Nurul Izmi Syarifah Margolang, Susilawati
Tinjauan Sistematis Hubungan Perilaku Sanitasi Lingkungan Masyarakat Dengan Kejadian Penyakit Diare di
Wilayah Pesisir
number of cases of diarrheal disease that occurs in coastal communities. The data
is taken from data on the number of cases of diarrheal disease, index data on
sanitation quality, and community behavior. The data obtained from the number
of cases of diarrheal disease will be compared with the sanitation quality index
data. In this regard, the behavior of the community is also a consideration. So the
conclusions drawn from the data will be more accurate. The processed data also
considers several other components that affect the dependent variable. The
components are components that are free and are considered conditionally or if
any. If in an area there are components in question, the calculation of the data
will also be affected. The research object of this journal is to focus on coastal
communities because they are the people who interact the most with water
compared to residents in other places, even people who live near rivers.
Keywords : Diare; Sanitation
PENDAHULUAN
Menjaga lingkungan tempat tinggal selalu agar selalu terlihat bersih merupakan salah satu
langkah yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap
status kesehatan seorang individu dan diiringi oleh perilaku. Pengaruh yang diberikan lingkungan
terhadap status kesehatan tersebut sangat besar sehingga banyak penyakit yang faktor akibatnya
disebabkan oleh lingkungan hidup. Oleh karena itu, penting untuk memeriksa seberapa bersih
lingkungan tempat tinggal. Masalah tersebut akan membawa kita pada pemahaman sanitasi.
Sanitasi merupakan upaya yang dilakukan kesehatan masyarakat yang fokus pada pengawasan
teknik terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat
kesehatan manusia (Zaman, 2021). Sementara menurut (Pinontoan & Sumampouw, 2019), sanitasi
adalah suatu usaha pemantauan terhadap beberapa faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi manusia
terutama terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan
kelangsungan hidup.
Diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah
geografis di dunia dan semua kelompok usia dapat terserang. Diare menjadi faktor utama morbiditas
dan mortalitas pada anak di negara berkembang. Di negara berkembang, anak-anak balita mengalami
rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9 kali kejadian
diare per tahun hampir 15- 20% waktu hidup dihabiskan untuk diare (Candra et al., 2013).
Kasus penyakit diare yang terjadi di masyarakat juga menjadi sorotan. Selain penyakit yang harus
diwaspadai pemerintah seperti kanker, jantung, bahkan Covid19, penyakit diare juga perlu diperhatikan
mengingat jumlah kasusnya yang terus meningkat. Masyarakat yang tinggal didaerah dekat laut lebih
banyak yang berinteraksi dengan air dibandingkan dengan masyarakat lain atau masyarakat yang
tinggal di daerah dekat sungai. Oleh karena itu, kasus penyakit diare sangat rentan terjadi pada
masyarakat yang tinggal di sekitar pantai.
Dilihat dari kasus ini, maka sangat penting untuk mencari tahu penyebab penyakit diare serta
hubungan antara dua hubungan. Kebiasaan buruk di masyarakat dapat menimbulkan dugaan penyebab
penyakit diare. Oleh karena itu, memperhatikannya sangatlah penting dan penting. Perilaku higiene
yang buruk di masyarakat yaitu buang air besar sembarangan juga menyebabkan infeksi bakteri
penyebab diare (Indah et al., 2021). Ketika proses harus segera diberhentikan dan ditangguhkan oleh
praktik sosial. Oleh karena itu, dalam hal ini pelatihan PHBS sangat diperlukan dan diperlukan.
METODE
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (2) Juni 2022 - (163-170)
164
Nurul Izmi Syarifah Margolang, Susilawati
Tinjauan Sistematis Hubungan Perilaku Sanitasi Lingkungan Masyarakat Dengan Kejadian Penyakit Diare di
Wilayah Pesisir
Penelitian ini memuat beberapa artikel jurnal yang dijadikan sebagai dasar literatur yang
digunakan untuk menentukan beberapa variabel penelitian. Metode pengumpulan data adalah data
sekunder yang dikumpulkan dan dibandingkan dengan beberapa jurnal. Data yang dikumpulkan adalah
data kesadaran dan kualitas kebersihan pantai, perilaku masyarakat yang buruk saat buang air besar,
dan jumlah kasus penyakit diare pada tahun yang sama (Yuningsih, 2019). Ketiga tanggal tersebut
dibandingkan sehingga Anda dapat melihat hubungan antara ketiga tanggal tersebut. Kami
membandingkan hasil membandingkan data fasilitas sanitasi, perilaku masyarakat yang buruk saat
buang air besar, dan ukuran kasus penyakit diare, dan menarik kesimpulan tentang ketiga hubungan
tersebut.
Adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dan
kualitatif (Sugiyono, 2013). Penelitian mengambil dan mengolah data yang didapat dari beberapa
referensi literasi mengenai jumlah kasus diare, indeks kualitas sanitasi, perilaku buruk masyarakat
pesisir dalam BAB, dan pengaruh penelitian sebelumnya. Jumlah kasus diare di wilayah pesisir dihitung
dan standar deviasinya digunakan untuk menentukan indeks diare yang dialami masyarakatnya.
Kemudian pada tahun yang sama, diperoleh data indeks higiene yang dilakukan pada penelitian
sebelumnya. Perbandingan yang lebih akurat dari kedua variabel memerlukan pengambilan sampel data
yang ditentukan pada saat data dikumpulkan. Setelah itu, saya memutuskan seberapa dekat hubungan
antara keduanya. Oleh karena itu, hipotesis yang dibuat membahas tentang pentingnya menghilangkan
perilaku buang air besar sembarangan.
Dari data yang telah didapatkan dan diolah tersebut akan dihasilkan kedua indeks yang saling
berkesinambungan. Masing-masing data tersebut bersifat sikrit sehingga dalam menentukan hasil dan
keputusan sebuah kesimpulan akan menjadi lebih kompleks. Untuk menghindari kesimpulan data yang
multitafsir, kedua data tersebut akan disejajarkan dengan penyesuaian indeks yang sama, dalam hal ini
menentukan kedua standar deviasi dengan parameter ukuran yang disamakan. Sehingga data tersebut
akan terlihat perbandingannya dan dapat ditarik sebuah kesimpulan penelitian.
Kedua data yang telah dibandingkan akan dihitung seberapa kuat seberapa kuat hubungan antara
keduanya dan menarik kesimpulan tentang pengaruh penghentian buang air besar di lapangan ketika
jumlah kasus penyakit diare di wilayah pesisir menurun. Perilaku buruk buang air besar di lapangan
masih sering terjadi di masyarakat, karena masyarakat pesisir dikenal sebagai masyarakat yang paling
banyak berinteraksi dengan air. Namun pada kenyataannya, perilaku buruk tersebut telah menyebabkan
peningkatan penyakit diare di wilayah tersebut.
Perkiraan tanggal telah ditentukan, dan jika perilaku masyarakat berhenti membuka halaman
setelah mengetahui seberapa dekat mereka, seberapa besar dampaknya terhadap pengembangan data
kasus penyakit diare, diperkirakan Anda akan mengerti. Selain itu, data yang diperoleh sebagai gugatan
kolektif akan diadopsi sebagai data gugatan kolektif pada saat melakukan buang air besar di lapangan.
Mengetahui data tersebut juga menghitung berapa indikator minimal masyarakat untuk memperbaiki
perilakunya sehingga dapat mempengaruhi perkembangan penyakit diare di daerah tersebut.
Oleh karena itu, kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang sangat erat antara
perilaku masyarakat yang buruk dalam kebersihan buang air besar dengan penyakit diare. Selanjutnya,
kesimpulan kuat lainnya adalah seberapa besar indeks minimum yang dibutuhkan masyarakat untuk
menghentikan buang air besar untuk mempengaruhi perkembangan data kasus diare.
HASIL DAN PEMBAHASAN
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (2) Juni 2022 - (163-170)
165
Nurul Izmi Syarifah Margolang, Susilawati
Tinjauan Sistematis Hubungan Perilaku Sanitasi Lingkungan Masyarakat Dengan Kejadian Penyakit Diare di
Wilayah Pesisir
Data diambil dari Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM UNDIP yang meneliti kualitas jamban di
Desa Waitina pada tahun 2018. Penelitian ini meneliti 50 objek diantaranya jamban, tempat sampah
dan SPAL. Hasil yang didapat dari jurnal tersebut berupa adalah jamban yang diteliti tidak memenuhi
standar. Hasil penelitiannya berupa:
- Sebanyak 9 jamban jumlah persentase 18%
- Sebanyak 30 tempat pembuangan sampah jumlah persentase 60%
- Frekuensi SPAL sebanyak 22 dengan jumlah persentase 44%
Kemudian dari data yang diambil dari penelitian Erna pada Jurnal Ilmiah Kesehatan tahun 2021,
menunjukkan bahwa kasus diare yang terjadi pada masyarakat daerah pesisir adalah sebagai berikut:
- Usia 20-30 tahun ada 5 orang dengan jumlah persentase 5,3%
- Usia 31-40 tahun ada 19 orang dengan jumlah persentase 20,0%
- Usia 41-50 tahun ada 44 orang dengan jumlah persentase 46,3%
- Usia 51-60 tahun ada 25 orang dengan jumlah persentase 26,9%
- Usia 61-70 tahun ada 2 orang dengan jumlah persentase 2,1%
Dari jurnal tersebut pula dikatakan bahwa perilaku warga yang menggunakan jamban dengan
kualitas yang masih dalam bawah standar adalah mereka yang berusia sejenis-sejenis 35 hingga 49
tahun. Hal tersebut menunjukan bahwa hasil penelitian menyampaikan bahwa hubungan sanitasi
dengan penyakit diare itu sangat berhubungan. Perilaku warga yang masih belum sanggup & memiliki
kekurangan pengetahuan dalam mengelola limbah tempat tinggal mereka sebesar 34,7%. Dengan
begitu, perilaku warga yang kurang mengedepankan PHBS & melakukan BAB sembarangan masih
tinggi & menyebabkan kasus penyakit diare meningkat (Wahyuni, 2019). Dengan penyebab yang
demikian pula, sebesar 34,7% dari warga tersebut pada akhirnya akan melakukan BAB sembarangan.
Kemudian menurut data yang telah didapatkan tersebut, yaitu jumlah kasus diare, indeks kualitas
sanitasi & perilaku buruk warga dalam melakukan BAB, maka data tersebut harus dicocokkan. Hal ini
karena warga dengan usia 31 hingga 60 tahun rentan mengalami penyakit diare dengan jumlah kasus
terbanyak, data tersebut akan diambil sebagai sampel. Total persentase kasus kini adalah 84,2%. Hal
ini dicocokkan memakai indeks perilaku buruk warga terhadap sanitasi BAB sembarangan yaitu berusia
35 hingga 49 orang, dalam hal ini nomor tersebut memberitahukan persentase sebesar 50% dari total
sampel merupakan orang yang berperilaku buruk. Dalam artian, mereka yang melakukan buang air
akbar sembarangan.
Dari data tersebut sanggup dihitung bahwa 50% dari 84,2% orang yang masih ada adalah sebesar
41,1%. Angka itulah yang memberitahuakn sebagai kasus terkena diare memakai penyebab sanitasi
yang tidak memenuhi standar. Sanitasi yang tidak memenuhi standar tersebut adalah sebuah komponen
yang menyebabkan warga melakukan BAB sembarangan (Celesta & Fitriyah, 2019). Selain sanitasi
yang tidak memenuhi standar, perilaku warga pula berperan selaras memakai kasus tersebut. perilaku
warga yang buruk terhadap sanitasi BAB sembarangan akan berkesinambungan memakai jumlah kasus
yang masih ada (Kurniawati & Saleha, 2020).
Apabila data mengenai indeks kasus yang disetarakan didapatkan maka bisa dikatakan bahwa
hubungan antara penyakit diare dengan sanitasi haruslah setara dengan data mengenai kualitas sanitasi
(Ilmas, 2013). Karena itu, sebesar 8% jamban ditemukan tidak memenuhi standar, lalu tempat sampah
yang tidak memenuhi standar sebesar 60% dan sebesar 44% SPAL didapat tidak memenuhi standar.
Dalam hal ini, persentase seluruh kondisi sanitasi tersebut dinyatakan sebagai berikut:
(18+60+44)/300 x 100%
Maka didapatkan besar persentase keseluruhan tentang kualitas sanitasi di daerah pesisir adalah
0,4067 atau sekitar 40,67%.
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (2) Juni 2022 - (163-170)
166
Nurul Izmi Syarifah Margolang, Susilawati
Tinjauan Sistematis Hubungan Perilaku Sanitasi Lingkungan Masyarakat Dengan Kejadian Penyakit Diare di
Wilayah Pesisir
Setelah kedua data setara maka kedua data tersebut sudah memiliki parameter yang sama. Dengan
penjelasan sebagai berikut:
- Dari seluruh jumlah komponen sanitasi yang ada 40,67% komponen tidak memenuhi standar.
- Dari seluruh jumlah masyarakat yang memiliki masalah penyakit diare (34,7%), sebesar 40%
diantara mereka yang sakit diare disebabkan oleh kondisi sanitasi.
- Kondisi sanitasi yang buruk mempengaruhi perilaku masyarakat dalam melakukan BAB.
- Perilaku stop BABS akan memengaruhi perubahan data selanjutnya.
Data tersebut ditetapkan sebagai data yang valid untuk menjadi dasar dalam menentukan hasil
penelitian dalam jurnal ini.
Kemudian dari hasil yang sudah didapatkan, data bisa disimpulkan dari perhitungan yang
kompleks. Beberapa literasi digunakan sebagai penarik kesimpulan yaitu jurnal kesehatan masyarakat,
jurnal kesehatan lingkungan dan jurnal tentang lingkungan sehat (Rodiah et al., 2018). Dengan
demikian, penelitian ini bisa menjadi penelitian yang dapat membuktikan bahwa sanitasi dan penyakit
diare itu saling berhubungan. Besarnya penyakit diare disebabkan oleh minimnya kualitas sanitasi
(Nugraha, 2015). Jika kualitas sanitasi masih di bawah standar, maka akan memicu kegiatan masyarakat
dalam melakukan BAB.
Adapun dalam penelitian ini memperhatikan komponen-komponen sebagai berikut:
1. Pendidikan masyarakat
2. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang PHBS
3. Perilaku masyarakat terhadap Kesehatan
4. Perilaku masyarakat dalam melakukan BAB
5. Kualitas air
6. Sumber air
7. Air yang dikonsumsi masyarakat
8. Pelayanan kesehatan masyarakat
9. Fasilitas kesehatan masyarakat
10. Sarana dan prasarana penunjang
11. Keberlangsungan hidup masyarakat yang melibatkan kesehatan
Dari kesepuluh indeks tersebut hendak dipertimbangkan dalam mengelola serta merumuskan
informasi. Sehingga dengan begitu informasi yang dihasilkan dari riset ini hendak jauh lebih akurat
serta bisa dijadikan selaku bawah serta sumber rujukan ilham buat bahan riset berikutnya (Siyoto &
Sodik, 2015).
Dari ketiga ciri informasi yang sudah didapatkan dari sebagian literatur serta data ilmiah tersebut,
menampilkan kalau umur warga yang hadapi permasalahan diare merupakan mereka yang mempunyai
Kerutinan serta sikap kurang baik dalam pengolahan serta manajemen sanitasi ataupun limbah rumah
tangga. Ditambah dengan daerah tempat mereka tinggal merupakan wilayah pesisir yang dekat dengan
air, dalam perihal ini merupakan laut, warga cenderung membuang sampah serta limbah rumah tangga
mereka ke laut yang bisa menimbulkan kontaminasi air laut. Sumber air yang didapatkan oleh warga
pesisir pulau terdampak dari kontaminasi tersebut. Kerutinan warga yang tidak hanya mempunyai
kekurangan pengetahuan dalam memanajemen limbah rumah tangga, sedikit dari mereka mereka pula
masih terdapat yang konsumsi air rebusan yang didapatkan dari sumber air mereka (ASGAR, n.d.).
Sebab kontaminasi tersebut, hingga penyakit diare pula hendak lebih gampang dalam menjangkit warga
akibat sebagian sikap tersebut.
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (2) Juni 2022 - (163-170)
167
Nurul Izmi Syarifah Margolang, Susilawati
Tinjauan Sistematis Hubungan Perilaku Sanitasi Lingkungan Masyarakat Dengan Kejadian Penyakit Diare di
Wilayah Pesisir
Dari informasi yang sudah ditunjukkan, tentang jumlah pengidap diare yang diakibatkan oleh mutu
sanitasi dengan jumlah sanitasi yang belum penuhi standar, kedua informasi tersebut hendak dijajarkan.
Sehabis diajarkan, hingga hendak dihitung seberapa besar keakraban antara keduanya.
- Jumlah sanitasi yang masih di dasar standar, 67
- Jumlah pengidap diare 41
- Jumlah orang yang melaksanakan BAB sembarangan, 7
- Selisih antara jumlah sanitasi yang tidak memenuhi standar dengan jumlah penderita 0,33%
Perbedaan besar ini berarti 99,67% dan 40,67% hubungan antara kedua pihak terpengaruh, atau
40,53% diantaranya menderita kebersihan yang buruk. Angka Nya sangat besar, sehingga eksponennya
menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya sangat kuat.
Setelah menentukan besarnya setiap indeks penyebab diare maka kita bisa menghitung berapa
indeks minimal yang dibutuhkan untuk melakukan stop buang air besar sembarangan. Dari indeks
tersebut maka didapat jumlah masyarakat pesisir yang menderita diare karena bab sembarangan sebesar
0,4 x 34,7%. atau 13,88% masyarakat pesisir buang air besar sembarangan terkena penyakit diare
(Sumampouw, 2017). Untuk mengatasi masalah ini, Buang air besar sembarangan harus dihentikan
dengan target angka minimal 13,88% dari total populasi. Atau setidaknya 13 dari 95 orang harus
menghentikan kebiasaan buruk mereka saat buang air besar. Maka dengan mempertimbangkan hal
tersebut, perlu dilakukan peningkatan dan perbaikan mengenai sanitasi khususnya buang air besar
sembarangan untuk standar agar masyarakat tidak melakukannya lagi.
SIMPULAN
Kualitas kebersihan atau sanitasi, perilaku masyarakat dalam buang air besar di lapangan, dan
lingkungan berpengaruh signifikan terhadap kasus diare yang terjadi pada masyarakat pesisir. Sebanyak
40,53% penderita diare sakit karena kebersihan yang buruk. Hal ini sesuai dengan perilaku masyarakat
yang belum mampu membuang sampah dan limbah rumah tangga secara tidak teratur. Pencemarannya
pun semakin besar, ditambah lagi dengan pembuangan tinja di tempat yang kotor. Jika tingkat
pencemaran bakteri di suatu daerah tinggi, maka masyarakat akan lebih rentan terkena penyakit diare.
Dengan banyaknya pasien diare yang disebabkan oleh perilaku buruk, sebaiknya lakukan langkah-
langkah untuk menghentikan buang air besar.
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (2) Juni 2022 - (163-170)
168
Nurul Izmi Syarifah Margolang, Susilawati
Tinjauan Sistematis Hubungan Perilaku Sanitasi Lingkungan Masyarakat Dengan Kejadian Penyakit Diare di
Wilayah Pesisir
DAFTAR PUSTAKA
PANTAI PANGANDARAN DALAM UPAYA PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT .
Candra, Y., Hadi, M. C., & Yulianty, A. E. (2013). Hubungan antara keadaan sanitasi sarana air bersih
Lingkungan , 4 (1), 112–117.
Celesta, A. G., & Fitriyah, N. (2019). Gambaran Sanitasi Dasar Di Desa Payaman, Kabupaten
Bojonegoro
Tahun
2016.
Jurnal
Kesehatan
Lingkungan ,
11 (2),
83–90.
Dinas Kesehatan Surabaya . UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Indah, F. P. S., Ismaya, N. A., Puji, L. K. R., Hasanah, N., & Jaya, F. P. (2021). Penerapan Program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan Kejadian Diare pada Balita. Jurnal Ilmiah
Kesehatan , 20 (1), 10–15. https://doi.org/10.33221/jikes.v20i1.596
Kurniawati, R. D., & Saleha, A. M. (2020). Analisis Pengetahuan, Sikap dan Peran Petugas Kesehatan
dengan Keikutsertaan dalam Pemicuan Stop BABS. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat , 9 (02),
99–108. https://doi.org/10.33221/jikm.v9i02.527
(di Desa Gucialit Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang) . UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Pinontoan, O. R., & Sumampouw, O. J. (2019). Dasar Kesehatan Lingkungan . Deepublish.
Rodiah, S., Budiono, A., & Rohman, A. S. (2018). Model diseminasi informasi komunikasi kesehatan
masyarakat pedesaan di Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Kajian Komunikasi , 6 (2), 175–190.
Deepublish.
Wahyuni, P. (2019). DETERMINAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU OPEN
BOJONEGORO . Universitas Airlangga.
Yuningsih, R. (2019). Strategi promosi kesehatan dalam meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan.
Jurnal Masalah-Masalah Sosial , 10 (2), 107–118. https://doi.org/10.22212/aspirasi.v10i2.1391
Zaman, M. K. (2021). Jurnal Pengabdian Kesehatan Komunitas (Journal of Community Health
Service). Jurnal Pengabdian Kesehatan Komunitas (Journal of Commuity Health Service) Vol ,
1 (1). https://doi.org/10.25311/jpkk.Vol1.Iss1.899
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (2) Juni 2022 - (163-170)
169