berbagai tekstur, warna, bentuk
dan ukuran (Siantajani, 2020). Tahap kedua merupakan tahap anak melakukan uji coba membuat
sesuatu berdasarkan ide yang dimilikinya atau disebut dengan tahap eksperimen. Pada tahap ini, guru
berperan melakukan invitasi dan provokasi atau disebut tahap ekspansi. Yuliati Siantajani
memaparkan bahwa setelah anak selesai dengan tahapan eksplorasi, anak mulai melakukan uji coba
membuat sesuatu sebagaimana ide yang muncul dari dalam anak. Imajinasi anak berkembang dalam
tahap ini. Sedangkan guru memperluas ide-ide anak yang telah mampu bereksperimen dengan
berbagai Loose Parts dan memberikan invitasi serta provokasi. Tahap ketiga yaitu tahap kreatif yang
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (331-345)
338
Fidiyah Sari
Stimulasi Multiple Intelligence Pada Anak Dengan Loose Part
mana anak membuat atau merancang berbagai produk kreatif. Peran guru sampai pada tahap
perkembangan, yaitu tahap guru dokumentasi dan penilaian dari kegiatan yang anak lakukan. Bagian
teratas atau tahap terakhir yang ditunjukkan piramida Loose Parts adalah membangun makna dan
tujuan bermain yang mana tujuan guru dalam memfasilitasi anak telah tercapai dan anak dapat
memaknai dunia disekelilingnya melalui permainan. Tahap ini merupakan tahap kemampuan tertinggi
yang dicapai oleh anak dan peran tertinggi guru. Guru dapat menyaksikan kemajuan perkembangan
anak, di mana anak dapat memaknai dunia sekelilingnya melalui permainan mereka. Tujuan bermain
telah tercapai yang artinya tujuan guru dalam memfasilitasi anak untuk berkembang secara maksimal
juga telah tercapai. Tahapan-tahapan tersebut terus berputar membentuk siklus pembelajaran Loose
Parts. Siklus tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4. Siklus Bermain Loose Parts
Pada tahap satu, saat anak melakukan eksplorasi, guru berperan memberikan edukasi
untuk mengenalkan strategi bermain, beres-beres dan menyimpan mainan kepada anak.
Untuk mengenalkan strategi bermain kepada anak, dapat dilakukan dengan cara berikut:
1. Kenalkan satu jenis benda dalam jumlah yang terbatas. Seiring waktu, tambahkan
beberapa Loose Parts.
2. Taruh dalam tempat yang menarik anak.
3. Bangun rasa ingin tahu anak.
4. Izinkan anak untuk bereksplorasi.
5. Minta anak untuk menunjukkan atau mengeluarkan imajinasinya.
6. Hargai apapun yang anak buat.
7. Dengarkan penjelasan anak, dan berikan provokasi sederhana.
8. Apabila ingin menambahkan Loose Parts, usulkan Loose Parts tertentu pada anak.
Setelah bermain anak-anak juga perlu dikenalkan dan dilatih untuk membereskan dan
menyimpan barang-barang yang telah dipakainya ke tempat semula agar dapat bertanggung
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (331-345)
339
Fidiyah Sari
Stimulasi Multiple Intelligence Pada Anak Dengan Loose Part
jawab terhadap lingkungannya. Anak perlu dilatih peduli dan bertanggungjawab terhadap
lingkungannya dan benda-benda yang digunakannya. Karena itu, penyimpanan Loose Parts
merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang harus dilatihkan kepada anak. Untuk
mengenalkan beres-beres kepada anak, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Anak perlu memahami bahwa setiap barang punya tempat (rumah).
2. Proses beres-beres memerlukan banyak waktu, maka jumlah keping Loose Parts perlu
dibatasi.
3. Bersabarlah sampai anak benar-benar bisa mengembalikan ke tempat semula.
4. Mengajak anak membereskan sambil bernyanyi (Siantajani, 2020).
Sementara itu, dalam menyimpan Loose Parts dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut:
1. Tatalah Loose Parts dalam wadah sehingga anak fokus. Sesuaikan ukuran wadah
dengan isinya.
2. Tatalah wadah-wadah tersebut di rak yang terbuka dan mudah dijangkau oleh anak.
3. Berikan ruang atau kelonggaran tempat, sehingga memudahkan anak untuk
mengambil sesuai kebutuhannya.
4. Berikan waktu cukup pada anak, karena setiap anak memiliki kecepatan bergerak
yang berbeda-beda.
Tahapan selanjutnya yang dilalui anak setelah tahap eksplorasi adalah tahap
eksperimen. Dan pada tahap eksperimen, guru berperan memberikan provokasi dan invitasi
kepada anak (tahap ekspansi). Provokasi dan invitasi tentu berbeda. Cooper dalam Yuliati
Siantajani berpendapat bahwa yang dimaksud provokasi adalah upaya keras guru untuk terus
menerus memprovokasi kecenderungan alami anak dalam mencari makna dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menginterpretasi fenomena. Yuliati menambahkan
bahwa provokasi merupakan sesuatu yang mengajak orang untuk semakin maju ke depan
dengan menstimulasi respon atau aksi. Provokasi dilakukan untuk memperluas atau
mengembangkan ide-ide unik, minat dan teori dari anak. Provokasi dibangun dari observasi
yang bermakna terhadap hal-hal yang dilakukan anak, berdasarkan rasa ingin tahu dan
pemikiran anak. Provokasi akan memberikan pengalaman-pengalaman dan hubungan-
hubungan baru pada anak dalam mengejar ide, minat dan teori. Provokasi menantang
pemikiran anak untuk berpikir lebih tinggi. Sedangkan invitasi merupakan penataan material
yang dipilih dan ditata atau dipajang yang mengundang anak untuk menggunakannya dalam
pembelajaran. Invitasi merupakan kesempatan bagi anak untuk belajar melalui eksplorasi
berbagai material konkret yang akan memberikan pengalaman belajar pada anak. Material
yang dipajang akan menawarkan pilihan pada anak untuk memasuki dunia pengetahuan
(Siantajani, 2020).
Sedangkan Loose Parts mempunyai manfaat dalam proses pembelajaran dan perkembangan
anak loose parts sudah pasti akan lebih dipilih dan disukai oleh anak karena menawarkan kesempatan
untuk dimanipulasi sesuai keinginan anak. Apabila anak bermain dengan alat permainan yang jadi
( toys ), atau peralatan yang ada di taman bermain ( playground ), mereka akan merasa lebih cepat lelah,
jenuh dan kehabisan ide permainan. Apabila anak sudah menguasai fungsi suatu permainan yang ada
di taman bermain, misalnya menekan tombol untuk membuat gambar, menaiki tangga, maka mereka
akan segera merasa bosan, dan harus mencari kegiatan main yang lainnya, karena tantangannya sudah
tidak ada lagi (Puspita, 2019). Hasil penelitian yang dilakukan bemain dengan konsep ini dapat
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (331-345)
340
Fidiyah Sari
Stimulasi Multiple Intelligence Pada Anak Dengan Loose Part
membantu anak ketika berinteraksi hubungan sosialnya, karena mengembangkan keterampilan serta
meningkatkan rasa percaya diri beserta kemandirian. Selain itu memanfaatkan loose parts akan
menciptakan kreasi yang tiada batasnya bagi diri anak meningkatkan keinginan kreativitasnya
mendalam serta menanamkan kepedulian anak terhadap lingkungan sekitar (Mastuinda et al., 2020).
Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa dalam penelitian-penelitian yang pernah dilakukan
oleh beberapa peneliti menghasilkan kesimpulan loose part dapat membantu dalam mengembangkan
pembelajaran dan di dalam penelitian yang saya buat sama seperti penelitian sebelumnya yaitu ke
ranah pendidikan, namun dalam penelitian ini saya luaskan untuk menstimulasi multiple intelligence
anak. Hasil dan analisis untuk menstimulasi multiple intelligence anak dengan loose part di Desa
Kradenan, Kota Pekalongan dengan adanya kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Sanggar permainan tradisional
Anak-anak akan dilibatkan langsung dalam sanggar ini guna untuk menghidupkan kembali
permainan-permainan tradisional yang telah lama tidak dimainkan lagi oleh anak-anak. Sanggar ini
akan menjadi wadah bagi anak dalam mengisi waktu efektif bermain dengan membuat sendiri dan
memainkan permainan tradisional. Proker ini bisa menstimulasi multiple intelligence anak
diantaranya:
a. Kecerdasan Visual Spasial: anak-anak akan mempunyai gambaran permainan di dalam pikirannya,
sehingga mereka akan bermain dengan konsep apa yang ada dalam pikiran mereka.
b. Kecerdasan Kinestetik: sudah secara pasti melalui permainan tradisional maka anak-anak akan
sering bergerak, hal inilah yang penting bagi tubuh anak karena anak bisa belajar bergerak yang
berbeda-beda sesuai jenis permainanya.
c. Kecerdasan Interpersonal: kecerdasan anak-anak akan terasah karena permainan tradisional tidak
bisa dimainkan sendirian, harus adanya oranglain agar permainan berjalan lancar.
d. Kecerdasan Spiritual: kecerdasan ini adalah ketika anak-anak berdoa sebelum bermain, anak-anak
mengetahui cara sabar dalam mengantre melalui urutan yang telah disepakati di awal, anak-anak
bisa bertoleransi dan saling tolong menolong dalam bermain sehingga permainan tersebut akan
mudah di jalankan.
2. Mendongeng
Mendongeng ini bertujuan untuk menanamkan karakter kepada anak, karena setiap kecerdasan
yang berhubungan dengan kognitif bisa dengan mudah anak dapatkan dari mana saja, bahkan dari
google pun bisa. Berbeda dengan karakter yang harus di stimulasi secara langsung agar terbentuk
dalam diri anak dengan baik. Proker ini bisa menstimulasi multiple intelligence anak diantaranya:
a. Kecerdasan Linguistik: mendongeng disini adalah tempat untuk anak-anak mengembangkan
kecerdasan linguistiknya karena anak-anak bisa mengembangkan kata-katanya melalui bercerita
atau mereka juga bisa belajar banyak kosa kata dari yang ia dengar dan tangkap melalui dongeng
tersebut.
b. Kecerdasan Spiritual: mendongeng adalah media penyampaian pesan moral yang mudah
disampaikan ke anak. Maka melalui mendongeng, para pendongeng bisa menstimulasi kecerdasan
spiritualnya dengan cara menerapkan salam, bahasa yang santun dan sopan, bercerita tentang
karakter-karakter yang baik, dan adanya pesan-pesan apabila dari tokoh ada yang jahat.
c. Kecerdasan Intrapersonal: kecerdasan yang berhubungan dengan diri anak ini atau yang biasa
disebut intrapersonal merupakan kecerdasan yang penting bagi anak karena mereka melalui
kecerdasan ini akan dapat mengetahui secara bertahap kelebihan dan kelemahannya. Mereka akan
bisa menganalisis dirinya sendiri. Karena itu adanya kegiatan mendongeng mampu menstimulasi
kecerdasan intrapersonal anak misalnya anak-anak yang sering membuang sampah sembarangan
dan mereka disuruh untuk mendengarkan sebuah dongeng tentang banjir. Dalam dongeng tersebut
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (331-345)
341
Fidiyah Sari
Stimulasi Multiple Intelligence Pada Anak Dengan Loose Part
di tekankan bahwa penyebab banjirnya karena si tokoh suka membuang sampah sembarangan.
Oleh karena itu dengan adanya penekanan penyampaian pesan seperti contoh maka anak akan
dengan sendirinya menilai kebiasaan-kebiasaan yang ia lakukan. Serta akan akan berimajinasi
dampak-dampak yang akan terjadi jika terus menerus dia membuang sampah sembarangan. Oleh
karena itu maka secara bertahap anak akan bisa menganalisis perbuatannya sendiri dan memilah
milih hal yang ia tangkap itu benar dan yang salah.
3. Sosialisasi dan pelatihan pembuatan permainan
Banyaknya orangtua yang mengeluhkan biaya pengeluaran untuk membelikan permainan
anaknya. Karena itru mereka lebih memilih memberikan gadget kepada anaknya, walaupun mereka
mengetahui dampak gadget itu tidak baik bagi anaknya. Namun mereka tidak mempunyai pilihan lain.
Karena itu dengan adanya sosialisasi dan pelatihan pembuatan permainan ini bertujuan agar bisa
memberikan pengertian dan pemahaman kepada orangtua bahwa membuat mainan sendiri juga bisa
untuk belajar anak dan membahagiakan anak. Dengan adanya pembuatan alat permainan sendiri,
maka orangtua bisa mendsain dan mengkonsep segala bentuk permainan dalam menstimulasi
kecerdasan yang diinginkan orangtua untuk diterapkan dalam permainan tersebut.
4. Belajar sambil bermain di Pojok BERDANSA (Berkreasi Dengan Aksara)
Dalam hal ini saya mengajak anak-anak untuk belajar dari bahan-bahan yang ada disekitar agar
bisa dimainkan oleh anak dan bisa untuk belajar. Sistem pembelajaran loose part yang saya pilih agar
anak-anak juga mengetahui belajar itu bisa dari hal-hal yang ada di sekitar mereka. Proker ini bisa
menstimulasi multiple intelligence anak diantaranya:
a.Kecerdasan Linguistikv: adanya pojok BERDANSA menjadi ruang bagi anak-anak dalam
belajar mengolah kata, hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan yang berhubungan dengan
membaca, bertanya, dan menyampaikan pendapat.
b.Kecerdasan Logika Matematika: adanya pojok BERDANSA dapat mengembangkan
kecerdasan logika matematika anak dengan penyajian-penyajian bentuk pembelajaran melalui
permainan-permainan seperti membuat tubuh ulat dengan cara menghitung sesuai dengan angka yang
tertera, mengenal bentuk geometri dari pembuatan siklus hidup kupu-kupu, menghitung menggunakan
gambar jari-jari bergerak, menghitung dengan membuat awan dari kapas, dll.
c.Kecerdasan Visual Spasial: adanya pojok BERDANSA dapat mengembangkan kecerdasan
visual spasial dengan salah satu contoh kegiatan anak-anak membuat sapi beserta kandangnya dimana
mereka mampu berpikir menggambarkan imajinaasinya untuk mengkonsep kandang yang akan ia
buat.
d.Kecerdasan Kinetetik: adanya pojok BERDANSA dapat mengembangkan kecerdasan
kinestetik karena dalam kegiatan ini salah satunya adalah membuat batik jumputan, hal itulah anak
akan terus bergerak menyelesaikan tugasnya membuat batik jumputan
e.Kecerdasan Musikal: adanya pojok BERDANSA juga menyediakan alat musik yang bisa
dimainkan oleh anak seperti pianika dan seruling, melalui pojok BERDANSA ini anak-anak akan
belajar tentang bagaimana cara memainkan alat musik tersebut dan mengetahui beragam suara yang
dikeluarkan oleh masing-masing dari alat musik.
f. Kecerdasan Interpersonal: adanya pojok BERDANSA menjadi wadah bagi anak-anak untuk
saling mengembangkan kecerdasan interpersonalnya. Mereka akan terlus belajar cara bersosialisasi
dengan teman-temannya.
g.Kecerdasan Intrapersonal: adanya pojok BERDANSA anak-anak akan belajar tentang
memahami dirinya sendiri, hal ini dilihat dari segi kegiatan anak-anak mampu mengatur waktunya
dalam memainkan beberapa kegiatan yang ada disitu.
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (331-345)
342
Fidiyah Sari
Stimulasi Multiple Intelligence Pada Anak Dengan Loose Part
h.Kecerdasan Naturalis: adanya pojok BERDANSA memberikan kesempatan kepada anak-
anak untuk mengembangkan kecerdasan naturalis. Kecerdasan ini berhubungan dengan bahan-bahan
pembuatan kegiatan-kegiatan dengan alat bana yang ada di sekeliling anak. Dan dalam proker ini
hampir semuanya dibuat dengan bahan-bahan yang ada di sekeliling anak. Sehingga anak akan lebih
mengetahui bahwa segala hal yang bersifat tidak terpandang atau tidak ada gunanya ternyata masih
bisa digunakan untuk dijadikan sebuah permainan-permainan.
i. Kecerdasan Spiritual: adanya pojok BERDANSA memberikan pemahaman kepada kita
bahwa pengelolaan sampah merupakan wujud cara kita bersyukur dalam menjaga alam. Karena itu
dari adanya pojok BERDANSA yang lebih mengutamakan pembuatan-pembuatan permainannya
menggunakan bahan loose part maka secara tersirat juga untuk menerapkan sikap kreatif anak dan
cara mereka menjaga jiwa spritualitas manusia. Dengan adanya pengurangan sampah maka alam akan
menjadi lebih sehat dan dampak pada jiwa spiritualitas manusia akan makin terjaga kebaikannya.
SIMPULAN
Sebuah kecerdasan bukanlah hanya hal-hal yang menyangkut dengan baca, tulis, dan berhitung
saja. Seni, musik, bahasa, spiritualitas, dan pengendalian diri sendiri serta menjaga hubungan baik
dengan orang lain juga termasuk kecerdasan yang perlu distimulasi dengan optimal. Stimulasi
kecerdasan-kecerdasan tersebut tidaklak selalu memaksakan seseorang untuk memahaminya melalui
buku-buku, sumber ilmu pengetahuan yang harus ia lihat dan dengarkan dari sebuah penjelasan
seorang ahli. Namun menstimulasi kecerdasan-kecerdasan bisa dengan hal-hal yang santai,
menyenangkan, namun tetap mengandung nilai-nilai edukatif yaitu bisa melalui belajar sambil
bermain terkhusus bagi anak-anak. Belajar yang menyenangkan adalah sebuah metode yang paling
disukai oleh semua orang. Karena pembelajaran yang disukai orang maka semua ilmu akan lebih
mudah terserap oleh otak manusia, berbeda jika orang tersebut belajar dengan tekanan (terutama
anak-anak) hal itu akan menjadi trauma dalam belajar. Karena hal itu kreatif bagi seseorang itu
penting, dengan adanya hal tersebut seseorang bisa merubah nilai yang tidak berguna menjadi
berguna, yang murah menjadi mahal, yang jelek menjadi cantik, dan yang terbuang menjadi
tercarikan. Hal itulah adalah sifat-sifat dari loose part yaitu bahan-bahan yang mudah ditemui di
sekeliling kita. Melalui pembelajaran loose part maka seseorang bisa belajar sambil bermain namun
mereka tidak mengeluarkan pengeluaran yang sangat besar.
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (331-345)
343
Fidiyah Sari
Stimulasi Multiple Intelligence Pada Anak Dengan Loose Part
DAFTAR PUSTAKA
Amir, A. (2013). Pembelajaran matematika dengan menggunakan kecerdasan majemuk (multiple
intelligences). Logaritma: Jurnal Ilmu-Ilmu Pendidikan Dan Sains , 1 (01).
Awwaliyah, S. (2018). Penerapan konsep Multiple Intelligences dalam pembelajaran Pendidikan
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Campbell, L., Campbell, B., & Dickinson, D. (2002). Melesatkan kecerdasan . Terjemahan Tim
Inisiasi). Jakarta Inisiasi Press.
Craft, A. (2004). Me-refresh Imajinasi dan Kreativitas Anak-anak .
Imamah, Z., & Muqowim, M. (2020). Pengembangan kreativitas dan berpikir kritis pada anak usia
dini melalui motode pembelajaran berbasis STEAM and loose part. Yinyang: Jurnal Studi Islam
Gender Dan Anak , 263–278. https://doi.org/10.24090/yinyang.v15i2.3917
Kristanto, P. (2009). Cara Jitu bikin Seru di Sekolah Minggu. Jakarta: Gloria Grafa .
Mastuinda, M., Zulkifli, Z., & Febrialismanto, F. (2020). Persepsi Guru Tentang Penggunaan Loose
Parts Dalam Pembelajaran Di Paud Se-Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Jurnal Review
Pendidikan Dan Pengajaran (JRPP) , 3 (1), 90–96. https://doi.org/10.31004/jrpp.v3i1.868
Nana, S. S. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya .
Puspita, W. A. (2019). Penggunaan Loose Parts Dalam Pembelajaran Dengan Muatan STEM. Kepala
BP PAUD Dan Pendidikan Masyarakat Jawa Timur Penasehat Kepala Seksi Informasi Dan
Kemitraan , 17 .
Sabiq, Z. (2012). Kecerderdasan emosi, kecerdasan spiritual dan perilaku prososial santri pondok
pesantren nasyrul ulum pamekasan. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia , 1 (2).
Siantajani, Y. (2020). Loose Parts Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD. PT Sarang Seratus
Aksara .
Siskawati, S., & Herawati, H. (2021). Efektivitas Media Loose Parts di PAUD Kelompok A Pada
Masa Belajar Dari Rumah. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah , 15 (1), 41–47.
Smith-Gilman, S. (2018). The Arts, Loose Parts and Conversations. Journal of the Canadian
Association for Curriculum Studies , 16 (1), 90–103.
Sujiono, Y. N., & Sujiono, B. (2010). Bermain kreatif berbasis kecerdasan jamak. Jakarta: Indeks , 76 .
Suparno, P. (2004). Teori Inteligensi ganda dan aplikasinya di sekolah. Yogyakarta: Kanisius .
Trianto, M. P. (2016). Desain pengembangan pembelajaran tematik: Bagi anak usia dini . Prenada
Media.
Wahyuningsih, S., Pudyaningtyas, A. R., Hafidah, R., Syamsuddin, M. M., Nurjanah, N. E., &
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (331-345)
344