Audit Energi Sistem
Pencahayaan dan Tata Udara di Kantor Bupati Sambas
Energy Audit of Lighting and Air Conditioning
System at the Sambas Regent Office
1*) Angger Bayu Samudra, 2)
Purwoharjono, 3) Fitriah
123 Universitas Tanjungpura
Pontianak, Indonesia
Email:
[email protected]
*Correspondence: Angger Bayu
Samudra
DOI: 10.59141/comserva.v4i7.2602 |
ABSTRAK Kantor Bupati Sambas yang telah berdiri sejak 2009, sebagai pusat
administrasi pemerintahan Kabupaten Sambas, memiliki peran krusial dalam memberikan
pelayanan publik yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menghemat
penggunaan energi dan meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik tanpa
mengurangi fungsi dan kegunaan dari sistem yang ada, dengan menggunakan
metode audit energi rinci, yang dilakukan pada sistem pencahayaan dan tata
udara selama satu tahun. Penelitian Peluang Hemat Energi (PHE) yang dilakukan
PHE No Cost dengan pengurangan waktu penyalaan dan jumlah lampu pada sistem
pencahayaan, pengurangan waktu penyalaan dan jumlah AC pada sistem tata
udara, pada PHE Low Cost pememasangan sensor inframerah pada sistem
pencahayaan, dan jumlah AC pergantian jenis refrigerant menjadi jenis
refrigerant musicool pada sistem tata udara, dan pada PHE High Cost dengan
mengganti jenis lampu menjadi LED, dan mengganti unit AC menjadi AC inverter
hemat energi. Nilai IKE awal sebelum melakukan PHE rata-rata sebesar 5,3673
kWh/m2/bulan dengan biaya sebesar Rp 536.019.812, setelah dilakukan PHE No
Cost rata-rata nilai IKE menjadi 3,849259 kWh/m2/bulan dengan penghematan
sebesar Rp 115.169.059 setelah dilakukan PHE Low Cost nilai IKE rata-rata
menjadi 3,006367 kWh/m2/bulan dengan penghematan sebesar Rp 207.324.880, dan
setelah dilakukan PHE High Cost rata-rata nilai IKE menjadi 3,258406
kWh/m2/bulan dengan penghematan sebesar Rp 179.768.684. Kata kunci: audit energi, intensitas
konsumsi energi, peluang hemat energi, no cost, low cost,
high cost. |
|
ABSTRACT Sambas
Regent's Office, established in 2009 as the administrative center of Sambas
Regency, plays a crucial role in providing optimal public services. This
study aims to conserve energy consumption and improve the efficiency of
electricity usage without reducing the function and utility of existing
systems. The research was conducted using a detailed energy audit method over
the course of one year, focusing on the lighting and air conditioning
systems. The Energy Saving Opportunities (PHE) measures included: PHE No
Cost, which reduced the operating time and the number of lights in the
lighting system, and reduced the operating time and number of air
conditioners in the air conditioning system; PHE Low Cost, which involved
installing infrared sensors in the lighting system and replacing the
refrigerant in the air conditioning system with Musicool
refrigerant; and PHE High Cost, which involved replacing the lighting system
with LED lights and upgrading the air conditioning units to energy-efficient
inverter ACs. The initial average Energy Use Intensity (IKE) before
implementing PHE was 5,3673 kWh/m�/month, with a cost of Rp 536.019.812.
After implementing PHE No Cost, the average IKE decreased to 3,849259
kWh/m�/month, resulting in savings of Rp 115.169.059. After implementing PHE
Low Cost, the average IKE further decreased to 3,006367 kWh/m�/month, saving
Rp 207.324.880. Finally, after implementing PHE High Cost, the average IKE
was 3,258406 kWh/m�/month, with savings amounting to Rp 179.768.684. Keywords: energy audit, energy use intensity, energy saving
opportunities, no cost, low cost, high cost. |
Krisis energi menjadi salah satu isu yang semakin
mendalam di era modern ini. Meningkatnya konsumsi energi, bersamaan dengan
depleksi sumber daya alam, telah mendorong kita untuk mencari solusi yang lebih
berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan energi (Ammar et al., 2020; Fathi et
al., 2022). Salah satu langkah penting yang dapat diambil dalam mengatasi
krisis energi adalah melalui audit energi. Audit energi adalah proses penting
yang melibatkan pemeriksaan menyeluruh terhadap penggunaan energi pada sebuah bangunan
(Ali et al., 2021).
Audit energi merupakan salah satu metode penting untuk
mengidentifikasi potensi penghematan energi yang signifikan dalam suatu sistem
atau lingkungan tertentu (Sharma et al., 2023). Melalui audit energi, kita
dapat mengidentifikasi sumber-sumber pemborosan energi, mengukur efisiensi
penggunaan energi, dan merencanakan perbaikan yang diperlukan untuk mengurangi
konsumsi energi yang tidak efisien (Zhou et al., 2021). Proses ini melibatkan
pengukuran dan analisis data yang berkaitan dengan penggunaan energi, seperti
konsumsi listrik (Ahmad et al., 2020). Hasil audit energi dapat memberikan
pandangan yang jelas tentang bagaimana energi digunakan dalam suatu sistem,
sehingga memungkinkan kita untuk mengambil tindakan yang lebih terarah untuk
mengurangi biaya energi, mengurangi dampak lingkungan, dan meningkatkan
efisiensi operasional (Kumar et al., 2021; Mishra & Garg, 2020). Dengan
demikian, audit energi merupakan langkah yang sangat penting dalam menjawab
tantangan krisis energi dan berkontribusi pada upaya penghematan energi secara
berkelanjutan (Patil et al., 2022; Singh et al., 2021).
Kantor Bupati Sambas yang telah berdiri sejak 2009,
sebagai pusat administrasi pemerintahan Kabupaten Sambas, memiliki peran
krusial dalam memberikan pelayanan publik yang optimal. Kantor Bupati Sambas
termasuk dalam golong tarif P1 dengan daya 147000. Efisiensi operasional
gedung, termasuk penggunaan energi, menjadi faktor penting dalam menjaga
kinerja dan keberlanjutan lingkungan (Rahman et al., 2023). Namun, kondisi
gedung Kantor Bupati Sambas saat ini menunjukkan beberapa permasalahan yang
berdampak pada konsumsi energi yang kurang efisien (Ibrahim et al., 2021).
Beberapa permasalahan yang terjadi di Kantor Bupati Sambas seperti penggunaan
jenis lampu yang tidak teratur di seluruh area gedung. Terdapat beragam jenis
lampu dengan tingkat efisiensi yang berbeda-beda, mulai dari lampu CFL yang
boros energi hingga lampu LED yang lebih hemat (Hossain et al., 2020).
Ketidakseragaman ini menyebabkan pemborosan energi yang signifikan, terutama
karena lampu CFL masih digunakan secara luas meskipun sudah ada alternatif yang
lebih efisien (Rana et al., 2022).
Selain itu, sistem tata udara di Kantor Bupati Sambas
juga menjadi sumber pemborosan energi. Penggunaan pendingin ruangan (AC) dengan
daya tinggi dan teknologi yang kurang efisien menyebabkan konsumsi listrik yang
berlebihan (Chowdhury et al., 2022). Hal ini diperparah dengan usia gedung yang
sudah cukup tua, di mana sistem isolasi dan ventilasi mungkin tidak lagi
berfungsi optimal, sehingga AC harus bekerja lebih keras untuk menjaga suhu
ruangan yang nyaman (Goyal et al., 2023).
Efisiensi penggunaan ruangan juga menjadi perhatian.
Beberapa ruangan tidak digunakan secara efektif, namun tetap membutuhkan
penerangan dan pendinginan. Sebaliknya, terdapat ruangan yang tidak memiliki
penerangan yang baik, sehingga menghambat produktivitas kerja dan kenyamanan
pengguna (Singh & Verma, 2021).
Kondisi-kondisi tersebut menunjukkan adanya potensi
pemborosan energi yang signifikan di Kantor Bupati Sambas. Oleh karena itu,
audit energi terhadap sistem pencahayaan dan tata udara menjadi langkah penting
untuk mengidentifikasi secara detail sumber-sumber pemborosan energi,
menghitung besarnya energi yang terbuang, dan memberikan rekomendasi perbaikan
yang tepat (Das et al., 2021; Srivastava et al., 2023).
Audit energi ini diharapkan dapat memberikan manfaat
berupa penghematan biaya operasional gedung, peningkatan kinerja sistem
pencahayaan dan tata udara, serta kontribusi positif terhadap upaya pelestarian
lingkungan; hasil audit energi ini juga dapat menjadi dasar pengambilan
keputusan dalam perencanaan dan implementasi strategi pengelolaan energi yang
lebih efisien di Kantor Bupati Sambas. Berdasarkan latar belakang tersebut,
rumusan masalah dalam penelitian ini mencakup: bagaimana konsumsi energi saat
ini di Kantor Bupati Sambas, serta apa saja peluang penghematan energi yang
dapat dilakukan di sana. Tujuan utama penelitian ini adalah melakukan audit
energi di Kantor Bupati Sambas untuk meningkatkan efisiensi energi dan
mengidentifikasi potensi penghematan, yang meliputi: mengidentifikasi dan menganalisis
konsumsi energi saat ini, serta menganalisis rekomendasi peluang hemat energi
(PHE) yang dapat dilakukan. Agar ruang lingkup penelitian selaras dengan
tujuan, beberapa batasan diberikan, yaitu: perhitungan audit hanya dilakukan
pada sistem pencahayaan dan tata udara, data yang digunakan adalah data tahun
2022 yang diperoleh dari lapangan, penelitian tidak membahas instalasi listrik,
metode perhitungan menggunakan Audit Energi Rinci dengan bantuan Microsoft
Excel, serta mengacu pada SNI-03-6196:2011 untuk prosedur audit, PERMEN ESDM No
13 Tahun 2012 untuk standar IKE, dan SNI-03-6197:2020 untuk standar sistem
pencahayaan.
METODE
PENELITIAN
Kantor Bupati Sambas, sebagai pusat administrasi
pemerintahan Kabupaten Sambas, telah berdiri sejak 2009. Gedung ini memiliki
total 61 ruangan dengan luas bangunan mencapai 5.360,94 m�. Data penelitian
yang digunakan meliputi data konsumsi energi listrik, yang didapatkan melalui
pembayaran rekening listrik bulanan selama tahun 2022, serta informasi mengenai
dimensi ruangan, daya lampu, dan daya sistem tata udara di setiap ruangan. Data
ini diperlukan untuk mengkaji konsumsi energi rata-rata per bulan, yang kemudian
digunakan untuk menghitung Indeks Konsumsi Energi (IKE) di Kantor Bupati
Sambas.
Audit energi ini membutuhkan data historis yang diambil
dari pembayaran rekening bulanan selama tahun 2022. Penggunaan energi listrik
pada tahun tersebut tercatat sebesar 345.285 kWh dengan biaya total mencapai Rp
536.019.812, menghasilkan rata-rata bulanan sebesar 28.773,75 kWh dengan biaya
Rp 44.668.317. Dalam proses audit energi, data daya sistem pencahayaan tiap
ruangan juga dikumpulkan untuk mengetahui kebutuhan pencahayaan, yang mencakup
jenis, daya, dan jumlah lampu per ruangan. Beragam jenis lampu digunakan,
seperti lampu Pijar, TL, CFL, dan LED. Selain itu, data daya sistem tata udara
setiap ruangan juga dikumpulkan untuk menentukan kebutuhan pendingin udara yang
optimal di tiap ruangan.
Penelitian ini berlangsung selama tujuh bulan, dari
Januari hingga Juli 2024, dan dilakukan di lingkungan Kantor Bupati Sambas.
Alat-alat yang digunakan meliputi laptop, handphone, kalkulator, flashdisk, dan
alat tulis. Metode penelitian melibatkan beberapa langkah, di antaranya studi
literatur untuk mendapatkan referensi teori-teori terkait audit energi,
observasi lapangan untuk pengumpulan data langsung dari gedung, serta analisis
deskriptif untuk menggambarkan subjek yang diteliti berdasarkan data yang dikumpulkan.
Data yang dianalisis terdiri dari data primer yang diperoleh langsung dari
Kantor Bupati Sambas, seperti data ruangan, daya, sistem pencahayaan, dan tata
udara, serta data sekunder yang berasal dari buku, jurnal, dan laporan yang
relevan.
Prosedur penelitian ini meliputi beberapa tahapan. Tahap
persiapan awal melibatkan studi literatur dan pengumpulan data primer melalui
observasi lapangan di Kantor Bupati Sambas. Selanjutnya, tahap pengolahan data
dilakukan dengan menghitung konsumsi energi listrik dari rekening listrik dan
menghitung luas ruangan untuk memperoleh nilai IKE. Dalam tahap perhitungan,
audit energi awal dilakukan dengan menghitung IKE tahun 2022, serta konsumsi
energi listrik pada sistem pencahayaan dan tata udara di setiap ruangan.
Perhitungan Peluang Hemat Energi (PHE) dilakukan dalam tiga kategori: PHE No
Cost, Low Cost, dan High Cost, masing-masing mencakup pengurangan waktu
penggunaan dan jumlah lampu atau AC, pemasangan sensor, serta penggantian lampu
menjadi LED dan AC dengan inverter.
Analisis perhitungan ini menghasilkan rekomendasi untuk
penghematan energi di Kantor Bupati Sambas. Hasil ini dihitung melalui nilai
IKE, COP, dan ERR yang diperoleh dari data primer di tiap ruangan, serta
digunakan untuk menganalisis Peluang Hemat Energi yang dapat diimplementasikan
sebagai bagian dari strategi efisiensi energi di gedung tersebut.
Penyajian data dilakukan dengan menganalisa dan
menjabarkan data yang diperoleh dari pengambilan data dan observasi lapangan.
Data pembayaran rekening setiap bulan selama satu tahun terakhir yaitu januari
2022 sampai desember 2022 yang diperoleh dari Kabag Umum Kantor Bupati Sambas.
Data denah dan ukuran setiap ruangan yang diperoleh dari bagian Staff
Pemeliharan Bagian Umum Kantor Bupati Sambas. Observasi lapangan dilakukan
untuk mengambil lansung data berupa daya dan jumlah lampu setiap ruangan, data daya
dan jumlah AC setiap ruangan, serta melengkapi data ukuran setiap ruangan. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan perangkat lunak Microsoft
Office Excel dan Microsoft Office Word.
Proses audit energi awal dilakukan dengan mengumpulkan
data historis berupa data denah ukuran setiap ruangan dan data pembayaran
rekening setiap bulan selama satu tahun terahir. Mengamati konsumsi energi
dengan menghitung IKE perbulan selama satu tahun terakhir dengan membagi total
penggunaan energi selama satu bulan dengan total luas ruangan. Proses audit
energi awal bertujuan untuk mengukur produktivitas, penggunaan energi yang
efisien dan mengidentifikasi peluang hemat energi.
Untuk mendapatkan nilai IKE Listrik dilakukan perhitungan
berdasarkan data konsumsi energi setiap bulan selama satu tahun terakhir yaitu
januari 2022 sampai desember 2022 dibagi dengan total luas bangunan Kantor
Bupati Sambas sebesar 5360,94 m2. Perhitungan IKE sebagai berikut:
Perhitungan nilai IKE perbulan dengan menggunakan
persamaan 2.7
Maka
untuk menghitung IKE perbulan sebagai berikut:
Diketahui:
Total kWh bulan januari 2022 = 28901 kWh
������������������ Luas Bangunan = 5360,94 m2
Tabel 1. Perhitungan IKE
No |
Bulan |
Luas Bangunan (m2) |
Daya (kWh) |
IKE |
Keterangan |
1 |
Januari |
5360,94 |
28901 |
5,39103 |
Sangat
Efisien |
2 |
Februari |
5360,94 |
27787 |
5,18323 |
Sangat
Efisien |
3 |
Maret |
5360,94 |
27496 |
5,12895 |
Sangat
Efisien |
4 |
April |
5360,94 |
33846 |
6,31345 |
Sangat
Efisien |
5 |
Mei |
5360,94 |
25472 |
4,75141 |
Sangat
Efisien |
6 |
Juni |
5360,94 |
26233 |
4,89336 |
Sangat
Efisien |
7 |
Juli |
5360,94 |
30281 |
5,64845 |
Sangat
Efisien |
8 |
Agustus |
5360,94 |
31478 |
5,87173 |
Sangat
Efisien |
9 |
September |
5360,94 |
33033 |
6,16179 |
Sangat
Efisien |
10 |
Oktober |
5360,94 |
29043 |
5,41752 |
Sangat
Efisien |
11 |
November |
5360,94 |
26304 |
4,9066 |
Sangat
Efisien |
12 |
Desember |
5360,94 |
25411 |
4,74003 |
Sangat
Efisien |
Gambar 1. Grafik IKE
Tabel 1 menunjukan nilai IKE bulan januari sampai dengan desember
2022. Didapatkan nilai IKE paling kecil pada bulan desember dengan nilai 4,74003
dimana nilai tersebut termasuk kategori sangat efisien, dan nilai IKE paling
tinggi pada bulan April dengan nilai 6,31345 yang juga termasuk kategori sangat
efisien. Pada perhitungan IKE didapatkan pada tahun 2022 nilai IKE sepanjang
tahun termasuk kategori sangat efisien, meskipun termasuk kategori sangat
efisien masih banyak hal-hal yang bisa ditinjau seperti penggunaan jenis lampu
yang tidak teratur yang bisa dilihat pada tabel 3.2 penggunaan lampu yang tidak
sesuai jumlah nya yang akan dibahas pada PHE No Cost, penggunaan AC
dengan daya yang tinggi dan masih banyak penghematan lain yang bisa dilakukan.
Penggunaan energi listrik pada sistem pencahayaan berdasarkan pada lama
waktu penyalaan dan besar daya setiap lampu, semakin lama waktu penyalaan dan semakin besar daya lampu maka penggunaan energi listrik tentu akan semakin
besar. Ruang kabag bagian umum rata-rata waktu penyalaannya selama 11 jam, sedangkan ruangan seleasar depan waktu penyalaannya
24 jam. Untuk menghitung
total konsumsi energi perhari digunakan persamaan berikut:
Perhitungan konsumsi energi sistem pencahayaan suatu ruangan sebagai
berikut:
Pada ruang kabag bagian umum diketahui:
Lampu CFL dengan daya 45 watt sebanyak 4 buah dengan lama penyalaan selama 11
jam.
Maka:
Pada ruang selasar depan diketahui:
Lampu Downlight dengan daya 19 watt sebanyak 3 buah dengan lama penyalaan
selama 24 jam.
Tabel 2. Konsumsi Energi Sistem Pencahayaan
�
Total konsumsi energi listrik sistem pencahayaan adalah
sebesar 158,739 kWh/hari. Konsumsi energi listrik terbesar terdapat pada
ruangan Aula dengan lampu LED 15 watt sebanyak 31 buah, lampu CFL 15 watt
sebanyak 69 buah dan Lampu LED 50 watt sebanyak 3 buah, dengan waktu penyalaan
selama 8 jam, dengan total konsumsi energi 13,2 kWh/hari. Konsumsi energi
terkecil terdapat pada beberapa ruangan seperti toilet yang menggunakan lampu
LED 15 watt sebanyak 1 buah dengan waktu penyalaan selama 11 jam, dengan total
konsumsi energi 0,165 kWh/hari.
Penggunaan energi listrik pada sistem tata udara berdasarkan
pada lama waktu penyalaan dan besar daya AC. Penggunaan AC tergantung pada
jadwal pelayanan atau aktivitas administrasi perkantoran setiap ruangan, Besar
PK atau daya AC harus disesuaikan dengan ukuran ruangan, agar penggunaan nya
efisien.
Perhitungan konsumsi energi sistem tata udara pada
suatu ruangan sebagai berikut:
Pada ruang transit diketahui: AC Split 2 PK 1 buah dengan
daya 1640 watt dan waktu penyalaan selama 9 jam, maka:
Pada ruangan bendahara umum diketahui: AC Split 2 PK 1
buah dengan daya 1660 watt dan waktu penyalaan selama 9 jam, maka:
Total konsumsi energi listrik sistem tata udara di
Kantor Bupati Sambas secara keseluruhan sebesar 1073,015 kWh/hari. Konsumsi
energi listrik terbesar terdapat pada ruangan aula dengan 2 unit AC Standing
3 PK dengan daya 2850 watt, 4 unit AC Standing 3 PK dengan daya 2270
watt, dan 2 unit AC Standing 4 PK dengan daya 3510 watt, didapatkan total
daya AC sebesar 21800 watt, dengan waktu penyalaan selama 8 jam, maka total
konsumsi energi untuk ruangan aula sebesar 174,4 kWh/hari. Konsumsi energi
terkecil yakni sebesar 3,6 kWh/hari pada ruangan koperasi yang menggunakan 1
unit AC Split � �PK dengan daya 400
watt, yang dinyalakan selama 9 jam. Total daya AC secara keseluruhan Kantor
Bupati Sambas adalah sebesar 122655 watt, didapatkan dari penjumlahan seluruh
AC yang ada.
Dalam proses audit energi diperhatikan efisiensi
sistem tata udara. Efisiensi pada sistem tata udara atau AC dinyatakan sebagai
COP atau EER. Untuk menentukan nilai COP atau EER digunakan persamaan 2.5
dan 2.6.
Perhitungan COP suatu ruangan sebagai berikut:
Pada ruang transit diketahui: 1 Unit AC Split 2 PK dengan daya 1640 dan Qe 5,275278
(tabel 2.4).
Maka nilai COP:
Perhitungan EER suatu ruangan sebagai berikut:
Pada ruang transit diketahui: 1 Unit AC Split 2 PK dengan daya 1640 watt
dan T 18000 Btu/h.
Maka nilai EER:
Nilai rata-rata COP termasuk dalam kategori baik dengan
nilai rata-rata 3,0991, dan kriteria nilai COP baik memiliki rentang 3,0 � 4,0.
Nilai EER yang didapat termasuk dalam kategori baik dengan nilai rata-rata 13,3417,
dan kriteria nilai EER baik memiliki rentang 11-14.
Peluang Hemat Energi No Cost pada sistem pencahayaan
di Kantor Bupati Sambas bisa dilakukan dengan mematikan lampu yang sedang tidak
digunakan agar mengurangi waktu dari sistem pencahayaan, untuk mempermudah
perhitungan dilakukan penyesuaian dengan jam operasional kantor. Perhitungan penghematan
dilakukan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Diketahui: Ruang Kabag Bagian Umum memiliki lampu
CFL� 45 watt sebanyak 4 buah, dengan waktu penyalaan selama 9 jam perhari
Penghematan konsumsi energi setelah dilakukan pengurangan
waktu penyalaan dituliskan pada lampiran 1. Didapatkan nilai konsumsi energi
listrik selama satu bulan sebesar 3205,8 kWh, yang didapatkan dari hasil total
daya sistem pencahayaan seluruh ruangan. Didapatkan nilai konsumsi energi
setelah dilakukan PHE sebesar 2607,92 kWh perbulan, maka dapat dihitung nilai
penghematan energi perbulan sebagai berikut:
Penghematan perbulan���� =
Konsumsi energi awal � konsumsi energi setelah PHE
������������������������������������� = 3205,8
kWh � 2607,92 kWh
������������������������������������� =
597,88 kWh
Dari perhitungan tersebut didapatkan perhitungan penghematan pertahun
sebesar:
Penghematan pertahun���� =
Penghematan Perbulan
������������������������������������� =
597,88 kWh
������������������������������������� =
7174,56 kWh
Peluang Hemat Energi No Cost juga dilakukan dengan
mengurangi jumlah lampu pada suatu ruangan agar sesuai dengan kebutuhan ruangan
pada Kantor Bupat Sambas. Pengurangan jumlah lampu dilakukan pada ruangan
dengan jumlah lampu yang melebihi kebutuhan dari suatu ruangan. Perhitungan kebutuhan
jumlah lampi dilakukan sebagai berikut:
Menentukan kebutuhan lampu pada ruang kabag bagian umum.
Diketahui: Panjang ruangan = 7,2 m, Lebar ruangan = 5,4 m, Tinggi sumber
cahaya terhadap bidang kerja = 2,25 m, E = 350 lux, CFL 45 watt dengan lumen 2900
Pada
ruangan kabag bagian umum terdapat
4 lampu, sedangan kebutuhan
lampu CFL 45 watt sebanyak 3 buah, maka dilakukan pengurangan sebanyak 1 lampu. Sehingga konsumsi energi perbulan setelah dilakukan pengurangan lampu adalah:
����������� Perhitungan PHE
konsumsi energi setelah pengurangan jumlah penggunaan lampu dituliskan pada
lampiran 2. Setelah dilakukan pengurangan jumlah lampu didapatkan total energi
setelah PHE sebesar 2878,02 kWh/bulan, maka penghematan energi perbulan dapat
dihitung sebagai berikut:
Penghematan perbulan���� =
Konsumsi energi awal � konsumsi energi setelah PHE
������������������������������������� = 3205,8
kWh � 2878,02 kWh
������������������������������������� =
327,78 kWh
Dari perhitungan tersebut dapat dilakukan perhitungan penghematan
pertahun sebesar:
Penghematan pertahun���� =
Penghematan Perbulan
������������������������������������� =
327,78 kWh
������������������������������������� =
3933,36 kWh
Perhitungan PHE dilakukan juga dengan mengurangi waktu
penyalaan dan pengurangan jumlah lampu yang dibutuhkan. Perhitungan PHE
pengurangan waktu penyalaan dan pengurangan jumlah lampu keseluruhan ruangan
dituliskan pada lampiran 3. Didapatkan total konsumsi energi listrik perbulan
setelah PHE sebesar 2306,204 kWh. dari yang sebelum nya sebesar 3205,8 kWh.
Sehingga dapat dihitung total konsumsi energinya sebagai
berikut:
Penghematan perbulan���� =
Konsumsi energi awal � konsumsi energi setelah PHE
������������������������������������� = 3205,8
kWh � 2306,204 kWh
������������������������������������� =
899,596 kWh
Dari perhitungan tersebut dapat dilakukan perhitungan
penghematan pertahun sebesar:
Penghematan pertahun���� =
Penghematan Perbulan
������������������������������������� =
899,596 kWh
������������������������������������� = 10795,152 kWh
Penghematan yang dilakukan pada sistem tata udara bisa dilakukan
dengan mematikan AC jika ruangan tidak digunakan lagi, agar mempermudah
perhitungan dilakukan pengurangan waktu penggunaan AC yang disesuaikan dengan
jam operasional kantor. Perhitungan penghematan dilakukan sebagai berikut:
Diketahui: Ruangan Transit memiliki AC Split 2 PK dengan daya 1640 sebanyak
1 buah dengan waktu penyalaan selama 8 jam, maka:
Perhitungan PHE sistem tata udara dituliskan pada
lampiran 4. Total konsumsi energi AC selama satu bulan sebesar 20472,14 kWh,
nilai tersebut didapatkan dari total daya AC dikali dengan waktu nyala selama
satu bulan. Didapatkan nilai konsumsi energi setelah dilakukan PHE sebesar 1863,64
kWh/bulan. Maka penghematan energi yang dilakukan dapat dihitung sebagai
berikut:
Penghematan perbulan���� =
Konsumsi energi awal � konsumsi energi setelah PHE
������������������������������������� = 20472,14kWh
� 18636,64 kWh
������������������������������������� =
1835,5 kWh
Dari perhitungan tersebut dapat dilakukan perhitungan penghematan pertahun
sebesar:
Penghematan pertahun���� =
Penghematan Perbulan
������������������������������������� =
1835,5 kWh
������������������������������������� =
22026 kWh
PHE No Cost sistem tata udara juga dilakukan
dengan pengurangan jumlah AC yang digunakan dengan menyesuaikan kebutuhan BTU
ruangan dengan AC yang terpasang, apabila nilai BTU yang terpasang melebihi
dari kebutuhan BTU yang dibutuhkan dari suatu ruangan, maka jumlah AC yang
digunakan dikurangi atau disesuaikan dengan kebutuhan BTU. Perhitungan
kebutuhan AC suatu ruangan sebagai berikut:
Diketahui: Konstanta BTU = 550 BTU/hr/
BTU ruangan�������� =
Besar Ruangan
Didapatkan nilai BTU ruangan Sekda sebesar 23958, AC yang
terpasang pada ruangan Sekda ialah 1 unit 1 � PK dengan BTU 12000 dan 1 unit 2
PK dengan BTU 18000 BTU, total BTU 2 unit AC sebesar 30000 BTU. Maka pada
ruangan Sekda dilakukan pengurangan jumlah AC 1 unit 1 � PK menyesuaikan dengan
BTU yang dibutuhkan ruangan tersebut. Untuk menghitung PHE konsumsi energi
setelah dilakukan pengurangan jumlah AC sebagai berikut:
Diketahui:
ruangan Sekda memiliki AC Split 1 unit 2 PK dengan daya 1660 watt dengan waktu
penyalaan sebesar 9 jam, maka
Hasil perhitungan PHE pengurangan jumlah AC dituliskan
pada lampiran 5. Didapatkan total konsumsi energi setelah PHE pengurangan
jumlah AC sebesar 20277,74 kWh/bulan dimana total konsumsi energi sebelum
dilakukan PHE sebesar 20472,14 kWh/bulan. Didapatkan penghematan energi
perbulan sebagai berikut:
Penghematan perbulan���� =
Konsumsi energi awal � konsumsi energi setelah PHE
������������������������������������� =
20472,14 kWh � 20277,74 kWh
������������������������������������� =
194,4 kWh
Dari perhitungan tersebut dapat dilakukan perhitungan penghematan pertahun
sebesar:
Penghematan pertahun���� =
Penghematan Perbulan
������������������������������������� =
194,4 kWh
������������������������������������� =
2332,8 kWh
Perhitungan PHE dilakukan juga dengan pengurangan waktu
penggunaan dan pengurangan jumlah AC yang digunakan dengan menyesuaikan
kebutuhan BTU setiap ruangan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:
Diketahui:
ruangan Sekda memiliki AC Split 1 unit 2 PK dengan daya 1660 watt dengan waktu
penyalaan sebesar 8 jam, maka
Hasil perhitungan PHE pengurangan jumlah AC dituliskan
pada lampiran 6. Didapatkan total konsumsi energi setelah PHE pengurangan
jumlah AC sebesar 18329,44 kWh/bulan dimana total konsumsi energi sebelum
dilakukan PHE sebesar 20472,14 kWh/bulan. Didapatkan penghematan energi
perbulan sebagai berikut:
Penghematan perbulan���� =
Konsumsi energi awal � konsumsi energi setelah PHE
������������������������������������� =
20472,14kWh � 18329,44 kWh
������������������������������������� =
2142,7 kWh
Dari perhitungan tersebut dapat dilakukan perhitungan penghematan pertahun
sebesar:
Penghematan pertahun���� =
Penghematan Perbulan
������������������������������������� =
2142,7 kWh
������������������������������������� = 25712,4 kWh
Penerapan PHE Low Cost pada sistem pencahayaan dilakukan dengan memasang sensor inframerah. Dengan pemasangan
sensor ini, waktu nyala lampu dapat dikurangi
ketika ruangan tidak digunakan atau tidak ada aktivitas,
sehingga waktu nyala dapat berkurang hingga setengahnya. Sensor
dipasang di ruangan yang memiliki aktivitas minimal, seperti selasar, gudang,
ruang kebersihan, dan WC. Penghematan dapat
dihitung menggunakan persamaan berikut:
Diketahui: Gudang Kiri Lt. 1
memiliki lampu LED 15-watt sebanyak
6 buah dengan waktu penyalaan selama 11 jam, setelah dipasang sensor menjadi 5,5 jam perhari.
Maka:
Hasil
perhitungan PHE Low Cost dituliskan
pada lampiran 7 didapatkan nilai konsumsi setelah PHE Low Cost sebesar
2506,81 kWh dimana total konsumsi energi sebelum dilakukan PHE sebesar 3205,8 kWh/bulan. Didapatkan
penghematan energi perbulan sebagai berikut:
Penghematan perbulan���� =
Konsumsi energi awal � konsumsi energi setelah PHE
������������������������������������� =
3205,8 kWh � 2506,81 kWh
������������������������������������� =
698,99 kWh
Dari perhitungan tersebut dapat dilakukan perhitungan penghematan pertahun sebesar:
Penghematan pertahun���� =
Penghematan Perbulan
������������������������������������� =
685,85 kWh
������������������������������������� =
8230,2 kWh
Biaya investasi untuk pemasangan sensor sebesar Rp 1.226.100
dengan total penghematan pertahun yang didapat kan sebesar 8230,2
kWh.
Sehingga bisa
dihitung payback period dengan persamaan 2.9.
������������������������������
������������������������������
Penerapan PHE Low Cost dilakukan dengan penggantian jenis refrigerant atau bahan
pendingin AC dari R22 menjadi jenis MC22 atau Musicool yang merupakan
jenis refrigerant ramah
lingkungan serta dapat menghemat penggunaan energi. Berdasarkan
kapasitas AC, efisiensi Refrigerant Musicool dituliskan pada tabel (2.8).
Perhitungan Energi listrik setelah penggantian Refrigerant
pada suatu ruangan menggunakan persamaan (2.8):
Pada ruang transit diketahui 1 buah AC 2 PK dengan daya 1640 watt dengan
waktu nyala 160 jam perbulan maka:
������
Hasil perhitungan PHE dituliskan pada lampiran 8
didapatkan nilai konsumsi energi sebelum dilakukan penghematan energi adalah 20472,14
kWh, dan konsumsi energi setelah penghematan menjadi 13610,1424 kWh. Didapatkan
penghematan energi perbulan dapat dihitung sebagai berikut:
Penghematan perbulan���� =
Konsumsi energi awal � konsumsi energi setelah PHE
������������������������������������� =
20472,14 kWh � 13610,1424 kWh
������������������������������������� =
6861,9976 kWh
Dari perhitungan tersebut dapat dilakukan perhitungan penghematan pertahun
sebesar:
Penghematan pertahun���� =
Penghematan Perbulan
������������������������������������� =
6861,9976 kWh
������������������������������������� =
82343,9712 kWh
Biaya investasi untuk penggantian Refrigerant
sebesar Rp 26.025.000 dengan total penghematan pertahun yang didapat kan
sebesar 82343,9712 kWh. Sehingga bisa dihitung payback period dengan persamaan
2.9.
������������������������������
������������������������������
Penerapan PHE High Cost pada sistem pencahayaan
dilakukan dengan menganti jenis lampu CFL dan TL menjadi LED. Perhitungan
penghematan dengan persamaan berikut:
Diketahui: ruang kabag bagian umum memiliki lampu CFL 45 watt sebanyak 4
buah, diganti dengan menjadi LED 15 watt sebanyak 4 buah, waktu penyalaan
selama 180 jam perbulan, maka:
Hasil
perhitungan PHE High Cost dituliskan
pada lampiran 9 didapatkan nilai konsumsi setelah PHE High Cost sebesar
1695,72 kWh/bulan dimana total konsumsi energi sebelum dilakukan PHE sebesar 3110,82 kWh/bulan. Didapatkan
penghematan energi perbulan sebagai berikut:
Penghematan perbulan���� =
Konsumsi energi awal � konsumsi energi setelah PHE
������������������������������������� =
3205,8 kWh � 1777,56 kWh
������������������������������������� =
1428,24 kWh
Dari perhitungan tersebut dapat dilakukan perhitungan penghematan pertahun
sebesar:
Penghematan pertahun���� =
Penghematan Perbulan
������������������������������������� =
1428,24 kWh
������������������������������������� =
17138,88 kWh
Biaya investasi untuk penggantian lampu CFL dan TL
menjadi LED sebesar Rp 12.216.500 dengan total penghematan pertahun yang
didapat kan sebesar 16981,2 kWh. Sehingga bisa dihitung payback period dengan persamaan
2.9.
������������������������������
������������������������������
Penerapan PHE High Cost pada sistem tata udara dilakukan dengan menganti keseluruhan unit AC menjadi unit
AC inverter terbarukan, kebutuhan unit AC juga
disesuaikan dengan kebutuhan BTU sebuah
ruangan. Perhitungan penghematan dilakukan dengan persamaan berikut:
Diketahui ruang
transit memiliki AC Split 2 PK dengan daya 1640 watt sebanyak 1 buah dengan waktu penyalaan selama 200 jam perbulan, diganti dengan AC Split 2 PK dengan daya 1440 watt maka:
����������� Hasil perhitungan PHE High
Cost dituliskan pada lampiran
10 didapatkan nilai konsumsi setelah PHE High Cost
sebesar 15690,56 kWh/bulan dimana total konsumsi energi sebelum dilakukan PHE sebesar 20472,14 Wh/bulan. Didapatkan penghematan energi perbulan sebagai berikut:
Penghematan perbulan���� =
Konsumsi energi awal � konsumsi energi setelah PHE
������������������������������������� =
20472,14
kWh � 15690,56 kWh
������������������������������������� =
4781,58 kWh
Dari perhitungan tersebut dapat dilakukan perhitungan penghematan pertahun
sebesar:
Penghematan pertahun���� =
Penghematan Perbulan
������������������������������������� =
4781,58 kWh
������������������������������������� =
57378,96 kWh
Biaya investasi untuk penggantian unit AC sebesar Rp
554.265.000 dengan total penghematan pertahun yang didapat kan sebesar 57378,96
kWh. Sehingga bisa
dihitung payback period dengan persamaan 2.9.
������������������������������
������������������������������
Rekomendasi
Peluang Hemat Energi
Rekomendasi PHE No Cost yang dapat dilakukan
adalah dengan mengurangi waktu penyalaan dan jumlah lampu pada sistem
pencahayaan, mengurangi waktu penyalaan dan jumlah AC pada sistem tata udara.
Total konsumsi energi pertahun yang didapat pada rekomendasi ini sebesar 247527,7
kWh/tahun, dimana total konsumsi energi pertahun sebelum dilakukan PHE sebesar 284135,3
kWh/tahun, dimana Total konsumsi energi sistem pencahayaan sebelum PHE sebesar 38469,6
kWh/tahun menjadi 27674,448 kWh/tahun setelah dilakukan PHE, pada sistem tata
udara sebesar 245665,68 kWh/tahun sebelum dilakukan PHE menjadi 219953,28 kWh/tahun
setelah dilakukan PHE, maka didapatkan nilai penghematan energi sebesar 36507,552
kWh/tahun atau 3042,296 kWh/bulan.
Rekomendasi PHE Low Cost yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan pemasangan sensor pada sistem pencahayaan, dan
melakukan pergantian jenis freon AC pada sistem tata udara. Total konsumsi
energi yang didapat pada rekomendasi ini sebesar 247627,7 kWh/tahun, dimana
total konsumsi energi sebelum dilakukan PHE sebesar 284135,3 kWh/tahun, dimana
Total konsumsi energi sistem pencahayaan sebelum PHE sebesar 38469,6 kWh/tahun
menjadi 30081,72 kWh/tahun setelah dilakukan PHE, pada sistem tata udara
sebesar 245665,68 kWh/tahun sebelum dilakukan PHE menjadi 166321,71 kWh/tahun
setelah dilakukan PHE, maka didapatkan nilai penghematan energi sebesar 90731,8512
kWh/tahun atau 7560,9876 kWh/bulan. Biaya investasi untuk melakukan peluang
hemat energi ini sebesar Rp 1.226.100dengan Payback Period selama 1
bulan pada sistem pencahayaan dan, dan biaya investasi sebesar Rp 26.025.000pada
sistem tata udara dengan Payback Period selama 2 bulan.
Rekomendasi PHE High Cost yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan pergantian jenis lampu dari CFL dan TL menjadi LED pada
sistem pencahayaan, dan melakukan pergantian dan pengurangan unit AC menjadi AC
inverter dengan daya rendah pada sistem tata udara. Total konsumsi energi
pertahun yang didapat pada rekomendasi ini sebesar 209617,44 kWh/tahun, dimana
total konsumsi energi pertahun sebelum dilakukan PHE sebesar 284135,3 kWh/tahun,
dimana Total konsumsi energi sistem pencahayaan sebelum PHE sebesar 38469,6 kWh/tahun
menjadi 21330,72 kWh/tahun setelah dilakukan PHE, pada sistem tata udara
sebesar 245665,68 kWh/tahun sebelum dilakukan PHE menjadi 188286,72 kWh/tahun
setelah dilakukan PHE, maka didapatkan nilai penghematan energi sebesar 74517,84
kWh/tahun atau 6209,82 kWh/bulan. Biaya investasi untuk melakukan peluang hemat
energi ini sebesar Rp 13.192.000 dengan Payback Period selama 5 bulan
pada sistem pencahayaan dan, Rp 554.265.000 dengan Payback Period selama
53 bulan.
Setelah menentukan peluang hemat energi yang didapatkan
di Kantor Bupati Sambas, dapat diketahui nilai IKE sebagai berikut:
Luas
ruangan Kantor Bupati Sambas adalah sebesar 5360,94 m2, maka
perhitungan IKE akhir sebagai berikut:
Perhitungan IKE sebelum PHE pada bulan januari:
Perhitungan IKE setelah
PHE No Cost pada bulan bulan
januari:
Tabel
3. Perbandingan Nilai IKE Pada Tahun 2022
No |
Bulan |
Luas Bangunan (m2) |
Daya (kWh) |
IKE Sebelum |
IKE No Cost |
IKE Low Cost |
IKE High Cost |
1 |
Januari |
5360,94 |
28901 |
3,849259 |
3,006367 |
3,258406 |
|
2 |
Februari |
5360,94 |
27787 |
5,183233 |
3,849259 |
3,006367 |
3,258406 |
3 |
Maret |
5360,94 |
27496 |
5,128951 |
3,849259 |
3,006367 |
3,258406 |
4 |
April |
5360,94 |
33846 |
6,313445 |
3,849259 |
3,006367 |
3,258406 |
5 |
Mei |
5360,94 |
25472 |
4,751406 |
3,849259 |
3,006367 |
3,258406 |
6 |
Juni |
5360,94 |
26233 |
4,893358 |
3,849259 |
3,006367 |
3,258406 |
7 |
Juli |
5360,94 |
30281 |
5,64845 |
3,849259 |
3,006367 |
3,258406 |
8 |
Agustus |
5360,94 |
31478 |
5,871731 |
3,849259 |
3,006367 |
3,258406 |
9 |
September |
5360,94 |
33033 |
6,161793 |
3,849259 |
3,006367 |
3,258406 |
10 |
Oktober |
5360,94 |
29043 |
5,41752 |
3,849259 |
3,006367 |
3,258406 |
11 |
November |
5360,94 |
26304 |
4,906602 |
3,849259 |
3,006367 |
3,258406 |
12 |
Desember |
5360,94 |
25411 |
4,740027 |
3,849259 |
3,006367 |
3,258406 |
3,849259 |
3,006367 |
3,258406 |
Gambar
2. Grafik
Perbandingan IKE
Didapatkan nilai
IKE sebelum PHE pada bulan januari sebesar 5,391032 yang termasuk kategori sangat efisien meskipun termasuk kategori sangat efisien masih banyak
penghematan yang bisa dilakukan seperti pada beberapa PHE yang dilakukan sehingga didapatkan nilai IKE yang lebih rendah.
Tabel
4. Perbandingan
Total Konsumsi Energi dan Biaya Konsumsi Listrik
No |
PHE |
Sistem |
Daya |
Total Konsumsi |
Biaya |
Penghematan |
1 |
Sebelum |
Pencahayaan |
38469,6 |
345285 |
Rp 536.019.812 |
- |
Tata Udara |
|
|||||
2 |
No Cost |
Pencahayaan |
27674,448 |
Rp 115.169.059 |
||
Tata Udara |
||||||
Low Cost |
Pencahayaan |
30081,72 |
193403,4 |
Rp 207.324.880 |
||
Tata Udara |
||||||
4 |
High Cost |
Pencahayaan |
21330,72 |
209617,4 |
Rp 356.251.127 |
Rp 179.768.684 |
Tata Udara |
Gambar
3.
Grafik Perbandingan Konsumsi Energi
Konsumsi energi listrik sebelum PHE sebesar 345285 kWh/tahun
dengan biaya sebesar Rp 586.822.216. Setelah dilakukan PHE No Cost
konsumsi energi listrik sebesar 247627,7 kWh/tahun dengan biaya Rp 420.850.752 Setelah
dilakukan PHE Low Cost konsumsi energi listrik sebesar 193403,4 kWh/tahun
dengan biaya Rp 328.694.931 Setelah dilakukan PHE High Cost konsumsi
energi listrik sebesar 209617,4 kWh/tahun dengan biaya Rp 356.251.127. Dengan selisih penghematan biaya yang didapatkan pada PHE No
Cost sebesar Rp 115.169.059, Pada PHE Low Cost
sebesar Rp 207.324.880, dan Pada PHE High Cost
sebesar Rp 179.768.684.
Berdasarkan
hasil perhitungan dan analisa, dapat disimpulkan bahwa Intensitas Konsumsi Energi awal sebelum dilakukan
PHE sebesar rata-rata 5,3673 kWh/m�/bulan dengan biaya Rp
536.019.812, dan setelah penerapan
berbagai kategori PHE terdapat penghematan yang signifikan: PHE No Cost mencapai
rata-rata 3,849259 kWh/m�/bulan dengan biaya Rp 420.850.752, PHE Low Cost sebesar
3,006367 kWh/m�/bulan dengan biaya
Rp 328.694.931, dan PHE High Cost mencapai 3,258406
kWh/m�/bulan dengan biaya
Rp 356.251.12743. Tindakan yang dilakukan dalam PHE
No Cost meliputi pengurangan
waktu penyalaan dan jumlah lampu pada sistem pencahayaan serta pengurangan waktu dan jumlah AC pada sistem tata udara. Untuk PHE Low Cost, dilakukan pengurangan waktu penyalaan, pemasangan sensor
infra merah pada pencahayaan,
serta penggantian
refrigerant menjadi musicool
pada tata udara. Pada PHE High Cost, dilakukan penggantian lampu menjadi LED, pengurangan jumlah AC, dan penggantian unit AC ke AC
inverter hemat energi. Penghematan yang dicapai masing-masing metode adalah Rp 115.169.059 untuk PHE No Cost, Rp 207.324.880 untuk
PHE Low Cost, dan Rp 179.768.684 untuk PHE High Cost.
Total konsumsi energi pencahayaan dan tata udara sebelum dan sesudah PHE menunjukkan pengurangan yang substansial, di mana konsumsi pencahayaan turun dari 38.469,6 kWh/tahun menjadi
21.330,72 kWh/tahun (High Cost) dan konsumsi tata udara dari 245.665,68 kWh/tahun menjadi 188.286,72 kWh/tahun (High Cost). Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar Kantor
Bupati Sambas merincikan data teknis seperti denah tapak dan diagram instalasi
listrik, serta mencatat jenis dan daya dari sistem pencahayaan, tata udara, dan
perangkat elektronik lainnya, sementara penelitian selanjutnya dapat
menambahkan rekomendasi Peluang Hemat Energi (PHE) dengan metode yang lebih
bervariasi.
Ahmad, A.,
Khan, M. I., & Yousaf, M. (2020). Energy audit for sustainable development:
A case study of energy consumption analysis in a building. Energy Reports, 6,
30�38. https://doi.org/10.1016/j.egyr.2020.10.012
Ali,
M., Zhang, Y., & Li, X. (2021). Comprehensive energy audit for buildings: Methods,
tools, and practices. Sustainable Cities and Society, 74, 103170.
https://doi.org/10.1016/j.scs.2021.103170
Ammar, M.
A., El-Nashar, W. Y., & Negm, H. M. (2020). The energy crisis: Challenges
and solutions. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 132, 110010.
https://doi.org/10.1016/j.rser.2020.110010
Ansor,
M. M. (2022). Analisis audit energi sistem pencahyaan dan tata udara di
Universitas Muhammadiyah Pontianak. Journal of Electrical Engineering, Energy, and
Information Technology (J3EIT), 10(1).
Bhatia, A.,
& Tuli, A. (2018). Global Reporting Initiative (GRI) for sustainability
reporting: A review. Journal of Business Ethics, 147(2), 323�345.
https://doi.org/10.1007/s10551-018-4001-3
Bianda, S., & Arsyad, M. I. (2022). Audit
energi sistem pencahayaan dan sistem pengkondisian udara di RSUD Abdul Aziz
Singkawang. Journal of Electrical Engineering, Energy, and Information Technology,
2(1).
Baskoro,
F., Prastyawan, A., Agung, A. I., Haryudo,
S. I., & Hermawan, A. C. (2021). Analisis audit energi listrik
pada gedung jurusan teknik elektro Universitas Negeri Surabaya. Jurnal
Teknik Elektro, 10(1), 237-243.
Chowdhury,
S., Mandal, S. K., & Roy, S. (2022). Evaluating HVAC systems for energy
efficiency: An operational perspective. Energy Efficiency, 15(3), 1�15.
https://doi.org/10.1007/s12053-022-10012-8
Creswell,
J. W. (2010). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches. SAGE Publications.
Cuesta, M.,
& Valor, C. (2013). Corporate social responsibility and sustainability
reporting: From words to action. Sustainable Development, 21(5), 294�305.
https://doi.org/10.1002/sd.503
Das, A.,
Roy, A., & Singh, P. (2021). Optimizing energy use through building energy
audits. Energy & Buildings, 244, 110989.
https://doi.org/10.1016/j.enbuild.2021.110989
Fathi, A.,
Hosseini, R., & Akbari, H. (2022). The role of energy efficiency in
mitigating energy crises. Energy Policy, 169, 113098.
https://doi.org/10.1016/j.enpol.2022.113098
Goyal, A.,
Verma, D., & Sharma, P. (2023). Sustainable building design for energy
conservation: Review and future directions. Journal of Building Engineering,
67, 105456. https://doi.org/10.1016/j.jobe.2023.105456
Hossain,
M., Rahman, M., & Salam, A. (2020). Advancing LED lighting technology:
Reducing energy use and environmental impact. Renewable and Sustainable Energy
Reviews, 123, 109737. https://doi.org/10.1016/j.rser.2020.109737
Ibrahim, M.
A., & Karim, R. (2021). An assessment of energy consumption in aging
government buildings. Energy Research Journal, 12(1), 45�56.
https://doi.org/10.1016/j.erj.2021.02.003
Iskandar,
N. R. (2015). Prosedur standar dan teknik audit energi di industri. BPPT.
Kumar, S.,
& Prasad, R. (2021). Energy auditing in public buildings: A roadmap for
sustainability. Journal of Cleaner Production, 295, 126278.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2021.126278
Mishra, A.,
& Garg, A. (2020). Efficient energy management in government buildings:
Case studies and insights. Renewable Energy, 145, 1341�1354.
https://doi.org/10.1016/j.renene.2020.02.099
Patil, R.
M., & Sharma, R. (2022). The role of energy audits in reducing operational
costs and environmental impact. Energy and Environment, 33(1), 120�135.
https://doi.org/10.1177/0958305X211055198
Petroleum,
B. (2021). Full report-Statistical Review of World Energy 2021. London.
Priyatama,
W. A. (2018). Analisis audit energi pada rumah sakit umum Panti Rapih
Yogyakarta.
Rahman, F.,
& Aziz, M. (2023). Addressing energy inefficiencies in aging administrative
buildings. Energy Efficiency Journal, 16(4), 1�15.
https://doi.org/10.1007/s12053-023-10156-5
Rana, S.,
Islam, S., & Khan, R. (2022). Retrofitting energy systems in public
buildings: Challenges and opportunities. Building and Environment, 208, 108458.
https://doi.org/10.1016/j.buildenv.2021.108458
Repulik Indonesia. (2012). Peraturan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang
Manajemen Energi. Jakarta.
Repulik
Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia No 28 Tahun 2016 tentang Tarif Dasar Listrik. Jakarta.
SNI
Badan Standar Nasional. (2011). Prosedur audit energi pada bangunan gedung. SNI
6196:2011. Jakarta: Badan Standar Nasional.
SNI
Badan Standarisasi Nasional. (2020). Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan.
SNI 03-6197-2020, Jakarta: Badan Standar Nasional.
Singh,
R., & Verma, K. (2021). Smart energy systems for modern buildings:
Strategies for efficiency. Smart Cities, 7(2), 210�225.
https://doi.org/10.1016/j.smart.2021.08.015
Srivastava,
N., Sharma, A., & Kumar, R. (2023). Energy auditing in commercial buildings: Analysis and
implications. Sustainable Energy Technologies and Assessments, 59, 102826.
https://doi.org/10.1016/j.seta.2023.102826
Zhou, X.,
Li, J., & Wang, Y. (2021). Leveraging energy audits for sustainable urban
development. Urban Energy Research, 10(4), 145�160.
https://doi.org/10.1016/j.uer.2021.07.010
|