Bukti Kebenaran Al-Qur�an Tentang Adanya Kebangkitan Pada Hari Kiamat

 

Proof of the Qur'an's Truth About the Resurrection on the Day of Resurrection

 

1)* Damanhuri, 2) Abdur Rokhim Hasan, 3) Abd. muid N

123Universitas PTIQ Jakarta, Indonesia

 

*Email: [email protected]

*Correspondence: Damanhuri

 

DOI: 10.59141/comserva.v4i6.2492

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji konsep hari kebangkitan menurut Al-Qur�an, hadis, dan akal rasional. Kepercayaan terhadap hari kebangkitan merupakan bagian dari rukun iman yang mendasar dalam Islam, dimana setiap manusia akan dihidupkan kembali setelah mati untuk diadili sesuai amal perbuatannya. Dalam berbagai ayat dan hadis, hari kebangkitan dijelaskan secara detail, termasuk proses tiupan sangkakala yang menandai kehancuran alam semesta dan kebangkitan seluruh umat manusia di hadapan Allah. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan (library research) dengan Al-Qur�an dan kitab-kitab tafsir sebagai sumber utama. Hasilnya menunjukkan bahwa hari kebangkitan adalah suatu kepastian dalam Islam dan merupakan keniscayaan dalam sistem alam semesta yang dinamis. Selain itu, untuk membuktikan konsep hari kebangkitan bagi orang-orang yang tidak beriman atau ateis, pendekatan akal dan rasional analogi dapat digunakan. Pendekatan ini mempertimbangkan penegakan keadilan sejati yang hanya dapat diwujudkan di akhirat, ketika semua perbuatan manusia diadili secara adil oleh Allah, yang Maha Adil dan tidak dapat dihalangi oleh kekuatan apapun.

 

Kata kunci: Bukti Kebenaran, Al-Qur�an, Hari Kiamat.

 

 

ABSTRACT

This study examines the concept of resurrection according to the Qur'an, hadith, and rational thought. Belief in resurrection is a fundamental aspect of Islamic faith, where each person will be brought back to life after death to be judged according to their deeds. In various verses and hadiths, the resurrection day is explained in detail, including the blowing of the trumpet that signals the destruction of the universe and the resurrection of all humankind before Allah. This research uses library research methodology, with the Qur'an and various interpretative texts as primary sources. The findings indicate that resurrection is an undeniable certainty in Islam and an inevitable part of a dynamic universe. Additionally, for those who do not believe in resurrection or are atheists, rational analogies can be applied to demonstrate its necessity. This approach considers the pursuit of ultimate justice, which can only be realized in the afterlife, where all human actions will be judged fairly by Allah, the Most Just, who cannot be influenced by any power or material means.

 

Keywords: Proof of Truth, Qur'an, Day of Resurrection.

 

 

 

 

 

PENDAHULUAN

Al-Qur�an yang sebagian besarnya isinya banyak menceritakan tentang keadaan umat-umat terdahulu, para nabi dan rasul, peristiwa yang menimpa umat terdahulu seperti angin topan, banjir yang terjadi pada kaum nabi Nuh dan kaum lainnya dan� tak kalah penting diceritakan pula di dalamnya tentang peristiwa terjadinya hari kiamat (Jafari & Scott, 2014).

Salah satu bagian dari ark�n al-�man (rukun iman) yang harus diyakini oleh setiap mukmin yakni percaya akan adanya hari akhir, di samping di dalamnya percaya kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para nabi dan rasul serta takdir baik dan buruk yang menimpa manusia (McClain-Jacobson et al., 2004).

Dalam ilmu tauhid ada tiga perkara yang dibicarakan, pertama tentang masalah ketuhanan (al-Il�hiyy�t), kedua tentang masalah kenabian (al-Nubuww�t), ketiga tentang masalah hal-hal yang gaib (al-Ghaybiyy�t)� dan perkara yang gaib ini sering dikatakan dalam al-Qur�an, sebagaimana firman-Nya (McClure, 2017):

ألمّ (١) ذَالِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ (٢) الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلَوةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ

يُنْفِقُوْنَ (٣)

Alif l�m m�m, Kitab (al-Qur�an) ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang takwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka. (al-Baqarah/2 : 1-3)

Adapun makna الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ pada ayat di atas ialah mereka yang beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul dan hari akhir, surga dan neraka, pertemuan-Nya, dan beriman kepada kehidupan setelah mati dan peristiwa hari kebangkitan.

Jelas bahwa hari akhir yang di dalamnya mencakup hari kebangkitan, termasuk dalam perkara yang gaib yang harus diimani dan diyakini, karna iman kepada hal yang gaib merupakan tingkatan iman yang paling tinggi, dengan diberi gelar dalam al-Qur�an al-Muttaq�n (orang-orang yang bertakwa) (Gillespie, 2015). Adapun al-Ghaybiyy�t adalah sebuah perkara yang tidak dapat diketahui kecuali lewat al-Qur�an dan hadis, atau melalui penjelasan dari nabi Muhamad, sebab logika manusia tidak akan sanggup dan sampai untuk mencapai pengetahuan hal yang gaib tanpa bantuan keduanya.

Hari akhir atau hari kiamat adalah unsur-unsur pokok dari elemen-elemen akidah, lebih dari itu iman kepadanya merupakan unsur yang terpenting setelah mempercayai Allah hal ini dapat dijelaskan bahwa iman kepada Allah akan menimbulkan keyakinan pada sumber yang pertama, yang dari-Nya tercipta seluruh alam semesta beserta isinya. Sedang iman kepada hari kiamat akan menguatkan keimanan, bagaimana akhir kesudahan seluruh materi yang pernah ada di alam dunia ini (Beale & Creed, 2009).

Memang ada hal pokok yang berkaitan dengan keimanan yang mengambil tempat tidak sedikit dalam ayat-ayat al-Qur�an, pertama adalah uraian serta pembuktian tentang keesaan Allah dan, kedua adalah uraian dan pembuktian tentang hari akhir (Willard & Norenzayan, 2013).� Al-Qur�an dan hadis nabi tidak sedikit menyebutkan dua hal yang bersamaan dan untuk mewakili rukun-rukun iman yang lainnya. Seperti disebutkan dalam beberapa ayat al-Qur�an :

(47)�� � �وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْاَرْضَ بَارِزَةً وَّحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا�

� Dan ingatlah pada hari ketika kami perjalankan gunung-gunung dan engkau akan melihat bumi itu rata dan kami kumpulkan mereka seluruh manusia, dan tidak kami tinggalkan seorang pun dari mereka�.(al-Kahfi /18:47)

(8)� � وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُوْلُ آمَنَّا باِللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَاهُمْ بِمُؤْمِنِيْنَ �

� Di antara manusia ada yang mengatakan : �Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman�� (al-Baqarah /2 : 8)

إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالصَّابِؤُوْنَ وَالنَّصَارَى مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلِ صَالِحًا فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ

وَلاَهُمْ يَحْزَنُوْنَ (69)

Sesungguhnya orang-orang mukmin dan orang-orang yahudi, Shabi��n dan orang-orang Nasrani, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati (al-M�idah/5: 69)

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ (18)

Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian (at-Taubah/9: 18)

Dalam hadis-Nya nabi bersabda, yang diriwayatkan oleh al-Bukhari� dan Muslim� melalui Abu Hurairah� :

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَن

كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا اَوْ لِيَصْمُتْ. (رواه البخاري ومسلم)

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah bersabda : barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menghormati tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah maka hendaklah ia berkata benar atau diam.� (H.R. Bukhari Muslim)

Ayat-ayat al-Qur�an dan nash hadis di atas menjelaskan bahwa beriman kepada Allah dan hari akhir mencakup seluruh hal-hal yang gaib, termasuk di dalamnya peristiwa hari kebangkitan, untuk dapat mempercayai adanya hari akhir seseorang harus terlebih dahulu percaya bahwa setelah mati orang akan dibangkitkan untuk hidup lagi dan hidup yang terakhir sifatnya kekal abadi tanpa akhir (Husain, 1998).

Oleh karena itu percaya atau tidaknya seseorang pada kehidupan akhirat tergantung kepada percaya atau tidaknya seseorang kepada hari dibangkitkannya kembali semua manusia yang telah mati, di mana sebelum terjadinya peristiwa hari kebangkitan, alam semesta beserta isinya akan� dihancurkan kemudian barulah setelah itu seluruh manusia, mulai dari manusia pertama nabiyullah Adam hingga manusia akhir zaman, kemudian dikumpulkannya semua manusia di hadapan Allah dan dihitung semua amal perbuatannya serta dimintai pertanggung jawabannya atas segala apa yang telah dilakukannya di alam dunia (Thalbourne, 1996).

Dalam al-Qur�an sering kali diceritakan proses terjadinya hari kebangkitan manusia dari tidurnya, sebagaimana firman Allah :

وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَصَعِقَ مَنْ فِى السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِى الاَرْضِ اِلاَّ مَنْ شَاءَ اللَّه ثُمَّ نُفِخَ فِيْهِ اُخْرَى فَاِذَا هُمْ قِيَامٌ يَّنْظُرُوْنَ

(68)

Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang dilangit dan dibumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah, kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (az-Zumar /39: 68)

Dan di ayat lain dikatakan :

مَا يَنْظُرُوْنَ اِلاَّ صَيْحَةً وَّاحِدَةً تَأْخُذُهُم ْوَهُمْ يَخِصِّمُوْنَ (٤٩) فَلاَ يَسْتَطِيْعُوْنَ تَوْصِيَةً وَّلاَ اِلَى اَهْلِهِمْ يَرْجِعُوْنَ (٥٠)

وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَاِذَا هُمْ مِنَ الاَجْدَاثِ اِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُوْنَ (٥١)

Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja yang membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar, lalu mereka tidak kuasa membuat satu wasiatpun dan tidak pula dapat kembali kepada keluarganya, dan tiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) tuhan mereka. (Y�s�n/36: 49-51)

Kedua ayat di atas, menjelaskan dengan gamblang tentang peristiwa adanya hari kebangkitan, sebagaimana diceritakan sebelum terjadinya kebangkitan manusia dari kuburnya masing-masing, diawali dengan tiupan sangkakala yang pertama yang ditandai dengan hancurnya alam semesta akibat goncangan yang sangat dahsyat, ketika itu manusia dan alam bagaikan kertas atau bulu-bulu yang berterbangan,� dan dilanjutkan dengan dibangkitkannya manusia dari kuburnya masing-masing secara kolektif dan serentak, kemudian seluruh manusia dikumpulkan di padang mahsyar untuk ditindak lanjuti dengan perhitungan amal kebaikan dan keburukan manusia, hingga pada akhirnya orang-orang yang taat mendapatkan kebaikannya berupa surga dan orang-orang yang ingkar dari keingkarannya yaitu neraka, dimana semua itu telah digambarkan secara jelas dan gamblang dalam al-Qur�an(Farrant & Moore, 2011).

 

METODE PENELITIAN

Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan (Library Research) (Uphoff et al., 2008): karena semua datanya bersumber dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan langsung dan tidak langsung pada topik yang dibahas, karena studi ini secara langsung berkaitan dengan al-Qur�an, maka sumber utama dan pertama adalah kitab suci al-Qur�an, mushaf yang digunakan sebagai pegangan adalah al-Qur�an dan terjemahnya cetakan mujamma� al-Malik Fahd Littiba�at al-Mushaf al-Syarif, kerajaan Saudi arabia, dan sumber-sumber lainnya ialah kitab tafsir yang dianggap memadai, seperti : tafsir al-Qur��n al �Azh�m karya Ibnu Katsir, tafsir Mar�h Labid karya Syeikh Nawawi al-Bantani, tafsir al-Misb�h karya Quraish shihab dan lain-lainnya. Adapun data-data penunjang seperti kitab-kitab hadis, seperti Shah�h al-Bukh�ri karya al-Bukhari, Sh�hih Musl�m karya Muslim, Sunan Ab� Dawud karya Abu Daud, Sunan Tirm�dz� karya Imam tirmidzi, At-Tadzkirah karya Imam Syamsuddin Al-Qurthubi, Al-Hikam karya As-Syaikh Ibnu �Ath�ill�h As-Sakandari, Tanb�hul Gh�fil�n karya Imam Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi, Durratun N�shih�n karya Utsman bin Hasan bin Ahmad As-Syakir Al-Khaubawi, Ahw�l al-Qub�r wa Ahw�l Ahliha Il� al-Nusy�r oleh Ibnu Rajab dan kitab-kitab hadis lainnya serta tulisan-tulisan, buku-buku atau tesis yang berkaitan dengan pembahasan tentang hari kebangkitan.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut bahasa hari kebangkitan memiliki tiga nama, Yaumul Ba�ts (hari kebangkitan), Yaumul Ma��d (hari kembali), Yaumul Nusy�r (hari bangkit), namun yang sering dikenal ialah Yaumul Ba�ts, yang berasal dari kata Ba�atsa (بَعَثَ) dalam al-Q�m�s al-Qaw�m sinonimnya adalah Arsala(أَرْسَلَ)� yang berarti mengutus atau mengeluarkan, seperti; Ba�atsall�hul Maut�, artinya Allah mengeluarkan orang-orang mati dari kubur dalam keadaan hidup.� Hari kebangkitan atau Yaumul Ba�ts adalah saat dimana segala yang mati akan hidup kembali. Mereka dikeluarkan dari alam kubur untuk dihisab seluruh amal perbuatannya dihadapan Allah.�

Secara teologis hari kebangkitan ialah satu fase terakhir dari hidup manusia (Olsen, 2016). Hari kebangkitan terjadi hanya satu kali dan menandakan akan dimulainya alam yang besar dan agung dari seluruh tingkatan alam semesta (Asami et al., 2018). Hari kebangkitan akan datang tiba-tiba, pada saat itu seluruh manusia akan dihidupkan kembali dan diadili sesuai dengan perbuatan yang mereka lakukan selama di alam dunia (Prioreschi, 2001).� Sesuai firman Allah dalam surat an-Naml ayat 87:

وَيَوْمَ يُنفَخُ فِى ٱلصُّورِ فَفَزِعَ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَن فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا مَن شَآءَ ٱللَّهُ ۚ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَٰخِرِينَ

�Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri�. (an-Naml/27: 87)

Dan saat bumi bergoncang, manusia seperti mabuk, setiap anak dalam kandungan ibunya berguguran, setiap anak susuan dibiarkan tertinggal, anak yang sedikit besar menjadi beruban, setan lari tunggang langgang, hal itu tidak sebentar masa berlakunya, hingga Israfil meniup terompet yang kedua kalinya (Brickell, 2008).� Firman Allah:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ ۚ إِنَّ زَلْزَلَةَ ٱلسَّاعَةِ شَىْءٌ عَظِيمٌ (1) يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّآ أَرْضَعَتْ

وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى ٱلنَّاسَ سُكَٰرَىٰ وَمَا هُم بِسُكَٰرَىٰ وَلَٰكِنَّ عَذَابَ ٱللَّهِ شَدِيدٌ (2)

�Hai umat manusia, takutlah kepada tuhanmu, bahwasanya ������� goncangan hari kiamat adalah suatu perisiwa yang sangat dahsyat�. (1). �(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras�. (2). (al-Hajj/22: 1-2)

Kebangkitan adalah keniscayaan dan tidak dapat dihindari (Watkin, 1990). Karena realistis semesta dalam kehidupan ini tidaklah tetap. Itulah ketetapan Allah yang menjadi dasar kehidupan dunia.� Menurut Syaikh Umar Sulaiman al-Asyqar, yang di maksud al-Ba�ts ialah tempat kembalinya badan dan dan dihidupkannya manusia kembali ketika Allah memerintahkan Israfil untuk meniup Sangkakala yang kedua, maka ruh-ruh kembali pada jasadnya dan manusia berdiri menghadap Allah.� Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah surat az-Zumar ayat 68:

وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَصَعِقَ مَنْ فِى السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِى الاَرْضِ اِلاَّ مَنْ شَاءَ اللَّه ثُمَّ نُفِخَ فِيْهِ اُخْرَى فَاِذَا هُمْ قِيَامٌ يَّنْظُرُوْنَ

(68)

Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang dilangit dan dibumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah, kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (az-Zumar /39: 68)

Mereka yang tetap hidup (dikecualikan dalam ayat tersebut) orang-orang yang mati syahid. Dan menurut lainnya adalah: Mikail, Israfil dan malaikat maut, mereka ditanya oleh Allah: �Siapa makhluk-Ku yang masih hidup? Jawabnya: �Tuhan, Engkaulah yang hidup kekal, sedang saat ini yang belum mati adalah: Jibril, Mikail, Israfil, Penanggung jawab �Arasy dan aku, lalu malakul maut ditugaskan membinasakan mereka�.

Dari beberapa definisi dan penjelasan ayat serta hadis di atas, yakni tentang hari kebangkitan, maka jelaslah bagi manusia bahwa ada suatu hari yang menjadi penentu atas perbuatan yang telah kita lakukan yang menunjukan tentang keadaan hari kebangkitan. Untuk itu manusia wajib beriman atas adanya hari kebangkitan dan selalu berbuat kebaikan agar mendapatkan kenikmatan di akhirat kelak dan mendapat kemudahan ketika dicabutnya ruh dari badan.

 

KESIMPULAN

Hari kebangkitan akan datang secara tiba-tiba, di mana seluruh manusia akan dihidupkan kembali dan diadili sesuai dengan perbuatan mereka selama di dunia. Kebangkitan adalah keniscayaan yang tidak dapat dihindari karena realitas semesta dalam kehidupan ini tidaklah tetap, dan ini merupakan ketetapan Allah sebagai dasar kehidupan dunia. Menurut Syaikh Umar Sulaiman al-Asyqar, al-Ba�ats adalah ketika ruh-ruh kembali pada jasad mereka setelah tiupan sangkakala kedua oleh Israfil, dan manusia berdiri menghadap Allah untuk diadili. Hari kebangkitan adalah hari di mana umat manusia dibangkitkan setelah kematian dan akan dihakimi oleh Allah SWT. Namun, bagi orang yang tidak percaya kepada Tuhan, mereka beranggapan bahwa hidup hanya terjadi sekali dan tidak ada kehidupan setelah mati. Untuk membuktikan adanya hari kebangkitan kepada orang ateis, tiga metode dapat digunakan: al-Qur�an, hadis, dan rasional analogi. Untuk membuktikan kepada ateis, rasionalitas digunakan karena mereka tidak percaya kepada Tuhan kecuali dengan bukti rasional. Langkah pertama adalah menanyakan apakah mencuri itu baik atau buruk, yang pada dasarnya manusia akan menganggap mencuri itu buruk karena merugikan orang lain. Langkah kedua membantah bahwa mencuri itu baik bagi pencuri karena hasilnya menguntungkan, meskipun ada risiko ditangkap. Langkah ketiga adalah memberikan analogi bahwa jika seorang mafia nomor satu di dunia melakukan kejahatan tanpa ditindak oleh aparat, akan ada ketidakadilan. Oleh karena itu, setelah dunia hancur, akan ada hari kebangkitan di mana semua manusia diadili oleh Allah SWT dengan seadil-adilnya karena Allah Maha Adil dan tidak ada yang bisa membungkam-Nya.

 

DAFTAR PUSTAKA

Asami, P., Mundree, S., & Williams, B. (2018). Saving for a rainy day: control of energy needs in resurrection plants. Plant Science, 271, 62�66.

Beale, R., & Creed, C. (2009). Affective interaction: How emotional agents affect users. International Journal of Human-Computer Studies, 67(9), 755�776.

Brickell, K. (2008). �Fire in the House�: Gendered experiences of drunkenness and violence in Siem Reap, Cambodia. Geoforum, 39(5), 1667�1675.

Farrant, J. M., & Moore, J. P. (2011). Programming desiccation-tolerance: from plants to seeds to resurrection plants. Current Opinion in Plant Biology, 14(3), 340�345.

Gillespie, D. (2015). Filming the Classics: Tolstoy�s Resurrection as �Thaw�Narrative. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 200, 11�19.

Husain, S. A. (1998). Religion and mental health from the Muslim perspective. In Handbook of religion and mental health (pp. 279�290). Elsevier.

Jafari, J., & Scott, N. (2014). Muslim world and its tourisms. Annals of Tourism Research, 44, 1�19.

McClain-Jacobson, C., Rosenfeld, B., Kosinski, A., Pessin, H., Cimino, J. E., & Breitbart, W. (2004). Belief in an afterlife, spiritual well-being and end-of-life despair in patients with advanced cancer. General Hospital Psychiatry, 26(6), 484�486.

McClure, P. K. (2017). Something besides monotheism: Sociotheological boundary work among the spiritual, but not religious. Poetics, 62, 53�65.

Olsen, D. H. (2016). The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints, their �three-fold mission,� and practical and pastoral theology. Practical Matters, 9.

Prioreschi, P. (2001). Determinants of the revival of dissection of the human body in the Middle Ages. Medical Hypotheses, 56(2), 229�234.

Thalbourne, M. A. (1996). Belief in life after death: Psychological origins and influences. Personality and Individual Differences, 21(6), 1043�1045.

Uphoff, N., Kassam, A., & Stoop, W. (2008). A critical assessment of a desk study comparing crop production systems: The example of the �system of rice intensification�versus �best management practice.� Field Crops Research, 108(1), 109�114.

Watkin, J. (1990). Kierkegaard�s view of death. History of European Ideas, 12(1), 65�78.

Willard, A. K., & Norenzayan, A. (2013). Cognitive biases explain religious belief, paranormal belief, and belief in life�s purpose. Cognition, 129(2), 379�391.

 

 

https://jurnal.syntax-idea.co.id/public/site/images/idea/88x31.png� 2022 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).