1) Debora Florentina, 2) Laurensia M Peranginangin, 3) Miftahul Jannah Manurung, 4) Reni Afriani Samosir, 5)
Wanda Hamidah Harapan
Analisis Keterbatasan Guru Dalam Penggunaan Bahan Ajar Di Sd Swasta Cerdas Bangsa Medan
Guras problems in the use of broadcast material include: (1) educators
experience problems in communicating ideas to foster learning materials. For this
situation the instructor has problems communicating thoughts to develop teaching
materials. How is the situation, considering that in creating learning materials, of
course, educators pay attention to student abilities, student progress, and adapt
to student needs. (2) teachers rarely make or use learning media. The teacher is
interesting. Creating learning media, usually educators only use the media
available at school
Keywords : limitations of teachers in the use of teaching materials
PENDAHULUAN
Salah satu tugas guru adalah memberikan lingkungan belajar yang indah. Guru harus melacak
cara menyampaikan kesenangan belajar dan menghilangkan intimidasi selama pengalaman yang
berkembang. Salah satu cara untuk membuat belajar menjadi menyenangkan adalah dengan
memanfaatkan materi tayangan yang menyenangkan, khususnya materi ajar yang membuat siswa
merasa tertarik dan senang mengenal materi ajar tersebut. Terkait dengan pembelajaran, penting untuk
mengembangkan materi tayangan sehingga aksesibilitas materi tayangan sesuai dengan kebutuhan
siswa, permintaan rencana pendidikan, kualitas target, dan permintaan berpikir kritis pembelajaran
(Perwitasari dan Wahjoedi, 2017). Kemudian, kualitas objektif disesuaikan dengan iklim, kapasitas,
minat, dan fondasi mahasiswa.
Dalam PP nomor 19 tahun 2005 pasal 20, ditunjukkan bahwa pengajar merupakan hal yang wajar
dalam membina materi pembelajaran, yang kemudian ditegaskan melalui Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Permendikbud) nomor 65 Tahun 2013 tentang prinsip-prinsip proses, yang selain hal
lain mengatur persiapan pengalaman yang berkembang yang mengharuskan guru di unit pelatihan untuk
mengembangkan rencana ilustrasi (RPP). Salah satu komponen rencana contoh adalah aset
pembelajaran. Oleh karena itu, pendidik seharusnya membina materi peragaan sebagai sumber belajar.
Bahan asuh. Mendidik yang imajinatif dan menyenangkan diperlukan untuk meningkatkan kapasitas
siswa dalam belajar (Asmani, 2016).
Alasan penelitian ini adalah untuk menggambarkan permasalahan pendidik dalam membuat
bahan ajar. Keuntungan yang didapat dari pendidik adalah pendidik menjadi lebih dinamis dan kreatif
dalam merencanakan pembelajaran dan memperoleh informasi dan pengalaman. Dari sisi siswa,
keuntungan yang didapat adalah siswa menjadi dinamis dalam belajar dan efektif tertarik untuk
menemukan yang direncanakan sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
Mengingat penggambaran di atas, para spesialis tertarik untuk berkonsentrasi lebih dalam dengan
menaikkan judul Analisis Keterbatasan Guru Dalam Penggunaan Bahan Ajar Di SD Swasta Cerdas
Bangsa Medan.
Sebagaimana ditunjukkan oleh (Magdalena, Sundari, et al., 2020) menunjukkan materi
adalah sekumpulan materi yang disusun secara metodis yang memungkinkan siswa untuk belajar
dan disesuaikan dengan program pendidikan saat ini. Sebagaimana ditunjukkan oleh (Khairani et
al., 2017) yang menunjukkan materi adalah sekumpulan bahan yang mengandung materi atau isi
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi tayangan berisi materi atau isi ilustrasi
berupa pikiran, kenyataan, gagasan. Standar. Aturan, spekulasi yang mencakup mata pelajaran
sesuai disiplin ilmunya dan data lainnya. Dalam belajar. Menurut (Lubis dan Ismaya, 2020) materi
yang ditampilkan adalah sekelompok topik yang mengacu pada rencana pendidikan yang digunakan
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (2) Juni 2022 - (155-161)
155
1) Debora Florentina, 2) Laurensia M Peranginangin, 3) Miftahul Jannah Manurung, 4) Reni Afriani Samosir, 5)
Wanda Hamidah Harapan
Analisis Keterbatasan Guru Dalam Penggunaan Bahan Ajar Di Sd Swasta Cerdas Bangsa Medan
untuk mencapai norma keterampilan dan kemampuan dasar yang telah ditentukan sebelumnya.
Sesuai (Cahyadi, 2019). Materi pertunjukan diatur dengan tujuan sebagai berikut:
Memberikan materi ajar yang sesuai dengan kebutuhan program pendidikan, khususnya dengan
memperhatikan kebutuhan siswa, materi ajar yang sesuai dengan atribut dan setting atau iklim
sosial siswa.
Membantu siswa dalam mendapatkan bahan ajar pilihan selain buku pelajaran yang terkadang
sulit didapat.
Mempermudah pendidik untuk menyelesaikan pembelajaran
Untuk situasi ini, dapat dikatakan bahwa materi peragaan adalah sekumpulan materi yang dikumpulkan
mengenai program pendidikan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang normal, menjadi kemampuan
atau sub-keterampilan tertentu dengan setiap kemampuannya.
Seperti yang ditunjukkan oleh (Hernawan et al., 2012). Jenis bahan pertunjukan pada dasarnya
dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
Karya sastra, antara lain. Freebee, buku, modul, lembar kerja. Mahasiswa, selebaran
foto/gambar.
Alat peraga pendengaran (bunyi) seperti kaset, piringan hitam radio, dan piringan minimal
suara
Menampilkan materi (media umum, misalnya, piringan video, film
Cerdas menampilkan materi seperti lingkaran kecil yang intuitif.
Bahan ajar memiliki beberapa karakteristik, dalam (Magdalena, Sundari, et al., 2020)
mengungkapkan bahwa karakteristik bahan ajar yaitu:
Self-informative, yaitu menampilkan materi dapat membuat siswa siap untuk menunjukkan diri
dengan materi ajar yang dibuat. Selanjutnya, dalam penyajian materi harus ada tujuan yang
dicirikan secara jelas dan memberikan materi pembelajaran yang dirangkai menjadi unit atau
latihan tambahan tertentu.
Mandiri, yaitu semua topik dari satu unit keterampilan atau subkemampuan yang
dipertimbangkan dituangkan dalam satu materi pendidikan yang lengkap. Tetap soliter, yaitu
menunjukkan bahan yang dibuat tidak bergantung pada bahan pertunjukan lain atau tidak perlu
digunakan bersama-sama. Dengan bahan ajar lainnya.
Serbaguna, khususnya bahan pamer harus memiliki daya dukung yang tinggi untuk peningkatan
ilmu pengetahuan dan inovasi.
Mudah digunakan, yaitu setiap petunjuk dan tampilan data yang tampak berguna dan
menyenangkan bagi klien, mengingat kesederhanaan klien dalam menjawab dan mendapatkan
sesuai keinginannya.
A. Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar dapat disusun sedemikian rupa menjadi lebih menarik. Agar siswa menjadi
lebih senang sehingga lebih mudah dalam mempelajari materi. Menurut (Murniati & Muslim, 2017)
pengembangan bahan ajar didasarkan pada konsep desain pembelajaran yang berlandaskan pada
suatu kompetensi atau untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut (Murniati & Muslim, 2017)
menyatakan bahwa pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran yaitu:
1) Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang konkret untuk memahami abstrak
Siswa akan mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (2) Juni 2022 - (155-161)
156
1) Debora Florentina, 2) Laurensia M Peranginangin, 3) Miftahul Jannah Manurung, 4) Reni Afriani Samosir, 5)
Wanda Hamidah Harapan
Analisis Keterbatasan Guru Dalam Penggunaan Bahan Ajar Di Sd Swasta Cerdas Bangsa Medan
atau sesuatu yang konkret, sesuatu yang nyata yang ada dilingkungan mereka, misalnya untuk
menjelaskan konsep pasar, maka dimulailah dengan mengajak siswa berbicara tentang pasar yang
terdapat ditempat tinggal mereka setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang
jenis pasar lainnya.
2) Pengulangan akan memperkuat pemahaman Pengulangan sangat diperlukan memahami agar kosep,
maksudnya sama, siswa lebih Walaupun suatu informasi yang diulang-ulang akan berbekas pada
ingatan lebih SISWI pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat dan
bervariasi sehingga tidak membosankan.
3) Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa Respon yang guru
berikan kepada siswa atas hasil kerja siswa akan menjadi penguat diri siswa.
4) Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar Seorang
siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Oleh karena itu,
salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi)
agar siswa mau belajar.
5) Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhimya akan mencapai ketinggian
tertentu. Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai suatu
kompetensi ini yang tinggi. Oleh karena itu, guru perlu menyusun tujuan pembelajaran dengan tepat
dan sesuai dengan karakteristik siswa.
6) Mengetahi, hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan Guru harus
memberitahukan kepada siswa tujuan akhir pembelajaran yang hendak dicapai, bagaimana cara
mencapainya dan memberitahukan pula kemampuan yang sudah dikuasai dalam hal ini,
pengembangan bahan ajar adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk mengiasilkan bahan ajar
dapat memberikan conoh yang menarik dari yang mudah ke yang sulit secara bertahap. Memberikan
umpan balik, memotivasi, serta mengetahui hasil yang telah dicapai.
METODE
Penelitian dilakukan melalui google meet dengan link yang digunakan yaitu:
https://meet.google.com/xez-wxnf-ubz, waktu: Rabu, 17 Mei 2022 tepatnya pada jam 19.00 WIB.
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang guru yakni Ibu Sri Yuni br. Tarigan, S.Pd yang mengajar di
SD Swasta Cerdas Bangsa Medan. Dalam penelitian ini, peneliti yakni kelompok 4 menggunakan
teknik pengumpulan data dengan wawancara. Wawancara adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara tanya jawab secara online kepada guru yakni Ibu Sri Yuni br. Tarigan, S.Pd
selaku sebagai objek yang diteliti dalam memperoleh informasi yang akurat terkait tujuan dalam
penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan, instrument survey yang digunakan yaitu edoman wawancara atau
lembar wawancara, alat perekam seperti handphone untuk menunjang kelancaran jalannya penelitian
ini. Pedoman wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait tujuan penelitian yakni
mengetahui permasalahan pendidikan di SD Swasta Cerdas Bangsa Medan.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan cara deskriptif kualitatif terhadap data
yang diperoleh dari hasil wawancara dengan subjek selaku narasumber. Data hasil wawancara yang
telah dilakukan dirangkum, diringkas atau diambil bagian bagian yang penting terkait penelitian.
Kemudian data disajikan dalam bentuk teks deskriptif. Setelah itu ditarik atau diambillah kesimpulan
terhadap data yang telah disajikan.
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (2) Juni 2022 - (155-161)
157
1) Debora Florentina, 2) Laurensia M Peranginangin, 3) Miftahul Jannah Manurung, 4) Reni Afriani Samosir, 5)
Wanda Hamidah Harapan
Analisis Keterbatasan Guru Dalam Penggunaan Bahan Ajar Di Sd Swasta Cerdas Bangsa Medan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Masalah penting yang sering diperhatikan oleh pendidik dalam latihan pembelajaran adalah
memilih atau memutuskan bahan ajar atau bahan ajar yang tepat untuk membantu siswa dalam
meningkatkan kemampuan berprestasinya (Aditia dan Muspiroh, 2013). Hal ini disebabkan karena
dalam rencana pendidikan atau prospektus, materi yang ditampilkan hanya ditulis dalam bingkai
sebagai topik. Pendidik harus menggambarkan topik dengan tujuan agar menjadi materi pertunjukan
yang total (Magdalena, Prabandani, dkk., 2020). Selain itu, cara menggunakan materi pertunjukan juga
menjadi masalah. Penggunaan yang direncanakan adalah cara untuk menunjukkannya menurut sudut
pandang instruktur, dan bagaimana memperolehnya menurut sudut pandang siswa.
Batasan ini sangat luas dan luar dalam, meliputi pemahaman alam, SDM dan teknik yang
digunakan untuk mempersiapkan tujuan pembelajaran. Sementara menurut (Ekayani, 2017) media
pembelajaran adalah sarana yang sebenarnya untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran, misalnya
buku, film, rekaman, dan lain-lain. (Arsyad, 2010). Kemudian, pada saat itu, menurut Afiliasi
Persekolahan Umum menemukan bahwa media pembelajaran adalah sebuah metode korespondensi
seperti cetak dan lihat-dengar, termasuk inovasi peralatan. (Arsyad, 2010).
Hasil penelitian tentang Permasalahan Guru dalam Mengembangka Bahan Ajar di SD Negeri
101771 Tembung yang dilakukan dengan wawancara dan observasi terhadap guru. Setelah melakukan
pengumpulan data dapat ditemukan hasil bahwa:
1. Berdasarkan pertemuan dengan para pendidik di SD Negeri 101771 Tembung bahwa, permasalahan
pengajar dalam membuat materi peragaan adalah kesulitan pengajar dalam mengomunikasikan
pemikiran untuk membuat materi ajar. Untuk situasi ini, pendidik mengalami masalah dalam
mengkomunikasikan pemikiran untuk menciptakan bahan ajar seperti apa, karena dalam membuat
bahan ajar, tentunya pendidik harus fokus pada kemampuan siswa, kemajuan siswa, dan kesesuaian
dengan kebutuhan siswa. . Dengan demikian, dalam membuat materi peragaan, pendidik perlu
melihat setiap siswanya, sehingga materi peragaan yang direncanakan dapat mewajibkan semua
siswa, sehingga siswa dapat berperan serta dalam memajukan secara ideal.
2. Masalah lain yang dilihat oleh pengajar adalah masalah pemanfaatan media pembelajaran. Sesuai
persepsi lapangan, instruktur tidak memanfaatkan inovasi seperti memanfaatkan workstation, LCD
sebagai media pembelajaran. Guru jarang membuat media pembelajaran, biasanya pendidik hanya
memanfaatkan media yang tersedia di sekolah (Abdullah, 2017). Pendidik tidak merencanakan
media pembelajaran yang dapat dilibatkan pendidik dalam latihan-latihan pembelajaran, sehingga
selama pengalaman berkembang hanya menggunakan buku-buku pelajaran. Untuk itu pemanfaatan
media menjadi sangat penting, karena merupakan salah satu gambaran perbaikan bahan ajar yang
direncanakan menjadi suatu jenis media atau bantuan pendidikan. Dengan adanya media
pembelajaran, beberapa materi pembelajaran seringkali sulit dipahami oleh siswa atau pengajar sulit
memahaminya karena materi tersebut bersifat konseptual, membingungkan, dll. Maka tugas media
atau menampilkan bantuan dapat membantu siswa. Dalam menggambarkan sesuatu dengan
mengabstraksi. Selain itu, materi yang kompleks dapat dimaknai secara lugas sesuai dengan tingkat
penalaran siswa, sehingga materi lebih jelas.
3. Selain itu, satu lagi masalah yang berhubungan dengan materi yang ditampilkan adalah aset terbatas
dari materi pengajaran. Dimana sumber bahan pameran yang digunakan hanya berupa buku. Hal ini
berarti pendidik tidak mencari sumber bahan ajar yang berbeda yang dapat dimanfaatkan dalam
menciptakan bahan ajar (Sadjati, 2012). Padahal, banyak sumber bahan pamer selain buku yang bisa
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (2) Juni 2022 - (155-161)
158
1) Debora Florentina, 2) Laurensia M Peranginangin, 3) Miftahul Jannah Manurung, 4) Reni Afriani Samosir, 5)
Wanda Hamidah Harapan
Analisis Keterbatasan Guru Dalam Penggunaan Bahan Ajar Di Sd Swasta Cerdas Bangsa Medan
dimanfaatkan. Buku tidak perlu hanya menjadi satu jenis sumber buku, dengan tujuan tingkat
kedalaman penyajian materi lebih luas.
Oleh karena itu, pendidik harus memiliki informasi yang memadai tentang media pertunjukan,
yang meliputi:
a. Sebuah. Media sebagai instrumen khusus untuk membuat pendidikan dan pengalaman
pendidikan lebih menarik.
b. Kemampuan media untuk mencapai tujuan instruktif.
c. Detail yang rumit dari pengalaman pendidikan.
d. Keterkaitan antara strategi tayangan dan media instruktif.
e. Nilai atau kelebihan media ajar dalam mendidik.
f. Pilihan dan pemanfaatan media pembelajaran.
g. Berbagai macam perangkat dan metode media pembelajaran.
h. Pelatihan media di setiap mata pelajaran.
i. Upaya pengembangan media pembelajaran.P
Akibatnya cenderung beralasan bahwa media adalah bagian yang tidak dapat dibedakan
dari pengajaran dan pengalaman yang berkembang untuk mencapai tujuan instruktif secara
keseluruhan dan target pembelajaran di sekolah secara khusus. Dalam bahasa Arab, media adalah
perantara atau pesan awal dari pengirim kepada penerima pesan. (Arsyad, 2010). Jika media itu
menyampaikan pesan atau data untuk tujuan pendidikan atau mengandung maksud menunjukkan,
maka media itu disebut media pembelajaran. (Sadiman, 2007).
SIMPULAN
Akibat dari peninjauan tersebut dapat dikemukakan bahwa: Sangat penting untuk
mengembangkan materi tayangan karena sesuai dengan keadaan dan kondisi yang ada, serta sesuai
dengan program pendidikan dan karakter siswa. Kemajuan materi pertunjukan juga harus
mempertimbangkan kemampuan siswa, tingkat kemajuan siswa, kemajuan dunia, pentingnya
kebutuhan siswa dan permintaan. Untuk dapat mengembangkan materi pembelajaran dengan lebih baik,
pendidik melanjutkan ke fase persiapan/kelas tambahan, terutama yang berkaitan dengan peningkatan
materi pengajaran. Pendidik harus lebih siap untuk mengembangkan bahan ajar dengan mengikuti
lokakarya edukatif tambahan dan mempersiapkan kemajuan bahan ajar. Pendidik harus secara efektif
mencari sumber bahan bantuan untuk menambah informasi dan mengembangkan bahan untuk siswa.
Pendidik harus lebih dinamis dalam mendapatkan aset materi pelatihan untuk mendapatkan informasi
total. Sekolah seharusnya memberikan kantor dan yayasan yang membantu peningkatan panggilan
pengajaran. Ini harus dimungkinkan dengan memberikan dorongan uang kepada instruktur untuk pergi
ke persiapan dan lokakarya. Apalagi, bagi badan publik dipercaya akan menopang perekonomian para
pendidik, khususnya tenaga pengajar di sekolah-sekolah non-umum, sehingga mereka bisa bekerja
dengan bantuan pemerintah.
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (2) Juni 2022 - (155-161)
159
1) Debora Florentina, 2) Laurensia M Peranginangin, 3) Miftahul Jannah Manurung, 4) Reni Afriani Samosir, 5)
Wanda Hamidah Harapan
Analisis Keterbatasan Guru Dalam Penggunaan Bahan Ajar Di Sd Swasta Cerdas Bangsa Medan
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, R. (2017). Pembelajaran dalam perspektif kreativitas guru dalam pemanfaatan media
pembelajaran. Lantanida Journal , 4 (1), 3549. https://doi.org/10.22373/lj.v4i1.1866
Aditia, M. T., & Muspiroh, N. (2013). Pengembangan modul pembelajaran berbasis sains, lingkungan,
teknologi, masyarakat dan Islam (Salingtemasis) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
konsep ekosistem kelas X di SMA NU (Nadhatul Ulama) Lemahabang Kabupaten Cirebon.
Scientiae
Educatia:
Jurnal
Pendidikan
Sains ,
2 (2),
127148.
Arsyad, A. (2010). Bahasa dan Metode Pengajarannya: Beberapa pokok pikiran. Yogyakarta: Pustaka
Belajar .
Asmani, J. M. (2016). Tips Efektif Cooperative Learning: Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Tidak
Membosankan . Diva Press.
Cahyadi, R. A. H. (2019). Pengembangan bahan ajar berbasis ADDIE model. Halaqa: Islamic
Education Journal , 3 (1), 3542. https://doi.org/10.21070/halaqa.v3i1.2124
Ekayani, P. (2017). Pentingnya penggunaan media pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa. Jurnal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja ,
2 (1), 111.
Hernawan, A. H., Permasih, H., & Dewi, L. (2012). Pengembangan bahan ajar. Direktorat UPI,
Bandung , 4 (11), 113.
Khairani, S., Asrizal, A., & Amir, H. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Ipa Terpadu Berorientasi
Pembelajaran Kontekstual Tema Pemanfaatan Tekanan Dalam Kehidupan Untuk Meningkatkan
Literasi Siswa Kelas VIII SMP. Pillar of Physics Education , 10 (1).
Lubis, H. Z., & Ismaya, N. (2020). Pengembangan Bahan Ajar Akuntansi Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Di Kelas. LIABILITIES (JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI) , 3 (3), 206215.
Magdalena, I., Prabandani, R. O., Rini, E. S., Fitriani, M. A., & Putri, A. A. (2020). Analisis
pengembangan
bahan
ajar.
NUSANTARA ,
2 (2),
180187.
Magdalena, I., Sundari, T., Nurkamilah, S., Nasrullah, N., & Amalia, D. A. (2020). Analisis bahan ajar.
Nusantara , 2 (2), 311326. https://doi.org/10.36088/nusantara.v2i2.828
Murniati, M., & Muslim, M. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah Mekanika Berdasarkan
Analisis Kompetensi. Jurnal Pendidikan Fisika Dan Keilmuan (JPFK) , 1 (2), 6773.
Perwitasari, S., & Wahjoedi, W. (2017). Bahan Ajar Tematik Berbasis Kontekstual Untuk Siswa
Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Mahasiswa Kerjasama Direktorat Jenderal Guru
Dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud 2016 .
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (2) Juni 2022 - (155-161)
160