Pengaruh Pembayaran Kompensasi, Promosi,
Lingkungan Kerja, Keadilan di Tempat Kerja dan Work Life Balance
Terhadap Kepuasan Kerja
The Effect of Compensation Payments, Promotions, Work Environment,
Fairness in the Workplace and Work-Life Balance on Job Satisfaction
1)* Silvia Nursoleha Putri Amir, 2)
Muslim
12 Universitas Esa Unggul,
Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
*Correspondence: Silvia Nursoleha Putri Amir
DOI: 10.59141/comserva.v4i6.2550 |
ABSTRAK Industri jasa
ekspedisi yang berkembang pesat di Kabupaten Tangerang menjadikan kepuasan
kerja karyawan sebagai faktor penting yang memengaruhi produktivitas dan
kesuksesan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
variabel Pembayaran Kompensasi, Promosi, Lingkungan Kerja, Keadilan ditempat
kerja, dan Work life Balance terhadap kepuasan kerja karyawan. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif teknik purposive sampling, yang melibatkan
penyebaran kuesioner kepada 150 karyawan berusia 20-50 tahun di perusahaan
jasa ekspedisi di Kabupaten Tangerang. Data primer dianalisis menggunakan
metode Structural Equation Modeling (SEM). Temuan penelitian mengindikasikan
bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara keadilan di tempat kerja dan
promosi terhadap kepuasan kerja. Namun, terdapat hubungan yang signifikan
antara lingkungan kerja, pembayaran kompensasi dan work life balance terhadap
kepuasan kerja. Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa manajer harus
memahami preferensi individu karyawan mengenai keadilan di tempat kerja.
Lingkungan kerja yang nyaman dan kebijakan kompensasi yang adil dapat
meningkatkan kepuasan dan produktivitas karyawan. Promosi harus dilakukan
secara transparan dan adil. Kebijakan fleksibel yang mendukung keseimbangan
kerja dan kehidupan pribadi dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas
karyawan, berkontribusi pada kesuksesan jangka panjang organisasi. Kata kunci: Keadilan ditempat
kerja, Kepuasan kerja karyawan, Lingkungan Kerja, Work
life Balance. |
|
ABSTRACT The rapidly growing expedition services industry
in Tangerang Regency makes employee job satisfaction an important factor that
influences the productivity and success of the company. This study aims to
analyze the influence of the variables Compensation Payment, Promotion, Work
Environment, Fairness in the Workplace, and Work Life Balance on employee job
satisfaction. This study uses a quantitative method using purposive sampling
technique, which involves distributing questionnaires to 150 employees aged
20-50 years at an expedition service company in Tangerang Regency. Primary
data was analyzed using the Structural Equation Modeling (SEM) method. The
research findings indicate that there is no significant relationship between
workplace justice and promotion on job satisfaction. However, there is a
significant relationship between work environment, compensation payment and
work life balance on job satisfaction. The findings of this study suggest
that managers should understand employees' individual preferences regarding
fairness in the workplace. A comfortable working environment and fair
compensation policies can increase employee satisfaction and productivity.
Promotions should be conducted transparently and fairly. Promotions should be
conducted transparently and fairly. Flexible policies that support work-life
balance can increase employee satisfaction and loyalty, contributing to the
long-term success of the organization. Keywords: Justice in the workplace, employee job satisfaction, work environment,
work life balance. |
Penelitian umumnya
menjelaskan bahwa tingkat kepuasan karyawan yang tinggi di bidang jasa sangat meredam keinginan karyawan untuk turnover
intention atau keinginan berhenti,
menambah gairah kinerja dan komitmen pada organisasi (Alhelalat
et al., 2017; DiPietro & Bufquin, 2018).
Kepuasan karyawan dianggap sebagai kunci penting didalam dunia pekerjaan (Paparang
et al., 2021).
Kepuasan karyawan dapat secara positif
berdampak pada impresi (tanggapan) customer tentang
produk atau layanan, maka dari itu
dapat membuat lingkungan untuk memikat customer baru, mempertahan
customer dan menyusutkan tingkat
keluhan customer (Delcourt
et al., 2013; Kim et al., 2021).
Karena pada bidang jasa
sangat berpengaruh terhadap
pelayanan karyawan, maka kepuasan karyawan
menjadi hal yang signifikan untuk mendapatkan output yang positif
terhadap pelayanan dan kinerja karyawan, maka dari itu
penting untuk mengukur faktor-faktor utama yang mempengaruhi kepuasan kerja di bidang layanan dan tingkat pengaruhnya, terutama yang berkaitan dengan bidang jasa (Chaichi et al., 2023).
Pembayaran
kompensasi dianggap sebagai komponen kunci pemenuhan pekerjaan (Norbu
& Wetprasit, 2021; Ramli, 2018). Kompensasi
menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan karyawan (Chan
& Ao, 2019; Froese et al., 2019; Koo et al., 2020). Kompensasi
seperti gaji, kenaikan gaji, serta
bonus menjadi acuan perusahaan dan manajemen untuk meng-identifikasi komitmen
dan nilai karyawan terhadap organisasi (Koo
et al., 2020).
Promosi
dianggap� aspek penting sebagai motivasi
untuk kemajuan karier karyawan, yang secara langsung mempengaruhi aspek lain di
tempat kerja, seperti kinerja dan kepuasan kerja (Kosteas,
2011; Yadav & Dhar, 2021). Dengan begitu,
hal ini dipertegas lagi oleh (Bowling et al., 2018) yang mengkonfirmasi
yaitu terdapat korelasi empiris yang baik� antara peluang promosi dan kepuasan karyawan. Promosi sangat penting untuk mempertahankan karyawan berbakat. Ketika
karyawan melihat peluang karier yang jelas dan adil, mereka cenderung merasa
lebih puas dan setia kepada organisasi, sehingga mengurangi tingkat pergantian
karyawan (Allen
et al., 2010).
Lingkungan kerja
yang positif secara signifikan mengurangi risiko burnout, serta
meningkatkan kepuasan dan produktivitas karyawan, kondisi fisik tempat kerja,
budaya organisasi, dan hubungan interpersonal sangat penting dalam menciptakan
lingkungan yang mendukung (Aggarwal
et al., 2023). Faktor
penting pada kepuasan kerja salah satunya adalah lingkungan kerja yang baik,
ini menekankan pentingnya kondisi fisik tempat kerja, budaya organisasi, dan
hubungan interpersonal dalam membangun work environtment yang
mendukung (Yasir, 2022). Yasir. (2022) menyatakan
lingkungan kerja dapat mempengaruhi pada tingkat kepuasan kerja dimana pada penelitian yang akan dilakukan menujukkan bahwa keamanan kerja, fasilitas fisik, dan
hubungan antar karyawan secara langsung mempengaruhi tingkat kepuasan kerja. Riansari & Rofiaty
(2012) mengungkapkan bahwa peningkatan kepuasan kerja dapat diciptakan melalui lingkungan kerja yang baik, selain itu membuat
karyawan menjadi lebih nyaman, serta
menyusutkan tingkat stres yang mereka rasakan.
Keadilan di tempat
kerja sangat berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja dikarenakan perlakuan adil
dapat meningkatkan motivasi, loyalitas, dan produktivitas karyawan, serta
mengurangi stres dan tingkat pergantian karyawan (Robbins,
2022). Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa karyawan yang merasakan perlakuan adil cenderung
memiliki kepuasan kerja dengan tingkat yang lebih positif yang lebih tinggi dan
berkontribusi lebih besar pada organisasi (Robbins,
2022). Rasa keadilan
juga menjadi hal yang sangat signifikan terhadap tingkat kepuasan kerja (Yao
et al., 2019). Untuk itu (Yao
et al., 2019) mengatakan bahwa
dengan rasa keadilan, membuat karyawan menjadi termotivasi untuk bekerja dengan
giat, serta memiliki pandangan yang positif terhadap perusahaan.
Work Life Balance
secara signifikan menambahkan tingkat kepuasan kerja serta mengurangi niat akan
berpindah kerja, studi ini menyoroti pentingnya keseimbangan kehidupan kerja
dalam membangun suasana kerja yang lebih baik serta meningkatkan retensi
karyawan (Limanta
et al., 2023). Peningkatan
kinerja dapat dihasilkan melalui hubungan work life balance serta
kepuasan kerja, terlebih dengan adanya jam kerja yang fleksibel dan support
dari lingkungan kerja, dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Work
life balance bisa meningkatkan kinerja karyawan sehingga berpengaruh
positif pada kepuasan kerja (Waworuntu
et al., 2022). Susanto
et al. (2022) mengatakan
bahwa work life balance mampu meningkatkan
rasa kepuasan pada pekerjaan karyawan, di mana penelitian ini menegaskan bahwa
kebijakan fleksibilitas jam kerja dan kebebasan yang diberikan kepada karyawan
dapat meningkatkan kepuasan kerja mereka.
Beberapa Studi
sebelumnya sudah banyak yang dilakukan tentang bagaimana pembayaran kompensasi
mempengaruhi kepuasan kerja dan variabel lainnya seperti promosi, lingkungan
kerja dan keadilan di tempat kerja (Alhelalat
et al., 2017; Bowling et al., 2018; Chan & Ao, 2019;
Gholampour & Pourshafei, 2018; dan Nantsupawat et al., 2017). Namun demikian,
untuk melanjutkan penelitian sebelumnya ditambahkan variabel work life
balance variabel ini sangat penting karena sangat berhubungan erat terhadap
kepuasan kerja (Abdirahman
et al., 2020). Greenhaus
et al. (2003) menemukan bahwa
individu yang mencapai keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan
personal yang baik akan menciptakan kepuasan
kerja dengan tingkat yang lebih baik. Berbeda dengan penelitian sebelumnya,
penelitian ini menggunakan objek pada karyawan JNE.
Tujuan penelitian
ini untuk menjadi pelengkap kesenjangan pengetahuan yang ada sebelumnya dengan
meninjau pengaruh work life balance dalam meningkatkan kepuasan kerja
karyawan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memberikan peran yang positif
terhadap keilmuan tepatnya pada manajemen sumber daya manusia (SDM) dan membawa
pengetahuan yang lebih dalam terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
pembayaran kompensasi, promosi, lingkungan kerja, keadilan di tempat kerja,
serta work life balance terhadap kepuasan kerja karyawan.
Studi yang dilakukan
penulis, pengukuran variabel yang diteliti mengadopsi dari penelitian
sebelumnya. Dimana variabel Pembayaran Kompensasi penulis menggunakan 5 pernyataan yang diadopsi
dari (Bowling et al., 2018). Selanjutnya Variabel Promosi menggunakan 5 pernyataan dari (Bowling et al.,
2018). Untuk variabel Lingkungan kerja diukur dengan menggunakan
5 pernyataan dimana
diadaptasi dari (Crilly et al.,
2017). Keadilan ditempat kerja
diukur dengan jumlah 6 pernyataan yang diadopsi dari (Cheng et al., 2011). Dan variabel Work
life balance menggunakan 4 pernyataan (Hill et al., 2001; Talukder et al.,
2018). Untuk variabel Kepuasan kerja yang merupakan variabel terakhir yang digunakan, peneliti menggunakan 5 pernyataan yang diperoleh dari (Bowling et al., 2018). Penelitian ini,
menggunakan skala likert yang terdiri dari 4 skala
yaitu skala 1 dimulai dari sangat tidak setuju hingga skala 4 yaitu sangat
setuju, untuk mengukur semua item yang ada. Total terdapat 30 pernyataan
dalam akumulasi pengukuran yang dapat ditemukan secara rinci di lampiran 2
(variabel operasional) dan lampiran 3 (kuesioner).
Pada penelitian ini, cara
mengumpulkan data melalui survey kuisioner
secara online melalui Google Form
yang ditujukan untuk responden tertentu. Populasi pada penelitian ini yaitu
Karyawan tetap JNE. Metode yang dipakai pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan memilih
karyawan� yang bedomisili
di Kabupaten Tangerang, karyawan tetap JNE di Kabupaten Tangerang dan minimal
sudah bekerja 1 tahun usia antara 20-50 sebagai subjek penelitian. Berdasarkan
ketentuan analisis SEM PLS, karenanya, jumlah responden yang diperlukan adalah
lima kali lipat dari jumlah pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner (Hair et al., 2018) yaitu (30x5) 150 orang.
Cara mengumpulkan data dilakukan dengan membagikan kuesioner awal ke 30 orang
responden.
Dalam penelitian ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif yang terkhusus pada pendekatan� Structural Equation Modeling (SEM). Gunakan perangkat lunak SPSS
untuk melakukan tes untuk memeriksa validitas dan reliabilitas. Measure of Sampling Adequacy (MSA), Kaiser-Meyer-Olkin Measure of
Sampling (KMO), komunalitas, dan nilai
matriks komponen dinilai sebagai bagian dari uji validitas. Kecukupan analisis
faktor dapat ditentukan dengan menilai nilai-nilai seperti nilai MSA, KMO,
komunalitas, dan matriks komponen yang lebih tinggi
dari 0,5. Nilai alpha Cronbach
harus melebihi 0,6 untuk menilai reliabilitas (Hair et al.,
2019).
Hasil dari pretest yang melibatkan 30 peserta menunjukkan bahwa
semua variabel yang digunakan telah memenuhi syarat uji KMO dan Bartlett�s test,
setiap indikator variabel yang dipakai mempunyai nilai MSA mencapai lebih dari
0,5 menunjukkan bahwa data valid. Selain itu, pengujian reliabilitas
menggunakan Cronbach's Alpha
lebih dari 0,7 menunjukkan bahwa semua indikator dalam kuesioner
memenuhi syarat uji reliabilitas. Penelitian ini melibatkan total 150
responden.
Metode Structural Equation Modeling
(SEM) digunakan untuk menguji temuan penelitian ini, yang mencakup pengujian outer model dan inner model.
Pengujian outer model mencakup validitas konvergen,
validitas diskriminan, reliabilitas, nilai weight, kolinearitas, dan R square adjusted. Selanjutnya,
pengujian inner model dilakukan berdasarkan kriteria
seperti p-value, t-statistik, dan original
sample.
Besarnya nilai validitas konvergen dapat diketahui dengan
melihat nilai loading factor pada tabel outer loading yang ditunjukkan dengan
nilai Average Variance Extracted (AVE). Menurut
Hair et al. (2021), validitas konvergen terpenuhi jika nilai loading factor
> 0,7 dan nilai AVE > 0,5.
Konsep
validitas diskriminan menurut Hair
et al. (2021)
yaitu variabel laten berbeda dengan variabel laten lainnya. Ada tiga metode
yang tersedia untuk menguji �validitas diskriminan: kriteria Fornell-Larcker, cross-loading dan
rasio heterotrait-monotrait
(HTMT). Hair et al. (2021)
mengemukakan bahwa kriteria Fornell-Larcker sebuah konstruk laten harus lebih baik dalam menjelaskan
varians indikatornya sendiri dibandingkan dengan varians konstruk laten
lainnya. Nilai dari Cross Loading
ditunjukkan untuk hubungan antara indikator dengan konstruknya
serta dengan konstruk yang lain. Nilai korelasi antara indikator dan variabel latennya
harus lebih tinggi daripada nilai korelasinya dengan variabel laten lainnya. Henseler et al.
(2015) memperkenalkan konsep
validitas diskriminan jika nilai Rasio dari Heterotrait-Monotrait
(HTMT) pada tiap variabel di penelitian ini kurang dari 0,90 maka
ditunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai tingkat validitas diskriminan yang baik.
Hair et al. �(2021), menyatakan bahwa dalam SEM-PLS, reliabilitas konsistensi
internal dapat dinilai melalui Composite Reliability (CR), di mana nilai CR dianggap reliabel
jika lebih besar dari 0,7.
Pada struktur awal, model
pengukuran berfokus pada outer weight. Nilai T statistik outer
weight harus lebih dari 1,96. Hal ini
mengindikasikan bahwa indikator tersebut memainkan peranan penting dalam
mengevaluasi faktor-faktor yang mendasarinya. Pemeriksaan kolinearitas
antar indikator meliputi analisis value of the collinearity
statistics (VIF). Pada tabel Nilai VIF Value, nilai VIF kurang dari 5 menunjukkan adanya kolinearitas yang rendah. Setelah
itu, nilai koefisien determinasi mengukur pada variabel independen atau eksogen
yang digunakan apakah mampu mejelaskan variasi dari
variabel dependen atau endogen.
Uji hipotesis atau
pengujian inner model dengan melihat hasil
signifikasi koefisien jalur. Menurut Hair et al. (2021) jika nilai T statistik
melebihi T tabel (1.960) pada tingkat signifikansi 5%, dengan p-value < 0.05, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa ada
pengaruh yang signifikan. Arah hubungan dapat ditentukan dengan melihat nilai original sample.
Berdasarkan penyebaran hasil kuesioner melalui Google Form secara online, diperoleh
150 partisipan yang memenuhi syarat dan kriteria. Perolehan data yang
didapatkan, Responden perempuan dengan total 65 orang atau (43.3%) sedangkan
yang terbanyak adalah laki-laki sebanyak 85 orang atau (56.7%) Hal ini mungkin
disebabkan oleh karakteristik industri logistik yang umumnya lebih banyak
diminati oleh pekerja laki-laki. Dari hasil tersebut keseluruhan total
responden yang bekerja di JNE wilayah kabupaten tangerang.
Selanjutnya, dari hasil usia di data bahwa responden usia 20 tahun 13 orang
atau (8,7%) terbanyak 94 orang atau (62.7%) ber usia
21 � 30 tahun. Tingginya persentase ini menunjukkan bahwa kelompok usia
muda mendominasi tenaga kerja di JNE, karena mereka lebih mudah beradaptasi
dengan tuntutan kerja di sektor ini. Di sisi lain, kelompok usia 31-40 tahun
mencatat 37 orang (24,7%) dan kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 6 orang (4%).
Meskipun terjadi penurunan jumlah responden di usia yang lebih tua, hal ini masih
mencerminkan kehadiran tenaga kerja berpengalaman di perusahaan.Untuk data pendidikan terakhir tamatan SMA 63 orang atau
(42%), Diploma 46 orang atau (24%), Sarjana (S1) 47 orang atau (31.3%). dan
Pascasarjana (S2/S3) 4 orang atau (2.7%)�
. Selanjutnya, lama bekerja 1 � 3 Tahun 97 orang atau (64.7%), lama
bekerja 4 � 6 tahun 46 orang atau (30,7%), lama bekerja 7- 10 tahun 6 orang
atau (4%) dan lama bekerja >10 tahun�
1 orang atau (0.7). Untuk data gaji perbulan
< Rp. 3.000.000 sebanyak 8 orang atau (5.3%), data gaji perbulan
Rp. 3.000.000 - Rp. 5.000.000 91 orang atau (60.7%), data gaji perbulan Rp. 5.000.000 - Rp. 7.000.000 42 orang atau (28%),
data gaji perbulan Rp. 7.000.000 - Rp. 10.000.000 8
orang atau (5.3%) dan untuk data gaji perbulan >
Rp. 10.000.000 sebanyak� 1 orang atau
(0.7%). Terkait profil lengkap terlampir pada lampiran 4.
Nilai validitas konvergen dapat dinilai dari nilai loading factor yang tercantum
dalam tabel outer loading,
serta dapat diketahui melalui nilai Average Variance Extracted (AVE). Hair et al.
(2019) menyarankan bahwa untuk
mengukur validitas konvergen, nilai loading factor sebaiknya > 0,7 dan nilai AVE sebaiknya > 0,5.
Berdasarkan hasil AVE (Average Variance Extracted) dari output SmartPLS, analisis menyatakan bahwa semua variabel yang diterapkan dalam
penelitian ini memenuhi kriteria validitas konvergen. Nilai-nilai AVE yang melebihi 0.5 menunjukkan
bahwa setiap variabel memiliki kemampuan yang baik dalam menjelaskan variasi
dari indikator-indikator yang digunakan. Secara keseluruhan, nilai-nilai AVE untuk
semua variabel menunjukkan bahwa konstruk-konstruk dalam model penelitian
memiliki validitas konvergen yang kuat.
Berdasarkan pengukuran
kriteria Fornell-Larcker, seluruh variabel dalam penelitian ini menunjukkan
validitas diskriminan yang baik. Variabel �Keadilan
di Tempat Kerja� memiliki korelasi tertinggi dengan dirinya sendiri (0,892),
dan korelasi antar variabel lainnya juga mengikuti pola yang sama: �Kepuasan Kerja�
(0,847), �Lingkungan Kerja� (0,843), �Pembayaran Kompensasi� (0,876), �Promosi�
(0,874), dan �Work Life Balance�
(0,835). Nilai korelasi yang lebih tinggi antara indikator-indikator dari
variabel yang sama dibandingkan dengan indikator dari variabel lain menunjukkan
bahwa masing-masing variabel diukur dengan baik oleh indikator-indikatornya
sendiri, sesuai dengan kriteria Fornell-Larcker. Selanjutnya
keseluruhan nilai cross loading item pengukuran KDTK, KK, LK, PK, P, dan WLB masing-masing indikator menunjukkan
korelasi yang kuat dengan variabel utama yang diukurnya daripada konstruk lainnya.� Hal ini menunjukkan bahwa variabel memiliki validitas diskriminan yang
baik. Hal ini menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai validitas diskriminan yang kuat. Pada penelitian ini seluruh variabel
untuk HTMT memenuhi standar yang disarankan yaitu kurang dari < 0,90.
Berdasarkan nilai Composite
Reliability (CR) dari output
SmartPLS, hasil analisis ini menunjukkan bahwa semua
variabel dalam penelitian ini memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi di atas
0,70. Variabel Pembayaran Kompensasi dan Promosi memiliki nilai CR yang sama,
yaitu 0.942, menunjukkan bahwa indikator-indikator yang mengukur kedua variabel
tersebut memberikan hasil yang konsisten dan dapat diandalkan. Variabel
Keadilan di Tempat Kerja memiliki nilai CR tertinggi yaitu 0.959,
mengindikasikan tingkat reliabilitas yang sangat tinggi dalam mengukur konstruk tersebut. Lingkungan Kerja memiliki nilai CR
sebesar 0.924, sementara Work-Life Balance dan Kepuasan Kerja memiliki nilai masing-masing
0.901 dan 0.927, menunjukkan reliabilitas yang baik meskipun tidak se tinggi Keadilan di Tempat Kerja. Secara keseluruhan,
hasil ini menegaskan bahwa indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian
konsisten dalam mengukur variabel-variabel yang sedang� diteliti, serta memperkuat validitas dan keandalan
data yang digunakan dalam analisis.
Nilai T-Statistik pada outer
weight memiliki nilai lebih besar dari
1.96. Hal tersebut menunjukkan indikator-indikator tersebut memberikan
kontribusi yang signifikan dalam pengukuran variabel laten masing-masing.
Berdasarkan hasil pengukuran VIF (Variance Inflation Factor) dalam penelitian ini, beberapa variabel menunjukkan
adanya multikolinearitas yang perlu diperhatikan.
Secara umum, sebagian besar variabel memiliki nilai VIF yang berada di bawah
ambang batas 5, menunjukkan tidak adanya multikolinearitas
yang signifikan.
Berdasarkan perhitungan Pembayaran Kompensasi, Promosi, Lingkungan Kerja, Keadilan ditempat kerja dan Work
Life Balance memberikan pengaruh sebesar 46,3%
terhadap Kepuasan kerja Karyawan. Sedangkan sebanyak 53,7% dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian ini.
Hasil
analisis data menggunakan SEM di dapatkan hasil pengujian inner
model, hasil dapat di lihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2. Inner Model
Pada pengujian inner model atau uji hipotesis dalam penelitian, hasil
signifikansi koefisien jalur dinilai berdasarkan nilai T statistik Hair et al. �(2021) menjelaskan bahwa jika nilai T statistik lebih besar
daripada nilai ttabel pada tingkat signifikansi 5%,
dengan p-value < 0.05, maka terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel yang dihubungkan. Selain itu,
arah hubungan antar variabel dapat ditentukan dari nilai original
sample yang mengindikasikan kekuatan dan arah
hubungan tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode bootstrapping
tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 1. Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis |
Original Sample (O) |
T Statistics (|O/STDEV|) |
P Values |
Hasil |
Pembayaran
Kompensasi berpengaruh positif terhadap Kepuasan Kerja |
0,166 |
1,965 |
0,050 |
Diterima |
Promosi
berpengaruh positif terhadap Kepuasan Kerja |
0,024 |
0,308 |
0,758 |
Ditolak |
Lingkungan
Kerja berpengaruh positif terhadap Kepuasan Kerja |
0,396 |
3,602 |
0,000 |
Diterima |
Keadilan
ditempat kerja berpengaruh positif terhadap
Kepuasan Kerja |
0,082 |
1,148 |
0,251 |
Ditolak |
Work
Life Balance
berpengaruh positif terhadap Kepuasan Kerja |
0,269 |
2,341 |
0,020 |
Diterima |
Sumber: Hasil Olah data peneliti,
2024
Pengujian H1 pengaruh Pembayaran Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja diperoleh hasil T Statistics sebesar 1.965, yang mendekati nilai kritis 1,96, dengan P
Values sebesar 0.050 yang sama
besar dengan alpha level 0,05, serta
nilai original sampelnya
0,166. Artinya,
terdapat hubungan antara Pembayaran Kompensasi dan Kepuasan Kerja. Dengan
demikian, H1 diterima.
Pengujian H2 pengaruh Promosi terhadap
Kepuasan Kerja diperoleh hasil T Statistics sebesar 0.308, yang jauh lebih
kecil dari 1,96, dengan P Values sebesar 0.758 yang lebih besar dari 0,05,
serta nilai original sampelnya 0,024. Artinya, tidak terdapat pengaruh positif
antara Promosi terhadap Kepuasan Kerja. Dengan demikian, H2 ditolak.
Pengujian H3 pengaruh Lingkungan Kerja
terhadap Kepuasan Kerja diperoleh hasil T Statistics sebesar 3.602, yang lebih
besar dari 1,96, dengan P Values sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05,
serta nilai original sampelnya 0,396. Artinya, terdapat pengaruh positif antara
Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja. Dengan demikian, H3 diterima.
Pengujian H4 pengaruh Keadilan di Tempat
Kerja terhadap Kepuasan Kerja diperoleh hasil T Statistics sebesar 1.148, yang
lebih kecil dari 1,96, dengan P Values sebesar 0.251 yang lebih besar dari
0,05, serta nilai original sampelnya 0,082. Artinya, tidak terdapat pengaruh
positif antara Keadilan di Tempat Kerja terhadap Kepuasan Kerja. Dengan
demikian, H4 ditolak.
Pengujian H5 pengaruh Work Life Balance
terhadap Kepuasan Kerja diperoleh hasil T Statistics sebesar 2.341 lebih besar
dari 1,96 dengan P Values sebesar 0.020 lebih kecil dari 0.05 dan nilai
original sampelnya 0,269 artinya terdapat pengaruh positif antara Work Life
Balance terhadap Kepuasan Kerja. Dengan demikian, H5 diterima.
Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan
Lingkungan Kerja dan Work Life Balance dapat dianggap sebagai strategi
yang berpotensi efektif dalam meningkatkan Kepuasan Kerja di lingkungan kerja,
sementara pembayaran kompensasi dan promosi perlu dievaluasi lebih lanjut untuk
menentukan pengaruhnya yang lebih jelas terhadap Kepuasan Kerja karyawan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembayaran Kompensasi berpengaruh
signifikan terhadap Kepuasan Kerja. Kompensasi yang baik meningkatkan kepuasan
kerja karyawan di perusahaan ekspedisi JNE. Selain itu, karyawan merasa lebih
puas dengan jenis pekerjaan yang mereka jalani saat ini dibandingkan pekerjaan
sebelumnya, meskipun penghasilan tetap merupakan faktor penting. Kepuasan
terhadap jenis pekerjaan saat ini memberikan kontribusi yang lebih besar
terhadap kepuasan keseluruhan dibandingkan perubahan dalam penghasilan,
mengindikasikan bahwa kualitas dan karakteristik pekerjaan lebih mempengaruhi
kepuasan kerja daripada perbedaan dalam tingkat penghasilan. Temuan penelitian
ini konsisten dengan hasil yang ditemukan sebelumnya yang menunjukkan bahwa
pembayaran kompensasi dianggap sebagai faktor krusial dalam memenuhi kebutuhan
pekerjaan (Norbu & Wetprasit, 2021; Ramli, 2018). Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian (Koo et al., 2020) bahwa pembayaran kompensasi seperti gaji, kenaikan gaji,
dan bonus dianggap penting untuk perusahaan dan manajemen untuk mengukur
komitmen serta nilai karyawan terhadap organisasi sehingga kompensasi
berpengaruh positif pada kepuasan kerja karyawan. Karyawan cenderung merasa lebih puas ketika
mereka merasa bahwa upah atau gaji yang mereka terima adil dan sesuai dengan
kontribusi yang mereka berikan dalam organisasi. Faktor ini dapat mengurangi
ketidakpuasan terkait gaji dan memberikan penghargaan yang diperlukan terhadap
kinerja mereka, yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi dan
keterikatan terhadap pekerjaan. Hasil ini mengkonfirmasi betapa pentingnya kebijakan
kompensasi yang jujur dan terbuka dalam menciptakan lingkungan kerja yang
mendukung kepuasan dan produktivitas karyawan secara keseluruhan.
Temuan hasil kedua menyatakan Promosi dengan Kepuasan kerja tidak
berpengaruh. Karyawan merasa lebih puas ketika mereka tidak hanya memiliki
peluang untuk promosi tetapi juga dapat menjalani berbagai jenis tugas, yang
memungkinkan mereka untuk mengembangkan keterampilan dan pengalaman baru. Hal
ini menegaskan bahwa peluang karier dan variasi tugas adalah faktor kunci dalam
meningkatkan kepuasan kerja. Penelitian ini sejalan dengan Widjaya et al. (2021), yang mengemukakan, promosi dengan kepuasan
kerja tidak memiliki impact yg
cukup untuk membuat menjadi positif. Namun, berbeda dengan penelitian yg dilakukan oleh (Bowling et al., 2018) dengan menyatakan bahwa promosi di tempat kerja
dapat menjadi motivasi yang menghubungkan tujuan organisasi dengan tujuan individu. Faktor penentu keberhasilan kepuasan
karyawan yaitu dengan promosi (Tsai, 2018). Apabila karyawan menerima promosi kerja ke posisi
yang lebih tinggi, maka karyawan tersebut menjadi termotivasi dan puas dengan
pekerjaannya (Lup, 2018). Promosi yaitu motivasi penting untuk kemajuan karir
karyawan, yang berdampak langsung pada kinerja dan kepuasan kerja karyawan (Kosteas, 2011; Yadav & Dhar, 2021). Menurut Lichtenthaler & Fischbach. (2019) mengemukakan bahwa promosi dapat berdampak postif
terhadap peningkatan kinerja dan produktifitas kerja. Menurut Lichtenthaler & Fischbach. (2019) kesempatan untuk naik jabatan mendorong peningkatan
kinerja dan produktivitas di tempat kerja. Tidak adanya hubungan yang
signifikan antara promosi dan kepuasan kerja dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yang kompleks. Pertama, promosi tidak selalu menjamin peningkatan
kepuasan kerja karena bisa saja membawa tanggung jawab yang lebih besar dan
tekanan yang lebih tinggi, yang tidak semua karyawan siap atau bersedia untuk
menerimanya. Selain itu, beberapa karyawan mungkin lebih menghargai stabilitas
dalam pekerjaan mereka daripada naik jabatan. Kedua, persepsi karyawan terhadap
proses promosi juga bisa mempengaruhi hasil ini, jika proses promosi dianggap
tidak adil atau tidak transparan, maka promosi itu sendiri mungkin tidak
meningkatkan kepuasan kerja.
Penelitian ketiga menunjukkan Lingkungan Kerja berpengaruh terhadap
Kepuasan Kerja. Lingkungan kerja yang mendukung dan memberikan pengakuan
terhadap keterampilan dan keahlian karyawan, bersama dengan kepuasan terhadap
jenis pekerjaan yang dijalani, adalah faktor penting dalam meningkatkan
kepuasan kerja keseluruhan. Penelitian ini menegaskan bahwa lingkungan
yang positif dan kesempatan untuk berkembang secara profesional memainkan peran
krusial dalam meningkatkan kepuasan kerja. Semakin baik Lingkungan Kerja nya akan
meningkatkan Kepuasan Kerja. Dengan demikian, peningkatan kualitas
lingkungan kerja akan sejalan dengan peningkatan tingkat kepuasan kerja, begitu
pula sebaliknya (Murtafia & Suryalena, 2015). Lingkungan kerja meliputi berbagai komponen atau
faktor yang mempengaruhi kondisi kerja dan interaksi di tempat kerja. kondisi
fisik, interaksi psikososial, dan struktur organisasi dalam konteks pekerjaan,
yang memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat produktivitas dan
kesejahteraan para karyawan yang menghasilkan kepuasan (Markey et al., 2012). Studi-studi seperti yang dilakukan oleh (Nantsupawat et al., 2017; Norbu & Wetprasit,
2021) telah menggambarkan adanya hubungan positif lingkungan
kerja dan kepuasan kerja. Manajemen yang memperhatikan dan
mengoptimalkan lingkungan kerja memiliki potensi untuk meningkatkan motivasi,
kinerja, dan retensi karyawan dalam jangka panjang. Lingkungan kerja yang positif memiliki peran
yang penting dalam meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Keadaan lingkungan
yang mendukung, hubungan yang baik antara sesama karyawan, tersedianya
fasilitas yang memadai, dan dukungan dari atasan dapat memberikan dampak positif
dalam meningkatkan semangat dan efisiensi kerja karyawan secara signifikan.
Suasana kerja yang positif juga dapat mengurangi tingkat stress
dan tekanan, mendorong karyawan merasa dihargai dan termotivasi untuk melakukan
dengan baik dalam tugas mereka. Sebaliknya, lingkungan kerja yang tidak
mendukung, termasuk konflik antar rekan kerja, kurangnya dukungan, dan
fasilitas yang kurang memadai, dapat menyebabkan ketidakpuasan yang berdampak
negatif pada produktivitas dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Oleh
karena itu, menciptakan serta menjaga lingkungan kerja yang positif merupakan
strategi kunci untuk mencapai tingkat kepuasan kerja yang tinggi.
Temuan keempat menunjukkan bahwa Keadilan di Tempat Kerja tidak
berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja. Kepercayaan terhadap manajemen dan
kesempatan untuk menjalani berbagai tugas berperan penting dalam meningkatkan
kepuasan kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa kejelasan dan kepercayaan dalam
komunikasi antara atasan dan karyawannya, serta variasi tugas, adalah
faktor-faktor yang signifikan dalam meningkatkan kepuasan kerja
karyawan.Keadaan ini dapat dipahami dari berbagai perspektif yang kompleks.
Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan yang dilaporkan dalam penelitian
oleh
(Handi & Suhariadi, 2006; Putra, 2014; dan
Wiratama & Suana, 2016) yang juga menemukan hasil
yang tidak mendukung antara keadilan di tempat kerja dan kepuasan kerja.
Individu dalam organisasi memiliki pengalaman dan persepsi yang berbeda
terhadap konsep keadilan, yang dapat dipengaruhi oleh preferensi personal dan
prioritas terhadap faktor-faktor lain seperti kompensasi atau lingkungan kerja.
Selain itu, konteks organisasi seperti budaya perusahaan, kebijakan manajemen
sumber daya manusia, dan struktur hierarki juga
memainkan peran penting dalam bagaimana keadilan diimplementasikan dan
dirasakan di berbagai tingkatan. Sehingga manajer perlu memiliki pemahaman yang mendalam
tentang bagaimana karyawan mereka melihat konsep keadilan, peneliti telah
menyimpulkan bahwa cara karyawan mempersepsikan keadilan di tempat kerja adalah
faktor utama yang memengaruhi tingkat kepuasan kerja, terutama dalam bidang
jasa (Gholampour & Pourshafei, 2018).
Temuan
terakhir menunjukkan Work Life Balance berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja. Ketika karyawan memiliki waktu yang cukup untuk keperluan
pribadi, mereka cenderung lebih puas dengan pekerjaan mereka. Ini menegaskan
pentingnya work life
balance sebagai faktor kunci dalam meningkatkan
kepuasan kerja, karena karyawan yang mampu menyeimbangkan tuntutan pekerjaan
dengan kebutuhan pribadi mereka lebih cenderung merasa puas dan produktif di
tempat kerja. Temuan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya oleh (Abdirahman et al., 2020; Krishnan & Loon,
2018; dan� Zhao et al., 2019) mengenai dampak positif kepuasan kerja
terhadap tingkat kinerja yang dirasakan oleh karyawan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara Work Life Balance dan kepuasan kerja terhadap
kinerja individu, terutama jika didukung oleh lingkungan kerja. Menurut (Dousin et al. (2019) karyawan yang merasa puas dengan hasil-hasil yang mereka
capai dalam kehidupan pribadi dan karier mereka cenderung lebih efektif dalam
mencapai tujuan perusahaan. Para peneliti sebelumnya menyatakan bahwa kepuasan
dan keberhasilan dalam kehidupan pribadi dapat berkontribusi pada kesuksesan
dan kepuasan dalam karier (Victoria et al., 2019). Dalam menilai kepuasan kerja seseorang, Work Life Balance
menjadi faktor penting. Adanya hubungan work
life balance dan
kepuasan kerja menunjukkan bahwa keseimbangan antara kehidupan pribadi dan
pekerjaan mempunyai peran penting dalam mengukur seberapa puas seseorang
terhadap pekerjaannya. Jika para pekerja merasa mampu
menyelesaikan tugas pekerjaan tanpa harus mengabaikan kehidupan mereka yang
pribadi, mereka akan merasa lebih puas dan termotivasi. Work life balance yang baik memungkinkan karyawan untuk memiliki
waktu yang cukup untuk beristirahat, bersosialisasi, dan mengejar minat
pribadi, yang semuanya berkontribusi pada kesejahteraan mental dan emosional
karyawan. Karyawan yang tidak merasa tertekan oleh pekerjaan yang berlebihan
atau jadwal yang tidak fleksibel biasanya lebih bahagia, lebih produktif, dan
lebih loyal terhadap perusahaan. Selain itu, perusahaan yang mendukung work life balance dengan kebijakan fleksibel seperti bekerja dari
rumah, jam kerja fleksibel, dan cuti yang cukup, menunjukkan perhatian terhadap
kesejahteraan karyawan, yang pada gilirannya meningkatkan kepuasan kerja. Oleh
karena itu, keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi tidak hanya penting
untuk kesejahteraan karyawan tetapi juga berkontribusi pada kesuksesan dan kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan karyawan dalam jangka panjang.
����������� Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja meliputi kompensasi, promosi, kondisi
psikologis, lingkungan kerja, dan work-life balance. Kompensasi yang adil
memiliki hubungan signifikan dengan kepuasan kerja, sementara promosi tidak
menunjukkan hubungan yang signifikan, meski promosi dan keberagaman tugas
berperan penting dalam meningkatkan kepuasan. Faktor usia juga mempengaruhi
preferensi karyawan terhadap kesempatan promosi dan tugas, dan lingkungan kerja
yang sehat dapat meningkatkan kesejahteraan. Namun, keadilan di tempat kerja
tidak berhubungan signifikan dengan kepuasan, yang dapat dipengaruhi oleh
faktor lain seperti kompensasi. Work-life balance memiliki hubungan signifikan
dengan kepuasan, menekankan pentingnya keseimbangan antara pekerjaan dan
kehidupan pribadi. Keterbatasan penelitian ini meliputi terbatasnya sampel
karyawan tetap JNE di Kabupaten Tangerang, penggunaan pendekatan korelasional
yang tidak dapat menetapkan hubungan sebab-akibat, serta metode pengukuran yang
tidak menangkap variasi pengalaman karyawan. Untuk penelitian mendatang,
disarankan melibatkan karyawan di wilayah lain dan dengan rentang usia lebih
luas, serta menggunakan pendekatan longitudinal, eksperimental, atau wawancara
untuk wawasan yang lebih mendalam. Implikasi manajerialnya adalah pentingnya
kebijakan kompensasi yang adil dan transparan, promosi yang adil, lingkungan
kerja yang kondusif, serta penerapan kebijakan fleksibel untuk mendukung
keseimbangan kehidupan kerja dan pribadi guna meningkatkan kepuasan dan loyalitas
karyawan, serta kesuksesan organisasi.
Abdirahman, H. I. H., Najeemdeen, I. S., Abidemi, B. T.,
& Ahmad, R. (2020). The Relationship between Job Satisfaction, Work-Life
Balance and Organizational Commitment on Employee Performance. Advances in
Business Research International Journal, 4(1), 42.
https://doi.org/10.24191/abrij.v4i1.10081
Aggarwal, A., Sharma,
D., Vohra, P., Sharma, S., & Sharma, V. (2023). Work Environment and Job
Satisfaction among Employees. The International Journal of Indian Psychology,
11(1), 1247�1254. https://doi.org/10.25215/1101.126
Alhelalat, J. A.,
Habiballah, M. A., & Twaissi, N. M. (2017). The impact of personal and
functional aspects of restaurant employee service behaviour on customer
satisfaction. International Journal of Hospitality Management, 66,
46�53. https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2017.07.001
Allen, D., Bryant, P., & Vardaman, J. (2010). Retaining Talent: Replacing misconceptions with
evidence-based strategies. Academy of Management Perspectives, 24(2),
48�64. https://doi.org/10.5465/AMP.2010.51827775
Allen, T. D., Herst,
D. E., Bruck, C. S., & Sutton, M. (2000). Consequences associated with
work-to-family conflict: a review and agenda for future research. Journal of
Occupational Health Psychology, 5(2), 278�308.
https://doi.org/10.1037/1076-8998.5.2.278
Astuti, W., &
Amalia, L. (2021). Performance : the Moderating Role of Psychology
Capital and the Mediating Role. Jurnal Manajemen Teori Dan Terapan, 14(2), 102�128.
Bowling, N. A., Wagner, S. H., & Beehr, T. A. (2018). The Facet Satisfaction Scale: an Effective Affective
Measure of Job Satisfaction Facets. Journal of Business and Psychology, 33(3),
383�403. https://doi.org/10.1007/s10869-017-9499-4
Chaichi, K.,
Stephenson, M. L., Fouad Salem, S., & Leong, M. K. (2023). A Sequential
Mixed Method Study of Employee Job Satisfaction in Upscale Restaurants,
Malaysia. Journal of Quality Assurance in Hospitality and Tourism, 00(00),
1�32. https://doi.org/10.1080/1528008X.2023.2254000
Chan, S. H. J., &
Ao, C. T. D. (2019). The Mediating Effects of Job Satisfaction and
Organizational Commitment on Turnover Intention, in the Relationships Between
Pay Satisfaction and Work�Family Conflict of Casino Employees. Journal of
Quality Assurance in Hospitality and Tourism, 20(2), 206�229.
https://doi.org/10.1080/1528008X.2018.1512937
Cheng, Y., Huang, H. Y., Li, P. R., & Hsu, J. H. (2011). Employment insecurity, workplace justice and employees�
burnout in Taiwanese employees: A validation study. International Journal of
Behavioral Medicine, 18(4), 391�401. https://doi.org/10.1007/s12529-011-9152-y
Colquitt, J. A.,
Greenberg, J., & Scott, B. A. (2005). Organizational justice: Where do
we stand?
Crilly, J.,
Greenslade, J., Lincoln, C., Timms, J., & Fisher, A. (2017). Measuring the
impact of the working environment on emergency department nurses: A
cross-sectional pilot study. International Emergency Nursing, 31,
9�14. https://doi.org/10.1016/j.ienj.2016.04.005
Cropanzano, R.,
Byrne, Z. S., Bobocel, D. R., & Rupp, D. E. (2001). Moral virtues, fairness
heuristics, social entities, and other denizens of organizational justice. Journal
of Vocational Behavior, 58(2), 164�209.
https://doi.org/10.1006/jvbe.2001.1791
Cropanzano, R., &
Moliner, C. (2019). The Role of Peer Justice Climate. Organizational Justice,
May, 87�106. https://doi.org/10.4324/9781315648194-5
Delcourt, C.,
Gremler, D. D., Van Riel, A. C. r., & Van Birgelen, M. (2013). Effects of
perceived employee emotional competence on customer satisfaction and loyalty:
The mediating role of rapport. Journal of Service Management, 24(1),
5�24. https://doi.org/10.1108/09564231311304161
DiPietro, R., &
Bufquin, D. (2018). Effects of work status congruence and perceived management
concern for employees on turnover intentions in a fast casual restaurant chain.
Journal of Human Resources in Hospitality and Tourism, 17(1),
38�59. https://doi.org/10.1080/15332845.2017.1328260
Donley, J. (2021).
The Impact of Work Environment on Job Satisfaction: Pre-COVID Research to
Inform the Future. Nurse Leader, 19(6), 585�589.
https://doi.org/10.1016/j.mnl.2021.08.009
Dousin, O., Collins,
N., & Kler, B. K. (2019). Work-Life Balance, Employee Job Performance and
Satisfaction Among Doctors and Nurses in Malaysia. International Journal of
Human Resource Studies, 9(4), 306.
https://doi.org/10.5296/ijhrs.v9i4.15697
Froese, F. J., Peltokorpi, V., Varma, A., & Hitotsuyanagi-Hansel, A.
(2019). Merit-based Rewards,
Job Satisfaction and Voluntary Turnover: Moderating Effects of Employee
Demographic Characteristics. British Journal of Management, 30(3),
610�623. https://doi.org/10.1111/1467-8551.12283
Gholampour &
Pourshafei, 2018. (2018). Bioethics Journal,. 8(30), 35�44.
Greenberg, J. (2011).
The dynamics of fairness in the workplace. APA Handbook of Industrial and
Organizational Psychology, 271�327.
Greenhaus, J. H.,
Collins, K. M., & Shaw, J. D. (2003). The relation between work-family
balance and quality of life. Journal of Vocational Behavior, 63(3),
510�531. https://doi.org/10.1016/S0001-8791(02)00042-8
Guest, D. E. (2002).
Perspectives on the study of work-life balance. Social Science Information,
41(2), 255�279. https://doi.org/10.1177/0539018402041002005
Hair, J. F. H.,
Risher, J. J., Sarstedt, M., & Ringle, C. M. (2018). The Results of PLS-SEM
Article information. European Business Review, 31(1), 2�24.
Hair, J. F., Ringle,
C. M., & Sarstedt, M. (2021). Partial Least Squares Structural Equation
Modeling ( PLS-SEM ) Using R : A workbook. November.
Hair, J. F., Risher,
J. J., Sarstedt, M., & Ringle, C. M. (2019). When to use and how to report
the results of PLS-SEM. European Business Review, 31(1), 2�24.
https://doi.org/10.1108/EBR-11-2018-0203
Handi, S., &
Suhariadi, F. (2006). Pengaruh Persepsi Karyawan tentang Keadilan Organisasi terhadap Intensi
Turnover di PT . ENG Gresik. Artikel Fakultas Psikologi Airlangga.
Henseler, J., Ringle, C. M., & Sarstedt, M. (2015). A new criterion for assessing discriminant validity in
variance-based structural equation modeling. 115�135. https://doi.org/10.1007/s11747-014-0403-8
Hill, E. J., Hawkins,
A. J., Ferris, M., & Weitzman, M. (2001). Finding an extra day a
week : The positive influence of perceived job ... Family Relations,
50(1), 49�58.
Jalagat Jr. (2016).
Job Performance , Job Satisfaction and Motivation : A Critical Review of
Their Job Performance , Job Satisfaction , and Motivation : A Critical
Review of their Relationship. International Journal of Advances in
Management and Economics, 5(6), 36�43.
Jin, N. (Paul), Line,
N. D., & Merkebu, J. (2016). The Impact of Brand Prestige on Trust,
Perceived Risk, Satisfaction, and Loyalty in Upscale Restaurants. Journal of
Hospitality Marketing and Management, 25(5), 523�546.
https://doi.org/10.1080/19368623.2015.1063469
Kim, K. H., Roh, E.
Y., Kim, Y. J., & Spralls, S. A. (2021). Bullying in Korean hotel
restaurant kitchens: why is everybody always picking on me? Employee
Relations, 43(1), 337�351. https://doi.org/10.1108/ER-09-2019-0362
Koo, B., Yu, J.,
Chua, B. L., Lee, S., & Han, H. (2020). Relationships among Emotional and
Material Rewards, Job Satisfaction, Burnout, Affective Commitment, Job
Performance, and Turnover Intention in the Hotel Industry. Journal of
Quality Assurance in Hospitality and Tourism, 21(4), 371�401.
https://doi.org/10.1080/1528008X.2019.1663572
Kosteas, V. D.
(2011). Job satisfaction and promotions. Industrial Relations, 50(1),
174�194. https://doi.org/10.1111/j.1468-232X.2010.00630.x
Krishnan, R., &
Loon, K. W. (2018). The Effects of Job Satisfaction and Work-Life Balance on
Employee Task Performance. International Journal of Academic Research in
Business and Social Sciences, 8(3), 652�662.
https://doi.org/10.6007/ijarbss/v8-i3/3956
Lazear & Rosen,
1981. (1981). Rank-Order Tournaments as Optimum Labor Contracts. Markets and
Diversity, 89(5), 287�314. https://doi.org/10.2307/j.ctv1kz4h99.15
Lestari, U. P., &
Darmawan, D. (2014). Studi tentang hubungan motivasi dan lingkungan kerja dengan kinerja
karyawan. EBIS: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 1�6.
https://journal.unsuri.ac.id/index.php/ebj/article/view/104
Lichtenthaler, P. W.,
& Fischbach, A. (2019). A meta-analysis on promotion- and
prevention-focused job crafting. European Journal of Work and Organizational
Psychology, 28(1), 30�50.
https://doi.org/10.1080/1359432X.2018.1527767
Limanta, A. L.,
Prihanto, Y. J. N., & Situmorang, R. (2023). Analysis of the Influence of
Work-Life Balance, Work Stress, and Job Satisfaction When Working from Home on
the Implementation of Permanent Telework Culture in Legal Business. Journal
of Business and Management Review, 4(1), 001�016.
https://doi.org/10.47153/jbmr41.5922023
Lup, D. (2018).
Something to Celebrate (or not): The Differing Impact of Promotion to Manager
on the Job Satisfaction of Women and Men. Work, Employment and Society, 32(2),
407�425. https://doi.org/10.1177/0950017017713932
Markey, R.,
Ravenswood, K., & Webber, D. J. (2012). The impact of the quality of the
work environment on employees � intention to quit. Economics Working Paper
Series, 1220, 2�35.
www2.uwe.ac.uk/faculties/BBS/BUS/Research/economics2012/1221.pdf
McCausland, W. D.,
Pouliakas, K., & Theodossiou, I. (2005). Some are punished and some are
rewarded: A study of the impact of performance pay on job satisfaction. International
Journal of Manpower, 26(7�8), 636�659.
https://doi.org/10.1108/01437720510628112
Mendis, M. D. V. S.,
& Weerakkody, W. A. S. (2018). The impact of work life balance on employee
performance with reference to telecommunication industry in Sri Lanka: a
mediation model. Kelaniya Journal of Human Resource Management, 12(1),
72. https://doi.org/10.4038/kjhrm.v12i1.42
Murtafia, I., &
Suryalena. (2015). Relationship Work Environment and Job Satisfaction of
Employees ( Case Processing Part Pt. Surya Bratasena Plantation District of Pangkalan
Kuras Pelalawan). Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik, 2(2), 1�15.
Nantsupawat, A.,
Kunaviktikul, W., Nantsupawat, R., Wichaikhum, O. A., Thienthong, H., &
Poghosyan, L. (2017). Effects of nurse work environment on job dissatisfaction,
burnout, intention to leave. International Nursing Review, 64(1),
91�98. https://doi.org/10.1111/inr.12342
Nguyen, P. D., Dang,
C. X., & Nguyen, L. D. (2015). Would Better Earning, Work Environment, and
Promotion Opportunities Increase Employee Performance? An Investigation in
State and Other Sectors in Vietnam. Public Organization Review, 15(4),
565�579. https://doi.org/10.1007/s11115-014-0289-4
Norbu, J., &
Wetprasit, P. (2021). The Study of Job Motivational Factors and Its Influence
on Job Satisfaction for Hotel Employees of Thimphu, Bhutan. Journal of
Quality Assurance in Hospitality and Tourism, 22(2), 245�266.
https://doi.org/10.1080/1528008X.2020.1769524
Obrenovic, B.,
Jianguo, D., Khudaykulov, A., & Khan, M. A. S. (2020). Work-Family Conflict
Impact on Psychological Safety and Psychological Well-Being: A Job Performance
Model. Frontiers in Psychology, 11(March), 1�18.
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.00475
Paparang, N. C. P.,
Areros, W. A., & Tatimu, V. (2021). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai
Kantor PT. Post Indonesia di
Manado. Productivity, 2(2), 119�123.
Pasaribu, R., Adler
Haymans Manurung, & Tussoleha Rony, Z. (2022). the Effect of Leadership,
Employee Performance, Motivation and Information Technology on Employee Job
Satisfaction Moderated By Age of Employees At Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Bekasi. Dinasti International Journal of
Management Science, 3(3), 592�602.
https://doi.org/10.31933/dijms.v3i3.1130
Putra, M. S. (2014). Pengaruh keadilan organisasi pada kepuasan kerja dan
turnover intention karyawan BPR di Kabupaten Tabanan. 1,
2597�2614.
Ramli, A. H. (2018).
Compensation , Job Satisfaction and Employee. Business and Entrepreneurial
Review, 18(1), 85�94.
Riansari, T., & Rofiaty, A. S. (2012). Pengaruh Kompensasi dan
Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan (Studi Kasus PT
Bank Tabungan Pensiun Nasional, Tbk Cabang Malang). Jurnal Aplikasi Manajemen, 10(4), 811�820.
Robbins, S. P.
(2022). Essentials of organizational behavior.
http://www.theeuropeanlibrary.org/tel4/record/3000089783526
Setiarini, K. C., & Kustini, K. (2022). Kompensasi dan Lingkungan Kerja
terhadap Kinerja Karyawan. Journal
of Management and Bussines (JOMB), 4(2), 996�1005. https://doi.org/10.31539/jomb.v4i2.4714
Sheaffer, Z., Levy,
S., & Navot, E. (2018). Fears, discrimination and perceived workplace
promotion. Baltic Journal of Management, 13(1), 2�19.
https://doi.org/10.1108/BJM-05-2017-0165
Silaban, N., &
Syah, T. Y. R. (2018). The Influence of Compensation and Organizational
Commitment on Employees� Turnover Intention. 20(3), PP.
https://doi.org/10.9790/487X-2003010106
Susanto, P., Hoque, M. E., Jannat, T., Emely, B., Zona, M. A., & Islam,
M. A. (2022). Work-Life Balance,
Job Satisfaction, and Job Performance of SMEs Employees: The Moderating Role of
Family-Supportive Supervisor Behaviors. Frontiers in Psychology, 13(June),
1�12. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2022.906876
Talukder, A. K. M.,
Vickers, M., & Khan, A. (2018). Supervisor support and work-life balance:
Impacts on job performance in the Australian financial sector. Personnel
Review, 47(3), 727�744. https://doi.org/10.1108/PR-12-2016-0314
Thevanes dan
Mangaleswaran. (2018). A Relationship between Work-Life Balance and Job
Performance of Employees. International Journal of Human Resource Management
and Research, 9(2), 53�58. https://doi.org/10.24247/ijhrmrapr20196
Tsai, S. B. (2018).
Using the DEMATEL model to explore the job satisfaction of research and
development professionals in china�s photovoltaic cell industry. Renewable
and Sustainable Energy Reviews, 81(May 2017), 62�68.
https://doi.org/10.1016/j.rser.2017.07.014
Victoria O., A., Olive U., E., Babatunde H., A., & Nanle, M. (2019). Work-Life Balance and Employee Performance: A Study of
Selected Deposit Money Banks in Lagos State, Nigeria. The Journal of Social
Sciences Research, 5(512), 1787�1795.
https://doi.org/10.32861/jssr.512.1787.1795
Waworuntu, E. C., Kainde, S. J. R., & Mandagi, D. W. (2022). Work-Life Balance, Job Satisfaction and Performance Among
Millennial and Gen Z Employees: A Systematic Review. Society, 10(2),
384�398. https://doi.org/10.33019/society.v10i2.464
Widjaya, H., Budiono,
H., Wiyanto, H., & Dharmawan, F. (2021). Kompensasi, Lingkungan Kerja, Dan
Promosi Jabatan Sebagai Prediktor Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. Prosiding SENAPENMAS, 2015, 1049.
https://doi.org/10.24912/psenapenmas.v0i0.15139
Wiratama, D. G.,
& Suana, I. W. (2016). 1 Pengaruh Keadilan Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja. E-Jurnal
Manajemen �, 4(11), 3675�3702.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/8579f804db76327ffcecc4e1454cbde6.pdf
Yadav, A., & Dhar, R. L. (2021). Linking frontline hotel employees� job crafting to
service recovery performance: The roles of harmonious passion, promotion focus,
hotel work experience, and gender. Journal of Hospitality and Tourism
Management, 47(May), 485�495.
https://doi.org/10.1016/j.jhtm.2021.04.018
Yao, S., Wang, X.,
Yu, H., & Guchait, P. (2019). Effectiveness of error management training in
the hospitality industry: Impact on perceived fairness and service recovery
performance. International Journal of Hospitality Management, 79(January
2018), 78�88. https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2018.12.009
Yasir. (2022). Impact
of Working Environment on Job Satisfaction. Reviews of Management Sciences,
1(1), 3496�3505. https://doi.org/10.53909/rms.01.01.064
Zhao, K., Zhang, M.,
Kraimer, M. L., & Yang, B. (2019). Source attribution matters: Mediation
and moderation effects in the relationship between work-to-family conflict and
job satisfaction. Journal of Organizational Behavior, 40(4),
492�505. https://doi.org/10.1002/job.2345