Mitigasi Risiko Terhadap Penyaluran Crude Oil Melalui Pipeline Menggunakan Metode Fmea dan Rca �di PT. XYZ
Risk Mitigation
for Crude Oil Distribution Through Pipeline Using Fmea and RCA Methods
at PT. XYZ
12 Politeknik Energi dan Mineral
AKAMIGAS, Indonesia
Email: 1[email protected], 2[email protected]
*Correspondence:
Dany Alrasyid
DOI: 10.59141/comserva.v4i7.2606 |
ABSTRAK Sistem
perpipaan telah terbukti sangat efektif dan efisien dalam mengalirkan produk
minyak dan gas dalam industri minyak dan gas bumi, terutama untuk jarak yang
jauh melalui laut dan darat, dengan metode distribusi utamanya adalah sistem
perpipaan. Untuk mengalirkan produk minyak dan gas, sis- tem perpipaan
dianggap lebih efisien dan efektif dalam hal kapasitas dan jarak tempuh. Di
PT. XYZ, proses distribusi minyak mentah menggunakan infrastruktur jalur
pipa. Namun, bahaya dan risiko yang mungkin terjadi, seperti kebocoran,
tumpahan, dan ledakan dapat mengakibatkan kerugian besar jika terjadi
kegagalan pada jalur pipa. Oleh karena itu, pentingnya identifikasi risiko
pada jaringan pipa produk menjadi sangat signifikan. Untuk mengurangi risiko
kerusakan pada pipa penyaluran, metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
digunakan untuk mengidentifikasi risiko, dan penentuan strategi perbaikan dengan
metode Root Cause Analysis (RCA). Berdasarkan metode FMEA nilai bobot RPN
tertinggi sebesar 367,03 yaitu risiko tekanan berlebih pada pipa, peringkat
kedua yaitu risiko korosi pada pipa dengan nilai RPN sebesar 295,3, dan
peringkat ketiga yaitu risiko kegagalan sistem pengawasan dan pemeliharaan.
Adapun usulan perbaikan pada risiko tekanan berlebih pada pipa yaitu
penambahan katup Pelepas tekanan (pressure relief valve) yang berguna
membuang tekanan berlebih pada pipa, risiko korosi pada pipa yaitu penggunaan
inhibitor korosi yang berguna menetralkan asam, dan pelapisan epoksi, risiko
kegagalan sistem pengawasan dan pemeliharaan yaitu pelatihan dan pen-
ingkatan kompetensi untuk tim inspeksi dan pemeliharaan. Kata kunci: Pipeline,
minyak mentah, Failure Mode Effect
Analysis (FMEA), RootCause
Analysis (RCA). |
|
ABSTRACT The pipeline system has proven
to be highly effective and efficient in transporting oil and gas products in
the oil and gas industry, especially for long distances both offshore and
onshore, with the primary distribution method being the pipeline system. In
PT. XYZ, the distribution process of crude oil utilizes pipeline
infrastructure. However, potential hazards and risks such as leaks, spills,
and explosions could result in significant losses if there is a failure in
the pipe- line network. Therefore, the importance of identifying risks in the
product pipeline network becomes highly significant. To reduce the risk of
damage to distribution pipelines, the Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
method is used to identify risks, and weighting criteria and im- provement strategies are determined using the Root Cause
Analysis (RCA) method. Based on the FMEA method, the highest RPN value is
367.03, which corresponds to the risk of excessive pressure in the pipeline.
The second highest risk is pipeline corrosion, with an RPN value of 295.3,
and the third highest is the risk of failure in the monitoring and
maintenance system. The proposed improvements for the risk of excessive
pressure in the pipeline include the addi- tion of pressure relief valves, which are useful for
releasing excess pressure from the pipeline. To address the risk of pipeline
corrosion, the use of corrosion inhibitors to neutralize acids and the
application of epoxy coatings are recommended. For the risk of failure in the
monitor- ing and maintenance system, it is
suggested to provide training and enhance the competency of the inspection
and maintenance teams. Keywords: Pipeline, Crude oil, Failure Mode Effect Analysis
(FMEA), Root Cause Analysis (RCA). |
Sistem perpipaan telah terbukti sangat efektif dan efisien dalam
mengalirkanproduk minyak dan gas dalam
industri minyak dan gas bumi, terutama untuk jarakyang
jauh melalui laut dan darat. Namun, jalur pipa yang berbeda
dapat menyebabkan risiko keselamatan seperti
kebocoran, tumpahan, ledakan,
dan pencemaran lingkungan. Faktor internal, seperti
korosi, dan eksternal, seperti iklim dan interaksi
dengan masyarakat sekitar,
memengaruhi berbagai masalah
ini.
Di Indonesia, terdapat
beberapa peristiwa yang berkaitan dengan pipa transmisi minyak mentah dalam tujuh tahun terakhir, salah
satunya terjadi pada akhir Maret 2018 ketika pipa penyalur minyak mentah berukuran 20 inci dan ketebalan 12 mm bocor ke kilang PT. Pertamina RU V di Balikpapan dari Lawe-
Lawe. Faktor-faktor eksternal diduga bertanggung jawab atas kegagalan pipa tersebut, termasuk kekurangan
perawatan dan inspeksi pipa yang cukup,kekurangan sistem pemantauan pipa otomatis, dan
kekurangan sistem peringatan dini. Lima
nelayan tewas dan lingkungan Teluk Balikpapan terpengaruh oleh kebocoran minyak mentah ini. Sekitar 7.000 hektar tanah
terpengaruh oleh tumpahan minyak, dengan panjang pantai sekitar 60 kilometer antara Kota Balikpapan dan Penajam Paser Utara.
Mengingat efek besar yang disebabkan
oleh risiko kegagalan pada pipa transmisi minyak mentah, seperti yang
ditunjukkan dalam kasus sebelumnya, Singkatnya, sangat penting untuk memahami
semua bahaya yang mungkin terjadi di tempat kerja. Anda juga harus tahu
prosedur yang berlaku, alasan kecelakaan kerja, dan cara mengurangi risiko.
untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan faktor penyebab kejadian mencegah dan menanggulangi risiko pada pipa penyaluran,
pengelolaan risiko harus dilakukan dengan metode seperti Root CauseAnalysis (RCA) dan Analisis
Mode dan Efek Kegagalan (FMEA).
Metode terstruktur FMEA menemukan
dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan.Metode
FMEA digunakan untuk menilai risiko
dan pengaruh terhadap penurunan kualitas pipa berdasarkan penelitian- penelitian terdahulu.
Root Cause Analysis
(RCA) bertujuan
untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan masalah dasar yang bertanggung
jawab atas peristiwa tertentu. Dari penjelasan di atas, penulis memutuskan
untuk mengambil judul Mitigasi Risiko Terhadap Penyaluran Crude Oil Melalui Pipeline Menggunakan Metode FMEA dan RCA di PT. XYZ sebagai judul penelitian untuk Tugas Kerja
Wajib Tingkat III tahun
2024.
A.
Jenis Penelitian
Dalam penelitian
deskriptif ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif
digunakan untuk mencari akar masalah dengan menilai FMEA dan RCA. Penelitian
ini akan menemukan cara terbaik untuk mengurangi risiko penurunan kualitas pipa
selama proses penyaluran.
B.
Subjek Penelitian
Subjek dalam judul ini merujuk kepada
PT. XYZ. PT. XYZ merupakan
subjek yang akan mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko-
risiko yang terkait
dengan analisis efek mode kegagalan (FMEA) dan proses Root Cause Analysis (RCA) untuk menyalurkan crude oil melalui
pipeline.
C.
Objek Penelitian
Fokus penelitian
ini adalah pengoptimalan pipa penyaluran PT. XYZ. Dalam penulisan ini, pipa
penyaluran dioptimalkan terkait dengan kualitas material. Dengan menggunakan
metode Failure Mode Effect
Analysis (FMEA), penulis menemukan risiko yang
disebabkan oleh kerusakan pipa saat penyaluran produk. Setelah itu dilakukan
pembobotan kriteria dan strategi perbaikan
yang harus dilakukan
oleh perusahaan menggunakan metode Root Cause Analysis (RCA).
D.
Sumber Data
Basis atau lokasi sumber data yang digunakan dalam penelitian ini. Data
primer dan sekunder adalah dua kategori sumber data.
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode data data penelitian agar dapat mendukung
kegiatan penulisan, dalam pengumpulan data terdapat dua Teknik metode
pengumpulan data yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan dua
pendekatan untuk mengumpulkan data: studi pustaka dan studi lapangan.
Peneliti membaca literatur yang relevan dengan topik permasalahan untuk memperoleh data sekunder guna menunjang data primer dari hasil observasi
lapangan. Beberapa literatur yang diambil bersumber
dari arsip Daily Report Inspection, Jurnal,
dan studi literatur lainnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Diagram Fishbone
Dimulai dengan
masalah banyaknya pipa yang rusak dan data yang menunjukkan penyebab kerusakan
pipa, diagram ini menunjukkan langkah-langkah penyelesaian masalah penyaluran
pipa di PT XYZ. Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) dan Root Cause Analysis
(RCA) digunakan untuk menyelesaikan masalah ini. Selain itu, informasi yang
telah dikumpulkan digunakan untuk menghitung tingkat risiko terbesar yang
berpotensi menyebabkan cacat material. Setelah itu, metode RCA digunakan untuk
mencari cara untuk meningkatkan.
B.
Kondisi Exsiting Penyaluran Crude Oil Menggunakan Pipa
Proses penyaluran minyak menggunakan pipa melibatkan beberapa tahapan dankomponen penting yang dirancang untuk memastikan
pengiriman minyak mentah atau produk minyak jadi secara efisien dan aman. Berikut adalah langkah-langkahumum
dalam proses tersebut:
1. Ekstraksi dan Pengumpulan Minyak
Minyak
mentah diambil dari sumur minyak dan dikumpulkan di stasiun pengumpulan. Di sini,
minyak mentah dipisahkan dari air dan gas melalui
prosespemisahan awal.
2. Pemrosesan Awal
Minyak mentah yang telah
dipisahkan dari air dan gas kemudian diproses lebih lanjut untuk menghilangkan kotoran. Setelah itu, minyak disimpan
sementara dalam tangki penyimpanan sebelum
dialirkan ke pipa utama.
3. Stasiun Pompa
Minyak dari tangki penyimpanan dipompa ke jaringan
pipa utama melalui
stasiun pompa. Stasiun-stasiun pompa ini ditempatkan di berbagai titik sepanjang jalur pipa untuk mempertahankan tekanan minyak dan memastikan
aliran yang terus menerus.
4. Jalur Pipa Utama
Minyak mengalir melalui pipa
utama yang biasanya terbuat dari baja atau bahan tahan korosi lainnya. Pipa ini bisa berdiameter besar dan membentang
hingga ratusan atau ribuan kilometer, tergantung pada jarak antara
sumur minyakdan titik distribusi.
5. Monitoring dan Kontrol
Selama aliran melalui pipa,
sistem SCADA (Supervisory Control
and DataAcquisition) digunakan
untuk memantau dan mengendalikan aliran
minyak. Sistem ini mencakup berbagai sensor
yang memonitor tekanan,
suhu, dan laju aliran minyak
di sepanjang pipa. Data dari sensor-sensor ini dikirim ke pusat kontrol
untuk memastikan operasi berjalan lancar dan
mendeteksi kebocoran atau masalah lainnya.
6. Stasiun Pengurangan Tekanan dan Penyaringan
Di beberapa titik sepanjang jalur pipa, minyak mungkin perlu melalui stasiun
pengurangan tekanan atau
penyaringan untuk memastikan bahwa kualitas dan tekanan minyak tetap sesuai standar
sebelum mencapai tujuan
akhir.
7. Terminal Penyimpanan dan Distribusi
Setelah sampai di terminal
penyimpanan, minyak disimpan dalam tangki besar. Dari sini, minyak didistribusikan lebih lanjut
melalui pipa tambahan, truktangki, atau kapal tanker
ke kilang atau langsung ke pasar
8. Penerimaan di Kilang
Jika minyak mentah dikirim ke
kilang, proses lebih lanjut dilakukan untuk memurnikan dan mengolah
minyak menjadi berbagai
produk jadi seperti
bensin,diesel, dan bahan bakar jet
C.
Evaluasi pipa penyaluran
Pipa penyaluran
minyak adalah sistem pipa yang digunakan untuk mengangkut minyak mentah atau produk olahan minyak (seperti
bensin, diesel, dan minyak tanah) dari lokasi
produksi atau penyimpanan ke tempat tujuan seperti kilang, terminal
distribusi, atau fasilitas penyimpanan. Pipa penyaluran minyak adalah bagian kritis dari infrastruktur energi,
memastikan minyak dan produk sampai dengan tepat waktu Olleh karlena itu, PT XlYZ harlus mengolptimalkan fasililtas penyalurannya untuk memastikan
bahwa pipa tetap aman dan tidak mengallami
kerulsakan. Olleh karlenla itu, dlilbutuhkan
strlategi untulk mengopltimalkan prloses dan mencelgah keruslakan pipa. Peneliltian ini akan melakuklan optimlalisasi pilpa penyalluran denglan memillih strlategi yang daplat diglunakan unltuk uplaya perblaikan pipa seltelah menleliti risiko kerusakan pipa. Kerusakan pipa penyaluran adalah masalah
PT XYZ. Beberapa penyebab masalah ini tellah diidenltifikasi
mlelalui penellitian risliko. Tantlangan dallam pipa penyaluran meliputi korosi pada pipa, terjadinya tekanan yang
berlebih didalam pipa akibat aliran fluida yang tidakberaturan, kuranlgnya perlilndungan terhladap cuacla sepelrti hujlan dan panlas,
kesalahan selama proses instalasi seperti sambungan yang tidak tepat atau
kesalahan pengelasan, serta kelalaian dalam pengawasan pada pipa. Akibatnya, optimalisasi gudang diperlukan.
Mode Effect Analysis
(FMEA) dan RCA dapat digunakan untluk
menlgurangi risilko penurunlan kulalitas malterial plipa selamal prloses penylaluran.
D.
Efek Pipa Penyaluran Pada Risiko Kerja
Resiko yang terkait dengan pipa penyaluran termasuk risiko individu, teknik,
dan sarana dan fasilitas yang kurang. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan
faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan kerusakan pipa:
No |
Resiko Pipa Penyaluran |
1. |
Korosi pada pipa |
2. |
Tekanan berlebih yang terjadi pada pipa |
3. |
Pengaruh lingkungan |
4. |
Kegagalan sistem pengawasan dan pemeliharaan |
Berdasarkan tabel
di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem penyaluran PT XYZ memiliki 4 (empat)
variable resiko pipa penyaluran. Resiko pada pipa
penyaluran pertama ialah adanya korosi pada pipa yang terjadi akibat adanya
kandungan hidrogen, sulfur, oksigen, dan nitrogen menyebabkan penipisan pada material pipa dimana
saat pipa tersebut semakin menipis
akhirnya akan mengalami kebocoran pada pipa tersebut.
Resiko pipa penyaluran
yang kedua ialah terjadinya
tekanan yang berlebih pada pipa. Tekanan yang berlebihan didalam pipa bisa menyebabkan kebocoran. Ini bisa terjadi jika pipa tidak
dirancang untuk menahan
tekanan yang digunakan atau jika ada lonjakan tekanan tiba-tiba. Resiko penyaluran ketiga adalah pengaruh
lingkungan seperti gempa bumi, tanah longsor, atau pergeseran
tanah dapat menyebabkan pipa bergeser, retak, bahkan pecah. Resiko
pada pipa penyaluran keempat adalah
kegagalan sistem pengawasan danpemeliharaan seperti
inspeksi tidak memadai atau tidak melakukan inspeksi secara rutin dan mendetail dapat membuat masalah
kecil berkembang menjadi
kerusakan besar, dan pemeliharaan yang buruk atau kurangnya perawatan
preventif danperbaikan tepat waktu dapat mempercepat penurunan
kualitas pada pipa penyaluran.
E. Pengukuran Risiko Penyaluran
Pengukuran resiko pipa penyaluran ilni menlggunakan metlode FMEA (Faillure Modle
Anld Effect Anlalysis) selrta akan dillakukan pemblobotan delngan Rilsk Priolrity
Numlber (RPlN) yalng
didaplatkan
dlari
perkallian nillai
sevelrity, occulrance, detelction. Resliko denglan nillai
RPlN terltinggi menjladi priloritas dallam penanglanan resliko
terslebut.
Tablel 2 di bawah ini menunjukkan perhitungan nillai RPlN dabat. Perhitungan ini dilaklukan
untuk menentukan relsiko prioritas yang harus
ditangani dan untuk menentukan haslil RPlN denlgan nillai
tertinlggi unltuk melnentukan priolritas yang halrus seglera ditalngani. Nillai RPNl jluga diperalngkingkan
dari nlilai tertlinggi ke nillai terlendah:
Resiko |
Masalah yang timbul |
O |
Akibat |
S |
Kontrol yang dilakukan |
D |
Korosi pada pipa |
Adanya kandungan hidrogen, sulfur, oksigen, dan nitrogen pada minyak mentah |
7 |
Berkaratnya pipa penyaluran hingga menyebabkan kontaminasi pada minyak dengan partikel-partikel karat |
6,75 |
Pelapis anti korosi seperti bitumen minyak �bumi, cat atau pelapis anti korosi yang terbuat dari korosi |
6,25 |
Tekanan berlebih pada pipa |
Terjadinya penyok pada pipa penyaluran |
7,25 |
Rusaknya estetika dan kemungkinan kualitas serta fungsional pipa berkurang |
6,75 |
Penambahan katup pelepas tekanan (pressure riliefValve) |
7,5 |
Faktor Lingkungan |
Terjadinya bencana gempa bumi disekitar pipa penyaluran |
7 |
Retak/patahnya pipa yang menyebabkan kebocoran |
6 |
Menempatkan pipa penyaluran ditempat yang tidak rawan bencana alam |
5,5 |
Kegagalan sistem pengawasan dan pemeliharaan |
Tidak ada pengawasan dan pemeliharaan yang maksimal dari pekerja |
6 |
Tidak terdeteksinya kerusakan pada pipa penyaluran |
7,25 |
Pelatihan pada pengawas dan pekerja pemeliharaan pipa |
6 |
Setelah
memperoleh nilai severity, occurance,
dan detection dari masing-masing bobot, perkalian
dari masing-masing bobot dilakukan untuk menghasilkan nilai RPN berikut:
No |
Cause Of Failure |
S |
O |
D |
RPN |
Peringkat |
1 |
Korosi padapipa |
6,75 |
7 |
6,25 |
295,3 |
2 |
2 |
Tekanan berlebih pada pipa |
6,75 |
7,25 |
7,5 |
367,03 |
1 |
3 |
Pengaruh Lingkungan |
6 |
7 |
5,5 |
231 |
4 |
4 |
Kegagalan sistem Pengawasan dan pemeliharaan |
7,25 |
6 |
6 |
261 |
3 |
Berdasarkan perhitungan RPN diatas bahwasannya pipa penyaluran yang memiliki tekanan yang berlebih merupakan resiko tertinggi, karena disebabkan kelonjakan
aliran tinggi yang tiba-tiba
sehingga terjadinya penyok pada pipa yang mengakibatkan rusaknya estetika dan kemungkinan kualitas
serta fungsional pipa berkurang. Selanjutnya peringkat resiko tertinggi
kedua yaitu korosi pada pipa. Karena adanya kandungan hidrogen, sulfur,
oksigen, dan nitrogen pada minyak
mentah. Kemudian peringkat
resiko tertinggi ketiga
yaitu kegagalan sistem pengwasan
dan pemeliharaan. Kurang nya sistem perlatan yang
memadai dan sumber daya manusia
dalam pengawasan pipa secara teratur,
termasuk pada pekerjapemeliharaan yang kurang
pengetahuan tentang pipa menyebabkan pipa mengalamipenurunan kulaitas.
F.
Perencanaa Strategi
Usulan Perbaikan dengan
Metode RCA (Root CauseAnalsis)
Bertujuan untuk
menemukan risiko terbesar dalam kegiatan pipa penyaluran, maka analisis data
RCA dilakukan. Tujuannya adalah menemukan solusi yang dapat mencegah kejadian
berisiko. Sistem pertanyaan "why"
dan "what" digunakan dalam
pendekatan RCA ini untuk mengidentifikasi faktor penyebab risiko tersebut.
Resiko terbesar yang terjadi |
Faktor terjadi resiko |
Root
Cause Resiko |
Tekanan berlebih pada pipa |
Karena terjadi tekananyang berlebih menyebabkan penyok pada pipa |
Kurangnya kontrol tekanan pada produk yang melewati pipa penyaluran |
Korosi pada pipa |
Adanya kandungan hidrogen, sukfur, oksigen, dan nitrogen pada crude oil yang menyebabkan korosi pada pipa penyaluran |
Pengaplikasian pelapis anti korosi yang kurang pada pipa penyaluran |
Kegagalan sistem pengawasan dan pemeliharaan |
Kesalahan tim inspeksi dan tim �pemeliharaan pipa penyaluran |
Kurangnya sistem pengawasan dan pemeliharaan pada pipa penyaluran |
Resilko
tertlinggi prloses Pipa penyaluran |
Uslulan Perblaikan |
Tekanan berlebih pada pipa penyaluran |
a. Penambahan katup pelepas tekanan ( PressureRelief Valve) guna membuang tekanan yang berlebih didalam pipa b. Sistem pengawasan dan kontrol tekanan yang diperketat |
Korosi pada pipa |
a. Pengguanaan inhibator korosi yang bergunamenetralkan asam b. Pelapisan dan pelindung seperti pelapisan epoksi yaitu pelapisan pelindung di bagian dalam untuk mecncegah kontak langsung dengan zat penyebab korosi |
Kegagalan sistem pengawasan dan pemeliharaan |
a. Pelatihan dan peningkatan kompetensi untuk tim inspeksi dan tim pemeliharaan b. Peningkatan teknologi pengawasan |
F. Jonietz et al., "Spin transfer torques in MnSi at ultralow current densities," Science, vol. 330, no. 6011, pp. 1648-1651, 2010.
Sulardi, "Proteksi Pipa Bawah Laut Dengan Metode Articulated Concrete Block Mattresses,"
INFO-TEKNIK, vol. 21, no. 1, pp. 1-14, 2020.
A. P. Subriadi and N. F. Najwa, "The consistency analysis of failure mode and effect analysis (FMEA) in information technology risk assessment," Heliyon, vol. 6, no. 1, p. e03161, 2020, doi: 10.1016/j.heliyon.2020.e03161.
R. U. Ikhsan, "Kajian ketebalan dan laju korosi pada hasil pelapisan baja ASTM A53 menggunakan khrome dengan variasi kuat arus dan lama pelapisan," Ph.D. dissertation, Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri, 2022.
Z. A. H. Lubis, "Analisa resiko pada reducer pipeline akibat internal corrosion dengan metode RBI," Undergraduate thesis, Program Studi Teknik Kelautan, ITS.
H. Supomo, Korosi, Diktat Kuliah, Surabaya: Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2003.
R. Putri, A. Ridwan, and F. Yulianti, "Perancangan mitigasi risiko pada gudang bahan baku kemasan dengan menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis dan Analytical Hierarchy Process," Telkatika, vol. 1, no. 2, pp. 63, 2022.
J. You, S. Lou, R. Mao, and T. Xu, "An improved FMEA quality risk assessment framework for enterprise data assets," Journal of Digital Economy, vol. 1, no. 3, pp. 141-152, 2022.