Pengaruh Pemberian
Tempe Dedak, Tape Dedak dan Kombinasinya Terhadap Kualitas Fisik Daging Ayam
Broiler Fase Finisher
The Effect of Feeding Bran Tempe, Bran Tape and Their Combination on the
Physical Quality of Finisher Phase Broiler Chicken Meat
1*) Martina
Jelita, 2) Markus Sinlae, 3) F. M. S. Telupere, 4) Heri
Armadianto
1234 Universitas Nusa
Cendana, Indonesia
Email: [email protected]
*Correspondence: Martina Jelita
DOI: 10.59141/comserva.v4i7.2610 |
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian tempe dedak, tape dedak dan
kombinasinya terhadap kualitas fisik daging ayam broiler. Penelitian ini
menggunakan 96 ekor ayam broiler umur 21 hari. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL), dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan tersebut adalah R0: 20%
dedak padi (kontrol), R1: 20% tempe dedak, R2: 20% tape dedak, dan R3: 10%
tempe dedak, 10% tape dedak. Variabel yang diukur adalah pH, daya ikat air,
susut masak, dan keempukan. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa
perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap semua variable
penelitian. Disimpulan bahwa pemberian tempe dedak, tape dedak dan
kombinasinya memberikan pengaruh yang sama terhadap kualitas fisik daging
ayam broiler Kata kunci: Ayam broiler, tempe dedak,
tape dedak, kualitas fisik daging |
|
ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect
of bran tempe, bran tape and their combination on
the physical quality of broiler chicken meat. This study used 96 broiler
chickens aged 21 day The method used in this study was an experimental method
using Complate Randomized Design (CRD), with 4
treatments and 6 replicates. The treatments were R0: rice bran (control), R1:
20% bran tempe, R2: 20% bran tape, and R3: 10% bran
tempe, 10% bran tape. The variables measured were
pH, water holding capacity, cooking loss, and tenderness. The results of
statistical analysis showed that there was no significant effect (P>0,05)
on all research variables. The conclusion is that the feeding of bran tempe, bran tape and their combination have the same
influence on the physical quality of broiler meat. Keywords: broiler chicken, tempeh bran, bran tape, physical quality of meat |
PENDAHULUAN
Usaha peternakan ayam pedaging (broiler) merupakan jenis usaha pemeliharaan
ternak yang unggul karena waktu yang diperlukan relatif singkat (Whayu, 2004). Dewasa ini, kebutuhan akan daging sebagai
sumber protein hewani terus
mengalami peningkatan, hal ini sering
dengan meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya kesejahteraan, kesadaran dari masyarakat akan pentingnya nilai gizi yang bersumber dari ternak. Salah satu usaha untuk
membantu memenuhi sumber gizi masyarakat yang berasal dari sumber protein hewani adalah dari ayam
broiler.
Kualitas daging merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi harga daging. Semakin tinggi kualitas
daging, harganya juga cenderung semakin tinggi. Kualitas daging yang baik
ditentukan oleh komposisi kimia dan karakteristik sifat fisik daging (Forest et al 1975), sedangkan menurut Buckle et al. (1987) faktor yang mempengaruhi
kualitas daging antara lain umur ternak, jenis kelamin, aktivitas ternak
sewaktu hidup dan pakan yang diberikan. Penentuan kualitas daging bisa
didasarkan pada beberapa parameter fisik, seperti pH (potensial Hydrogen), daya ikat air (water holding capacity), susut masak (cooking loss), dan keempukan (tenderness).
Sifat fisik dan karakteristik jenis daging mempengaruhi kualitas pengolahan
daging.. Daging yang memiliki kualitas sifat fisik yang bagus tentunya akan
memberikan produk pengolahan yang bagus dan akan mempermudah selama proses
pengolahannya. Pengujian kualitas sifat fisik daging sangat perlu dilakukan
untuk mengetahui kualitas suatu produk daging baik yang telah diolah maupun daging
segar.
�Pakan merupakan komponen terbesar
dalam biaya pakan karena sekitar 60% -75% dari biaya produksi terserap kedalam
pakan.Selain itu, kebanyakan bahan pakan yang digunakan untuk pakan broiler
sering bersaing dengan kebutuhan manusia, harganya yang relatif mahal dan juga
belum tentu tersedia secara kontinyu, (Sibbald, 1987). Upaya untuk mengatasi
masalah pakan yaitu dengan cara memanfaatkan potensi bahan pakan lokal yang
ada, salah satunya dengan memanfaatkan dedak padi. Dedak padi merupakan salah
satu dari limbah hasil pertanian yang ketersediaannya cukup banyak, mudah untuk
didapatkan dan murah harganya dengan total harga dedak perkarung di Kupang
selama penelitian yaitu 150 rb. Faria et
al. (2012) melaporkan bahwa dedak padi mengandung air 5,14-8,41%, abu
6,98-8,52%, lemak 17,87-20,05, protein 16,61-19,38%, serat kasar 20.45-25,38%,
karbohidrat tersedia 28,21-33,76%. Namun, dedak padi mempunyai beberapa
kelemahan antara lain serat kasar dan asam fitat yang tinggi. Menurut Sumiati
(2005) dedak padi mengandung asam fitat sekitar 6,9%. �Asam fitat dapat mengikat mineral seperti
kalsium, magnesium, seng, dan tembaga sehingga berpotensi mengganggu penyerapan
mineral. Selain itu asam fitat juga bisa berikatan dengan protein sehingga bisa
menurunkan nilai daya cerna protein (Woyengo dan Nyachoti, 2013). Untuk
mengurangi serat kasar yang tinggi maka perlu dilakukan fermentasi terlebih
dahulu
. Fermentasi
merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang
melibatkan mikroorganisme. Fermentasi memperbaiki gizi bahan berkualitas
rendah, meningkatkan protein, menurunkan serat kasar (Istiqomah et al., 2010),
menurunkan anti-nutrisi tetapi meningkatkan kecernaan protein (Olanipekun et
al., 2015). Produk fermentasi yang sudah dikenal di masyarakat luas antara lain
tempe dan tape. Stodolak dan Starzynska-Janiszewska (2008) melaporkan bahwa
fermentasi dengan ragi tempe mampu menurunkan asam fitat sebanyak 22% dan
meningkatkan ketersediaan protein sebesar 25%. Penurunan fitat dan meningkatnya
ketersediaan protein tersebut akan meningkatkan mutu bahan pakan, sehingga
kegunaan bahan baku tersebut dapat ditingkatkan.
Selain itu dedak padi juga dapat difermentasi dengan ragi tape. Santi et al. (2015) melaporkan bahwa
fermentasi dedak oleh Saccharomyces sp � selanjutnya disebut tape
dedak meningkatkan kadar protein kasar 14,07%, koefisien cerna bahan kering
7,19%, bahan organik 6,77%, protein kasar 24,25% dan koefisien cerna dedak padi
33,98%. Menurut penelitian Fatimah S et al., (2020) melaporkan bahwa
tempe dedak dan tape dedak dapat digunakan sebanyak 20% pada ayam broiler tanpa
menurunkan performanya. Untuk menghasilkan ayam broiler secara optimal,
diperlukan 10% kombinasi pakan yang tepat dalam ransum, diharapkan dengan
adanya kombinasi bahan yang saling melengkapi (sparing effect), memberikan
dampak positif terhadap pertumbuhan ternak sehingga dapat memperbaiki kualitas
fisik ayam broiler.
Berdasarkan uraian diatas maka telah dilakukan penelitian dengan tujuan
melihat pengaruh pemberian tempe dedak, tape dedak dan kombinasinya terhadap
kualitas fisisk daging ayam broiler fase finisher.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini
dimulai pada tanggal 5 juni sampai tanggal 21 juli 2023 yang dilaksanakan
dikandang unggas Fakultas Peternakan Kelautan Dan Perikanan selama 6 minggu,
yang terdiri dari 3 minggu masa pemeliharaan dan 3 minggu masa pengambilan
data. Sedangkan untuk pengujian kualitas fisik daging, dilaksanakan di
Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Kelautan dan Perikanan
Universitas Nusa Cendana Kupang yang berlangsung selama satu hari.
Materi penelitian
Ternak percobaan
Ternak yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 96 ayam broiler, umur 21 hari
Pakan
Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
konsentrat, jagung halus, dedak padi, tempe
dedak, tape dedak, minyak, top
mix. Dapat dilihat pada Tabel 1dibawah ini.
Tabel
1. Kandungan nutrisi bahan ransum
Bahan pakan % |
Protein
kasar |
Lemak
kasar |
Serat
kasar |
Energy
metabolis |
Jagung |
9 |
4 |
2 |
3350 |
Kosentrat |
32 |
3 |
8 |
2700 |
Dedak |
12,56 |
14,32 |
17,23 |
2470 |
Tempe dedak |
10,9 |
11,24 |
14,23 |
2338 |
Tape dedak |
14,3 |
10,12 |
12,54 |
2338 |
Minyak |
- |
- |
- |
8600 |
Sumber: Fatima S et al., (2020)
Tabel 2. Susunan pakan penelitian
Bahan Pakan % |
R0 |
R1 |
R2 |
R3 |
Jagung |
�� 37,5 |
� 37,5 |
�� ��37,5 |
���� ���37,5 |
Kosentrat |
�� 40 |
� 40 |
�� 40 |
40 |
Dedak |
�� 20 |
�� 0 |
�� 0 |
0 |
Tempe dedak |
��� 0 |
�� 20 |
�� 0 |
10 |
Tape dedak |
��� 0 |
�� 0 |
� ��20 |
10 |
Top mix |
��� 0,5 |
�� �0,5 |
�� �0,5 |
������ ��0,5 |
Miyak |
��� 2 |
�� 2 |
�� 2 |
2 |
Total |
��� 100 |
�100 |
�� �100 |
100 |
Komposisi nutrisi |
|
|
|
|
Protein kasar % |
������� 18,69 |
��� 18,35 |
��� 19,04 |
��� 18,70 |
Lemak kasar % |
����� 5,57 |
����� 4,99 |
����� 4,75 |
����� 4,87 |
Serat kasar % |
����� 6,70 |
����� 6,70 |
����� 6,49 |
����� 6,65 |
EM (kkal/kg) |
3002,25 |
2975,85 |
2975,85 |
2975,85 |
Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian terdiri dari tempat pakan, tempat
air minum, lampu pijar sebanyak 24 buah. Alat �alat yang
digunakan seperti timbangan digital serta alat untuk menguji kualitas fisik
daging, seperti pH meter, larutan buffer pH 7 dan pH 4, aquades, carper press dengan tekanan 35 kg/cm,
kertas saring, tissue, plastik jilid, kertas label, plastik klip, tali, spidol,
pisau, dan thermometer bimetal.
Kandang
Kandang yang digunakan adalah kandang litter, dengan ukuran kandang 6 x 9
m2. Ayam tersebut ditempatkan kedalam 24 petak kandang dengan masing-masing
petak berukuran 80 cm x 90 cm, setiap petak kandang berisi 4 ekor ayam yang
diambil secara acak. Pada setiap petak dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum. Untuk penerangan setiap petak kandang dipasang bola lampu pijar berdaya
60 watt.
Metode Penelitian
Metode
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Setiap ulangan berisi 4 ekor ayam broiler sehingga terdapat 24 unit percobaan.
perlakuan tersebut
adalah:
R0: Broiler diberi pakan yang
mengandung 20% dedak sebagai control
R1: Broiler diberi pakan yang
mengandung 20% tempe dedak
R2: Broiler diberi pakan yang
mengandung 20% tape dedak
R3: Broiler diberi pakan yang
mengandung tempe dedak 10%, tepe dedak 10% yang dikombinasi
Prosedur
Penelitian
1. Persiapan
kandang sebelum DOC masuk
a.
Liter
atau alas kandang yang digunakan
yaitu serbuk kayu yang dalam keadaan kering dan bersih yang sudah ditaburi kapur dan sudah disemprot dengan desinfektan. Desinfektan yang digunakan adalah formades. Kandang dan semua peralatan termasuk tempat pakan dan tempat minum sudah
disanitasi, dibersihkan dari segala kotoran
dan debu.
b.
Menyiapkan tempat
pakan dan tempat minum
c.
Kandang dengan ukuran 6 m x 9 m dibagi dalam 4 petak yang masing-masing petak berukuran 80 x 90 cm.
d.
Menyiapkan bola lampu berjumlah 24 buah 60 watt.
2. Sesudah DOC tiba dikandang
a.
Setelah DOC tiba dikandang, lalu diberi vitta stress dengan takaran yang diberikan adalah 1gram tiap litter untuk mencegah stress setelah pindah kandang
b.
Pemeliharaan dilakukan
selama 3 minggu, ayam broiler mula-mula diberikan pakan komersial. Kemudian pada saat memasuki umur
21 hari, ayam broiler mulai mengkonsumsi pakan penelitian sampai penelitian selesai
3. Pengacakan ternak
a.
Nomor
petak kandang digunting sebanyak 24 lembar
b.
Pemberian nomor dan perlakuan pada kandang maupun ternak dilakukan
secara acak dengan menggunakan prosedur yang berlaku
c.
�Dalam prosedur ayam harus
ditimbang untuk mengetahui berat badan
d.
Pada
setiap petak diberi satu gulungan nomor petak yang sudah diacak hingga petak
ke 24, lalu dibuka kemudian disesuaikan petak yang mendapat perlakuan R0, R1, R2, R3
4.
Pembuatan tepung dedak tempe
Pertama-tama, dedak dicampur
dengan air dengan perbandingan 1:1 (kadar air 60%). Dedak kemudian dikukus selama 30 menit.
Tujuan pengukusan adalah selain untuk membuat
dedak lebih lunak, juga
untuk sterilisasi.
Setelah 30 menit, dedak kemudian
diambil dan didinginkan. Setelah dingin,dedak
ditaburi ragi tempe dengan ukuran 2 g/
kg dedak. Lalu masukan dedak yang sudah ditaburi ragi kedalam plastik. Plastik ditutup
rapat. Plastik kemudian
dilubangi untuk memudahkan pertukaran udara, sebab ragi tempe membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
Fermentasi dedak tempe selama
72 jam (3 hari). Setelah fermentasi
sempurna, tempe dedak
kemudian
dijemur sampai kering dan disimpan dalam plastik sebelum diberikan pada ayam broiler.
5. Pembuatan tepung
tape dedak
Cara pembuatan tape dedak tidak jauh
berbeda dari pembuatan tempe dedak. Pertama-tama, dedak
dicampur dengan air dengan perbandingan
1:1,
lalu dikukus selama 30 menit.Tujuan pengukusan adalah selain untuk membuat
dedak lebih lunak, juga untuk mengurangi kontaminan.
Setelah 30 menit,
dedak kemudian diambil dan didinginkan.
Setelah dingin,
dedak ditaburi ragi tape
(Saccharomyces cereviseae) sebanyak
5
gram/kg dedak.
Setelah homogen, dedak dimasukkan ke dalam plastik, dan ditutup
rapat. Plastik tidak dilubangi sebab ragi tape tidak membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
Fermentasi dedak dilakukan selama
42 jam
(42 hari).
Parameter
Yang Diteliti
1.
Pengukuran
pH
Pengukuran pH
dapat menggunakan pH meter (ockerman,1983). Adapun prosedurnya
sebagai berikut:
a.
Pengukuran
pH meter lalu tusukan ujung alat pH meter pada sampel daging, baca dan catat nilai pH yang tertera dalam layar display alat pH meter.
b.
Lakukan beberapa
kali pengukuran untuk memperoleh hasil nilai pH yang akurat.
c.
Jika
melakukan pengukuran pH
dengan sampel yang berbeda,
maka sebelum alat pH meter digunakan, ujung alat pH meter dibasuh terlebih dahulu dengan menggunakan aquades, kemudian keringkan dengan tissue. Setelah itu lakukan pengukuran
terhadap sampel yang lain.
d.
Apabila sudah
dimatikan maka proses kalibirasi harus dilakukan kembali apabila pH meter akan digunakan kembali.
e.
Apabila selesai
digunakan, ujung alat pH meter dibasuh dengan aquades sampai bersih, kemudian keringkan dengan tissue
dan simpan kembali alat pH meter pada tempatnya.
������ 2. Pengukuran daya ikat
air atau water holding capacity.
Mengukur daya ikat air dapat dilakukan dengan metode (Hamm, 1960) sebagai berikut:
a.
Timbang
sampel sebanyak 0,3gram
dengan menggunakan timbagan
digital.
b.
Letakan sampel
diantara 2 kertas saring, kemudian lakukan pengepresan dengan beban 35 kg menggunakan carprer press selama
5 menit.
c.
Area
basah yang tergambar pada kertas saring tersebut
digambar diatas plastik mika. Luas area basah dihitung dengan menggunakan millimeter blok. Berat air yang dilepaskan selama pengepresan dapat dihitung dengan
Rumus:
MgH₂0������������������������ = luas area basah � 8,0
�� �������������������������������� 0,0948-8,0
kadar air
basah������������� = �������X������ ��x 100
�������� 300
����������������������� Daya
Ikat Air �������������� = % kadar total air - % kadar air basah
3. Pengukuran
Susut Masak
����������������������� Metode Bouton at al., 1975,
(Soeparno 1994), Sebagai berikut:
a.
Susut masak
daging dihitung dengan memasak sampel daging menggunakan waterbath.
b.
Bobot sampel
yang digunakan adalah 20 g.
c.
Waterbath dipertahankan
panasnya pada suhu 80, kemudian sampel dimasukan kedalam plastik tahan panas
dan direbus selama 60 menit.
d.
Setelah selesai perebusan,
sampel didinginkan pada air
mengalir, lalu dikeluarkan dari plastiknya dan dikeringkan dengan
kertas saring tanpa dilakukan penekanan.
e.
Sampel ditimbang dan dihitung susut masak
Nilai susut masak dihitung menggunakan rumus:
Susut masak = berat sebelum pemasakan-berat setelah
pemasakan x 100%
Berat sebelum pemasakan
4. Pengukuran
Keempukan
����������� Persiapan
uji keempukan daging ayam broiler dilakukan dengan mempersiapkan 24 potong daging ayam bagian
dada dengan masing-masing berat 75 g yang telah direbus selama
15 menit sesuai dengan perlakuan.
Kemudian sebanyak 15 orang panelis diminta untuk menguji dan memberikan penilaian pada masing-masing sampel
dengan mengisi kuisioner
yang telah disediakan,
dengan skala penilaian 1-4,
dimana 1(tidak empuk), 2 (kurang empuk), 3 (empuk), 4 (sangat empuk).
.
Analisis
Data
Data yang diperoleh, ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan
Analysis of Variance (ANOVA)
untuk melihat ada tidaknya pengaruh
perlakuan terhadap variabel yang diteliti. Apabila berpengaruh nyata, maka dilakukan
uji lanjut dengan menggunakan
Uji Jarak Berganda Duncan untuk
melihat perbedaan antara perlakuan (Stell and
Torrie 1993). Sedangkan data keempukan
dilakukan dengan menggunakan
analisis Kruskall-Walis apabila berpengaruh nyata maka dilakuakan
dengan uji lanjut Mann-Whitney, dengan menggunakan soft were SPSS. Adapun model matematika untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL), yaitu sebagai berikut :
�Yij: � + αi + eij
Dimana :
Yij : Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
��� �: Nilai Tengah Umum αi
= Pengaruh perlakuan ke-i
eij �: Kesalahan percobaan pada perlakuan
�I� ��: 1,2, ...4.
�J� ��: 1,2,3, ...6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh perlakuan terhadap pH, DIA, Susut Masak dan Keempukan yang
terdapat dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan PH, daya ikat
air, susut masak dan keempukan
������������������������� Perlakuan |
P-Value |
||||
R0 |
R1 |
R2 |
R3 |
||
Ph |
5,18�0,08 |
5,26�0,12 |
5,17�0,06 |
5,26�0,19 |
0,443 |
DIA |
47,99�0,99 |
47,20�1,31 |
48,36�1,08 |
47,56�0,67 |
0,271 |
Susut masak (%) |
36,72�3,52 |
36,74�2,84 |
36,49�3,87 |
32,87�2,78 |
0,148 |
Keempukan |
2,81�0,96 |
2,73�0,99 |
2,67�0,99 |
2,74�0,95 |
0,820 |
Pengaruh perlakuan terhadap pH
Hasil Analisis of Variance (ANOVA) menunjukan
bahwa nilai pH ayam broiler yang diberi pakan tempe dedak,
tape dedak, dan kombinasinya
tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pH daging ayam broiler. Dari
hasil tabel 3 diatas maka tidak perlu diuji lanjut Duncan untuk mengetahui
perbedaan antara perlakuan pada semua parameter karena tidak berpengaruh nyata/tidak
berbeda nyata(P>0,05). Rataan pH daging ayam broiler tertinggi terdapat pada
perlakuan R1 dan R3 (5,26) dan terendah terdapat pada R2 (5,17)
Nilai pH
adalah suatu indikator penting dalam kualitas daging. Penentuan kualitas daging
salah satu kriteriannya adalah dengan mengukur derajat keasamaan (pH), karena
nilai pH dapat mempengaruhi sifat fisik daging. Faktor utama yang mempengaruhi
derajat keasamaan (pH) yaitu faktor sebelum dan sesudah pemotongan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Arabele et al. (2001),
bahwa kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah
pemotongan. Proses pemotongan sangat berpengaruh terhadap kualitas daging yang
dihasilkan dimana setelah ternak dipotong, akan terjadi perubahan secara fisik
maupun kimia sampai dihasilkan daging dan proses glikolisis setelah ternak
dipotong akan mempengaruhi nilai pH (Dewayani et al., 2015).
Pengaruh Pelakuan terhadap
Daya Ikat Air
Hasil analisis of variance (ANOVA)
menunjukkan bahwa pemberian tempe dedak, tape dedak, dan kombinasinya tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap daya ikat air ayam broiler. Dari hasil
tabel 3 di atas maka tidak perlu diuji lanjut Duncan untuk mengetahui perbedaan
antara perlakuan pada semua parameter karena tidak berpengaruh nyata. Daya ikat
air yang tinggi pada perlakuan R2 dengan pemberian tempe dedak (20%) menunjukan
bahwa kualitas daging semakin baik. Sesuai pendapat Sudarman dkk., (2008)
menyatakan bahwa daging dengan daya ikat air yang lebih tinggi mempunyai
kualitas relative lebih baik. Menurut Agus et
al., (2010) bahwa daya ikat air daging ayam broiler berkisar 30,39%-
41,21%. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya ikat air adalah pakan.
Perbedaan nilai daya ikat air dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat dan
protein daging, kandungan protein daging yang tinggi akan diikuti dengan
semakin tingginya daya mengikat air (Ockerman ., 1983). Daya ikat air
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain spesies, umur, fungsi otot, pH,
lemak intra muscular, nutrient, stress, prosesing.Rendahnya daya ikat air pada
perlakuan R1 menunjukan bahwa kualitas dagingnya rendah.
Pengaruh Perlakuan Terhadap
Susut Masak
Susut masak adalah indikator nilai nutrient daging yang berhubungan dengan
kadar jus daging, yaitu banyaknya air yang terikat didalam dan diantara serabut
otot. Rataan nilai susut masak tertinggi terdapat pada perlakuan R1 36,74%,
diikuti R0 36,72%, R2 36,49%, dan terendah terdapat pada perlakuan R3 32,87%.
Hasil analisis of variance (ANOVA) menunjukan bahwa pemberian tempe dedak, tape
dedak dan kombinasinya terhadap susut masak daging tidak berpengaruh nyata
(P>0,05). Dari hasil table 3 di
atas maka tidak perlu diuji lanjut Duncan untuk mengetahui perbedaan antara
perlakuan pada semua parameter karena tidak berpengaruh nyata/tidak berbeda
nyata(P>0,05). Pengaruh perlakuan terhadap susut masak erat kaitannya dengan
pH dan daya ikat air. Pada pH daging, perlakuan R1 dan R3 lebih tinggi dari
perlakuan lainnya, sedangkan daya ikat air perlakuan tertinggi terdapat pada
R2.Sesuai pernyataan Wanniate (2014) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
susut masak adalah pH, dan juga Yanti (2008) menyatakan bahwa susut masak
daging dipengaruhi oleh daya ikat air.Semakin tinggi daya ikat air maka semakin
rendah susut masak daging karena kandungan nutrient dalam daging tidak banyak
yang keluar selama pemasakan.
Pengaruh Perlakuan Terhadap
Keempukan
Keempukan daging merupakan salah satu penentu penting pada kualitas daging
karena komponen menginginkan daging yang empuk.Soeparno (1992) menyatakan bahwa
pada perinsipnya keempukan daging dapat ditentukan secara objektif dan
subyektif.Penentuan keempukan daging dengan metode objektif dapat dilakukan
secara mekanik dengan pengujian kompresi (indeks kealotan daging) dengan
menggunakan alat daya putus daging.Sedangkan, pada penelitian ini pengujian
keempukan daging ayam broiler dilakuakn secara subjektif yaitu dilakukan dengan
uji panel cita rasa atau yang disebut panel taste. Uji keempukan daging ayam
broiler tertinggi terdapat pada perlakuan R0 2,81, selanjutnya diikuti oleh R3
2,74, R1 2,73 dan R2 2,67. Hasil uji kruskal
�walis menunjukan bahwa pemberian tempe dedak, tape dedak dan
kombinasinya tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai keempukan
daging ayam broiler. Dari hasil table 3 di atas maka tidak perlu diuji lanjut
Duncan untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan pada semua parameter tidak
berpengaruh nyata/tidak berbeda nyata(P>0,05). Pada penelitian ini
memperlihatkan keempukan pada daging ayam broiler rata � rata nilai
keempukannya bagus, hal ini dikarenakan daging yang semakin empuk disebabkan
oleh menurunnya kadar serat kasar pada ransum yang diberikan sehingga lemak
menjadi lebih mudah larut.
KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pakan tempe dedak, tape dedak,
dan kombinasinya pada ayam broiler tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap parameter kualitas fisik daging, yaitu pH, daya ikat air, susut masak,
dan keempukan (P>0,05). Nilai pH tertinggi tercatat pada perlakuan R1 (tempe
dedak 20%) dan R3 (kombinasi tempe dedak 10% dan tape dedak 10%) sebesar 5,26,
sementara daya ikat air tertinggi terdapat pada perlakuan R2 (tape dedak 20%).
Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan dedak yang
difermentasi dengan ragi tempe maupun tape, baik secara tunggal maupun
kombinasi, dapat digunakan sebagai alternatif bahan pakan tanpa memengaruhi
kualitas fisik daging ayam broiler.
DAFTAR PUSTAKA
Aberle, E.D.,
J.C. Forrest, Gerrard D.E. and Mills E.W. 2001. Principles of Meat Science. Iowa:
Kendall/Hunt Publishing Company
Agus HP, Edi Syryatno,
Zuprizal. 2010. Kualitas Fisik dan Sensoris Daging dengan Penambahan Ampas Virgin Coconut
Oil (VCO). Jurnal Peternakan.Vol. 34(1):55-63.
Bouton, P.E., P.V. Harris and W.R. Shorthose, 1975. Changes in Shear Parameter of Meat Assosiated With Structural Changes
Produced By Aging Cooking and Myofibrilar
Contraction. J. Food Sci. 40:1107.
Buckle, K. A.et a, (1987). Ilmu Pangan. University Indonesia Pres. Jakarta Dewayani, R. E., H. Natsir, dan
O. Sjofjan. 2015. Pengaruh Penggunaan Onggok dan Ampas Tahu Terfermentasi Mix Culture Aspergilius
niger dan Rhizopus oligosporus
Sebagai Pengganti Jagung Dalam Pakan Terhadap Kualitas Fisik Daging Ayam Pedaging. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak.Vol. 10,
No. 1. ISSN: 1978-0303.
Faria, S. A. dos S. C., P. Z. Bassinello, M. de V. C. Penteado. 2012. Nutritional
composition of rice bran submitted to different stabilization procedures. Bra.
J. Pharma. Sci. 48 (4): 651-657.
Fatimah,S., U. Santoso, Y. Fenita dan
Kususiyah, 2020. Pengaruh penggunaan tempe dedak dan tape dedak terhadap performa ayam broiler. Jurnal Sain Peternakan
Indonesia, 15 (2): 124-131.
Forest et all. 1975. Principle of
Meat Science. Freeman and Co. San Francisco
Hamm R. 1960.Biochemistry of meat
hydration. Journal of Food Science. 10:355-462.
Istiqomah, I., A. Febrisiantosa, A. Sofyan dan E. Damayanti. 2010.
Implementation of fermented rice bran as a flavor enhancer additive and its
effect on feed utilization and beef cattle performance. The 5th International
Seminar on Tropical Animal Production, Community Empowerment and Tropical
Animal Industry, October 19- 22, 2010, Yogyakarta, Indonesia.
Ockerman, H. W. 1983. Chemistry of
Meat Tissue.10th Ed. Dept.Of Animal Science. The Ohio
State University and The Ohio Agricultural Research and Department Centre,
Ohio.
Olanipekun, B.
F., E. T. Otunola dan O. J. Oyelade. 2015. Effect of fermentation on antinutritional
factors and in vitro protein digestibility of Bambara nut (Voandzeia
subterranean L.). Food Science and Quality Management 39: 98-110.
Sibbald, I.R. 1987. Estimation of
bio available amino acids in feeding stuffs for poultry and pigs: a review with
emphasis on balance experiment. Can. J. Sci. 67:221-301.
Steel dan
Torrie.1993. Prinsip Dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometric.PT
Gramedia pustaka utama. Jakarta
Stodolak, B. and A. S
zyń ‐Janiszewska. 2008. The influence of
tempeh fermentation and conventionalcooking on
anti‐nutrient level and protein bioavailability (in vitro test) of
grass‐pea seeds. Journal of theScience of Food and Agriculture. 88 (13): 2265-2270.
Sudarman, A.,
K.G Wiryawan dan H. Markhama. 2008. Penambahan Sabun Kalsium dari Ikan Lemuru
dalam Ransum: 1. Pengaruhnya terhadap Tampilan Produksi Domba. Media Peternakan
(diterima untuk diterbitkan).
Sumiati, J.,
2005. Rasio molar asam fitat : Zn untuk menentukan suplementasi Zn dan enzim
fitase dalam ransum berkadar asam fitat tinggi. Disertasi, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Wahyu, J.
2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-5. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Wanniatie V, Septinova
D, Kurtini T, Purwaningsih
N. 2014. Pengaruh Pemberian
Tepung Temulawak dan kunyit terhadap cooking loss,
drip loss dan uji kebusukan daging
puyuh. J. Ilmiah Peternakan Terpadu2 (3): 121-125
Woyengo, T. A.
dan C. M. Nyachoti. 2013.
Review: Anti-nutritional effects of phytic acid in diets for pigs and poultry �
current knowledge and directions for future research. Can. J. Anim. Sci. 93:
9-21
Woyengo, T. A. dan C. M. Nyachoti. 2013. Review: Anti-nutritional effects of phytic
acid in diets for pigs and poultry � current knowledge and directions for
future research. Can. J. Anim. Sci. 93: 9-21
Yanti, Hidayati
H, Elfawati. 2008. Kualitas
daging sapi dengan kemasan plastik pe (polythylen) dan plastik pp (polyprophylen) di Pasar Arengka
Kota Pekanbaru. J. Peternakan
5(1): 22-27.