Hubungan Tingkat
Stres Akademik Terhadap Kejadian Sleep Paralysis
The Relationship Between Academic Stress Levels and
the Incidence of Sleep Paralysis
1)*
Tiara Fidhiani, 2) Ita Armyanti,
3) Ery Hermawati
123 Universitas Tanjungpura,
Pontianak, Indonesia
Email: [email protected]
*Correspondence: Tiara Fidhiani
DOI: 10.59141/comserva.v4i6.2554 |
ABSTRAK Stres akademik merupakan suatu tekanan yang berada dalam diri
mahasiswa yang berkaitan dengan prestasi, persaingan, maupun tuntutan akademik.
Mahasiswa kedokteran merupakan salah satu populasi yang sering mengalami
stres akademik. Individu yang mengalami stres cenderung memiliki kualitas dan
kuantitas tidur yang buruk, bahkan seringkali mengalami gangguan tidur, salah
satunya yakni sleep paralysis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan tingkat stres akademik terhadap kejadian sleep paralysis
pada mahasiswa baru kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi analitik
observasional jenis cross sectional. Populasi penelitian merupakan mahasiswa
baru kedokteran yang dipilih menggunakan teknik sampling berupa simple random
sampling dengan subjek penelitian sebesar 73 orang. Analisis bivariat menggunakan
uji korelasi Spearman. Hasil yang diperoleh dengan uji korelasi Spearman
berdasarkan analisis SPSS 24.0 didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,004
(sig <0,05) untuk hubungan antara tingkat stres akademik dan kejadian
sleep paralysis. Terdapat hubungan antara tingkat stres akademik terhadap
kejadian sleep paralysis pada mahasiswa kedokteran tingkat I Universitas
Tanjungpura. Kata
kunci: Mahasiswa baru
kedokteran, stres akademik, sleep paralysis. |
|
ABSTRACT Academic stress is a pressure that is in students
related to achievement, competition, and academic demands. Medical students
are one of the populations that often experience academic stress. Individuals
who experience stress tend to have poor quality and quantity of sleep, and
often even experience sleep disorders, one of which is sleep paralysis. The
purpose of this study is to determine the relationship between academic
stress levels and the incidence of sleep paralysis in new medical students of
the Faculty of Medicine, Tanjungpura University.
The method used in this study is a cross-sectional type observational
analytical study. The research population is new medical students who were
selected using a sampling technique in the form of simple random sampling
with 73 research subjects. Bivariate analysis uses the Spearman correlation
test. The results obtained by the Spearman correlation test based on the SPSS
24.0 analysis obtained a significance value of 0.004 (sig <0.05) for the
relationship between the level of academic stress and the incidence of sleep
paralysis. There was a relationship between the level of academic stress and
the incidence of sleep paralysis in first-level medical students of Tanjungpura University. Keywords: Medical freshmen, academic stress, sleep paralysis. |
PENDAHULUAN
Stres merupakan suatu
keadaan terjadinya gangguan terhadap fisik, jiwa, dan psikis pada individu.
Tubuh harus dapat menyesuaikan diri ketika menerima stimulan yang berlebihan
dan besar (Dusselier, Dunn, Wang, Shelley,
& Whalen, 2005). Stres dapat dialami oleh siapa
saja, namun kelompok yang berada pada masa perkuliahan cenderung lebih mudah
mengalami stres karena beberapa hal, seperti banyaknya tugas yang harus
dikumpulkan tepat waktu, jadwal yang padat hingga susah membagi waktu, dan
proses adaptasi atau penyesuaian diri bagi mahasiswa baru (Yusoff
et al., 2011).
Mahasiswa yang mengalami
tingkat stres sangat tinggi hingga terindikasi depresi dapat menyebabkan
timbulnya efek yang tidak baik terhadap proses pembelajaran maupun prestasi,
sehingga membutuhkan penanganan yang lebih serius (Barker,
Howard, Villemaire-Krajden, & Galambos,
2018). Mahasiswa juga seringkali diberatkan terhadap
tugas yang menumpuk, hasil ujian yang kurang memuaskan, nilai IPK yang menurun,
dan kecemasan mengenai masa depan yang dapat memicu terjadinya stres akademik (Lin & Huang, 2014). Stres akademik
merupakan suatu tekanan dalam diri pelajar yang berkaitan dengan prestasi,
persaingan, maupun tuntutan akademik (Kumari & Jain, 2014). Stres akademik paling sering dialami oleh
remaja karena berada di lingkungan pendidikan dan dapat berdampak buruk pada
emosional dan kepribadian remaja (Pascoe, Hetrick,
& Parker, 2020).
Hasil penelitian Permata
(2019) pada mahasiswa FK Universitas Udayana tahun pertama menyatakan bahwa
prevalensi terjadinya stres lebih tinggi pada mahasiswa tingkat pertama dan
kedua karena masih dalam tahap penyesuaian diri dari masa SMA ke masa perkuliahan
yang jauh lebih berat, khususnya pada mahasiswa kedokteran yang lebih
kompetitif (Permata, 2019).
Mahasiswa kedokteran
tingkat pertama mengikuti banyak kegiatan wajib dan aktivitas yang padat yang
berpengaruh pada kualitas dan kuantitas tidur, yang pada akhirnya berdampak
pada neurokognitif dan prestasi akademik (Sahu et al., 2019). Orang yang
mengalami banyak tekanan hingga stres cenderung memiliki kualitas tidur yang
buruk (Choueiry et al., 2016). Tidur adalah kebutuhan fisiologis yang dapat
meningkatkan konsentrasi dalam aktivitas sehari-hari dan dapat mengurangi stres
dan kecemasan (Walker, 2017). Stres dan kecemasan diduga dapat memengaruhi
kualitas tidur, menyebabkan gangguan tidur seperti sleep
paralysis (Sharpless & Grom, 2016).
Sleep paralysis
sendiri terjadi ketika tubuh memasuki fase tidur Rapid Eye
Movement (REM) di mana terdapat halusinasi visual
maupun auditori (Cheyne,
2015). Fenomena ini sering disalahartikan sebagai gangguan dari makhluk halus
dalam budaya masyarakat. Hasil penelitian Arista (2017) di FK UKRIDA menyatakan
bahwa prevalensi mahasiswa kedokteran yang mengalami sleep
paralysis sebesar 58% (Arista, 2017).
Studi lain menunjukkan
bahwa kecemasan akademik pada mahasiswa kedokteran tingkat I sebagian besar
berada pada kategori kecemasan sedang (Permata, 2019). Stres dapat mempengaruhi
pola gelombang otak, yang akhirnya mengganggu siklus tidur normal dan menyebabkan
sleep paralysis (Denis
& Poerio, 2017).
Penelitian yang mempelajari
hubungan antara stres akademik dengan kejadian sleep paralysis masih jarang dilakukan. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres
akademik pada mahasiswa kedokteran dengan terjadinya sleep
paralysis.
Hasil penelitian Arista
tahun 2017 di FK UKRIDA menyebutkan bahwa prevalensi mahasiswa kedokteran yang
mengalami sleep paralysis
sebesar 58% responden dan yang tidak pernah mengalami sleep paralysis sebesar 42%.10 Hasil
dari penelitian lain, Permata tahun 2019 menyebutkan bahwa kecemasan akademik
pada mahasiswa kedokteran tingkat I mayoritas berada pada kategori kecemasan
sedang yaitu 59 orang (73.75%).5 Seseorang yang mengalami kecemasan
hingga stres akan mengalami penurunan fokus dan kesulitan tidur. Hal ini
terjadi karena gelombang otak tidak mengikuti siklus tidur yang seharusnya
sehingga terjadi sleep paralysis.11 Hasil
penelitian sebelumnya mempelajari mengenai kejadian sleep paralysis yang dihubungkan dengan
tingkat stres dan kecemasan. Penelitian yang mempelajari tentang
hubungan stres akademik dengan kejadian sleep paralysis belum pernah dilakukan. Maka dari itu, peneliti tertarik mengangkat topik mengenai
hubungan tingkat stres akademik yang dialami mahasiswa kedokteran tingkat I
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura tahun
2019/2020 dengan terjadinya gangguan tidur berupa sleep paralysis.
METODE PENELITIAN
Menggunakan metode
penelitian kuantitatif studi analitik observasional
jenis cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 26
Juni 2020 secara daring melalui
kuesioner pada google form dengan
responden berjumlah 78 orang yang dipilih menggunakan simple random sampling dengan perhitungan rumus
Slovin. Responden pada penelitian ini
merupakan mahasiswa Program Studi Kedokteran tingkat pertama FK UNTAN yang
bersedia menjadi subjek penelitian dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian.
�
��
�𝑛 = 78,06 = 78 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
Instrumen penelitian menggunakan
kuesioner Student Academic Stress Scale yang berjumlah
50 pertanyaan berisikan 5 alternatif jawaban yaitu Sangat Tidak Sesuai, Tidak
Sesuai, Kurang Sesuai, Sesuai, dan Sangat Sesuai dari penelitian Dewi Wulandari
tahun 2018, dan kuesioner sleep paralysis berjumlah 8 pertanyaan dari penelitian Ruby
Larasaty tahun 2012 dengan alternatif jawaban ya (dengan pilihan frekuensi
kejadian sleep paralysis
yang dialami) dan tidak, yang validitasnya teruji dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 24.0 for Windows. Data yang telah terkumpul adalah berdasarkan pengambilan data yang
dilakukan setelah protokol penelitian diajukan kepada Divisi Kaji Etik FK UNTAN
dan melalui Surat Keterangan Lolos Kaji Etik (Ethical-Clearance) No: 2963/UN22.9/TA/2020
HASIL DAN
PEMBAHASAN
����������������������������������������������������������������������������
Grafik 1. Karakteristik Umum Subjek Penelitian
Sumber : Data Primer Penelitian
(2020)
Tabel 1. Distribusi Tingkat Stres Akademik Responden Penelitian
Tingkat
Stres Akademik |
Jumlah
(Orang) |
Persentase
(%) |
Tidak stres akademik Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi |
3 10 8 15 42 |
3,8 12,8 10,3 19,2 53,8 |
Total |
78 |
100 |
Sumber: Data Penelitian Primer
(2020)
Tabel 2. Distribusi Kejadian Sleep Paralysis Responden Penelitian
Sleep
Paralysis |
Jumlah
(Orang) |
Persentase
(%) |
Tidak 1x dalam 3 bulan >1x dalam sebulan >1x dalam seminggu |
16 24 29 9 |
20,5 30,8 37,2 11,5 |
Total |
78 |
100 |
Sumber : Data Penelitian Primer
(2020)
Tabel 3. Hubungan tingkat stres akademik
dengan kejadian sleep paralysis
Kejadian Sleep Paralysis |
Tingkat Stres
Akademik |
|||||||||
Tidak stres |
Rendah |
Sedang |
Tinggi |
Sangat Tinggi |
||||||
|
N |
% |
N |
% |
N |
% |
N |
% |
N |
% |
Tidak |
1 |
1,4% |
4 |
5,1% |
2 |
2,6% |
5 |
6,4% |
3 |
3,8% |
Ya |
2 |
2,5% |
6 |
7,7% |
6 |
7,7% |
10 |
12,8% |
39 |
50% |
Total |
3 |
3,9% |
10 |
12,8% |
8 |
10,3% |
15 |
19,2% |
42 |
53,8% |
Sumber : Data Penelitian Primer (2020)
Grafik
2. Hubungan
antara tingkat stres akademik dengan kejadian sleep paralysis
Sumber : Data Penelitian Primer
(2020)
Berdasarkan analisis SPSS
24.0 dengan uji Spearman, hubungan antara tingkat stres akademik
dan kejadian sleep paralysis
didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,004 atau kurang dari 0,05. Sedangkan,
uji Spearman untuk hubungan antara tingkat stres dan
frekuensi kejadian sleep paralysis
didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,000 atau kurang dari 0,05. Nilai ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antarvariabel.
Hasil uji statistik korelasi Spearman menggunakan SPSS 24.0 menunjukkan terdapat hubungan
korelasi positif yang bermakna antara tingkat stres akademik dengan kejadian sleep paralysis maupun
dengan frekuensi kejadian sleep paralysis (p= 0,004;
r= 323) (p= 0,000; r= 0,472)
Pembahasan
Pada
penelitian ini didapatkan hasil berupa tingkat stres akademik pada mahasiswa
kedokteran mayoritas sangat tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh dari
penyesuaian adaptasi masa transisi dari SMA ke perkuliahan. Selain itu juga
kemungkinan dipengaruhi oleh program studi Kedokteran yang dianggap lebih sulit
dan lebih sibuk dibandingkan program studi lainnya. Hal ini sesuai
dengan beberapa penelitian sebelumnya, seperti penelitian Stephani tahun 2006
yang dilakukan pada mahasiswa kedokteran Universitas California, Amerika
didapatkan hasil terdapat sekitar 51% mahasiswa mengalami stres.37
Stres
akademik adalah stres yang terjadi akibat ketidaksanggupan
pelajar beradaptasi terhadap tuntutan akademik yang dinilai menekan, sehingga
menyebabkan timbulnya rasa tidak nyaman yang dapat memicu psikologis,
ketegangan fisik, maupun perubahan pola tingkah laku,38 sehingga
mahasiswa kedokteran diharapkan mampu untuk melakukan manajemen waktu dan
mengelola stres dengan baik, agar memberikan keseimbangan antara belajar dan
bermain serta mencegah stres.39,40
Berdasarkan
data yang diperoleh, keadaan stres akademik berdasarkan jenis kelamin, dapat
ditarik kesimpulan bahwa perempuan memiliki kecenderungan lebih sering
mengalami stres akademik dibandingkan laki � laki. Hal ini dapat terjadi karena
laki � laki lebih tenang dalam menghadapi stressor
yang dialami dan lebih menikmati konflik yang terjadi, sedangkan perempuan
cenderung memiliki kewaspadaan terhadap stressor.52 Penelitian di University of Buffalo menunjukkan
bahwa perempuan lebih mampu dalam mengontrol stres yang dialaminya. Hal ini dipengaruhi
oleh faktor hormon berupa kadar hormon estrogen yang tinggi pada wanita
berfungsi meningkatkan efek oksitosin, sedangkan pada
pria terdapat kadar hormon testosteron yang tinggi. Hormon testosteron akan
meminimalkan efek dari oksitosin.44 Hal ini juga sejalan dengan
penelitian Purwati tahun 2018 didapatkan hasil bahwa perbedaan tingkat stres
akademik pada mahasiswa perempuan 64,23% dan laki-laki 61,27%.42,43
Responden dalam
penelitian ini memiliki rentang usia antara 18-20 tahun. Kelompok usia ini masuk
dalam kategori remaja akhir45, rentang usia ini adalah tahap terjadinya
peralihan menjadi dewasa, yang cenderung mudah timbul stres. Sehingga adaptasi
adalah salah satu proses yang dibutuhkan mahasiswa untuk mengembangkan
mekanisme koping yang adaptif, dan disebutkan bahwa semakin
tinggi usia seseorang maka tingkat stres akademik yang dialami semakin rendah (Curtis
A.S, 2015).
����������� Berdasarkan
data yang diperoleh pada penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas mahasiswa
kedokteran tingkat I FK UNTAN pernah mengalami sleep paralysis, hal ini sejalan dengan
penelitian Arista tahun 2017 pada mahasiswa FK UKRIDA didapatkan hasil 58%
responden mengalami sleep paralysis dan
sebanyak 42% tidak (Arista M, 2017). Hasil yang serupa juga didapatkan dari penelitian
Permata pada tahun 2019. Sleep paralysis seringkali dialami mahasiswa pada saat tertidur dengan
posisi badan terlentang, dengan waktu kejadian yang paling sering terjadi pada
saat tidur malam direntang waktu 24.00 � 01.00 WIB, dengan waktu tersering
adalah ketika terbangun dari tidur pada malam hari (Fikra, Indra N, 2014; Yuvienco N, 2012).
Pada
penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat stres akademik dengan kejadian sleep paralysis maupun frekuensi kejadian sleep paralysis pada mahasiswa kedokteran
tingkat I FK UNTAN. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat stres
akademik yang dialami oleh mahasiswa, maka semakin memungkinkan mengalami sleep paralysis saat
tidur.� Hal ini dapat terjadi karena seseorang
dalam keadaan stres akademik dapat mengalami penurunan fokus dan kualitas
tidur, yang disebabkan gelombang otak tidak mengikuti siklus tidur yang
seharusnya sehingga menimbulkan kejadian sleep
paralysis. Sleep paralysis pada penelitian ini
dipengaruhi oleh faktor � faktor akademik seperti banyaknya tugas, tuntutan
nilai yang harus berada pada rentang tertentu, atau tuntutan dari berbagai
pihak yang dapat menekan mahasiswa, sehingga timbulah
suatu keadaan stres akademik pada mahasiswa yang berpotensi menyebabkan
terjadinya sleep paralysis pada
mahasiswa tersebut. Gangguan tidur yang terjadi pada mahasiswa merupakan salah
satu dampak buruk yang diakibatkan oleh stres. Stres merupakan gangguan mental
dan emosional yang dapat memicu gangguan dalam otak yang dapat menyebabkan ketidaksinkronan antara sistem saraf dan tubuh (Larasaty R.,
2008).
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara tingkat stres akademik dengan kejadian sleep paralysis pada mahasiswa Kedokteran tingkat I Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura, yang ditunjukkan
oleh analisis statistik menggunakan uji Spearman
dengan nilai signifikansi sebesar (p=0,004). Sebagian besar mahasiswa Program
Studi Kedokteran Universitas Tanjungpura tingkat
pertama mengalami stres akademik yang sangat tinggi dan pernah mengalami
kejadian sleep paralysis.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menggunakan metode lain seperti kohort dengan mengikuti sampel selama beberapa waktu guna
mengetahui faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kejadian sleep paralysis, serta melakukan
penelitian serupa dengan pengontrolan faktor perancu.
Selain itu, pihak Fakultas Kedokteran diharapkan menyediakan sarana khusus
untuk bimbingan konseling guna membantu mahasiswa dalam mengelola stres
akademik, terutama bagi mereka yang mengalami stres akademik yang sangat
tinggi. Mahasiswa disarankan untuk mengelola kondisi stres dengan berkonsultasi
kepada ahli dan belajar beradaptasi serta melakukan penyesuaian diri terhadap
lingkungan baru.
DAFTAR PUSTAKA
Legiran AM, Zalili,
Bellinawati, Nedya. Faktor resiko
stres dan perbedaannya pada mahasiswa berbagai angkatan di FK Universitas
Muhammadiyah Palembang. JKKesehatan. 2015; 2(2):
197-202.
Barseli M, Ifdil
I. Konsep stres akademik siswa. J Konseling dan Pendidik. 2018; 5(3): 143
Garc�a-Ros R, P�rez-Gonz�lez
F, Tom�s JM. Development
and validation of the questionnaire
of academic stress in secondary education: Structure, reliability and nomological validity. Int J Environ Res Public
Health. 2018;15(9).
Permata AK, Widiasavitri PN.�
Hubungan antara kecemasan akademik dan sleep paralysis pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana tahun pertama. J Psikologi Udayana.
Vol.6(2).1006-1015. 2019
Cheyne JA. Recurrent isolated sleep paralysis. In Thorpy MJ, Plazzi G. (Eds.), Parasomnias and other movement-related sleep disorders. Pp. 142�152.
Amsterdam: Elsevier. 2010
Sherewood, Lauralee.
Fisiologi manusia: Dari Sel ke Sistem. Ed ke-8. Jakarta: EGC. 2014.
Curcio G, Ferrara
M, De Gennaro L. 'Sleep loss, learning capacity, and academic
performance'. Sleep medicine reviews. 2006
Arista M. Pengaruh stress terhadap kejadian sleep paralysis pada mahasiswa fakultas kedokteran. J Psikol Pend & Konseling.
Vol.3(2). Page 41-45. 2017
Larasaty R. Hubungan
tingkat stres dengan kejadian sleep paralysis pada mahasiswa FIK UI angkatan 2008.
[Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia. 2012
Maulina B, Sari DR. Derajat
stres mahasiswa baru fakultas kedokteran ditinjau dari tingkat penyesuaian diri
terhadap tuntutan akademik. J Psikol Pend dan Konseling. 2018; 4(1): 1
Sarafino EP. Health psychology: biopsychosocial
interactions. Ed 6. John Willey
and Sons, Inc, Canada. 2008
Bare, Brenda G, Smeltzer, Suzanne C. Brunner and Suddarth's Textbook of Medical-Surgical Nursing. Ed 10 . Lippincott
Williams & Wilkins. 2006
Rahmawati DD. Pengaruh self-efficacy terhadap stres akademik pada siswa kelas 1
rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Smp
Negeri 1 Medan. 2012
Hicks T, Hestie
S. High school to collage transition:
A profile of the stressor, physical
and psychological health issues that
effect the first year on-campus
collage student. J Diversity. 2008; 15(3):143-7.
Govaerst S, Gregoire
J. Stressful academic situations: Study on appraisal variables in adolescence. Brit J of Clinic Psychology.2004
Wilks SE. Resilience amid academic stress: the moderating
impact of social support among social work
students. Advances in Social Work. 2008; 9(2): 106-125
Masih PP, Gulrez NK. Age and gender differences on stress. in husain
a, khan mi. eds. recent trends in human stress management. New Delhi,
India: Global Mission Publishing
House. 2006
Bariyyah K. �Menurunkan tingkat
stres akademik siswa dengan teknik cognitive-behavioral
stres management�. Proseding
Kongres XII, Konvensi XVIII Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia dan
Seminar Internasiol Konseling. 2013
Rahmawati WK. Efektivitas
teknik restrukturisasi kognitif untuk menangani stres akademik siswa. JKI.
2016; 2(1).
Busari AO. Identifying difference in perceptions
of academic stress and reaction
to stressors based on gender among first year
university students.
Intern J of Human and Soc Scien. 2012 July; 2(14).
Pinel JPJ. Tidur, mimpi, dan
ritme sirkadian. Berapa banyak waktu tidur yang Anda butuhkan?.
In: Pinel JPJ. Biopsikologi
ed 7. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2009. p.434-467
Haryono A, Rindiarti A, Arianti A, et al. Prevalensi gangguan tidur pada remaja usia 12-15 tahun
di sekolah lanjutan tingkat pertama. J Sari Pediatri. 2009; 11(3).
Uliyah M dan Hidayat AAA.
Keterampilan dasar praktik klinik untuk kebidanan. 2nd rev.ed.
Nurdini A, editor. Jakarta: Salemba Medika, 2008. 111-16
American Sleep Disorders Association. ICSD-II. International classification
of sleep disorders: diagnostic and coding manual (2nd ed.).
Chicago, Illinois: American Academy of Sleep Medicine.
2005.
Yuvienco N. Sleep Paralysis : The effects
on the body
and culturan difference, Pitzer Collage. Obafemi Awolowa University. 2012 32. Culebras A. Sleep
disorder and neurological disease. Second ed. Florida (FL):
CRC Press; 2007.
Zubir DM. Hubungan antara psychological well-being
dan college adjustment
pada mahasiswa tahun pertama Universitas Indonesia. [Skripsi] Depok:
Universitas Indonesia. 2012
Rahmayani RD, Liza RG, Syah
NA. Gambaran tingkat stres berdasarkan stressor pada
mahasiswa kedokteran tahun pertama program studi profesi dokter FK Universitas
Andalas angkatan 2017. J Kes Andalas. 2019; 8(1): 1-2.
Wulandari D. Hubungan
antara regulasi� diri dalam belajar dan
stres akademik pada mahasiswa kedokteran. [Skripsi]. Yogyakarta : Universitas
Islam Indonesia. 2018
Brooks PL, et
al. Identification of the transmitter
and receptor mechanisms responsible for REM sleep paralysis.
J Neurosci. 2012; 32(29).
Suganda KD. Tingkat Stres
Pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Angkatan 2013. Universitas Sumatera Utara. 2014. Pp 2-3
Desmita. Psikologi
Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
2011.
Santrock JW. Remaja (edisi ke-11).
Jakarta: Erlangga. 2007
Wirawan. Menghadapi stres
dan depresi (seni menikmati hidup agar bahagia). Jakarta: Platinum. 2012.
Oktovia W, et al. Hubungan Kecerdasan
Emosional Dengan Tingkat Stres Pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran
Universitas Riau. Universitas Riau : 2012; pp 2
Purwati M, Rahmandani A.
Hubungan antara kelekatan pada teman sebaya dengan
Stres akademik pada mahasiswa teknik perencanaan Wilayah dan kota universitas diponegoro semarang. J Empati.
2018: 7(2); hal 28-39
Dhull I, Kumari
S. Academic stress among adolescent in relation to gender. International
Journal of Aplied Research. 2015; 1(11): hh.394-396
Hafifah N, Widiani E, et al. Perbedaan stres akademik
pada mahasiswa program studi ilmu keperawatan berdasarkan jenis kelamin di
fakultas kesehatan universitas tribhuwana tunggadewi malang. J Nurs News.
2017; 2(3).
Curtis A.S. Defining adolescence. Journal of Adolescent and Family Health. 2015;7(2):1-39
Gunanthi M, Diniari.
Prevalensi dan Gambaran Gangguan Tidur Berdasarkan Karakteristik Mahasiswa
Semester 1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana Tahun 2015. E-Journal Medika. 2016; 5(4)
Fikra, Indra N.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Sleep Paralysis pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas
Andalas Angkatan 2014. Diploma thesis, Universitas
Andalas. 2018
Yuvienco N. Sleep Paralysis : The effects
on the body
and culturan difference, Pitzer Collage. Obafemi Awolowa University. 2012.
Solomonova E, et
al. Sensed presence as a correlate of sleep paralysis
distress, social anxiety and waking
state social imagery. Conscious & Cognition. 2008; 17(1): pp.49-63
Hirsch CR, Meynen
T, Clark DM. Negative self-imagery in social anxiety contaminates social interactions. Memory. 2004;
12(4): pp.496-506.
Elvira, Sylvia D, Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar
Psikiatri. Badan Penerbit FK UI. Jakarta. 2013.
Kountul YPD, Kolibu FK, Korompis GEC. Hubungan jenis kelamin dan
pengaruh teman sebaya dengan tingkat stres mahasiswa fakultas kesehatan
masyarakat universitas sam ratulangi
manado. J Kesmas. 2018;
7(5).