Perubahan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Santri Husada Sebagai Peer Educator
Promosi Kesehatan Reproduksi
Changes in the Level of Knowledge
and Attitude of Husada Students as Peer Educators for
Reproductive Health Promotion
1*) Ardhiyanti Puspita Ratna, 2) Taurisma
Aulia Nanda Wibisono, 3) Zhafirah Auliarahma, 4) Hilma
Tsurayya Iftihurozza, 5)
Zumroh Hasanah, 6) Tisnalia Merdya Andyastanti
123456 Universitas Negeri Malang, Indonesia
Email:
[email protected]
*Correspondence: Ardhiyanti
Puspita Ratna
DOI: 10.59141/comserva.v4i7.2608 |
ABSTRAK Masa remaja adalah masa transisi dari
anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini ditandai dengan adanya perubahan
kognitif dan adanya kematangan seksual seperti hormonal. Remaja memerlukan
pemahaman tentang kesehatan reproduksi agar dapat menjaga kesehatan secara
optimal, menghindari risiko penyakit menular seksual, serta membuat keputusan
yang tepat terkait kehidupan reproduksi di masa depan. Pesantren adalah salah
satu lembaga pendidikan di Indonesia yang menaungi pendidikan remaja yaitu
para santrinya. Berdasarkan Focused Group Discussion yang diadakan dengan
santri husada PP Nurul Ulum Putri Kota Malang diketahui pemahaman tentang
kesehatan reproduksi masih kurang. Tim Pengabdian FK UM melakukan kegiatan
pelatihan dan pendampingan kepada santri husada untuk meningkatkan peran
mereka sebagai peer educator kesehatan reproduksi dengan melakukan pelatihan
berbasis studi kasus. Kegiatan melibatkan 60 orang santri dan berlangsung
selama 3 bulan. Dari hasil pelatihan didapatkan pengetahuan santri Husada
meningkat dari rata-rata 58.75�14.9 sebelum pelatihan menjadi 82.9�10.86
setelah pelatihan, hasil uji paired T menunjukkan signifikasi 0,000. Selain
itu, setelah pelatihan, santri Husada menunjukkan perilaku mendukung promosi
kesehatan reproduksi di pesantren sebanyak 63%, perilaku sangat mendukung
sebesar 30%, dan perilaku tidak mendukung hanya 7%. Dapat disimpulkan
pelatihan dan pendampingan berbasis studi kasus dapat meningkatkan
pengetahuan dan mengubah sikap santri husada dalam promosi kesehatan
reproduksi. Kata kunci: santri
husada, peer educator,
kesehatan reproduksi, pelatihan studi kasus |
|
ABSTRACT Adolescence is a transitional phase from childhood to maturity. This
phase is characterised by cognitive transformations
and the commencement of sexual maturation, including hormonal alterations.
Adolescents must comprehend reproductive health to sustain maximum
well-being, mitigate the danger of sexually transmitted infections, and make
informed choices about their future reproductive life. Pesantren
is an educational institution in Indonesia that offers education for
teenagers, particularly its students. The Focused Group Discussion conducted
with the Husada students of PP Nurul Ulum Putri Kota Malang revealed a deficiency in their
comprehension of reproductive health. The FK UM Community Service Team
facilitated training and mentoring for Husada
students to augment their responsibilities as peer educators in reproductive
health via case-based training. The endeavour
engaged 60 pupils and persisted for a duration of 3 months. The training
findings indicated that the knowledge of Husada
students improved from an average of 58.75�14.9 prior to the training to
82.9�10.86 post-training, with a paired T-test revealing a significance level
of 0.000. Furthermore, following the training, Husada
students exhibited supporting behaviour towards the
promotion of reproductive health in the pesantren
at a rate of 63%, demonstrated extremely supportive behaviour
at 30%, and displayed non-supportive behaviour at
merely 7%. Case-based training and mentoring can improve knowledge and alter
the attitudes of Husada students about the
promotion of reproductive health. Keywords: santri husada, peer educator, reproductive health,
case-based training |
PENDAHULUAN
Masa remaja
adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini ditandai
dengan adanya perubahan kognitif dan adanya kematangan seksual seperti
hormonal. Dengan adanya hal tersebut, remaja diharapkan dapat melakukan
penyesuaian diri dengan adanya berbagai perubahan yang ada di tubuh mereka.
Kematangan seksual serta adanya perubahan fisik dapat mempengaruhi kondisi
psikologis pada remaja
Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendefinisikan remaja
sebagai individu yang berusia 10-24 tahun dan belum menikah. Kesehatan
reproduksi remaja merujuk pada kondisi sehat secara fisik, psikologis, dan
sosial yang berkaitan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi pada remaja
Program
kesehatan reproduksi remaja merupakan inisiatif yang melibatkan pemberian
pendidikan, informasi, konseling, serta keterampilan hidup sehat, dengan tujuan
agar remaja dapat mencapai kesehatan reproduksi yang optimal. Kurangnya edukasi
dan informasi yang diterima remaja tentang kesehatan reproduksi dapat
menyebabkan munculnya masalah seperti infeksi penyakit menular seksual,
kehamilan di luar nikah yang tidak diinginkan, dan praktik aborsi tidak aman
yang berisiko tinggi menyebabkan kematian. Peningkatan pengetahuan dan sikap
yang lebih baik mengenai kesehatan reproduksi dapat diperoleh melalui proses
pendidikan
Kesehatan
reproduksi wanita memiliki dampak luas yang mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan, serta menjadi salah satu indikator dalam pelayanan kesehatan
Berdasarkan
data Kementerian Agama tahun 2022, di Jawa Timur terdapat 6.744 pondok
pesantren dengan total santri mencapai 323,3 ribu. Pesatnya perkembangan
pesantren di Jawa Timur menyebabkan pengelolaan menjadi semakin kompleks,
termasuk dalam manajemen program kesehatan di pesantren. Di Kota Malang
sendiri, terdapat sekitar 71 pondok pesantren dengan sekitar 10 ribu santri.
Salah satu pondok pesantren yang ada di Kota Malang adalah Ponpes Nurul Ulum
Putri. Pondok Pesantren Nurul Ulum Putri mempunyai unit pelayanan kesehatan
santri bernama Pusat Kesehatan Pesantren (Puskestren) Asy-syifa yang berdiri
sejak tahun 2008. Pada tahun 2018 juga telah dibentuk program kaderisasi Santri
Husada, yang mengacu pada program Pos Kesehatan Pesantren Dinas Kesehatan Kota
Malang.
Tim pengabdian
masyarakat FIK UM tahun 2023 membuat Focused
Group Disscussion (FGD) berhasil menjaring setidaknya 3 materi lanjutan
yang ingin diketahui lebih dalam oleh para kader santri husada, yaitu Kesehatan
Reproduksi (58 %), gizi seimbang (20%), kesehatan mental (16%) dan tema lainnya
(6%). Selain itu, berdasarkan data kunjungan pasien yang diperoleh dari Pusat
kesehatan pesantren (Puskestren) Asy Syiffa diketahui selama tahun 2023 juga
terdapat cukup banyak kunjungan yang dilakukan santriwati dengan masalah
kesehatan reproduksi. Kasus yang tercatat antara lain keluhan gatal di kemaluan
(25 kasus), keluhan keputihan (15 kasus), keluhan haid tidak teratur (10
kasus). Dengan adanya para kader santri husada yang diharap menjadi garda
terdepan upaya promotif dan preventif di lingkungan pesantren, yang dapat
memberikan edukasi, menjadi role model
dan menginisiasi perilaku hidup bersih dan sehat di kalangan santriwati. Santri
husada diharapakan juga mampu menjadi peer
educator salah satunya pada masalah kesehatan reproduksi. Berdasarkan
identifikasi masalah tersebut, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan sikap para kader santri husada dalam upaya promosi kesehatan
reproduksi dan menganalisis dampak pelatihan terhadap perubahan sikap dan
pengetahuan.
METODE PENELITIAN
Kegiatan pelatihan ini merupakan rangkaian kegiatan
pengabdian masyarakat ini dimulai dengan melakukan identifikai masalah dan
koordinasi dengan mitra terkait, yaitu Pondok Pesantren Nurul Ulum Putri di
Kota Malang, yang bertujuan melakukan pengamatan dan analisis mendalam terhadap
masalah mitra serta mengidentifikasi potensi yang dimiliki serta melakukan
perencana kolaborasi, survei lokasi juga dilakukukan guna memastikan
ketersediaan sarana yang mendukung kegiatan. Selain itu langkah awal ini
dilakukan guna menjaring subjek kegiatan yaitu para kader santri husada.
Selanjutnya, dilakukan penyusunan modul dan desain
instruksional pelatihan. Penyusunan modul ini merupakan kunci dalam memastikan
kelancaran penyampaian materi kepada peserta, yang disusun berisi topik-topik
mendasar, terkait kesehatan reproduksi, termasuk penjelasan tentang promosi
kesehatan, serta panduan praktis untuk menjadi peer educator. Modul dan desain
instruksional pelatihan dirancang agar kegiatan berjalan sistematis,
terstruktur, dan target program dapat tercapai. Modul tersebut juga berperan
sebagai log book yang memungkinkan perekaman kegiatan rutin santri husada
sebagai peer educator, media komunikasi dengan tim pendamping dan juga media
evaluasi formatif.
Kemudian kegiatan dimulai dengan tahapan orientasi
dilakukan untuk memperkenalkan program dan tujuan pelatihan kepada para Santri
Husada. Pre-test diberikan pada tahap ini untuk mengukur pengetahuan awal para
peserta tentang kesehatan reproduksi remaja upaya promotif serta peran mereka
sebagai peer educator. Pre-test ini akan menjadi indikator dasar untuk evaluasi
efektivitas program di akhir kegiatan.
Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan pelatihan peningkatan
literasi kesehatan dilakukan dengan menggunakan metode kolaboratif dan studi
kasus. Materi yang diberikan meliputi anatomi dan fisiologi sistem reproduksi,
gangguan kesehatan reproduksi seperti menstruasi tidak teratur, infeksi, dan
kebersihan diri, mitos dan fakta terkait kesehatan reproduksi. Selain itu untuk
meningkatkan kapasitasnya sebagai peer educator, para santri husada juga
dibekali dengan materi komunikasi efektif, komunikasi dengan kelompok dan topik
khusus serta dasar peer edukasi. Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan
peningkatan pengetahuan yang signifikan kepada Santri husada, khususnya terkait
aspek-aspek kesehatan yang sering kali tidak dibahas secara terbuka di
lingkungan pesantren.
Setelah peserta mendapatkan peningkatan literasi
kesehatan dan studi kasus tentang masalah kesehatan reproduksi di ponpes,
pelatihan berlanjut pada pengembangan keterampilan sebagai peer educator. Pelatihan
ini menitikberatkan pada penguasaan teknik komunikasi yang efektif untuk
menyampaikan informasi kesehatan kepada teman sebaya. Para Santri Husada
dilatih untuk mengatasi berbagai situasi, terutama dalam membahas topik-topik
sensitif seperti kesehatan reproduksi. Pelatihan berbasis studi kasus ini
membantu mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan di lapangan.
Kemudian diakhir sesi pelatihan, Santri Husada mulai
berperan aktif sebagai peer educator dalam lingkungan pesantren. Selama tiga
bulan, mereka menjalankan program promosi kesehatan reproduksi kepada teman
sebaya. Kegiatan ini dipantau secara rutin oleh tim pengabdian melalui log book
yang digunakan untuk mencatat perkembangan, masalah yang dihadapi, serta solusi
yang diterapkan oleh peserta. Kegiatan pendampingan ini dilakukan selama 2
bulan, sehingga kegiatan ini berlangsung selam 3 bulan dari bulan Juli-
September 2024.
Setelah masa pelatihan dan praktek berakhir, dilakukan
post-test untuk mengevaluasi peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta.
Perbandingan antara hasil pre-test dan post-test menjadi alat evaluasi utama
untuk menilai efektivitas pelatihan yang diberikan. Kegiatan ditutup dengan
inagurasi yang menandai penutupan program pelatihan. Pada acara ini, seluruh
hasil pelatihan didiskusikan bersama, dan para peserta diberikan kesempatan
untuk memberikan umpan balik. Evaluasi dari peserta digunakan untuk menyempurnakan
program pelatihan di masa mendatang.
Program pengabdian ini diharapkan mampu meningkatkan
kapasitas Santri Husada dalam menjalankan peran mereka sebagai peer educator,
khususnya dalam bidang kesehatan reproduksi. Dengan demikian, Santri Husada diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan kesadaran dan
pemahaman terkait kesehatan reproduksi di kalangan santri, serta berperan dalam
promosi hidup sehat di lingkungan pondok pesantren.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pelatihan ini dilakukan di Pondok Pesantren
Nurul Ulum Putri Kota Malang selama bulan Juli � September 2024, dengan
melibatkan 60 orang santri yang merupakan kader santri husada, dengan pemateri
dan pendamping dari Tim Pengabdian Kepada masyarakat FK Universitas Negeri
Malang. Santri husada merupakan kader kesehatan yang menjadi bagian dari Pusat
Kesehatan Pesantren (Puskestren) dan dipilih dari perwakilan santri dengan
persentase ideal 10% dari jumlah populasi. Adapun para santri husada yang mengikuti
pelatihan ini merupakan santri baru yang baru saja dipilih dan santri lama yang
sebelumnya sudah pernah mendapat pelatihan dan pendampingan dari Tim
Pengabdian, dengan materi Pencegahan Penyakit Menular. Karakteristik santri
husada dijabarkan dalam grafik 1 dan 2 berdasarkan sebaran umur dan lama waktu
menjadi santri husada.
Gambar 1. Sebaran santri husada ponpes Nurul Ulum Putri
berdasarkan umur
Gambar 2. Karakteristik santri husada ponpes Nurul Ulum Putri
berdasarkan lama menjadi kader santri husada dalam bulan.
Berdasarkan grafik 1 dan 2 tampak bahwa mayoritas peserta
pelatihan adalah santri baru dengan pengalaman kurang dari 1 tahun dan belum
pernah mendapatkan pelatihan sebelumnya, yaitu sebanyak 60 % responden. Adapun
40% nya adalah santri husada senior yang sebelumnya pernah mendapatkan
pembekalan dengan materi yang berbeda. Usia para kader ini adalah usia remaja
dengan mayoritas responden berusia 14 tahun sebanyak 37%. Faktor usia remaja
ini sangat menguntungkan karena remaja memiliki kecenderungan untuk bersikap
terbuka dan penasaran dengan hal-hal baru, sehingga membuat mereka mudah
belajar dan terbuka dengan pengetahuan baru. Implementasi peran kader kesehatan
pada santri husada sangat baik untuk menunjang peran remaja sebagai kader
promosi kesehatan, terutama untuk teman sebayanya
����������� Sebelum pemberian materi dengan
metode studi kasus dan praktek langsung pengaplikasian pengetahuan yang
diberikan, para santri husada harus mengerjakan pretes yang terdiri dari 25
butir soal yang terdiri dari 5 materi yang diujikan yaitu pemahaman dasar
anatomi dan fisiologi sistem reproduksi, gangguan kesehatan reproduksi� yang banyak dijumpai di ponpes seperti
menstruasi tidak teratur dan infeksi, upaya pencegahan penyakit dan promosi
perilaku hidup bersih dan sehat, yang dicantumkan dalam 15 butir soal. Selain
itu untuk mengetahui kapasitasnya sebagai peer educator, para santri husada
juga diuji tentang pemahaman komunikasi efektif, komunikasi dengan kelompok dan
topik khusus serta edukasi sebaya, yang diberikan dalam 10 butir soal. Kemudian
setelah mendapatkan pelatihan dan pendampingan, pada akhir masa pelatihan
dilakukan evaluasi dengan postes untuk mengukur capaian para santri husada
tersebut. Hasil pengukuran tingkat pengetahuan disajikan dalam grafik 3 sebagai berikut.
Gambar 3. Rerata hasil pengukuran pengetahuan santri husada terhadap
kesehatan reproduksi
Berdasarkan hasil pretes dari 60 responden didapatkan
nilai terendah sebesar 15 dan tertinggi 95 dengan rerata 58.75�14.9. Sedangkan
dari hasil postes yang dilakukan 2 bulan setelah pelatihan diperoleh nilai
terendah 55 dan tertinggi 100, dengan rerata 82.9�10.86. Selanjutnya hasil
rerata pretes dan postes dianalisis dengan uji T berpasangan dan diperoleh
nilai signifikasi sebesar 0,000 (p < 0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan
bermakna tingkat pengetahuan santri husada sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan.
Peningkatan literasi dengan metode penyuluhan materi dan
Forum Group Discussion (FGD) dapat meningkatkan pengetahuan dengan cara
memberikan lingkungan belajar interaktif dan sumber belajar praktis yang mudah
dibayangkan. Keberadaan materi yang dipelajari, yang mencakup alat dan sumber
daya langsung, memungkinkan responden terlibat langsung dengan materi,
meningkatkan pemahaman mereka, dan mempertahankan informasi lebih lama
Beberapa penelitian juga menunjukkan hasil yang sejalan
dimana pembelajaran dengan metode studi kasus memberi banyak keuntungan. Metode
studi kasus mendorong peserta untuk menggunakan pemikiran kritis untuk
memeriksa dan menyelesaikan masalah. Peserta didorong untuk mempelajari
berbagai solusi dan mempertimbangkan konsekuensi dari setiap keputusan yang
dibuat saat menghadapi situasi nyata atau simulasi
Pelaksanaan pretes dan postes juga dilakukan untuk
mengetahui sikap dari para santri husada terhadap upaya promosi kesehatan.
Materi tentang kesehatan reproduksi adalah masalah yang sensitif dan tidak
mudah dibicarakan. Pandangan yang menganggap hal tersebut tabu sering kali
menyebabkan upaya promosi kesehatan reproduksi kurang berhasil. Apalagi
lingkungan pesantren putri yang memiliki norma dan kultur yang lebih tertutup
menjadi tantangan besar. Pelatihan ini bertujuan membekali para kader dengan
kemampuan komunikasi dan edukasi sebaya untuk masalah sensitif seperti
kesehatan reproduksi. Data evaluasi sikap para santri husada disajikan dalam
grafik 4 berikut ini.
Gambar 4. Perubahan sikap santri husada terhadap upaya promosi
kesehatan reproduksi di pondok pesantren
Evaluasi sikap dilakukan dengan menggunakan kuesioner 15
butir pertanyaan yang meliputi sikap para santri terhadap pembicaraan masalah
kesehatan reproduksi, keterbukaan menerima informasi tentang masalah
reproduksi, tindakan mencari pertolongan/ konsultasi medis tentang masalah
reproduksi, mencari kebeneran terhadap mitos dan informasi yang ada tentang
kesehatan reproduksi dan upaya mempromosikan kesehatan reproduksi pada teman
sebaya. Dari hasil pretes didapatkan 40% (20) santri husada menunjukkan sikap
tidak mendukung promosi kesehatan, poin yang menjadi keberatan adalah pada
pembicaraan masalah kesehatan reproduksi, keterbukaan menerima informasi
tentang masalah reproduksi, tindakan mencari pertolongan/ konsultasi medis
tentang masalah reproduksi. Kepercayaan pada mitos dan informasi yang dipercaya
turun temurun juga masih dipegang kuat, dan menjadi sebab sikap tidak mendukung
tersebut. Sebanyak 9 orang santri husada bersikap sangat mendukung upaya
promosi kesehatan reproduksi yang dilakukan di lingkungan pesantren. Pada akhir
masa pendampingan terjadi perubahan sikap dari para kader dimana kelompok yang
kurang mendukung hanya kurang dari 7% (4 orang) sedangkan sebagian besar sudah
mendukung, bahkan 30% responden (18 orang) menunjukkan sikap sangat mendukung.
Hasil perubahan sikap yang diperoleh ini menunjukkan
dengan peningkatan literasi akan meningkatkan pemahaman dan menyebabkan
perubahan sikap. Para santri husada menjadi lebih sadar dan terbuka akan
pentingnya upaya promosi kesehatan reproduksi. Pendekatan studi kasus adalah
metode pendidikan yang dapat mengubah perspektif peserta didik. Metode ini
melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata, mendorong mereka untuk berpikir
kritis, dan meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran
KESIMPULAN
Pelatihan
dengan metode studi kasus dan pendampingan oleh tim pengabdian mampu
meningkatkan kompetensi santri husada Di Ponpes Nurul Ulum Putri Kota Malang
sebagai peer educator� dengan
meningkatkan pengetahuan dan mengubah sikap mereka terhadap upaya promosi
kesehatan reproduksi.
REFERENCES
Harbison, H. S., & Eriksen, W. T. (2023). Adolescent Health.
In Advanced Health Assessment of Women: Skills, Procedures, and Management:
Fifth Edition (pp. 193�210). Springer
Publishing Company. https://doi.org/10.21474/ijar01/15733
Ibrahim, I. (2023). Pengaruh
Penerapan Metode Studi Kasus Dalam Efektifitas Pembelajaran. SOCIAL: Jurnal
Inovasi Pendidikan IPS, 3(1).
Indah Nurfazriah, &
Ayuni Hartati. (2023). Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Metode Peer
Education terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Dampak
Pernikahan Dini di SMPN 5 Cilegon. DIAGNOSA: Jurnal Ilmu Kesehatan Dan
Keperawatan, 1(3), 306�318.
https://doi.org/10.59581/diagnosa-widyakarya.v1i3.1292
Nur, S., Andini, T., Tri,
S. N., Stikes, A., Semarang, T., Juwariyah, S., Supriyono, M., Telogorejo, S.,
Alamat, S., Raya, J. A., Semarang Barat, K., Semarang, K., & Tengah, J.
(2023). Efektivitas Emivo (Edukasi Media Vidio) Terhadap Peningkatan
Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja. 1(3), 100�107.
https://doi.org/10.59581/diagnosa-widyakarya.v1i2
Nwachukwu, C., &
Eglė, J. (2024). Young health-care
workforce shaping adolescent health. The Lancet Child & Adolescent
Health, 8(3), 181�183.
https://doi.org/10.1016/S2352-4642(23)00314-0
Olivia, K., Cahyani, A., Agushybana,
F., & Djoko Nugroho, R. (2021). Relationship of Parents� Communication and
Reproductive Health Knowledge and Attitude Among Orphan Adolescents in Klaten District 2020. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 12(1), 15�25.
https://doi.org/10.22435/kespro.v12i1.4432.15-25
Ropitasari, R., Rahayu, R.
F., & Ramadhana, R. T. A. (2020). Edukasi Kesehatan Reproduksi Wanita pada
Pengajian Aisyiyah Turisari, Desa Palur Kulon, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten
Sukoharjo. AgriHealth: Journal of Agri-Food, Nutrition and Public Health, 1(2), 110.
https://doi.org/10.20961/agrihealth.v1i2.43622
Santri, D. J., Amizera,
S., & Anggraini, N. (2022). The Implementation of
Case Methods Learning on Water Quality Toward Knowledge and Care Attitude of
Students� Environment.
http://journal.iainkudus.ac.id/index.php/jbe
Susanti, S., Agustini, F., Dewi, D. N.,
& Rosmiati, T. (2023). Pendampingan Peningkatan Kapasitas Kader
Posyandu Remaja Uswatun Hasanah Desa Cikunir Wilayah Kerja Puskesmas
Singparna. Kolaborasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3.
https://doi.org/doi.org/10.56359/kolaborasi.v3i3.276
Timiyatun,
E., Saifudin, I. M. Moh. Y., Rahmayanti,
I. D., & Oktavianto, E. (2021). Hubungan Pengetahuan
Premenstrual Syndrome dengan Tingkat Kecemasan pada Remaja Putri di SD Negeri
Kauman dan SD Negeri Pungkuran Pleret Bantul Yogyakarta. In Journal of Advanced Nursing and Health Sciences (Vol.
2, Issue 1).
Usman, M. I. (2013).
Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Islam (Sejarah Lahir, Sistem Pendidikan,
dan Perkembangannya Masa Kini). Al-Hikmah Journal for
Religious Studies, 14(1),
127�146.
Wuri
Astuti, A., & Fitriana Kurniawati, H. (2021). The
intersection between Health and Culture: A Qualitative Exploratory Study about
Indonesian Adolescents� Sexual Reproductive Health Services (Vol. 15,
Issue 3).