Analisa Determinan Brand Loyalty Pada Brand Fashion
H&M
Analysis of Determinants
of Brand Loyalty in the H&M Fashion Brand
1)* Siti Hardiyanti, 2) Sugiyanto
12 Universitas Esa Unggul, Indonesia
Email : [email protected], [email protected]
*Correspondence:
Siti Hardiyanti
DOI: 10.59141/comserva.v4i6.2549 |
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah brand love memiliki pengaruh
terhadap brand loyalty, dan apakah
self-esteem serta susceptibility to normative
influence memiliki peran pada pengaruh
brand love terhadap brand loyalty. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa brand love
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap brand loyalty. Kemudian
brand love juga memiliki pengaruh terhadap self-esteem dan susceptibility to normative
influence. Dan, self-esteem serta susceptibility to
normative influence terbukti berpengaruh
terhadap brand loyalty. Metode yang digunakan dalam analisis data yakni structural equation modeling
(PLS SEM) dengan 150 responden, penyebaran
kuesioner menggunakan
google form melalui media sosial
seperti Whatsapp WA), instagram (IG) dan telegram. Populasi
pada penelitian ini adalah pengguna pernah menggunakan dan berbelanja brand H&M. Hasil penelitian
ini menjelaskan bahwa cinta merk tidak memiliki pengaruh langsung terhadap harga diri, cinta
merk berpengaruh positif terhadap kerentanan terhadap pengaruh normatif, kerentanan pengaruh normatif berpengaruh positif terhadap lolayitas merk, dan harga diri berpengaruh
positif terhadap loyalitas merk. Kata kunci: Brand Love,
Brand Loyalty, Self-Esteem,
Susceptibility To Normative Influence. |
|
ABSTRACT This research to examine whether brand love has an
influence on brand loyalty, and whether self-esteem and susceptibility to
normative influence have a role in the influence of brand love on brand
loyalty. The results of this research show that brand love has a significant
influence on brand loyalty. Then brand love also has an influence on
self-esteem and susceptibility to normative influence. And, self-esteem and
susceptibility to normative influence are proven to influence brand loyalty.
The method used in data analysis was structural equation modeling (PLS SEM)
with 150 respondents, distributing questionnaires using Google Form via
social media such as Whatsapp WA, Instagram (IG)
and Telegram. The population in this study were users who had used and
shopped for the H&M brand. The results of this research explain that
brand love does not have a direct influence on self-esteem, brand love has a
positive influence on susceptibility to normative influences, susceptibility
to normative influences has a positive influence on brand loyalty, and
self-esteem has a positive influence on brand loyalty. Keywords: Brand Love, Brand Loyalty, Self-Esteem, Susceptibility To Normative Influence. |
Loyalitas merk adalah salah satu konsekuensi
utama dari cinta merk (Albert & Merunka, 2013). Loyalitas merk mencakup
perilaku dan sikap. Ini mengacu pada niat dari membeli dan membeli kembali merk
tersebut, kesediaan untuk membayar harga yang lebih tinggi, penolakan untuk beralih merk lain dan rekomendasi merk
kepada orang lain (Oliver, 1999).
Konsumen meningkatkan loyalitas mereka terhadap suatu merk
ketika mereka jatuh cinta dengan
merk tersebut merk tertentu
(Ahuvia Aaron, Carroll Barbara,
2006).
Pada saat ini brand H&M menjadi perusahaan
terkemuka dalam fashion.
Konsep produk H&M adalah �Stylish and Affordable Fashion at a Best Price��. H&M
memasuki Indonesia sejak tahun 2013. Di Indonesia H&M
menjadi salah satu brand fashion
terkenal karena kualitas
produknya (baju, celana,
jaket, sepatu, aksesoris, topi dan tas) yang cukup bagus, promosi yang menarik dan atribut
yang menjadi daya tarik keputusan pembelian.
H&M berusaha memberikan yang terbaik kepada konsumen dan bersaing
dengan brand fashion merk lain. Salah satu
industri yang berkembang pesat saat ini adalah industri fashion, yang senantiasa perlu memperhatikan mengenai
keunggulan bersaing perusahaan yang sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam memberikan nilai
unggul yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan pesaingnya.
Untuk itu, maka pemahaman terhadap apa yang dibutuhkan, diinginkan dan
diharapkan pelanggan mutlak dilakukan
oleh pimpinan perusahaan untuk memuaskan pelanggan. Fashion menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Fashion tidak hanya menyangkut soal
pakaian akan tetapi, benda-benda fungsional lain yang dipadukan dengan unsur-unsur desain yang canggih dan unik
menjadi alat yang dapat menunjukkan
penampilan. Produk yang memiliki atribut berkualitas tinggi, desain yang menarik dan merk
ternama, akan lebih menarik bagi konsumen untuk memakai produk tersebut.
Persepsi harga tidak dilihat dari seberapa murah maupun seberapa mahal,
namun juga mengenai tingkat
keunggulan persaingan dan tingkat kesesuian harga.
Dalam melakukan pembelian konsumen
diperhadapkan dengan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan konsumen pada dasarnya merupakan
proses pemecahan masalah. Keputusan pembelian
dapat dilakukan apabila produk tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen. Sesuatu yang dapat
mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian
yaitu kualitas produk,
promosi dan nama merk yang menjadi
pertimbangan utama bagi konsumen sebelum
melakukan keputusan pembelian
pada suatu produk.
Penelitian ini menambah
literatur dengan mempertimbangkan hubungan pemasaran konstruksi merk,
menggunakan teori identitas
sosial (Ashforth, 1989) dan teori perbandingan
sosial (Morse & Gergen, 1970). Selain itu,
penelitian ini mengusulkan model teoritis
berdasarkan perspektif hubungan
pemasaran. Teori identitas
sosial menjelaskan konsep diri
seorang individu yang diperoleh dari keanggotaan kelompok sosial terkait (Ashforth, 1989) dan menyiratkan
bahwa self esteem berdampak pada kecenderungan untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain atau kelompok sosial (Vogel et al., 2014). Teori perbandingan sosial menunjukkan bahwa
pendapat individu dipengaruhi oleh rekan, teman, atau komunitas mereka (Gibbons & Buunk, 1999).
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang menggunakan desain kausal (sebab-akibat). Desain
penelitian ini digunakan untuk
membuktikan adanya hubungan sebab dan akibat dari variabel satu dan lainnya. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif, dimana data merupakan data kuantitatif yang kemudian dikumpulkan, di analisis data dan di interprestasikan data yang menjelaskan
pengaruh yang terjadi antara kuisioner sebagai alat
pengumpul data primer. Dalam
penelitian ini terdapat variabel Brand Love, Self Esteem, Brand Loyalty, dan Susceptibility To Normative Influence. Desain penelitian ini menggunakan data kuesioner
yang disebar oleh peneliti secara online melalui
bantuan google form dengan menggunakan media sosial Whatsapp (WA), Instagram (IG) dan Telegram.
Untuk mengumpulkan data, diperlukan pendefinisian terkait operasional variabel.
Operasional variabel merupakan
definisi yang diberikan untuk suatu variabel
dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan
maupoun memberikan suatu operasional yang dibutuhkan dalam mengukur variabel.
Pada penelitian ini untuk mengumpulkan data menggunakan sebuah
kuesioner, dalam penelitian ini penyusunan kuesioner
menggunakan skala likert. Skala likert
adalah skala penelitian yang digunakan untuk
mengukur sikap dan pendapat. Pada penelitian ini menggunakan empat tingkat skala likert
yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Operasionalisasi variabel
yang di gunakan dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian sebelumnya dimana
variabel brand love diukur
dengan 5 pertanyaan yang diadopsi dari Batra et al. (2012). Variabel brand loyalty diukur dengan 4 pertanyaan yang diadopsi dari Mrad & Cui, (2017). Variabel self esteem diukur menggunakan 5 pertanyaan yang diadopsi
dari Rosenberg (1979).
Variabel Susceptibility to normative influence diukur
dengan 4 pertanyaan diadopsi dari Bearden et al. (1989). Dengan demikian,
total indicator berjumlah
18 pertanyaan yang secara detail dapat dilihat
di lampiran 2 (operasional variable) dan lampiran 3 (kuisioner).
Dalam penelitian ini adalah seluruh orang yang sudah pernah berbelanja
H&M. Dalam penelitian ini
penentuan jumlah sampel menggunakan pengukuran menurut Hair
et al., (2022) menyatakan bahwa jumlah sampel yang diambil minimal 5 kali
dari jumlah parameter yang dipergunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan 18 pernyataan
sehingga jumlah sampel yang diambil yaitu minimal 150 responden. Berikut kriteria
yang ditentukan oleh peneliti, yaitu pengguna brand
H&M yang sudah berusia 17 Tahun,
sudah pernah menggunakan dan berbelanja di H&M minimal 1X dalam 3 bulan terakhir,
pengguna berada di wilayah
di JABODETABEK.
Studi ini merupakan
penelitian kuantitatif menggunakn metode Structural Equation Model (SEM),
dengan pengolahan dan analisis data menggunakan perangkat lunak Smart PLS yang dimana dalam menganalisis data ada beberapa
tahap yaitu tahap
pertama adalah outer model
yang dimana dilakukannya uji validitas (1) Uji Convergent Validity dengan standar nilai loading
factor > 0.60 merupakan ukuran yang ideal (Hair et al.,2019), Average Variance Extrated (AVE) dengan nilai Cut-off value AVE > 0.50. selanjutnya
(2) Uji Discriminant Validity, dilihat dari nilai cross loading yang dimana suatu
nilai pada standar
korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar dibandingkan ukuran konstruk lainnya, dapat menunjukkan hasil konstruk laten memprediksi ukuran pada blok lebih
baik dibandingkan ukuran blok lainnya. Sedangkan
pada Uji reliabilitas akan menggunakan
ukuran cronbach alpha dan composite reliability, dengan
standar nilai reliabel > 0,70 (Ghozali,
2016). Tahap selanjutnya yaitu Inner model dengan menentukan pada nilai R-square, bila nilai R-Square berada pada nilai 0.75, 0.50, 0,25 bisa disimpulkan
sehingga inner model tersebut kuat, moderate dan lemah. T-Statistics
adalah suatu nilai yang dimana berguna
untuk dilihat pada tingkat signifikansi terhadap pengujian
hipotesis secara mencari nilai T-Statistics melalui
prosedur bootstraping pada Smart PLS. Pengujian hipotesis dilihat
mulai dari perhitungan dari path coefisien,
lalu dibandingkannya dengan nilai T-statistic > T tabel. Hipotesis bisa diterima jika suatu
nilai T statistics bisa lebih besar dibandingkan T tabel 1,96 (α 5%)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil dari penyebaran kuesioner yang dilakukan secara online menggunakan Google Form yang terkumpul sebanyak 150 responden. Responden paling banyak berjenis kelamin Laki- laki berjumlah 81 orang (54%). Dan paling banyak berusia 17-24 tahun berjumlah 61 orang (40,7%). Dan berdomisili paling banyak di wilayah tangerang sebanyak 67 orang (44,7%). Dengan rata-rata pengeluaran untuk berbelanja brand H&M RP. 500.000 - Rp. 1.000.000 sebanyak 51 orang (34%). Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki, berusia 17- 24 tahun merupakan generasi yang senang berbelanja Brand H&M (Hasil dapat dilihat pada lampiran 6).
Outer Model Uji Validitas
Pada penelitian ini, akan mengujikan suatu uji validitas yang berguna untuk mengetahui sebuah pengukuran dari suatu pernyataan terhadap kuesioner yang digunakan pada penelitian ini yang bertujuan mengukur indikator indikator dan variabel yang diteliti. Pernyataan yang akan diuji pada penelitian ini sebanyak 18 pernyataan. Uji validitas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Convergent Validity Loading Factor
Analisis Outer loading untuk mengetahui besar korelasi antara indikator dengan konstruk latennya sehingga dapat ditentukan apakan indikator tersebut valid atau tidak valid. Indikator dapat dinyatakan valid jika nilainya > 0,70.
Gambar 1. Outer Loading
Sumber : Data diolah penulis, 2023
Berdasarkan gambar outer loading diatas indikator sebanyak 18 pernyataan dari kuesioner adalah valid karena nilainya >0,70. Hal ini berarti bahwa seluruh pernyataan dalam kuesioner sudah tepat untuk mengukur masing-masing variabel (Hasil dilihat pada lampiran 6).
Average Variance Extraded (AVE)
Hasil AVE dapat membuktikan bahwa kemampuan variabel laten dalam mewakili skor data asli. Semakin besar nilai AVE maka menunjukan semakin tinggi kemampuannya dalam menjelaskan nilai indicator-indikator yang mengukur variabel laten. Cut-off Value AVE yang sering digunakan yaitu 0,50 dimana minimal nilai AVE yaitu 0,50 untuk menunjukkan ukuran convergent validity yang baik. Berikut hasil Average Extracted (AVE).
Tabel 1. Average Variance Extracted
|
Average
variance extracted (AVE) |
Brand Love |
0.798 |
Brand Loyalty |
0.779 |
SNI |
0.761 |
Self Esteem |
0.693 |
Sumber : Data diolah penulis, 2023
Keseluruhan Nilai Average Variance Extracted (AVE) pada tabel di atas menunjukkan bahwa kelima variabel laten memiliki nilai AVE di atas kriteria minimum, yaitu 0,5, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai AVE pada penelitian ini sudah baik.
Discriminant Validity Cross Loading
Discriminant validity adalah model pengukuran yang dimana reflektif indikator yang akan dinilai bersumber pada hasil pengujian cross loading pada pengukuran suatu konstruk. Jika korelasi suatu konstruk item pengukuran lebih besar dibandingkan dimensi konstruk yang lain, maka dapat disimpulkan bahwa hasil tersebut dapat membuktikan konstruk laten bisa memprediksi dimensi pada blok lebih baik dibandingkan dimensi blok yang lain. Dari hasil yang dapat disimpulkan semua variabel >0,7 dan dinyatakan baik. (Hasil dapat dilihat pada Lampiran 6).
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas pada penelitian bertujuan untuk memperhitungkan apakah benar sebuah alat ukur mempunyai konsistensi (bisa digunakan pada tahap selanjutnya). Hasil pengujian reliabilitas memakai ketentuan pengukuran Composite Reliability dan Cronbach�s Alpha.
Tabel 2. Cronbach Alpha dan Composite Reliability
|
Cronbach's alpha |
Composite reliability (rho_a) |
Brand Love |
0.874 |
0.960 |
Brand Loyalty |
0.905 |
0.906 |
SNI |
0.895 |
0.897 |
Self Esteem |
0.928 |
0.930 |
Sumber : Data diolah penulis, 2023
Berdasarkan output composite reliability dan cronbach alpha diatas menunjukan bahwa nilai masing-masing konstruk sudah >0.70. Sehingga dapat dikatakan bahwa masing masing konstruk dalam model yang diestimasi memiliki nilai reliabilitas yang sangat reliable sehingga bisa melakukan tahap pengujian struktural.
Inner Model
Tahap selanjutnya yaitu Inner model dengan menentukan pada nilai R-square, bila R- square berada pada nilai 0.75, 0.50, 0.25 bisa disimpulkan sehingga inner model tersebut kuat, moderate dan lemah. Selanjutnya untuk pengujian hipotesis digunakan standar Tstatistic dengan >1,96, dan P Value <0,05 dan tahap terakhir untuk menentukan model fit dengan ketentuan nilai SRMR <0,1.
Dari hasil penelitian dapat dilihat Nilai R-square brand loyalty sebesar 93,8% yang dimana dapat dikatakan bahwa besarnya pengaruh brand love dan brand loyalty terhadap self esteem sebesar 88,5% dan 11,5% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Kemudian nilai R-square susceptibility to normative influence sebesar 87,3% yang berarti besarnya pengaruh brand love, brand loyalty dan self esteem terhadap susceptibility to normative influence sebesar 87,3%% dan 12,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti loyalitas merk dan kecintaan merk.
Model Fit
Model fit merupakan nilai yang menunjukan tingkat kesesuaian untuk keseluruhan pada suatu model yang dapat dihitung dengan nilai residual suatu model yang diprediksi dengan membandingkanya dengan data yang sebenarnya. Berikut hasil penelitiannya.
Tabel 3.Model Fit
|
Saturated model |
Estimated model |
SRMR |
0,056 |
0,056 |
d_ULS |
4,187 |
4,152 |
d_G |
5,187 |
5,189 |
Chi-square |
2400,135 |
2403,309 |
NFI |
0,417 |
0,417 |
Sumber : Data diolah penulis, 2023
Berdasarkan hasil analisis, nilai Standarlized Room Mean Square (SRMR) sebesar 0,056<0,1 maka dapat dikatakan model fit. Kemudian nilai Formed Fit Index (NFI) sebesar 0,417 sehingga dapat dikatakan bahwa model struktural yang diperoleh memiliki prediksi relevansi sebesar 41,7%.
Tabel 4. Uji Hipotesis Model Penelitian
Hipotesis |
Pernyataan Hipotesis |
P - Value |
T - Statistic |
Keterangan |
Kesimpulan |
H1 |
Brand love berpengaruh positif terhadap self esteem |
0,571 |
0,566 |
Data tidak mendukung hipotesis |
H1 DITOLAK |
H2 |
Brand love berpengaruh positif terhadap susceptibility to normative influence |
0,020 |
2,318 |
Data mendukung hipotesis |
H2 DITERIMA |
H3 |
susceptibility to normative influence berpengaruh positif terhadap brand loyalty |
0,000 |
12,593 |
Data mendukung hipotesis |
H3 DITERIMA |
H4 |
Self Esteem berpengaruh positif terhadap Brand Loyalty |
0,000 |
4,802 |
Data mendukung hipotesis |
H4 DITERIMA |
Sumber : Data diolah penulis, 2023
Berdasarkan analisis tabel diatas dapat kesimpulan bahwa dari 4 hipotesis yang ada terdapat 3 hipotesis diterima dan 1 hipotesis dinyatakan di tolak. Adapun 3 hipotesis yang diterima adalah H2, H3, H4. Sedangkan hipotesis yang ditolak adalah H1.
Tabel 5. Indirect Effect
|
Original sample(O) |
Sample mean (M) |
Standard deviation (STDEV) |
T statistics (|O/STDEV|) |
P values |
Brand Love -> SNI -> Brand Loyalty |
-0.040 |
-0.044 |
0.074 |
0.534 |
0.593 |
Brand Love -> Self Esteem -> Brand Loyalty |
0.086 |
0.085 |
0.045 |
1.893 |
0.058 |
Sumber : Data diolah penulis, 2023
Berdasarkan hasil tabel di atas maka di dapat bahwa tidak ada pengaruh tidak langsung antara brand love dengan susceptibility to normative influence melalui Brand loyalty dilihat dari nilai T-statistic 0,534. Brand love juga tidak memiliki pengaruh tidak langsung dengan brand loyalty melalui Self Esteem dilihat dari nilai T-statistic 1,893.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa brand love tidak berpengaruh terhadap Self Esteem. Ini menunjukan bahwa jika kecintaan merk tidak menjadi faktor penentu dalam harga diri konsumen. Karena konsumen merasa jika dia menggunakan produk yang dia cintai maka akan meningkatkan harga diri konsumen. Konsumen dapat menyukai merk karena terdapat hal yang berkaitan dengan self-esteem dan citra diri. Disebutkan bahwa brand love dapat meningkatkan self-esteem untuk mengembangkan identitas yang unik (Le, 2020). Hal ini sesuai dengan responden yang 54% adalah Perempuan dan 34% berbelanja produk H&M dengan rata-rata pengeluran Rp. 500.000 � Rp.1.000.000 sehingga responden sangat cinta terhadap brand H&M. Hal ini sejalan dengan penelitian dari (Le, 2020) yang menyatakan bahwa brand love berpengaruh positif terhadap Self Esteem.
Brand
Love berpengaruh positif terhadap Susceptibility To Normative Influence. Ini menunjukan bahwa jika kecintaan merk menjadi faktor penentu
pengaruh normative.
Konsumen menganggap kecintaan
produk tidak penting untuk mendapatkan pengaruh normative konsumen. Susceptibility to normative influence merupakan kecenderungan seseorang untuk mematuhi
harapan orang lain untuk terhindar
dari hukuman. Susceptibility to normative influence memainkan peran penting dalam komunitas merk dan konsumen cenderung berperilaku
serupa dengan orang lain dalam komunitas tertutup
mereka. Hal ini sesuai dengan responden yang 40,7% adalah berusia 17 � 24 tahun ini menjadikan responden menganggap kecintaan merk tidak penting
bagi pengaruh normative. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian dari (Seiler & Harrison, 2011) yang menyatakan Brand Love berpengaruh positif terhadap Susceptibility To Normative Influence
Susceptibility to normative influence berpengaruh positif
terhadap brand loyalty. Ini menunjukkan bahwa Susceptibility to normative influence menjadi faktor penentu
pengaruh dari brand loyalty.
Konsumen menganggap loyalitas produk penting untuk mendapatkan pengaruh normative konsumen. Susceptibility to normative influence memiliki peran penting dalam komunitas
merk dan konsumen cenderung berperilaku serupa dengan orang lain dalam komunitas
tertutup mereka. Hal ini sesuai dengan responden yang 40,7% adalah berusia 17 � 24 tahun ini menjadikan responden
menganggap kecintaan merk penting bagi
pengaruh normative. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian dari (Seiler & Harrison, 2011) yang
menyatakan Susceptibility To Normative Influence berpengaruh positif terhadap brand loyalty.
Self esteem berpengaruh positif terhadap brand loyalty. Ini menunjukan bahwa loyalitas merek menentukan harga diri konsumen. Self-esteem meningkatkan loyalitas pelanggan ketika mereka jatuh cinta dengan suatu merk. Cinta merk mengarah pada loyalitas merk, yang meningkatkan niat beli. self-esteem meningkatkan perhatian sosial dalam kaitannya dengan citra diri dan identitas diri (Le, 2020). Hal ini sesuai dengan responden yang 54% adalah Perempuan dan 34% berbelanja produk H&M dengan rata- rata pengeluran Rp. 500.000 � Rp. 1.000.000 sehingga responden menganggap harga diri konsumen itu penting untuk loyal berbelanja di H&M. Hal ini sejalan dengan penelitian dari (Le, 2020) yang menyatakan bahwa Self esteem berpengaruh positif terhadap brand loyalty.
Brand love tidak berpengaruh pada brand loyalty yang dimediasi oleh self-esteem. Ini menunjukan bahwa self esteem bukan menjadi variable mediasi antara brand love dengan brand loyalty. Konsumen merasa kecintaan merk bukan menjadi faktor penentu self esteem. Self esteem tidak dapat mendukung keinginan berlangganan seseorang dan menyampaikan ucapan mulut yang positif kepada orang lain, selanjutnya mendukung hubungan brand love dan brand loyalty. Hal ini tidak sejalan dengan (Alnawas & Altarifi, 2016) yang menyatakan bahwa Brand love berpengaruh pada brand loyalty yang dimediasi oleh self-esteem.
Brand love tidak berpengaruh pada brand loyalty yang di mediasi susceptibility to normative influence. Ini menunjukan bahwa susceptibility to normative influence bukan menjadi variable mediasi antara brand love dengan brand loyalty. Konsumen merasa kecintaan merk bukan menjadi faktor penentu brand loyalty yang di mediasi susceptibility to normative influence. Melalui brand loyalty konsumen melakukan pencarian merk produk yang memiliki manfaat secara social, dan selanjutnya membuat keputusan membeli. Hal ini tidak sejalan dengan (Alnawas & Altarifi, 2016) yang menyatakan bahwa Brand love tidak berpengaruh pada brand loyalty yang di mediasi susceptibility to normative influence.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian,
dapat disimpulkan bahwa brand love
tidak memiliki pengaruh langsung terhadap self esteem, yang berarti brand love menjadi faktor penting dalam menentukan harga diri
konsumen terhadap brand H&M. Brand love berpengaruh pada susceptibility
to normative influence, menunjukkan bahwa semakin banyak manfaat yang
diperoleh konsumen, semakin baik kepercayaan mereka terhadap H&M. Namun, susceptibility to normative influence tidak memengaruhi brand
loyalty, meskipun self esteem berpengaruh pada brand loyalty, yang berarti self esteem menjadi faktor penentu niat beli konsumen.
Penelitian ini tidak menemukan pengaruh langsung antara brand
love terhadap self esteem maupun antara self esteem terhadap susceptibility to normative influence.
Namun, brand love terbukti
berperan besar dalam meningkatkan brand loyalty, sehingga H&M perlu meningkatkan brand love untuk memperkuat self esteem konsumen. Penelitian
ini memiliki beberapa keterbatasan, seperti cakupan variabel yang terbatas pada
brand love, brand loyalty, self esteem, dan susceptibility to normative influence, serta fokus
pada wilayah JABODETABEK, yang dapat memberikan hasil berbeda jika cakupannya
diperluas. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan menambahkan variabel lain
seperti brand satisfaction
dan memperluas merek yang diteliti agar meningkatkan variasi jawaban, serta
menggunakan alat analisis lain seperti SEM Amos dan Lisrel.
Dari sisi implikasi manajerial, untuk menarik minat beli konsumen, H&M
dapat mempertimbangkan penawaran diskon, sale, atau giveaway,
serta menambah fitur interaksi seperti chat group untuk meningkatkan brand loyalty dan komunikasi antarpengguna.
Albert, N., & Merunka, D. (2013).
The role of brand love in consumer-brand relationships. Journal of Consumer Marketing, 30(3), 258�266. https://doi.org/10.1108/07363761311328928
Albert, N., Merunka, D., & Valette-Florence, P. (2007). When
consumers love their brands: Exploring the concept and
its dimensions. Journal of Business Research, 1� 14. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2007.09.014
Algesheimer, R., Dholakia,
U. M., & Herrmann, A. (2005). The Social Influence of Brand Community : Evidence fromEuropean Car Clubs. Journal of Marketing, 69, 19�34.
Alnawas, I., & Altarifi, S.
(2016). Exploring the role of brand
identification and brand love in generating higher levels of
brand loyalty. Journal of Vacation Marketing, 22(2), 1�8. https://doi.org/10.1177/1356766715604663
Arndt, J., & Greenberg, J. (1999). The Effects of a Self-Esteem Boost and Mortality Salience on Responses to Boost Relevant and Irrelevant Worldview Threats. 25(11), 1331�1341.
Ashforth, E. (1989). and Identity Theory the Organization. Management, 14(1), 20�39. http://www.jstor.org/stable/258189
Bagozzi, R. P., Batra, R., &
Ahuvia, A. (2017).
Brand love:
development and validation of a practical scale. Marketing Letters, 28(1),
1�14. https://doi.org/10.1007/s11002- 016-9406- 1
Batra, R., Ahuvia, A., & Bagozzi, Richard, P. (2012). Brand Love. Journal of Marketing, 76, 1�6.
Bearden, W. O., Netemeyer, R. G., & Teel, J. E. (n.d.). Measurement of Consumer Susceptibility to Interpersonal Influence.
Bergkvist, L., & Bech-Larsen, T.
(2010). Two studies of consequences and actionable antecedents of brand love. Journal of Brand Management, 17(7), 504�518.
https://doi.org/10.1057/bm.2010.6
Campbell, J. D. (1990). Self-Esteem and Clarity of the Self-Concept. Journal of Personality and Social Psychology, 59(3), 538�549.
Carroll, B. A., & Ahuvia, A. C.
(2006). Some antecedents and outcomes of brand love.
Marketing Letters, 17(2), 79�89. https://doi.org/10.1007/s11002-006-4219-2
Fedorikhin,
A., Park, C. W., & Thomson, M. (2008). Beyond fit and attitude: The effect of emotional attachment
on consumer responses to brand
extensions. Journal of Consumer Psychology, 18, 281�291. https://doi.org/10.1016/j.jcps.2008.09.006
Flynn, H. K. (2003). Self esteem theory and measurement: A critical review. The Journal of Feminist Theory & Culture, 3(1), 1�17. https://www.researchgate.net/publication/326312943
Gibbons, F. X., & Buunk, B. P.
(1999). Individual differences in social
comparison: Development of a scale of social comparison orientation. Journal of Personality and Social Psychology, 76(1), 129�142.
https://doi.org/10.1037/0022-3514.76.1.129
Imhanrenialena, B. O., Cross, O. D., Ebhotemhen, W., Chukwu, B. I., & Oforkansi, E. S. (2022). Exploring how social capital and self-esteem shape career success among women
in a patriarchal African society: the case of Nigeria. International Journal of Manpower, 43(8), 1804�1826. https://doi.org/10.1108/IJM-07-2021-0410
Kressmann, F., Sirgy, M. J., Herrmann, A., Huber, F., Huber, S., & Lee, D. J. (2006). Direct and indirect effects of self-image congruence
on brand loyalty. Journal of Business
Research,
59(9), 955�964. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2006.06.001
Le, M. T. H. (2020). The impact of brand love
on brand loyalty: the moderating
role of self- esteem, and social
influences. Spanish Journal of Marketing
- ESIC, 25(1), 156�180.
https://doi.org/10.1108/SJME-05-2020-0086
Lisjak, M., Lee, A. Y., & Gardner, W. L. (2012). When a Threat to the Brand Is a Threat to the Self: The Importance of Brand Identification and Implicit Self-Esteem
in Predicting Defensiveness. Personality and Social Psychology Bulletin, 1�13. https://doi.org/10.1177/0146167212445300
Luhtanen, R., & Crocker, J. (1992). A Collective Self-Esteem Scale: Self-Evaluation of One�s Social Identity. Personality and Social Psychology Bulletin, 18(3), 302�318.
MacInnis, D. J., & Folkes, V. S.
(2017). Humanizing brands: When brands seem
to be like me, part of me, and in a relationship with me. In Journal of Consumer Psychology (Vol. 27, Issue 3, pp. 355�374).
Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/j.jcps.2016.12.003
Mal�r, L., Krohmer, H., Hoyer, W. D., & Nyffenegger,
B. (2011). Emotional brand attachment and brand personality:
The relative
importance of the actual and
the ideal
self. Journal of Marketing, 75, 35�52.
Morse, S., & Gergen, K. J. (1970). Social comparison, self-consistency, and the concept of self. Journal of Personality and Social Psychology, 16(1), 148�156. https://doi.org/10.1037/h0029862
Mrad, M., & Cui, C. C. (2017). Brand addiction: conceptualization and scale development. Brand Addiction: Conceptualisation and Scale Development, 51(11� 12), 1�50. https://doi.org/10.1108/EJM-10-2016-057
Rahmat, W. M., & Kurniawati, K. (2022). The Influence of Brand Experience on Brand Loyalty through Perceived Quality, Brand Trust and Customer Satisfaction as Mediation. SEIKO :������ �Journal������ �of������ �Management������ �&������� �Business, 4(3), 215. https://doi.org/10.37531/sejaman.v4i3.2550
Raizha, A., & Kurniawati, K. (2022). Relationship Between Prestige Value, Utilitarian, Hedonic, and Self-Esteem Motives Towards Online Shopping Behavior Through Shopping Intention and Impulse Shopping Tendency. Scientific Journal of Reflection : Economic, Accounting, Management and Business, 5(4), 1044� 1054. https://doi.org/10.37481/sjr.v5i4.580
Revaldi, A., Hayuningtyas, L., Kusumastuti Suhardi, P., & Gantini, A. (2022). the Effects of Brand Experience on Brand Loyalty Mediated By Brand Passion, Self- Brand Connection, Brand Affection, and Customer Satisfaction on Smartphone
Users in Indonesia. Jurnal Ekonomi Bisnis Dan Kewirausahaan (JEBIK) 2022, 11(1), 47�60. http://dx.doi.org/10.26418/jebik.v11i1.48516
Rosenberg, M. (1979).
Rosenberg Self-Esteem Scale. Conceiving the Self. https://doi.org/10.32388/bcazmm
Santos, M., & Schlesinger, W. (2021). When love matters.
Experience and brand love as antecedents of loyalty and
willingness to pay a premium price in streaming services.
Spanish Journal of Marketing - ESIC, 25(3), 374�391. https://doi.org/10.1108/SJME-11- 2020-0201
Seiler, M. J., & Harrison, D. M.
(2011). Perceived versus
actual susceptibility to normative influence in the presence of
defaulting landlords. Review of Behavioral Finance, 3(2), 55�77. https://doi.org/10.1108/19405979201100003
Sierra,
J. J., Badrinarayanan, V. A., & Taute, H. A. (2016). Explaining behavior in brand communities: A sequential model of attachment, tribalism, and self-esteem. Computers in Human Behavior,
55, 626�632. https://doi.org/10.1016/j.chb.2015.10.009
Tsai, W. S., Yang, Q., & Liu, Y. (2013). Young Chinese consumers� snob and bandwagon luxury consumption preferences. Journal of International Consumer Marketing, 25, 290�304. https://doi.org/10.1080/08961530.2013.827081
Vogel, E.
A., Rose, J. P., Roberts, L. R., & Eckles, K. (2014). Social comparison, social media,
and self-esteem. Psychology of Popular Media Culture, 3(4),
206�222. https://doi.org/10.1037/ppm0000047
Yim, M. Y. C., Sauer, P. L., Williams,
J., Lee, S. J., & Macrury, I. (2014). Drivers of attitudes toward
luxury brands: A Cross-National Investigation into the roles
of Interpersonal Influence and Brand Consciousness. International Marketing
Review, 31(4),
363�389. https://doi.org/10.1108/IMR-04-2011-0121