Bukti Kebenaran Al-Qur�an Tentang Adanya Kebangkitan Pada
Hari Kiamat
Proof
of the Qur'an's Truth About the Resurrection on the Day of Resurrection
1)* Damanhuri,
2) Abdur Rokhim Hasan, 3) Abd. muid N
123Universitas PTIQ Jakarta, Indonesia
*Email: [email protected]
*Correspondence: Damanhuri
DOI: 10.59141/comserva.v4i6.2492 |
ABSTRAK Penelitian
ini mengkaji konsep hari kebangkitan menurut Al-Qur�an, hadis, dan akal
rasional. Kepercayaan terhadap hari kebangkitan merupakan bagian dari rukun
iman yang mendasar dalam Islam, dimana setiap manusia akan dihidupkan kembali
setelah mati untuk diadili sesuai amal perbuatannya. Dalam berbagai ayat dan
hadis, hari kebangkitan dijelaskan secara detail, termasuk proses tiupan
sangkakala yang menandai kehancuran alam semesta dan kebangkitan seluruh umat
manusia di hadapan Allah. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan
(library research) dengan Al-Qur�an dan kitab-kitab tafsir sebagai sumber
utama. Hasilnya menunjukkan bahwa hari kebangkitan adalah suatu kepastian
dalam Islam dan merupakan keniscayaan dalam sistem alam semesta yang dinamis.
Selain itu, untuk membuktikan konsep hari kebangkitan bagi orang-orang yang
tidak beriman atau ateis, pendekatan akal dan rasional analogi dapat
digunakan. Pendekatan ini mempertimbangkan penegakan keadilan sejati yang
hanya dapat diwujudkan di akhirat, ketika semua perbuatan manusia diadili
secara adil oleh Allah, yang Maha Adil dan tidak dapat dihalangi oleh
kekuatan apapun. Kata kunci: Bukti Kebenaran, Al-Qur�an, Hari Kiamat. |
|
ABSTRACT This study examines the concept
of resurrection according to the Qur'an, hadith, and rational thought. Belief
in resurrection is a fundamental aspect of Islamic faith, where each person
will be brought back to life after death to be judged according to their
deeds. In various verses and hadiths, the resurrection day is explained in
detail, including the blowing of the trumpet that signals the destruction of
the universe and the resurrection of all humankind before Allah. This
research uses library research methodology, with the Qur'an and various
interpretative texts as primary sources. The findings indicate that
resurrection is an undeniable certainty in Islam and an inevitable part of a
dynamic universe. Additionally, for those who do not believe in resurrection
or are atheists, rational analogies can be applied to demonstrate its
necessity. This approach considers the pursuit of ultimate justice, which can
only be realized in the afterlife, where all human actions will be judged
fairly by Allah, the Most Just, who cannot be influenced by any power or
material means. Keywords: Proof of Truth, Qur'an, Day of Resurrection. |
PENDAHULUAN
Al-Qur�an yang sebagian besarnya isinya banyak
menceritakan tentang keadaan umat-umat terdahulu, para nabi dan rasul,
peristiwa yang menimpa umat terdahulu seperti angin topan, banjir yang terjadi
pada kaum nabi Nuh dan kaum lainnya dan�
tak kalah penting diceritakan pula di dalamnya tentang peristiwa
terjadinya hari kiamat (Jafari & Scott,
2014).
Salah satu bagian dari ark�n al-�man
(rukun iman) yang harus diyakini oleh setiap mukmin yakni percaya akan adanya
hari akhir, di samping di dalamnya percaya kepada Allah, para malaikat,
kitab-kitab, para nabi dan rasul serta takdir baik dan buruk yang menimpa
manusia (McClain-Jacobson et
al., 2004).
Dalam ilmu tauhid ada tiga perkara yang dibicarakan, pertama tentang
masalah ketuhanan (al-Il�hiyy�t), kedua tentang
masalah kenabian (al-Nubuww�t), ketiga tentang
masalah hal-hal yang gaib (al-Ghaybiyy�t)� dan perkara yang gaib ini sering dikatakan
dalam al-Qur�an, sebagaimana firman-Nya (McClure, 2017):
ألمّ
(١) ذَالِكَ
الْكِتَابُ
لاَ رَيْبَ
فِيْهِ هُدًى
لِّلْمُتَّقِيْنَ
(٢) الَّذِيْنَ
يُؤْمِنُوْنَ
بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ
الصَّلَوةَ
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
يُنْفِقُوْنَ
(٣)
Alif l�m m�m, Kitab (al-Qur�an) ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi
mereka yang takwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang
mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki
yang kami anugerahkan kepada mereka. (al-Baqarah/2 :
1-3)
Adapun makna الَّذِيْنَ
يُؤْمِنُوْنَ
بِالْغَيْبِ pada ayat di
atas ialah mereka yang beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para
rasul dan hari akhir, surga dan neraka, pertemuan-Nya, dan beriman kepada
kehidupan setelah mati dan peristiwa hari kebangkitan.
Jelas bahwa hari akhir yang di dalamnya mencakup hari kebangkitan, termasuk
dalam perkara yang gaib yang harus diimani dan diyakini, karna iman kepada hal
yang gaib merupakan tingkatan iman yang paling tinggi, dengan diberi gelar
dalam al-Qur�an al-Muttaq�n
(orang-orang yang bertakwa) (Gillespie, 2015). Adapun al-Ghaybiyy�t adalah sebuah perkara yang tidak dapat
diketahui kecuali lewat al-Qur�an dan hadis, atau
melalui penjelasan dari nabi Muhamad, sebab logika manusia tidak akan sanggup
dan sampai untuk mencapai pengetahuan hal yang gaib tanpa bantuan keduanya.
Hari akhir atau hari kiamat adalah unsur-unsur pokok dari elemen-elemen
akidah, lebih dari itu iman kepadanya merupakan unsur yang terpenting setelah
mempercayai Allah hal ini dapat dijelaskan bahwa iman kepada Allah akan
menimbulkan keyakinan pada sumber yang pertama, yang dari-Nya tercipta seluruh
alam semesta beserta isinya. Sedang iman kepada hari kiamat akan menguatkan
keimanan, bagaimana akhir kesudahan seluruh materi yang pernah ada di alam
dunia ini (Beale & Creed, 2009).
Memang ada hal pokok yang berkaitan dengan keimanan yang mengambil tempat
tidak sedikit dalam ayat-ayat al-Qur�an, pertama
adalah uraian serta pembuktian tentang keesaan Allah dan, kedua adalah uraian
dan pembuktian tentang hari akhir (Willard & Norenzayan, 2013).� Al-Qur�an dan hadis
nabi tidak sedikit menyebutkan dua hal yang bersamaan dan untuk mewakili
rukun-rukun iman yang lainnya. Seperti disebutkan dalam beberapa ayat al-Qur�an :
(47)�� �
�وَيَوْمَ
نُسَيِّرُ
الْجِبَالَ
وَتَرَى
الْاَرْضَ
بَارِزَةً
وَّحَشَرْنَاهُمْ
فَلَمْ
نُغَادِرْ
مِنْهُمْ
أَحَدًا�
� Dan ingatlah pada hari ketika
kami perjalankan gunung-gunung dan engkau akan melihat bumi itu rata dan kami
kumpulkan mereka seluruh manusia, dan tidak kami tinggalkan seorang pun dari
mereka�.(al-Kahfi /18:47)
(8)� � وَمِنَ
النَّاسِ
مَنْ
يَقُوْلُ
آمَنَّا باِللَّهِ
وَبِالْيَوْمِ
الْآخِرِ
وَمَاهُمْ
بِمُؤْمِنِيْنَ
�
� Di
antara manusia ada yang mengatakan : �Kami beriman kepada Allah dan hari
kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman�� (al-Baqarah
/2 : 8)
إِنَّ
الَّذِيْنَ
آمَنُوا
وَالَّذِيْنَ
هَادُوْا
وَالصَّابِؤُوْنَ
وَالنَّصَارَى
مَنْ آمَنَ
بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ
وَعَمِلِ
صَالِحًا
فَلاَ خَوْفٌ
عَلَيْهِمْ
وَلاَهُمْ
يَحْزَنُوْنَ
(69)
Sesungguhnya
orang-orang mukmin dan orang-orang yahudi, Shabi��n dan orang-orang Nasrani,
siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian
dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula
mereka bersedih hati (al-M�idah/5: 69)
إِنَّمَا
يَعْمُرُ
مَسَاجِدَ
اللَّهِ مَنْ
آمَنَ
بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ (18)
Hanyalah yang
memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian (at-Taubah/9: 18)
Dalam hadis-Nya
nabi bersabda, yang diriwayatkan oleh al-Bukhari� dan Muslim�
melalui Abu Hurairah� :
عَنْ
أَبِيْ
هُرَيْرَةَ
قَالَ : قَالَ
رَسُوْلُ
اللَّهِ
صَلَّى
اللَّهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : مَنْ
كَانَ
يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ
ضَيْفَهُ،
وَمَن
كَانَ
يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ
فَلْيَقُلْ
خَيْرًا اَوْ
لِيَصْمُتْ.
(رواه البخاري
ومسلم)
Dari Abu
Hurairah dari Rasulullah bersabda : barang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, maka hendaklah ia menghormati tamunya, dan barang siapa yang
beriman kepada Allah maka hendaklah ia berkata benar atau diam.� (H.R. Bukhari Muslim)
Ayat-ayat al-Qur�an dan nash hadis di atas menjelaskan bahwa beriman kepada
Allah dan hari akhir mencakup seluruh hal-hal yang gaib, termasuk di dalamnya
peristiwa hari kebangkitan, untuk dapat mempercayai adanya hari akhir seseorang
harus terlebih dahulu percaya bahwa setelah mati orang akan dibangkitkan untuk
hidup lagi dan hidup yang terakhir sifatnya kekal abadi tanpa akhir (Husain, 1998).
Oleh karena itu percaya atau tidaknya seseorang pada kehidupan akhirat
tergantung kepada percaya atau tidaknya seseorang kepada hari dibangkitkannya
kembali semua manusia yang telah mati, di mana sebelum terjadinya peristiwa
hari kebangkitan, alam semesta beserta isinya akan� dihancurkan kemudian barulah setelah itu
seluruh manusia, mulai dari manusia pertama nabiyullah Adam hingga manusia
akhir zaman, kemudian dikumpulkannya semua manusia di hadapan Allah dan dihitung
semua amal perbuatannya serta dimintai pertanggung jawabannya atas segala apa
yang telah dilakukannya di alam dunia (Thalbourne, 1996).
Dalam al-Qur�an
sering kali diceritakan proses terjadinya hari kebangkitan manusia dari
tidurnya, sebagaimana firman Allah :
وَنُفِخَ
فِى
الصُّوْرِ فَصَعِقَ
مَنْ فِى
السَّمَاوَاتِ
وَمَنْ فِى
الاَرْضِ
اِلاَّ مَنْ
شَاءَ اللَّه
ثُمَّ نُفِخَ
فِيْهِ
اُخْرَى فَاِذَا
هُمْ قِيَامٌ
يَّنْظُرُوْنَ
(68)
Dan ditiuplah
sangkakala, maka matilah siapa yang dilangit dan dibumi kecuali siapa yang
dikehendaki Allah, kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba
mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (az-Zumar /39: 68)
Dan di ayat lain
dikatakan :
مَا
يَنْظُرُوْنَ
اِلاَّ
صَيْحَةً
وَّاحِدَةً
تَأْخُذُهُم
ْوَهُمْ
يَخِصِّمُوْنَ
(٤٩) فَلاَ
يَسْتَطِيْعُوْنَ
تَوْصِيَةً
وَّلاَ اِلَى
اَهْلِهِمْ يَرْجِعُوْنَ
(٥٠)
وَنُفِخَ
فِى
الصُّوْرِ
فَاِذَا هُمْ
مِنَ الاَجْدَاثِ
اِلَى
رَبِّهِمْ
يَنْسِلُوْنَ
(٥١)
Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja yang membinasakan mereka
ketika mereka sedang bertengkar, lalu mereka tidak kuasa membuat satu wasiatpun
dan tidak pula dapat kembali kepada keluarganya, dan tiuplah sangkakala, maka
tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) tuhan mereka. (Y�s�n/36:
49-51)
Kedua ayat di atas, menjelaskan dengan gamblang tentang peristiwa adanya
hari kebangkitan, sebagaimana diceritakan sebelum terjadinya kebangkitan
manusia dari kuburnya masing-masing, diawali dengan tiupan sangkakala yang
pertama yang ditandai dengan hancurnya alam semesta akibat goncangan yang
sangat dahsyat, ketika itu manusia dan alam bagaikan kertas atau bulu-bulu yang
berterbangan,� dan dilanjutkan dengan
dibangkitkannya manusia dari kuburnya masing-masing secara kolektif dan
serentak, kemudian seluruh manusia dikumpulkan di padang mahsyar untuk ditindak
lanjuti dengan perhitungan amal kebaikan dan keburukan manusia, hingga pada
akhirnya orang-orang yang taat mendapatkan kebaikannya berupa surga dan
orang-orang yang ingkar dari keingkarannya yaitu neraka, dimana semua itu telah
digambarkan secara jelas dan gamblang dalam al-Qur�an(Farrant & Moore, 2011).
METODE PENELITIAN
Dilihat dari jenis
penelitian, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan (Library
Research) (Uphoff et al., 2008): karena semua datanya bersumber dari bahan-bahan
tertulis yang berkaitan langsung dan tidak langsung pada topik yang dibahas,
karena studi ini secara langsung berkaitan dengan al-Qur�an, maka sumber utama
dan pertama adalah kitab suci al-Qur�an, mushaf yang digunakan sebagai pegangan
adalah al-Qur�an dan terjemahnya cetakan mujamma� al-Malik Fahd Littiba�at
al-Mushaf al-Syarif, kerajaan Saudi arabia, dan sumber-sumber lainnya ialah
kitab tafsir yang dianggap memadai, seperti : tafsir al-Qur��n al �Azh�m karya
Ibnu Katsir, tafsir Mar�h Labid karya Syeikh Nawawi al-Bantani, tafsir
al-Misb�h karya Quraish shihab dan lain-lainnya. Adapun data-data penunjang
seperti kitab-kitab hadis, seperti Shah�h al-Bukh�ri karya al-Bukhari, Sh�hih
Musl�m karya Muslim, Sunan Ab� Dawud karya Abu Daud, Sunan Tirm�dz� karya Imam
tirmidzi, At-Tadzkirah karya Imam Syamsuddin Al-Qurthubi, Al-Hikam karya
As-Syaikh Ibnu �Ath�ill�h As-Sakandari, Tanb�hul Gh�fil�n karya Imam Al-Faqih
Abu Laits As-Samarqandi, Durratun N�shih�n karya Utsman bin Hasan bin Ahmad
As-Syakir Al-Khaubawi, Ahw�l al-Qub�r wa Ahw�l Ahliha Il� al-Nusy�r oleh Ibnu
Rajab dan kitab-kitab hadis lainnya serta tulisan-tulisan, buku-buku atau tesis
yang berkaitan dengan pembahasan tentang hari kebangkitan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut bahasa hari
kebangkitan memiliki tiga nama, Yaumul Ba�ts (hari kebangkitan), Yaumul Ma��d
(hari kembali), Yaumul Nusy�r (hari bangkit), namun yang sering dikenal ialah
Yaumul Ba�ts, yang berasal dari kata Ba�atsa (بَعَثَ) dalam al-Q�m�s al-Qaw�m sinonimnya adalah
Arsala(أَرْسَلَ)� yang berarti mengutus atau mengeluarkan,
seperti; Ba�atsall�hul Maut�, artinya Allah mengeluarkan orang-orang mati dari kubur
dalam keadaan hidup.� Hari kebangkitan
atau Yaumul Ba�ts adalah saat dimana segala yang mati akan hidup kembali.
Mereka dikeluarkan dari alam kubur untuk dihisab seluruh amal perbuatannya
dihadapan Allah.�
Secara teologis hari
kebangkitan ialah satu fase terakhir dari hidup manusia (Olsen, 2016). Hari kebangkitan terjadi hanya satu kali dan menandakan
akan dimulainya alam yang besar dan agung dari seluruh tingkatan alam semesta (Asami et al., 2018). Hari kebangkitan akan datang tiba-tiba, pada saat itu
seluruh manusia akan dihidupkan kembali dan diadili sesuai dengan perbuatan
yang mereka lakukan selama di alam dunia (Prioreschi, 2001).� Sesuai firman
Allah dalam surat an-Naml ayat 87:
وَيَوْمَ
يُنفَخُ فِى
ٱلصُّورِ
فَفَزِعَ مَن
فِى
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
وَمَن فِى
ٱلْأَرْضِ إِلَّا
مَن شَآءَ
ٱللَّهُ ۚ
وَكُلٌّ
أَتَوْهُ
دَٰخِرِينَ
�Dan (ingatlah) hari
(ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala
yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang
menghadap-Nya dengan merendahkan diri�. (an-Naml/27: 87)
Dan saat bumi bergoncang,
manusia seperti mabuk, setiap anak dalam kandungan ibunya berguguran, setiap
anak susuan dibiarkan tertinggal, anak yang sedikit besar menjadi beruban,
setan lari tunggang langgang, hal itu tidak sebentar masa berlakunya, hingga
Israfil meniup terompet yang kedua kalinya (Brickell, 2008).� Firman Allah:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلنَّاسُ
ٱتَّقُوا۟
رَبَّكُمْ ۚ
إِنَّ
زَلْزَلَةَ
ٱلسَّاعَةِ
شَىْءٌ عَظِيمٌ
(1) يَوْمَ
تَرَوْنَهَا
تَذْهَلُ
كُلُّ مُرْضِعَةٍ
عَمَّآ
أَرْضَعَتْ
وَتَضَعُ
كُلُّ ذَاتِ
حَمْلٍ
حَمْلَهَا وَتَرَى
ٱلنَّاسَ
سُكَٰرَىٰ
وَمَا هُم
بِسُكَٰرَىٰ
وَلَٰكِنَّ
عَذَابَ
ٱللَّهِ
شَدِيدٌ (2)
�Hai umat manusia,
takutlah kepada tuhanmu, bahwasanya ������� goncangan
hari kiamat adalah suatu perisiwa yang sangat dahsyat�. (1). �(Ingatlah) pada
hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui
anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang
hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka
tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras�. (2). (al-Hajj/22: 1-2)
Kebangkitan adalah
keniscayaan dan tidak dapat dihindari (Watkin, 1990). Karena realistis semesta dalam kehidupan ini tidaklah
tetap. Itulah ketetapan Allah yang menjadi dasar kehidupan dunia.� Menurut Syaikh Umar Sulaiman al-Asyqar, yang
di maksud al-Ba�ts ialah tempat kembalinya badan dan dan dihidupkannya manusia
kembali ketika Allah memerintahkan Israfil untuk meniup Sangkakala yang kedua,
maka ruh-ruh kembali pada jasadnya dan manusia berdiri menghadap Allah.� Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah
surat az-Zumar ayat 68:
وَنُفِخَ
فِى
الصُّوْرِ
فَصَعِقَ
مَنْ فِى السَّمَاوَاتِ
وَمَنْ فِى
الاَرْضِ
اِلاَّ مَنْ
شَاءَ اللَّه
ثُمَّ نُفِخَ
فِيْهِ اُخْرَى
فَاِذَا هُمْ
قِيَامٌ
يَّنْظُرُوْنَ
(68)
Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang
dilangit dan dibumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah, kemudian ditiup
sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya
masing-masing). (az-Zumar /39: 68)
Mereka yang tetap hidup (dikecualikan dalam ayat
tersebut) orang-orang yang mati syahid. Dan menurut lainnya adalah: Mikail,
Israfil dan malaikat maut, mereka ditanya oleh Allah: �Siapa makhluk-Ku yang
masih hidup? Jawabnya: �Tuhan, Engkaulah yang hidup kekal, sedang saat ini yang
belum mati adalah: Jibril, Mikail, Israfil, Penanggung jawab �Arasy dan aku,
lalu malakul maut ditugaskan membinasakan mereka�.
Dari beberapa definisi dan penjelasan ayat serta hadis di
atas, yakni tentang hari kebangkitan, maka jelaslah bagi manusia bahwa ada
suatu hari yang menjadi penentu atas perbuatan yang telah kita lakukan yang
menunjukan tentang keadaan hari kebangkitan. Untuk itu manusia wajib beriman
atas adanya hari kebangkitan dan selalu berbuat kebaikan agar mendapatkan
kenikmatan di akhirat kelak dan mendapat kemudahan ketika dicabutnya ruh dari
badan.
KESIMPULAN
Hari kebangkitan akan
datang secara tiba-tiba, di mana seluruh manusia akan dihidupkan kembali dan
diadili sesuai dengan perbuatan mereka selama di dunia. Kebangkitan adalah
keniscayaan yang tidak dapat dihindari karena realitas semesta dalam kehidupan
ini tidaklah tetap, dan ini merupakan ketetapan Allah sebagai dasar kehidupan
dunia. Menurut Syaikh Umar Sulaiman al-Asyqar, al-Ba�ats adalah ketika ruh-ruh
kembali pada jasad mereka setelah tiupan sangkakala kedua oleh Israfil, dan
manusia berdiri menghadap Allah untuk diadili. Hari kebangkitan adalah hari di
mana umat manusia dibangkitkan setelah kematian dan akan dihakimi oleh Allah
SWT. Namun, bagi orang yang tidak percaya kepada Tuhan, mereka beranggapan
bahwa hidup hanya terjadi sekali dan tidak ada kehidupan setelah mati. Untuk
membuktikan adanya hari kebangkitan kepada orang ateis, tiga metode dapat
digunakan: al-Qur�an, hadis, dan rasional analogi. Untuk membuktikan kepada
ateis, rasionalitas digunakan karena mereka tidak percaya kepada Tuhan kecuali
dengan bukti rasional. Langkah pertama adalah menanyakan apakah mencuri itu
baik atau buruk, yang pada dasarnya manusia akan menganggap mencuri itu buruk
karena merugikan orang lain. Langkah kedua membantah bahwa mencuri itu baik
bagi pencuri karena hasilnya menguntungkan, meskipun ada risiko ditangkap.
Langkah ketiga adalah memberikan analogi bahwa jika seorang mafia nomor satu di
dunia melakukan kejahatan tanpa ditindak oleh aparat, akan ada ketidakadilan.
Oleh karena itu, setelah dunia hancur, akan ada hari kebangkitan di mana semua
manusia diadili oleh Allah SWT dengan seadil-adilnya karena Allah Maha Adil dan
tidak ada yang bisa membungkam-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Asami, P., Mundree, S.,
& Williams, B. (2018). Saving for a rainy day: control of energy needs in
resurrection plants. Plant Science, 271, 62�66.
Beale, R.,
& Creed, C. (2009). Affective interaction: How emotional agents affect
users. International Journal of Human-Computer Studies, 67(9),
755�776.
Brickell,
K. (2008). �Fire in the House�: Gendered experiences of drunkenness and
violence in Siem Reap, Cambodia. Geoforum, 39(5), 1667�1675.
Farrant, J.
M., & Moore, J. P. (2011). Programming desiccation-tolerance: from plants
to seeds to resurrection plants. Current Opinion in Plant Biology, 14(3),
340�345.
Gillespie,
D. (2015). Filming the Classics: Tolstoy�s Resurrection as �Thaw�Narrative. Procedia-Social
and Behavioral Sciences, 200, 11�19.
Husain, S.
A. (1998). Religion and mental health from the Muslim perspective. In Handbook
of religion and mental health (pp. 279�290). Elsevier.
Jafari, J.,
& Scott, N. (2014). Muslim world and its tourisms. Annals of Tourism
Research, 44, 1�19.
McClain-Jacobson,
C., Rosenfeld, B., Kosinski, A., Pessin, H., Cimino, J. E., & Breitbart, W.
(2004). Belief in an afterlife, spiritual well-being and end-of-life despair in
patients with advanced cancer. General Hospital Psychiatry, 26(6),
484�486.
McClure, P.
K. (2017). Something besides monotheism: Sociotheological boundary work among
the spiritual, but not religious. Poetics, 62, 53�65.
Olsen, D.
H. (2016). The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints, their �three-fold
mission,� and practical and pastoral theology. Practical Matters, 9.
Prioreschi,
P. (2001). Determinants of the revival of dissection of the human body in the
Middle Ages. Medical Hypotheses, 56(2), 229�234.
Thalbourne,
M. A. (1996). Belief in life after death: Psychological origins and influences.
Personality and Individual Differences, 21(6), 1043�1045.
Uphoff, N.,
Kassam, A., & Stoop, W. (2008). A critical assessment of a desk study
comparing crop production systems: The example of the �system of rice
intensification�versus �best management practice.� Field Crops Research,
108(1), 109�114.
Watkin, J.
(1990). Kierkegaard�s view of death. History of European Ideas, 12(1),
65�78.
Willard, A.
K., & Norenzayan, A. (2013). Cognitive biases explain religious belief,
paranormal belief, and belief in life�s purpose. Cognition, 129(2),
379�391.