Protein
Intake, Body Fat Percentage, and Physical Fitness of Non-Elite Male Athletes
UKM Football and Basketball UNESA
1)* Khoiru Syafaatin Noviani, 2) Endang Sri
Wahjuni, 3) Satwika Arya Pratama, 4) Cleonara Yanuar Dini
1234Universitas Negeri Surabaya, Surabaya,
Indonesia
Email: [email protected] �
*Correspondence: Khoiru Syafaatin Noviani
DOI: 10.59141/comserva.v4i6.2552 |
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asupan protein, persentase lemak tubuh, dan kebugaran jasmani antara atlet UKM sepakbola dan bola basket, hubungan
asupan protein dan persentase
lemak tubuh terhadap kebugaran jasmani, serta hubungan asupan protein terhadap persentase lemak tubuh atlet laki-laki non-elit UKM sepakbola dan bola
basket UNESA. Penelitian ini menggunakan
desain cross-sectional yang melibatkan
22 atlet. Data asupan
protein diambil menggunakan
kuesioner SQ-FFQ, data persentase
lemak tubuh diukur menggunakan BIA, dan data kebugaran
jasmani diukur menggunakan tes MFT.� Hasil analisis komparatif dengan uji mann-whitney
menunjukkan p=0,008 pada asupan
protein, p=0,003 pada persentase lemak tubuh, p=0,164 pada kebugaran jasmani. Analisis korelasi dengan uji rank-spearman pada atlet sepakbola dan bola basket
antara asupan protein
dengan kebugaran jasmani menunjukkan p=0,5 dan p=0,1, persentase
lemak tubuh dengan kebugaran
jasmani menunjukkan
p=0,154 dan p=0,239 dan asupan protein dengan persentase lemak tubuh menunjukkan p=0,152 dan p=0,385. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan asupan
protein dan persentase lemak tubuh dan tidak terdapat perbedaan kebugaran
jasmani antara atlet UKM sepakbola dan bola basket UNESA, tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara asupan protein dan persentase lemak tubuh
terhadap kebugaran jasmani dan antara asupan protein� terhadap persentase lemak tubuh atlet
laki-laki non-elit UKM sepakbola dan bola basket UNESA. Kata kunci: asupan protein, persentase lemak tubuh, kebugaran jasmani, sepakbola,
bola basket |
|
ABSTRACT The purpose of this study was to determine
the differences in protein intake, body fat percentage and physical fitness
between athletes at UNESA football and basketball club, the relationship
between protein intake and body fat percentage on physical fitness,
relationship between protein intake and body fat percentage of non-elite male
athletes at UNESA football and basketball club. This study used a
cross-sectional design involving 22 athletes. Protein intake data was taken
using SQ-FFQ questionnaire, body fat percentage data was measured using BIA,
and physical fitness data was measured using MFT test. The results of
comparative analysis using Mann Whitney test showed p=0.008 for protein
intake, p=0.003 for body fat percentage, p=0.164 for physical fitness.
Correlation analysis using rank-spearman test between football and basketball
athletes in protein intake and physical fitness showed p=0.5 and p=0.1, body
fat percentage and physical fitness showed p=0.154 and p=0.239 and protein
intake with body fat percentage showed p=0.152 and p=0.385. The conclusion is
there is a difference in protein intake and body fat percentage and there is
no difference in physical fitness between athletes at UNESA football and
basketball club. There is no significant relationship between protein intake
and body fat percentage on physical fitness and between protein intake and
body fat percentage at non-elite male athletes at UNESA football and
basketball club. Keywords: protein intake,
body fat percentage, physical fitness, football, basketball. |
PENDAHULUAN
Salah
satu hal yang memengaruhi tingkat kemampuan fisik seseorang terutama seorang atlet untuk
melakukan aktivitas adalah dengan melihat derajat kebugaran jasmani ( et al., 2023), sehingga
seorang atlet tidak akan mampu
untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal terutama pada saat latihan dan pertandingan tanpa tingkat kebugaran
yang baik. Penelitian yang telah
dilakukan oleh Setiawan et al. (2022) menunjukkan
bahwa sebanyak 19,1% atlet bola basket Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bola Basket
mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang masuk dalam kategori kurang dan 33,3%
masuk dalam kategori kurang sekali (Setiawan et al., 2022). Sedangkan pada penelitian lain yang telah dilakukan
oleh Sa�adah et al. (2023) pada Sekolah Sepakbola Ganesha Putra FC
Purwodadi menunjukkan bahwa sebanyak 25,6% atlet mempunyai kebugaran jasmani
yang masuk dalam kategori kurang dan 20,5% masuk dalam kategori kurang sekali (Sa�adah, 2023). Kebugaran jasmani seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti asupan gizi, status gizi, dan aktivitas fisik (Fitriani & Purwaningtyas, 2021), sehingga seorang atlet harus memperhatikan asupan
gizinya, salah satunya adalah asupan protein.
Seorang atlet mempunyai kebutuhan protein yang lebih tinggi dibandingkan
dengan non-atlet, terutama seorang atlet yang rutin melakukan latihan,
pertandingan berat, serta atlet yang masih dalam tahap pertumbuhan atau atlet
remaja membutuhkan asupan protein yang lebih tinggi (Ruslan et al., 2019). Penelitian yang telah dilakukan oleh Kuswari et al. (2019) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara asupan protein dan (Kuswari et al., 2019). Hal ini dikarenakan protein merupakan zat gizi yang
berperan dalam pembentukan dan perbaikan jaringan tubuh terutama jaringan otot (El Ghina et al., 2023). Namun asupan protein berlebih dalam jangka panjang
dapat meningkatkan massa lemak tubuh yang dapat mengganggu performa atlet (Fitriani & Purwaningtyas, 2021). Asupan protein yang berlebih jika tidak diimbangi
dengan aktivitas fisik dan olahraga rutin akan diubah menjadi bentuk lemak dan
disimpan dalam tubuh yang berimplikasi terhadap peningkatan persen lemak dalam
tubuh. Oleh karena itu untuk meningkatkan performa, seorang atlet harus
mengonsumsi protein dengan jumlah yang cukup untuk mengembangkan kemampuan
fisik dan kekuatan otot, serta membangun komposisi tubuh yang optimal.
Komposisi tubuh sangat berpengaruh terhadap performa seorang atlet.
Peningkatan massa tubuh tanpa lemak dan penurunan persen lemak tubuh pada atlet
bola basket dianggap menguntungkan (Nishisaka et al., 2022). Penelitian yang telah dilakukan oleh Senanayake et al. (2021) menunjukkan bahwa
persentase lemak tubuh yang lebih rendah dapat meningkatkan kinerja dan
lompatan vertikal pada atlet basket (Senanayake et al., 2021). Adanya korelasi antara persentase lemak tubuh dengan
kebugaran jasmani dikarenakan simpanan lemak yang berlebih dalam tubuh dapat
meningkatkan massa tubuh yang akan membebani seseorang dalam melakukan aktivitas,
sehingga menurunkan kecepatan seorang atlet (Latifah et al., 2019). Kelebihan
lemak dalam tubuh juga dapat
menurunkan curah jantung yang berakibat pada penurunan konsumsi oksigen oleh jaringan yang menyebabkan penumpukan asam laktat dan mempercepat kelelahan pada atlet (Latifah et al., 2019), sehingga
pemantauan komposisi tubuh secara rutin merupakan hal yang penting dilakukan oleh seorang atlet, terutama atlet olahraga yang membutuhkan energi serta kebugaran
yang tinggi seperti sepakbola dan bola basket (Nishisaka et al., 2022).
Sepakbola dan bola basket merupakan dua cabang dari olahraga permainan yang
membutuhkan kemampuan yang berhubungan dengan kebugaran jasmani. Meskipun kedua
olahraga ini masuk dalam kategori olahraga stop
and go-sport, akan tetapi terdapat perbedaan karakteristik antara kedua
olahraga ini yang memungkinkan adanya perbedaan pada kebugaran jasmani.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Kariyawasam et al. (2019) menunjukkan
bahwa persentase lemak tubuh, daya tahan tubuh bagian atas, kekuatan genggaman,
kecepatan, daya ledak, daya lompat, keseimbangan, serta koordinasi pemain bola
basket lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan pemain sepak bola.
Sedangkan pemain sepakbola mempunyai kekuatan tubuh bagian atas, fleksibilitas,
waktu reaksi, dan kelincahan yang lebih baik daripada pemain bola basket (Kariyawasam et al., 2019).
Sebagai sebuah institusi
pendidikan, Universitas Negeri Surabaya memberikan fasilitas kepada mahasiswa
untuk mengembangkan minat dan bakatnya dalam sebuah wadah yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Dalam bidang olahraga,
Universitas� Negeri Surabaya menaungi
berbagai macam bidang, diantaranya olahraga sepak bola dan bola basket.� Kedua UKM ini mengadakan latihan rutin setiap
minggunya untuk mengembangkan kemampuan anggotanya, sehingga mahasiswa yang
menjadi anggota dari kedua UKM ini masuk dalam kategori atlet non-elit. Berbeda
dengan atlet elit yang melakukan latihan secara signifikan lebih banyak dan
terjadwal, atlet non-elit melakukan latihan lebih sedikit dengan jadwal yang
disesuaikan kesibukan setiap atlet. Selain itu, pengaturan makan antara atlet elit
dan non-elit mempunyai perbedaan, dimana atlet elit cenderung lebih teratur
serta disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan periodisasi gizi yang telah
disusun, sedangkan atlet non-elit umumnya belum mempunyai pengaturan makan yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan latihan. Hal inilah yang dapat berdampak
terhadap kebugaran jasmani antara atlet elit dan non-elit yang berimplikasi
terhadap performa keduanya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terkait
asupan protein, persentase lemak tubuh, dan kebugaran jasmani atlet laki-laki
non-elit UKM sepakbola dan bola basket UNESA.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
observasional dengan desain
Cross-Sectional. Penelitian ini telah memperoleh
persetujuan ethical clearance dari
Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga dengan nomor 109/EA/KEPK/2023. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret 2023 di Fakultas
Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Surabaya. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa
yang masuk dalam UKM sepakbola dan UKM bola basket Universitas Negeri Surabaya. Metode pengambilan sampel digunakan metode total sampling dengan kriteria inklusi
sampel meliputi mahasiswa laki-laki aktif Universitas Negeri Surabaya berusia
18-22 tahun yang masuk dalam UKM sepakbola dan bola basket, mengisi informed consent, serta aktif melakukan
latihan selama tiga bulan terakhir dengan frekuensi minimal 2 kali perminggu.
Adapun kriteria eksklusi meliputi mengonsumsi obat-obatan yang masuk dalam
kategori depresan dan stimulan, alergi terhadap semua makanan dan minuman yang
mengandung protein, serta mengalami cedera dan tidak dapat melakukan tes MFT. Sampel penelitian sebanyak 22 subjek dengan rentang usia 19-23 tahun. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah asupan protein dan persentase lemak tubuh,
sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kebugaran jasmani dan
persentase lemak tubuh. Asupan protein merupakan rata-rata asupan harian dalam
tiga bulan terakhir yang diperoleh dengan metode wawancara menggunakan Semi Quantitative-Food Frequency
Questionnaire (SQ-FFQ). Data persentase lemak tubuh diperoleh dengan
melakukan pengukuran menggunakan alat Bioelectrical
Impedance Analysis (BIA) dengan akurasi 0.1- 40.0 kg �0.4 kg; 100.0 - 199.5 kg
�1%. Data kebugaran jasmani diukur menggunakan tes Multistage Fitness (MFT).
Distribusi asupan protein pada atlet UKM sepakbola dan bola basket
dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu kurang (< 1,4 g/kgBB/hari), cukup
(1,4-1,7 g.kgBB/hari), dan lebih (>1,7 g/kgBB/hari). Hasil pengukuran
persentase lemak tubuh pada atlet UKM sepakbola dikategorikan menjadi 3
kelompok yaitu tinggi (>18%), normal (6-18%), dan rendah ( <6%).
Sedangkan hasil pengukuran persentase lemak tubuh pada atlet bola basket
dikategorikan menjadi 3 yaitu tinggi (>12%), normal (6-12%), dan rendah
(<6%). Hasil pengukuran kebugaran jasmani responden diukur dengan tes Multistage Fitness (MFT) yang
dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu kurang (<33 ml/kg/menit), baik
(33-52 ml/kg/menit), dan tinggi (>52 ml/kg/menit). Data
yang diperoleh kemudian dianalisis komparatif menggunakan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan
asupan protein, persentase lemak tubuh, dan kebugaran jasmani antara atlet UKM
sepakbola dan bola basket serta dianalisis korelasinya menggunakan uji Rank-Spearman untuk mengetahui hubungan
antara asupan protein dan persentase lemak tubuh terhadap kebugaran jasmani,
serta hubungan antara asupan protein dengan persentase lemak tubuh atlet UKM
sepakbola dan bola basket.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran
Karakteristik Responden
Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa yang tergabung dalam UKM
sepakbola dan bola basket Universitas Negeri Surabaya yang masih aktif
mengikuti latihan setiap minggunya yang berjumlah 22 orang laki-laki, terdiri
dari 11 orang dari UKM sepakbola dan 11 orang dari UKM bola basket. Pengumpulan
data karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, frekuensi
latihan, durasi latihan, asupan protein, persentase lemak tubuh, dan tingkat
kebugaran jasmani. Distribusi lengkap responden dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden
Variabel |
Sepakbola |
X�SD |
Bola Basket |
X�SD |
||
� |
n (%) |
� |
n (%) |
|||
Usia |
19-20 |
6 (55%) |
20,5� 1,2 |
19-20 |
8 (73%) |
19,9� 0,831 |
21-23 |
5 (45%) |
21-23 |
3 (27%) |
|||
Frekuensi latihan |
2
�/mgg |
2 (18%) |
3,36� 0,8 |
2�/mgg
|
9 (82%) |
2,36� 0,8 |
3
�/mgg |
3 (27%) |
3
�/mgg |
- |
|||
4
�/mgg |
6 (55%) |
4
�/mgg |
2 (19%) |
|||
Durasi latihan |
2 jam
|
8 (73%) |
2,2� 0,46 |
2 jam
|
- |
3� 0,0 |
3 jam
|
3 (27%) |
3 jam
|
11 (100%)
|
|||
Asupan protein |
Kurang� |
4 (36%) |
92,6� 31,49 � |
Kurang
|
10� (91%) |
66,6� 25,53 |
Cukup |
4 (36%) |
Cukup� |
1 (9%) |
|||
Lebih |
3 (27%) |
Lebih� |
- |
|||
Persentase lemak tubuh |
Rendah |
- |
15� 5,89 |
Rendah |
- |
19,9� 0,831 |
Normal� |
8 (73%) |
Normal |
1� (9%) |
|||
Tinggi |
3 (27%) |
Tinggi |
10
(91%) |
|||
Kebugaran jasmani |
Kurang
|
2 (18%) |
43,57� 8,9 |
Kurang
|
4 (36%) |
33,5� 4,58 |
Baik����� |
7 (64%) |
Baik�� |
7 (64%) |
|||
Tinggi
|
2 (18%) |
Tinggi
|
- |
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden berada pada rentang
usia 19-20 tahun dengan usia rata-rata 20 tahun. Hal ini dikarenakan responden
pada penelitian ini adalah atlet mahasiswa yang masih menempuh jenjang sarjana.
Menurut frekuensi latihan, sebagian besar atlet sepakbola (55%) melakukan
latihan dengan frekuensi 4 kali per minggu. Sedangkan atlet bola basket pada
penelitian ini sebagian besar (82%) melakukan latihan dengan frekuensi 2 kali
per minggu. Berdasarkan durasinya, sebagian besar atlet sepakbola (73%)
melakukan latihan dengan durasi 2 jam per sesi. Sedangkan semua responden dari
atlet bola basket (100%) dalam penelitian ini melakukan latihan dengan durasi 3
jam per sesi. Intensitas, frekuensi dan durasi latihan saling terkait dan
memengaruhi, apabila intensitas tinggi, durasi latihan dapat diperpendek,
sebaliknya bila intensitas rendah, maka durasi latihan dapat diperpanjang (Bafirman & Wahyuri, 2019). Selain itu melakukan aktivitas fisik, seperti latihan
secara rutin dan latihan fisik kombinasi seperti melakukan latihan kekuatan dan
aerobik dapat meningkatkan kebugaran fungsional (daya tahan otot, kekuatan, kecepatan/
kelincahan, fleksibilitas, dan kebugaran aerobik) seseorang terutama seorang
atlet yang memerlukan kebugaran jasmani yang baik (Ni�mah & Melisa, 2022).
Hasil pengukuran asupan protein menunjukkan bahwa rata-rata asupan protein
atlet UKM sepakbola adalah 92,6�31,49 gram/hari, serta dapat dilihat bahwa
sebanyak 36% atlet sepakbola mempunyai asupan protein yang cukup dan kurang,
sedangkan 27% lainnya mempunyai asupan protein yang berlebih. Sedangkan atlet
bola basket mempunyai rata-rata asupan protein sebesar 66,6�25,53 gram/hari,
serta dapat dilihat bahwa sebagian besar (91%) atlet bola basket mempunyai
asupan protein yang kurang dari kebutuhan dan hanya 9% atlet yang mempunyai
asupan protein yang cukup. Penelitian ini menggunakan standar kecukupan asupan
protein untuk atlet olahraga permainan menurut Kemenkes, yaitu 1,4-1,7
gram/kgBB/hari (RI, 2021), dimana nilai ini lebih tinggi dibandingkan standar
kecukupan asupan protein untuk non-atlet, sehingga menyebabkan sebagian besar
atlet mempunyai asupan protein yang masuk dalam kategori kurang dari standar
kecukupan. Atlet mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kerusakan
jaringan otot pada saat melakukan aktiviats berat, seperti latihan dan
pertandingan sehingga seorang atlet membutuhkan asupan protein yang lebih
tinggi dibandingkan dengan seorang yang bukan atlet. Protein dibutuhkan oleh
seseorang terutama seorang atlet untuk pertumbuhan dan mencapai komposisi tubuh
yang optimal serta memperbaiki dan membangun jaringan otot yang mempunyai peran
penting ketika seorang atlet melakukan latihan maupun pertandingan. Selain itu
protein juga memiliki fungsi sebagai cadangan energi ketika cadangan energi
dari lemak dan karbohidrat dalam tubuh menipis akibat latihan maupun
pertandingan dengan durasi yang lama, seperti pada olahraga sepakbola dan bola
basket. Asupan protein yang cukup dapat meningkatkan kecepatan, kekuatan, daya
tahan dan kinerja atletik secara keseluruhan (Fillah F. Dieny, 2019). Seorang atlet yang melakukan latihan fisik, dapat mengalami
kerusakan kecil pada jaringan otot, dan dalam kondisi tersebut protein
dibutuhkan untuk memperbaiki dan membangun kembali jaringan otot yang rusak
setelah latihan maupun pertandingan, yang berpengaruh terhadap peningkatan
massa otot, serta kemampuan atlet dalam menghasilkan energi. Namun, massa otot
yang semakin besar berdampak terhadap kebutuhan oksigen jaringan untuk
mendukung aktivitas sehingga berpengaruh terhadap VO2maks (El Ghina et al., 2023).
Berdasarkan pengukuran persentase lemak tubuh yang telah dilakukan,
menunjukkan bahwa rata-rata persentase lemak tubuh pada atlet UKM sepakbola
adalah 15�5,89% dengan sebagian besar atlet sepakbola (73%) mempunyai
persentase lemak tubuh yang masuk dalam kategori normal. Sedangkan rata-rata
persentase lemak tubuh pada atlet UKM bola basket sebesar 17�3,94%, serta dapat
dilihat bahwa sebagian besar atlet bola basket mempunyai persentase lemak tubuh
yang masuk dalam kategori tinggi (91%) dan hanya 9% yang masuk dalam kategori
normal. Penelitian ini menggunakan standar persentase lemak tubuh menurut
Kemenkes untuk atlet sepakbola (6-18%) dan atlet bola basket (6-12%) (RI, 2021) dan standar ini lebih rendah dibandingkan dengan standar
persentase lemak tubuh untuk non-atlet yang menyebabkan sebagian atlet
mempunyai persen lemak tubuh yang masuk dalam kategori tinggi. Hal ini
disebabkan karena massa lemak tubuh yang berlebihan dapat membebani atlet dalam
beraktivitas (Latifah et al., 2019). Seorang atlet harus melakukan aktivitas dengan
intensitas dan frekuensi yang tinggi yang membutuhkan kebugaran jasmani yang
tinggi, sedangkan tinggi rendahnya persen lemak di dalam tubuh dapat
berpengaruh terhadap massa tubuh yang memengaruhi kecepatan serta kemampuan
pengambilan oksigen dan berdampak terhadap tingkat kebugaran jasmani terutama
kemampuan VO2max seorang atlet (Indraswari et al., 2022).
Berdasarkan pengukuran kebugaran jasmani yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa rata-rata kebugaran jasmani pada atlet UKM sepakbola adalah 43,85�9,3
ml/kg/menit, serta dapat dilihat bahwa sebagian besar (64%) atlet mempunyai
kebugaran jasmani yang masuk dalam kategori baik dan masing-masing 18% atlet
mempunyai kebugaran jasmani yang tinggi dan kurang. Sedangkan rata-rata
kebugaran jasmani pada atlet UKM basket sebesar 32,97�4,45 ml/kg/menit, serta
dapat dilihat juga bahwa sebagian besar atlet bola basket mempunyai kebugaran
jasmani yang masuk dalam kategori baik (64%) sedangkan sisanya (36%) masuk
dalam kategori kurang. Kebugaran jasmani dalam penelitian ini menggunakan daya
tahan kardiorespirasi yang dilihat dari indikator VO2maks yaitu kemampuan
tubuh dalam mengambil oksigen secara maksimal ketika melakukan aktivitas fisik dalam
liter/menit/kilogram berat badan. Olahraga sepakbola dan bola basket
membutuhkan suplai energi secara aerobik, sehingga membutuhkan asupan oksigen
secara maksimal.� Konsumsi oksigen yang
tinggi dapat meningkatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh sehingga menurunkan
proses metabolisme anaerob yang berdampak terhadap penurunan produksi asam
laktat dan mencegah kelelahan dini serta meningkatkan performa seorang atlet (Latifah et al., 2019). Dengan VO2maks yang semakin besar, maka semakin
besar pula kemampuan kerja dari jantung dan paru-paru serta pembuluh darah
dalam mengambil dan menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh sehingga meningkatkan
ketahanan seorang atlet dalam melakukan aktivitas fisik, baik latihan maupun
pertandingan (Muthmainnah et al., 2019).
Perbedaan asupan protein, persentase lemak tubuh, dan
kebugaran jasmani antara atlet laki-laki non-elit UKM sepakbola dan bola basket
UNESA.
Tabel
2. Perbedaan Asupan Protein, Persentase Lemak Tubuh, dan Kebugaran Jasmani
Antara Atlet Laki-Laki Non-Elit UKM Sepakbola dan Bola Basket UNESA.
Variabel |
UKM Sepakbola (mean�SD)
|
UKM
Bola Basket (mean�SD)
|
P-value |
Asupan protein |
96,35�30,5
|
69,4�25,06
|
0,008* |
Persentase lemak tubuh
|
15�5,89
|
17�3,94
|
0,003* |
Kebugaran jasmani
|
43,57�8,9
|
33,5�4,58
|
0,164 |
Dari
hasil uji komparatif, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada asupan protein antara atlet laki-laki
non-elit UKM sepakbola dan
bola basket UNESA, dimana atlet
sepakbola mempunyai
rata-rata asupan protein yang lebih
tinggi dibandingkan atlet bola basket.. Adanya perbedaan ini disebabkan
karena meskipun sepakbola dan bola basket adalah olahraga permainan, dimana menurut Kemenkes (2021) atlet sepakbola dan bola basket mempunyai
kebutuhan protein harian yang sama
(1,4-1,7 g/kgBB/hari) (RI, 2021), akan
tetapi kedua cabang olahraga ini mempunyai intensitas
latihan dan karakteristik permainan
yang berbeda, dimana atlet sepakbola cenderung melakukan latihan yang lebih intensif, melakukan lebih banyak sprint dan lebih pergerakan, serta� tuntutan fisik lainnya sehingga memerlukan energi dan pemulihan otot yang lebih besar. Selain
itu, olahraga sepakbola juga mempunyai lapangan yang lebih luas dengan durasi
pertandingan yang lebih lama dibandingkan olahraga bola basket.
Berdasarkan analisis komparatif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada persentase lemak tubuh antara atlet laki-laki non-elit UKM
sepakbola dan bola basket UNESA dimana atlet bola basket mempunyai persentase
lemak tubuh yang lebih tinggi (17%) dibandingkan atlet sepakbola (15%). Hal ini
sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kariyawasam et al. (2019) pada atlet sepakbola dan
bola basket profesional di Sri Lanka yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pada persentase lemak tubuh antara atlet sepakbola dan bola
basket dimana atlet bola basket mempunyai rata-rata persentase lemak tubuh yang
lebih tinggi dibandingkan atlet sepakbola (Kariyawasam et al., 2019). Adanya perbedaan persentase lemak tubuh ini dapat
disebabkan karena beberapa hal, salah satunya adalah perbedaan karakteristik
permainan, seperti sifat aerobik yang lebih dominan pada olahraga sepakbola,
asupan lemak yang lebih sedikit pada atlet sepakbola dibandingkan pemain bola
basket (Kariyawasam et al., 2019), intensitas
gerak dimana sepakbola mempunyai lapangan yang lebih luas dibandingkan bola basket, dan jenis
latihan fisik, yang berpengaruh terhadap persentase lemak tubuh. Disamping itu, olahraga sepakbola mempunyai durasi pertandingan yang lebih lama sehingga� dapat berpengaruh terhadap persentase lemak tubuh atlet.
Berdasarkan analisis komparatif menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
kebugaran jasmani yang signifikan antara atlet laki-laki non-elit UKM sepakbola
dan bola basket UNESA. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Kariyawasam (2019) pada atlet sepakbola dan bola basket profesional di Sri
Lanka yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai VO2maks
yang signifikan antara atlet sepakbola dan bola basket (Kariyawasam et al., 2019). Tidak adanya perbedaan ini dapat terjadi karena
beberapa hal, salah satunya adalah kedua olahraga ini termasuk olahraga yang
sama-sama membutuhkan kemampuan yang berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan,
sehingga cenderung memiliki karakteristik kondisi fisik yang sama yang dapat
berpengaruh pada tingkat kebugaran jasmani yang cenderung sama. Selain itu,
frekuensi dan durasi latihan yang cenderung sama, dimana atlet UKM sepakbola
rata-rata melakukan latihan dengan frekuensi yang lebih tinggi dengan durasi
yang lebih pendek dibandingkan atlet UKM bola basket. Frekuensi dan durasi
latihan saling terkait dan memengaruhi, apabila intensitas tinggi, durasi
latihan dapat diperpendek, sebaliknya bila intensitas rendah, maka durasi
latihan dapat diperpanjang (Bafirman & Wahyuri, 2019), sehingga meskipun frekuensi dan durasi latihan berbeda,
akan tetapi estimasi waktu yang digunakan untuk melakukan latihan mempunyai
durasi yang sama dalam setiap minggunya, sehingga berpengaruh pada tingkat
kebugaran jasmani yang cenderung sama.
Hubungan asupan protein terhadap kebugaran jasmani
Tabel
3. Hubungan Asupan Protein terhadap Kebugaran Jasmani Atlet Laki-Laki Non-Elit
UKM Sepakbola dan Bola Basket UNESA
Asupan protein |
Tingkat kebugaran jasmani |
|||||||
Sepakbola |
Bola Basket |
|||||||
Kurang n (%) |
Baik n (%) |
Tinggi n (%) |
p-value |
Kurang n (%) |
Baik n (%) |
Tinggi n (%) |
p-value |
|
Kurang n(%)
|
1
(9%) |
2 (18%) |
1(9%)
|
0,5
|
3 (27%) |
7 (64%) |
0 (0%)
|
0,1
|
Cukup n(%)
|
1
(9%) |
2 (18%) |
1(9%)
|
1
(9%) |
0
(0%) |
0
(0%) |
||
Lebih n(%)
|
0
(0%) |
3 (27%) |
0 (0%)
|
0
(0%) |
0
(0%) |
0
(0%) |
Dari
hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara asupan protein terhadap kebugaran jasmani, baik pada atlet UKM sepakbola maupun UKM bola basket UNESA dengan nilai
p=0,5 untuk atlet UKM sepakbola dan p=0,1 untuk atlet UKM bola basket. Hasil
ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Indraswari et al. (2022) pada atlet di Sekolah
Sepakbola Terang Bangsa Semarang dan penelitian Fitrah dan Putriningtyas (2024)
pada atlet cabang olahraga permainan di BPPLOP Jawa Tengah yang menunjukkan
bahwa tidak ada korelasi antara asupan protein dengan kebugaran jasmani pada
atlet (Indraswari et al., 2022)(Fitrah & Putriningtyas, 2024). Hal ini disebabkan karena kemampuan VO2maks
seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor makanan, akan tetapi ada faktor
lain yang berpengaruh, diantaranya adalah faktor aktivitas fisik dan semua
faktor yang memengaruhi jalur transport oksigen akan menjalankan perannya dalam
menentukan VO2maks seseorang dengan memberikan pengaruh terhadap
pengangkutan maupun difusinya terhadap jaringan (Kuswari et al., 2019). Setiap atlet mempunyai jenis latihan fisik yang berbeda
sehingga menyebabkan tidak adanya hubungan antara asupan protein dengan
kebugaran jasmani meskipun asupan protein atlet sudah baik. Selain itu, asupan protein
yang tinggi tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan massa otot, karena
pembentukan massa otot dipengaruhi juga oleh aktivitas fisik rutin dan latihan
yang terprogram disamping asupan protein yang cukup (Fillah F. Dieny, 2019). Tidak adanya hubungan antara asupan protein dan
persentase lemak tubuh dengan kebugaran jasmani pada penelitian ini juga dapat
disebabkan karena kebugaran jasmani seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh
asupan protein, akan tetapi ada faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat
kebugaran jasmani, seperti asupan zat gizi makro yang lain, usia, berat badan,
tinggi badan, status gizi, frekuensi latihan, serta� durasi latihan.
Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ghina, et
al. (2023) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
asupan protein terhadap kebugaran jasmani (El Ghina et al., 2023). Asupan protein berperan dalam mendukung pertumbuhan dan
memperbaiki kerusakan jaringan serta membangun otot yang dibutuhkan oleh atlet
untuk meningkatkan performanya (Fillah F. Dieny, 2019). Mengonsumsi makanan sumber protein sesaat setelah aktivitas
fisik, baik latihan maupun pertandingan dapat berperan dalam peningkatan pembentukan
jaringan otot dan mengoptimalkan serta mempersingkat masa pemulihan pada atlet (RI, 2021). Asupan protein yang tinggi dapat meningkatkan
keseimbangan protein ke arah positif, yang hal ini berperan dalam peningkatan
sintesis protein yang menyebabkan hipertrofi otot dan meningkatkan massa tubuh
bebas lemak dan pembentukan komposisi tubuh yang optimal (Setiowati, 2022). Protein juga berperan sebagai sumber energi ketika
cadangan energi dari karbohidrat dan lemak dalam tubuh menipis. Mengonsumsi
protein dengan jumlah yang cukup untuk atlet, dapat membantu meningkatkan
kecepatan, kekuatan, daya tahan, dan kinerja atletik secara keseluruhan (Dieny et al., 2020).
Hubungan persentase lemak tubuh terhadap kebugaran jasmani
Tabel
4. Hubungan Persentase Lemak Tubuh terhadap Kebugaran Jasmani Atlet Laki-Laki
Non-Elit UKM Sepakbola dan Bola Basket UNESA
% lemak tubuh |
Tingkat kebugaran jasmani |
Tingkat kebugaran jasmani |
||||||
Sepakbola |
Bola Basket |
|||||||
Kurang n (%) |
Baik n (%) |
Tinggi n (%) |
p-value |
Kurang n (%) |
Baik n (%) |
Tinggi n (%) |
p-value |
|
Rendah n (%) |
0 (0%)
|
0
(0%) |
0 (0%)
|
0,154 |
0 (0%) |
0
(0%) |
0
(0%) |
0,239 |
Normal n (%) |
1(9%)
|
5 (45%) |
2
(18%) |
0 (0%) |
1
(9%) |
0
(0%) |
||
Tinggi n (%) |
1(9%)
|
2 (18%) |
0 (0%)
|
4 (36%) |
6 (55%) |
0
(0%) |
Dari hasil uji bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara persentase lemak tubuh terhadap kebugaran jasmani atlet
laki-laki non-elit UKM sepakbola dan bola basket UNESA. Dari hasil uji bivariat menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persentase lemak tubuh
terhadap kebugaran jasmani atlet UKM sepakbola dan bola basket Universitas
Negeri Surabaya. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Indraswari et al. (2022) pada atlet
di Sekolah Sepakbola Terang Bangsa Semarang dan Rohendi (2020) pada atlet di klub
bola basket SMAN Ciamis yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
persentase lemak tubuh dengan kebugaran jasmani. Tidak adanya hubungan antara
persentase lemak tubuh dan kebugaran jasmani pada penelitian ini dapat
disebabkan karena data persentase lemak tubuh yang sebagian besar masuk dalam
kategori tinggi yang dapat berpengaruh terhadap ketidakbermaknaan hasil. Namun,
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh� Kurnia et al. (2020) yang menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara komposisi lemak tubuh terhadap kebugaran jasmani
atlet (Kurnia et al., 2020), serta penelitian Senanayake et al. (2021) yang menunjukkan bahwa persentase lemak tubuh yang
lebih rendah dapat meningkatkan kinerja dan lompatan vertikal, yang merupakan
salah satu bentuk dari kebugaran jasmani pada atlet bola basket (Senanayake et al., 2021). Hal ini dapat disebabkan karena pada penelitian Kurnia,
et al. sebagian besar responden mempunyai persen lemak tubuh yang masuk dalam
kategori normal, serta kebugaran jasmani yang sebagian besar masuk dalam
kategori bugar, dimana hal ini dapat berpengaruh terhadap adanya hubungan
antara persentase lemak tubuh terhadap kebugaran jasmani pada penelitian
ini.��
Selama olahraga endurance, lemak merupakan sumber energi yang
penting untuk kontraksi otot. Namun, kelebihan lemak dalam tubuh juga
berpengaruh terhadap kebugaran seorang atlet. Persen lemak tubuh yang berlebih
dapat meningkatkan massa tubuh dan mempengaruhi daya tahan sistem
kardiovaskular, kelentukan, kekuatan otot, dan daya tahan otot (Kurnia et al., 2020). Seseorang dengan massa lemak yang lebih tinggi
mempunyai konsumsi oksigen per satuan massa tubuh yang lebih rendah (Dieny et al., 2020). VO2maks seseorang dipengaruhi oleh komposisi
tubuh, yang terdiri dari massa lemak tubuh dan massa tubuh tanpa lemak,
sedangkan massa lemak dalam tubuh yang berlebihan dapat meningkatkan beban
kerja jantung dan paru-paru untuk melakukan pengambilan oksigen dan penyaluran
oksigen ke jaringan, sehingga asupan oksigen ke jaringan berkurang yang
menyebabkan penurunan kebugaran (Kurnia et al., 2020). Selain itu, persentase lemak tubuh yang tinggi akan
meningkatkan massa tubuh dan menurunkan kecepatan serta menyebabkan kelelahan
yang lebih cepat (Salamah, 2019).
Hubungan asupan protein terhadap
persentase lemak tubuh�
Tabel 5. Hubungan Asupan
Protein terhadap Persentase
Lemak Tubuh
Asupan protein |
% lemak tubuh |
|||||||
|
Sepakbola |
|
|
Bola Basket |
|
|||
Rendah n (%) |
Normal n (%) |
Tinggi n (%) |
p-value |
Rendah n (%) |
Normal n (%) |
Tinggi n (%) |
p-value |
|
Kurang n (%) |
0
(0%) |
4 (36%) |
0 (0%)
|
0,152 |
0
(0%) |
1
(9%) |
9 (82%)
|
0,385 |
Cukup n (%) |
0
(0%) |
4 (36%) |
0
(0%) |
0
(0%) |
0
(0%) |
1
(9%) |
||
Lebih n (%) |
0
(0%) |
0
(0%) |
3
(27%) |
0
(0%) |
0
(0%) |
0
(0%) |
Hasil uji bivariat menunjukkan
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan persentase
lemak tubuh atlet putra non elit UKM sepak bola dan bola basket UNESA. Hasil
tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kuswari et al.
(2021) yang menunjukkan bahwa asupan protein tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan persentase lemak tubuh pada atlet (Kuswari et al., 2021). Hal ini
dapat terjadi karena umumnya protein dalam tubuh tidak langsung diubah menjadi
energi melainkan digunakan untuk membentuk jaringan baru atau menggantikan
jaringan yang rusak (Kuswari et al., 2021). Selain itu, protein juga melakukan berbagai fungsi
seluler, seperti katalisator dalam reaksi biokimia, transportasi dan
penyimpanan zat ke dalam dan ke luar sel, mempertahankan struktur sel,
menghasilkan gerakan, serta mentransmisikan informasi penting (Sasmarianto & Nazirun, 2022) dan
protein hanya akan diubah. menjadi simpanan lemak di dalam sel. tubuh ketika
asupan protein berlebihan dan asupan karbohidrat dan lemak tercukupi. Tidak
adanya hubungan pada penelitian ini juga bisa disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain asupan protein yang beberapa diantaranya masuk dalam kategori
kekurangan, dimana asupan protein yang tidak mencukupi dapat mempengaruhi tidak
efektifnya hasil serta kemungkinan bias dalam pengumpulan data. pada asupan
protein dan persentase lemak tubuh. Tidak
adanya hubungan antara asupan protein dengan persentase lemak tubuh juga dapat
disebabkan oleh faktor lain yang dapat mempengaruhi persentase lemak tubuh,
seperti asupan energi dan zat gizi makro lainnya (karbohidrat dan lemak) serta
aktivitas fisik.
KESIMPULAN
Terdapat perbedaan asupan protein dan persentase lemak tubuh, akan
tetapi tidak terdapat perbedaan kebugaran jasmani antara atlet laki-laki
non-elit UKM sepakbola dan bola basket UNESA, tidak terdapat hubungan antara
asupan protein dan persentase lemak tubuh terhadap kebugaran jasmani atlet
laki-laki non-elit UKM sepakbola dan bola basket UNESA, dan tidak terdapat
hubungan antara asupan protein terhadap persentase lemak tubuh atlet laki-laki
non-elit UKM sepakbola dan bola basket UNESA.
DAFTAR PUSTAKA
Bafirman, & Wahyuri, A. S. (2019). Pembentukan Kondisi
Fisik. Rajawali Press.
Basori Jatmiko, A., & Akhmad Syaukani, A. (2023).
Survei tingkat kebugaran jasmani atlet remaja akademi basket rookie. Jurnal
Porkes, 6(1), 119�135.
https://doi.org/10.29408/porkes.v6i1.7823
Dieny,
F. F., Widyastuti, N., Fitranti, D. Y., Tsani, A. F. A., & J, F. F. (2020).
Profil Asupan Zat Gizi, Status Gizi, dan
Status Hidrasi Berhubungan dengan Performa Atlet Sekolah Sepak Bola di Kota
Semarang. Indonesian Journal of Human Nutrition,
7(2), 108�119. https://doi.org/10.21776/ub.ijhn.2020.007.02.3
El Ghina, M. F., Widawati, W., & Lestari, R. R.
(2023). Asupan Energi, Protein, Status Gizi, dan VO2 Max Atlet Futsal MAN 1
Pekanbaru. Jurnal Ilmu Gizi Dan Dietetik, 2(3), 175�181.
https://doi.org/10.25182/jigd.2023.2.3.175-181
Fillah F. Dieny. (2019). Gizi Atlet Sepak Bola.
K-Media.
Fitrah,
F. N., & Putriningtyas, N. D. (2024). Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dan Status Gizi dengan
Kebugaran Jasmani Atlet Cabang Olahraga Permainan. Jurnal Gizi, 13(1),
59�69.
Fitriani, A., & Purwaningtyas, D. R. (2021). Gizi
Olahraga. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
Indraswari, S. H., Rahfiludin, M. Z., & Rosidi, A.
(2022). Correlation Between Nutritional Adequacy, Fe Content,
Body Fat Percentage, and Muscle Mass Percentage with Physical Fitness. Jurnal
Keolahragaan, 10(1), 21�30. https://doi.org/10.21831/jk.v10i1.46001
Kariyawasam,
A., Ariyasinghe, A., Rajaratnam, A., & Subasinghe, P. (2019). Comparative
Study on Skill and Health Related Physical Fitness Characteristics Between
National Basketball and Football Players in Sri Lanka. BMC Research Notes,
12(1), 1�5. https://doi.org/10.1186/s13104-019-4434-6
Kurnia,
D. I., Kasmiyetti, K., & Dwiyanti, D. (2020). Pengetahuan Pengaturan Makan Atlet dan Persen Lemak Tubuh
terhadap Kebugaran Jasmani Atlet. Sport and Nutrition Journal, 2(2),
56�64.
Kuswari, M., Gifari, N., Mandala Putra, S., &
Himarwan, A. (2021). Hubungan antara Asupan Zat Gizi Makro dengan Persentase
Lemak Tubuh pada Atlet Sepakbola Profesional. Jurnal Pangan Kesehatan Dan
Gzi, 1(2), 70�77.
Kuswari, M., Handayani, F., Gifari, N., & Nuzrina, R.
(2019). Relationship of Energy Intake, Macro and Micro
Nutrients to Physical Fitness of Athletes of Dyva Taekwondo Centre Cibinong. JUARA : Jurnal Olahraga, 5(1), 19�30. https://doi.org/10.33222/juara.v5i1.572
Latifah, N. N., Margawati, A., & Rahadiyanti, A.
(2019). Hubungan Komposisi Tubuh dengan Kesegaran Jasmani pada Atlet Hockey. Jurnal
Keolahragaan, 7(2), 146�154.
https://doi.org/10.21831/jk.v7i2.28085
Muthmainnah,
I., AB, I., & Prabowo, S. (2019). Hubungan
Asupan Energi Dan Zat Gizi Makro (Protein, Karbohidrat, Lemak) Dengan Kebugaran
(VO2Max) Pada Atlet Remaja Di Sekolah Sepak Bola (SSB) Harbi. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Mulawarman (JKMM), 1(1), 24.
https://doi.org/10.30872/jkmm.v1i1.2525
Ni�mah, J., & Melisa, A. O. (2022). Analisis Pengaruh
Latihan Fisik terhadap Kebugaran Jasmani Pemain Futsal Putri IAIN Kudus. Contagion:
Scientific Periodical Journal of Public Health and Coastal Health,
3(2), 87. https://doi.org/10.30829/contagion.v3i2.9439
Nishisaka, M. M., Zorn, S. P., Kristo, A. S., Sikalidis,
A. K., & Reaves, S. K. (2022). Assessing Dietary Nutrient
Adequacy and the Effect of Season�Long Training on Body Composition and
Metabolic Rate in Collegiate Male Basketball Players. Sports, 10(9).
https://doi.org/10.3390/sports10090127
RI, K. (2021). Panduan Pendampingan Gizi pada Atlet. In Panduan
Pendampingan Gizi Pada Atlet. Kementrian Kesehatan RI.
Ruslan, Aswan, A. M., & Rusli. (2019). Ilmu Gizi
Teori dan Aplikasi Dalam Olahraga. Mulawarman
University Press.
Sa�adah,
U. ; A. hardiansyah; D. Da. (2023). Hubungan Pengetahuan Gizi dan
Asupan Zat Gizi Makro dengan Tingkat Kebugaran Jasmani Atlet Sepak Bola di SSB
Ganesha Putra FC Purwodadi. 4(1).
Salamah, R. (2019). Hubungan Asupan Zat Gizi, Aktivitas
Fisik, dan Persentase Lemak Tubuh dengan Kebugaran Jasmani. Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 18(2), 14�18.
https://doi.org/10.14710/mkmi.18.2.14-18
Sasmarianto, & Nazirun, N. (2022). Pengelolaan Gizi
Olahraga pada Atlet. Repository Universitas Islam Riau,
1�86.
Senanayake,
S., RSP, F., Maddumage, R., Perera, H., AGK, N., SD, G., & KLKTD, S.
(2021). Body Composition, Does it Affect the Physical Performance of Basketball
Players? A Pilot Study Conducted Among General Sir John Kotelawala Defence
University (KDU) Basketball Team. International Journal of Scientific and
Research Publications (IJSRP), 11(3), 379�383.
https://doi.org/10.29322/ijsrp.11.03.2021.p11153
Setiawan, F. E., Luhurningtyas, F. P., & Sofia, A.
(2022). Korelasi Status Gizi Dan Aktivitas Fisik Dengan Tingkat Kebugaran
Jasmani Mahasiswa. Jurnal Olahraga Dan Kesehatan Indonesia, 2(2),
130�136. https://doi.org/10.55081/joki.v2i2.537
Setiowati, A. (2022). Pengaruh Suplementasi Protein
terhadap Komposisi Tubuh pada Atlet. Media Ilmu
Keolahragaan Indonesia, 3(2), 3�7.