Pengaruh Pemberian Tepung Sorgum sebagai Pengganti Tepung Jagung terhadap
Kinerja Ekonomi Ayam Broiler Fase Finisher
The
Effect of Giving Sorghum Flour as A Substitute for Corn Flour on The Economic
Performance of Finisher Stage Broiler Chickens
1)* Yuventus Jemaat, 2) Ni Putu Febri Suryatni, 3)
Maria Rosdiana Deno Ratu
123 Universitas Nusa Cendana, Indonesia
Email: [email protected]
*Correspondence: Yuventus Jemaat
DOI: 10.59141/comserva.v4i6.2495 |
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian tepung sorgum sebagai pengganti tepung jagung terhadap
kinerja ekonomi ayam broiler fase finisher. Penelitian ini menggunakan 100
ekor DOC strain CP 707. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
eksperimen berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan
dan lima ulangan, dan setiap ulangan terdapat 5 ekor ayam sehingga terdapat
20 unit percobaan. Perlakuan yang diberikan yaitu P0: 0% sorgum dalam ransum
(100% jagung sebagai kontrol), substitusi jagung dengan sorgum 25% (P1), 50%
(P2), 75% (P3). Parameter yang diamati yaitu biaya, penerimaan, pendapatan,
Income Over Feed Cost, R/C Ratio, Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pakan dan
Efisiensi Ekonomi Operasional. Data dianalisis menggunakan Analysis of
Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan untuk melihat
perbedaan setiap sampel perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian tepung sorgum sebagai pengganti tepung jagung terhadap kinerja
ekonomi ayam broiler fase finisher umur 3-6 minggu berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap biaya, R/C Ratio dan EEPP, sedangkan penerimaan,
pendapatan, IOFC dan EEO� tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) . Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung sorgum sampai 75 %� sebagai pengganti jagung menyebabkan biaya
pakan, dan efisiensi Ekonomi Penggunaan Pakan meningkat serta� menurunkan R/C ratio. Pemberian Level yang
sama� memberikan pengaruh yang sama
terhadap penerimaan, pendapatan, Income Over Feed Cost dan Efisien Ekonomi
Operasional. Kata kunci: ayam
broiler, kinerja ekonomi, tepung sorgum |
|
ABSTRACT This research aims to determine the effect of giving sorghum flour as a
substitute for corn flour on the economic performance of finisher phase
broiler chickens. This research used 100 DOC strain CP 707. The method used
in this research was an experiment based on a Completely Randomized Design
(CRD) with 4 treatments and five replications, and in each replication, there
were 5 chickens so there were 20 experimental units. The treatment given was
P0: 0% sorghum in the ration (100% corn as control), substitution of corn
with 25% sorghum (P1), 50% (P2), 75% (P3). The parameters observed are costs,
revenues, income, Income Over Feed Cost, R/C Ratio, Economic Efficiency of
Feed Use and Operational Economic Efficiency. Data were analyzed using
Analysis of Variance (ANOVA) and continued with Duncan's advanced test to see
the differences in each treatment sample. The results of the study showed
that giving sorghum flour as a substitute for corn flour on the economic
performance of finisher phase broiler chickens aged 3-6 weeks had a
significant effect (P<0.05) on costs, R/C Ratio and EEPP, while revenue,
income, IOFC and EEO no significant effect (P>0.05). From the results of
the research that has been carried out, it can be concluded that the
provision of up to 75% sorghum flour as a substitute for corn causes feed
costs, and the economic efficiency of feed use to increase and reduce the R/C
ratio. Providing the same level has the same influence on revenue, income,
Income Over Feed Cost and Operational Economic Efficiency. Keywords: broiler
chickens, economic performance, sorghum flour |
PENDAHULUAN
Usaha ternak
ayam broiler diupayakan untuk dikembangkan dalam tujuan untuk mencapai target produksi, selain itu juga diperlukan dalam upaya peningkatan pendapatan ternak. Fatmawati (2022) menyatakan
bahwa upaya dalam peningkatan pendapatan usaha ternak dapat
dijadikan peluang bagi usaha ternak
untuk
pengembangan usaha ternaknya
yang lebih baik, yang dapat dilakukan dengan cara menambah skala
usaha ternak atau
pengembangan usaha lainnya selain usaha ternak
ayam broiler. Peternak ayam broiler lebih
sering memberikan pakan komersial dari pada mencampur bahan pakan sendiri.
Perusahaan pakan komersial di Indonesia sangat beragam
baik jenis produk maupun hasil dari tiap pabrik sehingga harga di pasaran pun
tidak sama satu sama lain. Bahan baku impor yang digunakan menyebabkan harga
pakan komersial menjadi relatif mahal namun tetap diminati oleh peternak karena
mudah didapat dan lebih praktis diberikan pada ternak. Pakan komersial
merupakan pakan yang dirancang untuk menghasilkan perkembangan, pertumbuhan,
kesehatan serta penampilan yang optimal karena sudah disusun berdasarkan nilai
kebutuhan nutrisi ternak dari kandungan nutrisi yang lengkap dan berkualitas
namun dalam pakan komersial digunakan antibiotik sebagai salah satu feed
additif (Chopra dan Robert, 2001).
Bahan
pakan berkualitas dalam penyusunan ransum ternak merupakan persyaratan yang
harus dipenuhi. Jagung merupakan bahan pakan sumber energi utama yang sering
digunakan
untuk ransum ayam broiler tetapi harganya relatif mahal dan berfluktuasi karena
diperlukan juga untuk kebutuhan pangan dan bahan baku industri lainya (Kristi, 2019). Kandungan nutrisi jagung
yaitu protein 8.01 %, serat kasar 3.45 %, lemak 7.71 %, dan energi bruto 3.856 kkl/kg (Siabandi
et al., 2018).
Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan penggunaan bahan pakan lain sebagai
pengganti jagung di antaranya
sorgum.
Sorgum
merupakan bahan pakan yang potensial karena memiliki harga yang lebih murah 10%
- 15% walaupun nilai pemberiannya pada
ransum lebih rendah 2-4% dibandingkan jagung (Ronda
et al., 2019). Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Monch) adalah
jenis tanaman serealia yang tahan terhadap kekeringan, serta dapat diproduksi
di seluruh dunia. Sorgum dapat beradaptasi pada tanah dengan kualitas rendah (Sarshad
et al., 2021).
Kandungan
nutrisi yang terkandung dalam biji sorgum yaitu protein 10,40 %, serat kasar
2,50 %, lemak 3,40 %, dan energi metabolis 3.200 kkl/kg
(Oyarekua
and Eleyinmi, 2004).
Dibandingkan dengan jagung, biji sorgum memiliki kadar protein lebih tinggi,
sedangkan kandungan energi atau lemak sorgum relatif lebih rendah dibanding
jagung (Saleh
et al., 2019). Kandungan nutrisi yang
dimiliki biji sorgum yang kaya akan karbohidrat jika dimanfaatkan sebagai pakan
sehingga dapat
menggantikan posisi jagung.
Ayam
broiler merupakan salah satu jenis unggas yang memberikan kontribusi besar
dalam memenuhi kebutuhan protein asal hewani bagi masyarakat. Ayam broiler
berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki beberapa keunggulan, diantaranya masa produksinya relatif singkat, baik modal
dan keuntungan lebih cepat diperoleh dan adanya peningkatan permintaan
masyarakat (Kurniati, 2021). Daging ayam broiler merupakan
jenis komoditas ternak yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai
sumber makanan protein hewani karena harganya lebih ekonomis dibandingkan
dengan harga daging ternak lainnya.
Penelitian
tentang sorgum sudah banyak dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana dampaknya
terhadap performa ayam pedaging. Tores et al., (2013) menyatakan bahwa substitusi 50 % jagung
dengan sorgum dapat memberikan performa pertumbuhan yang baik pada ayam
broiler. Selanjutnya Sukria
et al., (2022)
membuktikan bahwa pemberian 100% sorgum menggantikan jagung dalam campuran
ransum tidak mempengaruhi konsumsi ransum namun dapat menurunkan bobot badan
akhir ayam broiler umur 35 hari.
Berdasarkan
uraian di atas perlu dikaji� penggunaan
tepung sorgum sebagai pengganti tepung jagung dalam ransum ayam broiler� terhadap kinerja� ekonomi mencakup biaya, penerimaan, income over feed cost, efisiensi penggunaan pakan dan efisiensi ekonomi
operasional, untuk itu telah dilakukan�
penelitian dengan judul : �Pengaruh Pemberian Tepung Sorgum sebagai
Pengganti Tepung Jagung terhadap Kinerja Ekonomi Ayam Broiler Fase Finisher�.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di kandang Workshop Unggas Fakultas Peternakan, Kelautan dan
Perikanan Universitas Nusa Cendana. Penelitian ini berlangsung selama enam
bulan yang mencakup persiapan proposal, persiapan materi penelitian, pra
penelitian, pengambilan data, tabulasi dan analisis data, penulisan skripsi dan
artikel, serta pertanggungjawaban skripsi dan publikasi artikel. Pengambilan
data berlangsung selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 20 Februari sampai
26 Maret 2024. Masa pengambilan data berlangsung dalam tiga tahap yakni pra
penelitian, pelaksanaan penelitian,� dan
tahap pengambilan data.
Materi Penelitian
Materi penelitian ini terdiri dari DOC broiler, kandang dan peralatan kandang, serta DOC broiler. Masing-masing materi penelitian diuraikan sebagai berikut:
1. Ternak penelitian
Ternak yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Day Old Chick (DOC) sampai finisher, berjumlah 100
ekor.
2. Peralatan penelitian
Peralatan yang digunakan
pada tahap pemeliharaan
selama penelitian
ini adalah kandang koloni, tempat
pakan, tempat minum, lampu 50
watt untuk pemanas, sekam padi,
koran, desinfektan, kapur, pisau, ember, ember dan timbangan.
3. Bahan
pakan
Bahan pakan yang di gunakan
dalam penelitian ini terdiri dari tepung sorgum yang didapat dari pulau Semau,
jagung kuning, konsentrat broilerproduksi PT Sreea Sewu Indonesia, minyak, lisin, metionin
dan premix .
Pakan
penelitian diberikan pada periode grower (3 � 6
minggu). Pakan penelitian terdiri dari jagung, sorgum, yang diformulasikan isoprotein dan isoenergi
berdasarkan SNI (2015) yaitu protein minimal 19% dan energi metabolis min 3100 kkal/kg. Sedangkan pada umur 1�3 minggu, ayam diberi pakan
komersial CP11. Adapun
kandungan nutrisi bahan pakan dan susunan bahan pakan dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel
2.
Kandungan nutrisi bahan pakan penyusun ransum perlakuan
Bahan(Kg)�������� |
EM(Kkal/kg) |
Protein(%) |
Lemak(%) |
Serat(%) |
Jagung(a) |
3.313 |
9 |
3,8 |
2,5 |
Sorgum), (b) |
3.200 |
10,40 |
3,4 |
2,5 |
Konsentrat(C) |
2.900 |
35 |
5 |
7 |
Minyak� (d)� |
8.600 |
- |
- |
- |
Lisin� |
- |
- |
- |
- |
Mentionin |
- |
- |
- |
- |
Premix |
- |
- |
- |
- |
Sumber
: (a)Amrullah (2004), (b) Oyerakua
and Eleyinmi (2004); (C)
PT. Chaeron Pokphand Indonesia, (d)
NRC, 1994
Tabel 3. Susunan bahan pakan perlakuan
Bahan(Kg)�������� |
P0 ������� |
P1 ������� |
P2������ |
P3 |
Jagung Kuning |
54 |
40,5� ������������������� |
27 |
13,5 |
Sorgum |
-������������������ ��� |
13,5 |
27�������������������� |
40,5 |
Konsentrat |
41 |
41 |
41�� |
41 |
Minyak�� |
2���������������������� |
�2���������������������� |
�2���������������������� |
�2���������������������� |
Lisin� |
1 |
1 |
1 |
1 |
Mentionin |
1 |
1 |
1 |
1 |
Premix |
1��������� |
1 |
1 |
1 |
Total |
100 |
100 |
100 |
100 |
Hasil perhitungan |
||||
EM(Kkal/kg)��������� |
3165.02������������� |
3149.77�������������� |
3134.51����������� |
3119.26 |
PK(%)��� |
19,27����������������� |
19,45����������������� |
19,64���������������� |
19,83� |
LK (%)���� |
4,20������������������� |
4,15������������������� |
4,09������������������ |
4,04�� |
SK (%)������� |
4,36������������������� |
4,36������������������� |
4,36������������������� |
4,36������������������� |
Hasil analisis LAB |
||||
BK (%) |
87,909 |
88,586 |
88,197 |
87,990 |
ABU (%BK) |
9,340 |
8,061 |
7,300 |
7,101 |
PK (% BK) |
18,13 |
18,696 |
19,202 |
19,643 |
LK (%BK) |
5,555 |
4,866 |
4,492 |
4,093 |
SK (% BK) |
4,622 |
4,381 |
4,162 |
4,063 |
EM (Kkal/kg
BK)(*) |
3.206,10 |
3.208,16 |
3.185,53 |
3.163,95 |
Sumber:
data diolah 2024
Sumber:
hasil analisis lab. Kimia pakan Fapet Undana, 2024
(*) Rumus Energi Metabolis = EM = 40,81 (0,87 (PK + 2,25
LK + BETN) + 2,5)
4. Kandang penelitian
Kandang
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang kelompok dengan luas (80
METODE PENELITIAN
Metode
penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen berdasarkan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri atas (4)
perlakuan dan (5) ulangan dan setiap ulangan terdapat 5 ekor ayam sehingga ada
100 ekor
ayam.
Keempat perlakuan tersebut adalah:
P0= 0% sorgum
dalam ransum (100% jagung dalam ransum sebagai kontrol
P1= 25% sorgum
menggantikan jagung dalam ransum
P2=50% sorgum
menggantikan jagung dalam ransum
P3=75% sorgum
menggantikan jagung dalam ransum
Prosedur
penelitian
1.
Persiapan
Pakan
Bahan pakan yang perlu
dipersiapkan dalam penelitian ini terdiri dari tepung sorgum, tepung
jagung kuning,
kosentrat, minyak,
premix, lisin dan metionin.
2.
Persiapan
Kandang
Persiapan
kandang dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama kandang koloni dibersihkan
menggunakan desinfektan, dilakukan pengapuran dan dibiarkan selama satu minggu
sebelum ayam dimasukkan. Setiap kandang perlakuan diberi nomor dipilih secara
acak dengan menggunakan lotre� penempatan
kandang perlakuan. Tahap ke dua
dilakukan pembersihan peralatan kandang seperti tempat pakan dan tempat minum.
Tahap ke tiga �pemasangan lampu pada masing-masing kandang
perlakuan. Tahap ke empat sebelum ayam masuk ke dalam kandang, disiapkan pakan
dan air serta menghidupkan lampu yang berfungsi sebagai pemanas dan saat ayam
datang ditimbang lalu DOC dimasukkan ke dalam kandang.
3.
Pengacakan
Ternak
Penentuan kandang untuk
masing-masing ternak dilakukan secara acak dengan cara pengundian pada setiap perlakuan.
Sebelum pengacakan dimulai, terlebih dahulu dilakukan penimbangan ayam untuk
mendapatkan variasi berat badan awal. Setelah itu dilakukan pemberian
nomor� pada setiap kandang (1-20).
Selanjutnya ternak ayam dimasukkan ke dalam 20 petak sebelum satu minggu
perlakuan yang dilakukan secara acak dan di setiap petak terdiri dari 5 ekor
ayam. Pengacakan adalah salah satu proses yang membuat hukum-hukum peluang yang
dapat diterapkan sehingga data menjadi jernih (Gaspers,
2016).
4.
Proses Pemeliharaan
DOC yang baru datang diberi
air tanpa gula
untuk mengembalikan energi yang hilang selama dalam perjalanan. Kemudian
dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat badan awal. Selanjutnya DOC
dimasukkan ke dalam kandang secara acak.
Parameter yang diukur
Parameter yang diamati dalam penelitian ini yaitu biaya, penerimaan, pendapatan,
IOFC, R/C Ratio, EEPP dan EEO.
IOFC������ = (bobot badan akhir
R/C
�=
EEPP������ = �
EEO������� =
Analisis
Data
Data
yang diperoleh dianalisis
dengan sidik ragam ANOVA berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang dimulai dari menentukan biaya pakan, penerimaan,
pendapatan, R/C Ratio, IOFC, EEPP dan EEO.� Apabila hasil uji menunjukkan adanya pengaruh yang nyata maka dilakukan
uji lanjut menggunakan uji
Duncan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Data rataan biaya pakan,
penerimaan, IOFC, R/C Ratio, EEPP dan EEO pada ayam broiler yang diberi pakan perlakuaan dapat dlihat pada Tabel 5.
Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap biaya pakan,
penerimaan, pendapatan, IOFC, R/C Ratio, EEPP dan EEO
Rataan
setiap parameter yang diukur |
Perlakuaan |
||||
P0 |
P1 |
P2 |
P3 |
P value |
|
Biaya pakan
(Rp/ekor) |
32.945,25a |
33.745,680b |
33.609,3b |
33.926,4b |
0,000 |
Penerimaan (Rp/ekor) |
63.610,00a |
59.600,00a |
58.160,00a |
59.510,00a |
0,317 |
Pendapatan |
33.664,74a |
22.311,58a |
24.550,68a |
25.583,58a |
0,062 |
IOFC
(Rp/ekor) |
32.945,25a |
22.311,58a |
24.550,68a |
25.583,57a |
0,062 |
R/C
Ratio |
�������� 1,93b |
��� 1,60a |
������ 1,73a |
������ 1,75a |
0,010 |
EEPP |
�������� 0,52a |
���� 0,63b |
������� 0,58ab |
������� 0,57ab |
0,014 |
EEO |
�������� 0,34a |
���� 0,39a |
������ 0,38a |
������ 0,37a |
0,106 |
Keterangan: superskrip yang berbeda pada baris yang
sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata ( P<0,05)
Pegaruh Perlakuan terhadap Biaya Pakan
Tabel 5 menunjukkan
bahwa biaya pakan paling tinggi berturut-turut dimulai dari perlakuan P3 (Rp33.926,4/ekor),
P1 (Rp33.745,680/ekor), P2 (Rp33.609,3/ekor)
dan P0 (Rp32.945,25/ekor). Dari rataan di atas terlihat bahwa terjadi
peningkatan biaya pakan akibat harga sorgum yang lebih mahal dari jagung. Pada
saat penelitian ini berlangsung harga jagung Rp 11.000/kg sedangkan sorgum Rp
12.000/kg�
Hasil ANOVA menunjukkan bahwa pemberian tepung sorgum
sebagai pengganti tepung jagung terhadap biaya pakan berpengaruh nyata� (P<0,05). Artinya, pemberian tepung sorgum
sebagai pengganti tepung jagung memberikan pengaruh terhadap biaya pakan yang
dikeluarkan . Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa biaya pakan pada perlakuan P0
berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan P1, P2 dan P3, sedangkan perlakuan
P1, P2 dan P3 tidak berbeda nyata (P>0,05) pada biaya pakan.� Hal ini disebabkan karena rata-rata biaya
pakan yang dikeluarkan pada perlakuan P1, P2 dan P3 relatif sama. Perlakuan
kontrol memiliki biaya relatif lebih rendah karena harga jagung lebih rendah
dari harga sorgum.
Pengaruh Perlakuan terhadap Penerimaan (Rp/Ekor)
Penerimaan dalam usaha peternakan ayam broiler merujuk
pada total pendapatan yang diperoleh dari proses produksi selama satu periode.
Penerimaan ini dianggap sebagai pendapatan kotor bagi peternak sebelum
dikurangi dengan biaya produksi (Kurniati dan Vaulina, 2021). Harga per kg
bobot hidup ayam broiler yang digunakan dalam penelitian adalah Rp. 50.000
sesuai dengan harga pasar.
Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan paling
tinggi berturut-turut dimulai dari perlakuan P0 sebesar Rp63.610, P1 sebesar
Rp59.600, P3 sebesar Rp59.510 dan P2 sebesar Rp58.160. Hal ini disebabkan
karena pada perlakuan P0 memiliki bobot badan akhir yang lebih tinggi
dibandingkan perlakuan P1, P2 dan P3. Sementara itu rendahnya penerimaan pada
perlakuan P2 disebabkan karena rendahnya bobot badan akhir ternak ayam broiler.
Pada Tabel 6 dapat pula dilihat bahwa semakin meningkat level pemberian tepung sorgum
sebagai pengganti tepung jagung terhadap kinerja ekonomi ayam broiler fase finisher maka semakin meningkat pula
penerimaan yang diperoleh.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa penerimaan
yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Laka (2023) yang menggunakan tepung sorgum sebagai pengganti tepung jagung
dalam ransum ayam KUB.
Hasil ANOVA menunjukkan bahwa pemberian tepung sorgum
sebagai pengganti tepung jagung terhadap kinerja ekonomi ayam broiler fase finisher berpengaruh tidak nyata
(P>0,05) terhadap penerimaan ayam broiler. Hal ini berarti bahwa penggunaan
tepung sorgum sebagai pengganti tepung jagung terhadap kinerja ekonomi ayam
broiler fase finisher memberikan
pengaruh yang sama terhadap penerimaan. Faktor yang menyebabkan perlakuan tidak
berpengaruh nyata terhadap penerimaan karena rata-rata bobot badan akhir pada
ayam broiler relatif sama. Besar kecilnya bobot badan akhir ternak ayam broiler
fase finisher dipengaruhi oleh
konsumsi pakan.
Pengaruh
perlakuan terhadap pendapatan
Pendapatan
adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total yang dibutuhkan
selama proses produksi. Rata-rata Pendapatan yang diperoleh sebagai akibat dari
pengaruh pemberian tepung sorgum sebagai penganti tepung jaguang terhadap
kinerja ekonomi ayam broiler fase finisher
dapat diliat pada Tabel 7
Data
pada tabel 7 menujukkan bahwa rata-rata nilai pendapatn tertinggi terdapat pada
perlakuan P0 dengan rata-rata pendapatanya sebesar Rp30.664,74,
sedangkan pendapatan yang terendah terdapat pada perlakuan P1 sebesar
Rp22.311,58. Hal ini disebabkan karena penerimaan yang diperoleh pada perlakuan
P0 lebih tinggi,serta penggunaan biaya produksi relatif lebih rendah dan bobot
badan akhir ternak ayam broiler lebih tinggi, sedagkan pada perlakuan P1,
Penerimaan yang diperoleh lebih rendah. Hal ini terjadi karena di pengaruhi
oleh bobot badan akhir ayam broiler yang rendah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pendapatan yang diperoleh
lebih tinggi dari hasil penelitian Ibrahim dan Usman (2019) yang menggunakan
dedak padi fermentasi dengan nilai pendapatan tertinggi pada perlakuan R2
sebesar Rp14.339. Oleh karena itu penggunaan tepung sorgum sebagai pengganti
tepung jagung terhadap kinerja ekonomi ayam broiler fase finisher lebih menguntungkan dibandingkan dengan menggunkan dedak
padi fermentasi. Hasil ANOVA memperlihatkan bahwa pemberian tepung sorgum
sebagai pengganti tepung jagung sebesar 0%, 25%, 50% dan 75% berpengaruh tidak
nyata terhadap pendapatan (P>0,05). Hal ini berarti bahwa penggunaan tepung
sorgum sebagai pengganti tepung jagung dalam ransum ayam broiler memberikan
pengaruh yang sama terhadap pendapatan. Faktor yang menyebabkan perlakuan tidak
berpengaruh nyata terhadap pendapatan disebabkan penerimaan dari setiap
perlakuan yang relatif sama atau tidak jauh berbeda. Penerimaan dipengaruhi
oleh pertambahan bobot badan, sedangkan besar kecilnya pertambahan bobo badan
dipengaruhi oleh konsumsi pakan.
Pengaruh
Perlakuan terhadap Income Over Feed
Cost (IOFC)
Income Over Feed Cost (IOFC) diperoleh dengan cara menghitung selisih penerimaan yang diperoleh dikurangi biaya ransum. IOFC sangat dipengaruhi oleh konsumsi ransum, bobot badan
akhir, harga ransum dan harga jual ayam (Adriansyah, 2013).
Tabel 8 menunjukkan
bahwa nilai IOFC bervariasi dengan rata-rata umum sebesar Rp26.347,77/kg. Nilai IOFC yang tertinggi terdapat pada perlakuan P0 sebesar
Rp32.945,25/kg, dan terendah terdapat pada perlakuan P1 sebesar Rp22.311,58.
Dapat dilihat pula bahwa semakin meningkat level penggunaan tepung sorgum
sebagai pengganti tepung jagung terhadap kinerja ekonomi ayam broiler fase finisher maka nilai IOFC yang dihasilkan
akan semakin meningkat. Muchlis et al.,
(2021) menegaskan bahwa tolak ukur IOFC adalah konsumsi ransum dan bobot badan
akhir ayam broiler. Yamin (2008) juga menjelaskan
bahwa nilai IOFC sangat ditentukan oleh bobot tubuh yang dihasilkan di mana
semakin tinggi bobot tubuh, semakin besar pula nilai jual yang diperoleh. Nilai
IOFC yang tinggi akan meningkatkan keuntungan dari peternakan ayam broiler.
Hasil ANOVA menunjukkan bahwa pemberian
tepung sorgum sebagai pengganti tepung jagung terhadap kinerja ekonomi ayam
broiler fase finisher pada level 100% tepung jagung sebagai kontrol pada perlakuan P0 sedangkan
25% tepung sorgum pada perlakuan P1, 50% tepung sorgum pada perakuan P2 dan 75%
tepung sorgum pada perlakuan P3 dalam ransum ayam broiler umur 3-6 minggu
berpengaruh tidak nyata terhadap nilai IOFC. Faktor yang menyebabkan
berpengaruh tidak nyata terhadap nilai IOFC disebabkan penerimaan setiap perlakuan
relatif sama.
Pengaruh Perlakuan terhadap Revenue Cost
Ratio (R/C Ratio)
Revenue Cost
Ratio (R/C Ratio) merupakan nilai perbandingan antara total
pendapatan dengan total biaya. Total biaya menganalisis bahwa usaha yang
dijalakan layak untuk diusahakan atau menguntungkan dari aspek finansialnya.
Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai R/C yang diperoleh adalah
Rp1,75. Hal ini berarti bahwa setiap Rp1,- biaya yang dikeluarkan dalam suatu
proses produksi ayam broiler akan diperoleh penerimaan sebesar Rp1,75. Dengan
kata lain, penerimaan yang diperoleh lebih besar dari pada pengeluaran atau
biaya. Dengan demikian usaha ayam broiler tersebut yang menggunakan paket
teknologi ini disebut menguntungkan Rp1,75.
Hasil ANOVA menunjukkan bahwa pemberian tepung sorgum
sebagai pengganti tepung jagung terhadap kinerja ekonomi ayam broiler fase finisher berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap R/C yang diperoleh. Artinya, usaha ternak ayam broiler pada penelitian
ini layak dikembangkan. Hal ini karena semakin besar nilai R/C maka semakin
besar pula penerimaan yang diperoleh peternak. Keadaan� ini sesuai dengan penelitian Agustian (2020) tentang analisis usaha
peternakan ayam broiler di Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru sebesar
1,07>1. Ratio ini dapat diartikan bahwa usaha ternak ayam broiler cukup
menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.�
Berdasarkan uji lanjut Duncan pada perlakuan P1, P2 dan P3 berbeda nyata
dengan P0. Hal tersebut disebabkan karena biaya yang dikeluarkan pada P0 lebih
kecil, sementara penerimaannya lebih besar dibandingkan pada perlakuan P1, P2
dan P3.
Pengaruh Perlakuan terhadap Efisiensi Ekonomi
Penggunaan Pakan (EEPP)
Efisiensi ekonomi penggunaan pakan (EEPP) adalah perbadingan antara input yaitu
konsumsi ransum dengan output yaitu penerimaan yang
diperoleh dari nilai pertambahan bobot badan (PBB). Pengaruh
pemberian tepung sorgum sebagai pengganti tepung jagung terhadap kinerja
ekonomi ayam broiler fase finisher
terhadap efisiensi ekonomi penggunaan pakan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 10 menunjukkan bahwa rataan efisiensi P0 (0,52), P1 (0,63), P2 (0,58) dan P3 (0,57). Efisiensi
penggunaan pakan pada Tabel 9 menunjukkan bahwa total EEPP yang terbaik
terdapat pada perlakuan P0 diperoleh nilai sebesar (0,52), artinya untuk
menghasilkan 1 kg pertambahan berat badan Rp.63.610 dibutuhkan ransum senilai
0,52 dikali Rp. 63.610 yaitu Rp.33.077. Pada perlakuan P3 diperoleh nilai
sebesar 0, 57 artinya untuk menghasilkan 1 kg pertambahan berat badan senilai
Rp. 63.610 dibutuhkan ransum 0,57 dikali Rp. 63.610 yaitu Rp. 36.257. Pada
perlakuan P2 diperoleh nilai sebesar 0,58 artinya, untuk menghasilkan 1 kg
pertambahan berat badan senilai Rp. 63.610 dibutuhkan ransum sebesar 0,58
dikali Rp. 63.610 yaitu Rp. 36.893. Pada perlakuan P1 diperoleh nilai sebesar
0,63 artinya, untuk menghasilkan pertambahan berat badan senilai RP. 63.610
dibutuhkan ransum sebesar 0,63 dikali Rp. 63.610 yaitu Rp.40.074.
Berdasarkan pendapat Soekartawi (2003) yang
menyatakan bahwa suatu perlakuan dinyatakan efisien apabila efisiensi ekonomi
<1 dan dari keempat perlakuan yang memiliki nilai paling rendah adalah P0,
maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan P0 secara ekonomi lebih efisien dari
pada perlakuan P3, P2 dan P1. Hal ini disebabkan karena biaya ransum yang
dikeluarkan untuk ternak P0 lebih kecil namun nilai PBB yang diterima lebih
besar daripada perlakuan P1, P2 dan P3.
Berdasarkan hasil analisis ragam (ANOVA)
menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan terhadap efisiensi ekonomi penggunaan
pakan (EEPP) berpengaruh nyata (P<0,05). Artinya bahwa pemberian tepung
sorgum sebagai pengganti tepung jagung terhadap kinerja ekonomi ayam broiler
fase finisher memberikan pengaruh terhadap nilai EEPP.
Dengan kata lain, pemberian tepung sorgum dengan level pemberian 25%, 50% dan
75% tersebut memberikan pengaruh yang sama terhadap nilai EEPP. Berdasarkan uji
lanjut Duncan pada perlakuan P0 berbeda nyata dengan perlakuan P1, sementara
perlakuan P3 dan P2 tidak berbeda nyata.
Pengaruh Perlakuan terhadap Efisiensi Ekonomi
Operasional (EEO)
Efisiensi ekonomi dalam usaha peternakan menurut Nasution
(2011) adalah hasil yang diperoleh dari perbandingan antara input dengan
output. Oleh karena itu efisiensi merupakan ratio antara input dengan output.
Suatu kegiatan produksi dinyatakan efisien bila biaya produksi yang
dimanfaatkan dalam proses produksi tersebut lebih rendah dari yang lainnya
dalam menghasilkan produk. Biaya input adalah biaya operasional sedangkan biaya
output adalah biaya untuk menghasilkan pertambahan bobot badan ternak. Nilai
EEO setiap perlakuan dari peelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Efisiensi ekonomi operasional
(EEO) dari Tabel 10 menunjukkan bahwa rata-rata EEO yang tertinggi terdapat
pada perlakuan P0. Artinya untuk menghasilkan 1 kg pertambahan berat badan
senilai Rp. 63.610 dibutuhkan ransum senilai 0,34 dikali Rp63.610 yaitu Rp.
21.627. Pada perlakuan P3 diperoleh nilai sebesar 0,37 artinya untuk
menghasilkan 1 kg� pertambahan berat
badan senilai Rp63.610 dibutuhkan ransum sebesar 0,37 dikali Rp63.610 yaitu
Rp23.535. Pada perlakuan P2 diperoleh nilai sebesar 0,38 artinya untuk menghasilkan
1 kg� pertambahan berat badan senilai
Rp63.610 dibutuhkan ransum sebesar 0,38 dikali Rp63.610 yaitu Rp24.171.� Pada perlakuan P1 diperoleh nilai sebesar
0,39 artinya untuk menghasilkan 1 kg�
pertambahan berat badan senilai Rp63.610 dibutuhkan ransum sebesar 0,39
dikali Rp63.610 yaitu Rp24.807.�
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai EEO ayam broiler
umur 3-6 minggu dari semua perlakuan yang dicoba kurang dari satu (EE0<1)
yang berarti efisiensi operasional faktor produksinya lebih efisien atau tidak
mengalami kerugian.
Berdasarkan hasil ragam (ANOVA)
diketahui bahwa pemberian tepung sorgum sebagai pengganti tepung jagung
terhadap kinerja ekonomi ayam broiler fase grower
dengan level pemberian 25%, 50%, dan 75% berpengaruh tidak nyata
(P>0,05)� terhadap efisiensi ekonomi
operasional (EEO). Berpengaruh tidak nyatanya nilai EEO diduga dipengaruhi oleh
nilai bobot akhir ayam belum mencapai bobot badan jual atau ayam masih dalam
masa pertumbuhan. Nasution (2011) menyatakan bahwa jika nilai EEO kurang dari
satu (EEO<1) artinya efisien atau menguntungkan dan jika lebih dari satu
(EEO>1) artinya tidak efisien atau rugi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
pemberian tepung sorgum sampai 75 %�
sebagai pengganti jagung menyebabkan biaya pakan, Efisiensi Ekonomi
Penggunaan Pakan meningkat dan menurunkan R/C tetapi memberikan pengaruh yang
sama pada penerimaan, pendapatan, Income
Over Feed Cost dan Efisien Ekonomi Operasional.
DAFTAR PUSTAKA
Adriansyah,
2013. Rancang Bangun Prototipe Elevator menggunakan Microcontroler Arduin atau
ATMega328. Jurnal Teknik Elektro, 120-132, Vol.4 No.3.
Agustian,
2020. "Analisis Usaha Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan Tenayan Raya
Kota Pekan Baru".
Chopra, I. and M.
Robert. 2001. Tetracycline Antibiotiks: mode of action, application, moleculer
biology, and epidemiology of bacterial resistances. Microbiology and Molecular
Biology Reviews. 62: 232- 260.
Fatmawati, Erlin Widya.
2022. �Studi Kelayakan Usaha Ternak Ayam Broiler Di Desa Badal Kecamatan
Ngadiluwih Kabupaten Kediri.� AVES: Jurnal Ilmu Peternakan 16(1):1�10. doi: 10.35457/aves.v16i1.2244.
Fitro
R.,D Sudrajad dan E Dihansih. 2015. Performa ayam pedaging yang diber ransum
komersial mengandung Tepung ampas Kurma�
Sebagai pengganti Jagung. Jurnal Peternakan Nusantara 1(1): 2422-2541
Gaspers,
2016. Total Quality Management (3rd Edition). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Ibrahim,
I., dan Usman, U. 2019. Efisiensi ransum dengan penggunaan dedak padi
fermentasi pada ayam kampung fase pertumbuhan. Tolis Ilmiah: Jurnal Penelitian,
1(2), 124-129.
Laka
K.I. 2023. "Kinerja Ekonomi Pemberian Tepung Sorgum Sebagai Pengganti
Tepung Jagung Dalam Ransum Ayam KUB. Skripsi Fakultas Peternakan, Kelautan dan
Perikanan Universitas Nusa Cendana. Kupang.
Nasution MN . 2011.
"Metode data evelopmen analisis (DEA)". Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Jawa Tengah.
Kristi.
2019. �Retensi Nitrogen Dan Energi Metabolis Ransum Pada Ayam Broiler Yang
Menggunakan Tepung Sorgum (Shorgum Bicolor (L). Moench) Sebagai Pengganti
Jagung.� 39:1:57-67.
Kurniati.
2021. �Analisis Ekonomi Peternakan Ayam Broiler Di Kota Pekan Baru.�
Muchlis. 2021.
"Implementasi Islamic Corporate Governance dalam Mengevaluasi Corporate
Social Responsbility" Jurnal Akuntansi dan Governance Vol.1 No.2 hal. 121
s/d 129.
Oyarekua and Eleyinmi.
2004. �Comparative Evaluation of the Nutritional Quality of Corn, Sorghum and
Millet Ogi Prepared by a Modified Traditional Technique. Food Agric Environ.� 2
(2):94�99.
Saleh et al. 2019. �The
Effects of Replacing Corn with Low-Tannin Sorghum in Broiler�s Diet on Growth
Performance, Nutrient Digestibilities, Lipid Peroxidation and Gene Expressions
Related to Growth.�
Sarshad, Assad, Daryush
Talei, Masoud Torabi, Farnaz Rafiei, and Parisa Nejatkhah. 2021. �Morphological
and Biochemical Responses of Sorghum Bicolor (L.) Moench under Drought Stress.�
SN Applied Sciences 3(1):1�12. doi: 10.1007/s42452-020-03977-4.
Siabandi et al. 2018. �Retensi
Nitrogen Dan Energi Metabolis Ransum Broiler Yang Mengandung Tepung Silase
Kulit Pisang Kepok (Musa Paradisiaca Formatypica).� 38 (1):226�223.
Soekartawi,
2003 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-Douglas. Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada.
Sukria,
H. A., S. T. Risyahadi, R. S. Aditama, and M. H. Salahuddin. 2022. �J i n t P.�
20(2):66�72.
Torres,K.A.A.M.
Pizauro, C.P. Soares,G.A Silva, W.C.L. Noguera, D.M.B.Campos, R.L. Furlan,
M.Macari 2013. Effects
of corn replacement by soeghum in broiler diets on performance and intestinal
mucosa integrity. Journal of Poultry Science�
92: 1564-1571.
Yamin, 2008. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta : Gaung Persada Press.
|
|