Optimalisasi Ketersediaan
Jumlah Mobil Tangki Untuk Distribusi Pertamax Ke Pertashop Pada Fuel Terminal X
Optimizing the Availability of
Tank Cars for the Distribution of Pertamax to Pertashop at Fuel Terminal X
1)* Raiky Dwi Rachman, 2) Sono, 3)
Amirah Tsabita Mahendra, 4) Elisabeth Reressy
1234 PEM Akamigas, Indonesia
Email: 1)* [email protected], 2) [email protected],
3) [email protected],
4) [email protected]
*Correspondence:
Raiky Dwi Rachman
DOI: 10.59141/comserva.v4i6.2483 |
ABSTRAK Fuel Terminal X memiliki tugas
untuk menyalurkan BBM jenis Pertamax setiap harinya ke Pertashop
yang berada di wilayahnya.
Seiring dengan meningkatnya jumlah
Pertashop dan permintaan produk Pertamax, Fuel Terminal
X memerlukan tambahan mobil tangki untuk memastikan distribusi Pertamax ke Pertashop dapat terpenuhi. Distribusi BBM dari Fuel Terminal ke Pertashop
sendiri dilakukan menggunakan mobil tangki berkapasitas 5 KL. Fuel Terminal X sendiri
saat ini memiliki tiga unit mobil tangki untuk melakukan penyaluran BBM ke 34 Pertashop dengan total
daily objective throughput sebesar 24,517 KL. Tetapi, dikarenakan terbatasnya jumlah unit mobil tangki yang tersedia saat ini mengakibatkan permintaan penyaluran BBM ke pertashop tidak terpenuhi. Maka dari itu dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk mengoptimalkan jumlah mobil tangki yang tersedia untuk distribusi
Pertamax ke Pertashop dengan menggunakan metode kluster dan metode
proporsional. Analisis jumlah ketersediaan mobil tangki ke Pertashop
menggunakan metode kluster dan metode proporsional. Perhitungan metode
kluster menghasilkan 5 unit mobil tangki dengan ritase sebesar 1,12 rit per
hari dan metode proporsional mengasilkan 4 unit mobil tangki dengan ritase
sebesar 1,41 rit per hari. Untuk KPI ritase perusahaan sebesar 1,2 rit per
hari. Berdasarkan perhitungan analisis jumlah ketersediaan mobil tangki ke
pertashop yang memenuhi dari KPI ritase adalah perhitungan metode proporsional.
Berdasarkan perhitungan metode proporsional menghasilkan 4 unit mobil tangki
sedangkan mobil tangki yang tersedia baru terdapat 3 unit sehingga Fuel
Terminal� X harus menambah satu mobil
tangki agar distribusi Pertamax penyaluran ke Pertashop dapat berjalan lancar
dan memenuhi permintaan. Kata kunci: Pertashop, Mobil Tangki, Optimalisasi, Metode Klaster, Metode Proporsional |
|
ABSTRACT Fuel Terminal X has the task of distributing Pertamax fuel every day to Pertashop
in its area. Along with the increasing number of Pertashop
and demand for Pertamax products, Fuel Terminal X
requires additional tank cars to ensure the distribution of Pertamax to Pertashop can be
fulfilled. Fuel distribution from Fuel Terminal to Pertashop
itself is carried out using a tank car with a capacity of 5 KL. Fuel Terminal
X itself currently has three tank cars to distribute fuel to 34 Pertashop with a total daily objective throughput of
24,517 KL. However, due to the limited number of tank car units available at
this time, the demand for fuel distribution to Pertashop
is not fulfilled. Therefore, a study was conducted that aims to optimize the
number of tank cars available for Pertamax
distribution to Pertashop using the cluster method
and proportional method. Analysis of the number of available tank cars to Pertashop using the cluster method and proportional
method. The cluster method calculation resulted in 5 tank car units with a ritase of 1.12 rites per day and the proportional method
resulted in 4 tank car units with a ritase of 1.41
rites per day. The company�s KPI ritase is 1.2
rites per day. Based on the calculation of the analysis of the availability
of tank cars to the pertashop that meets the KPI ritase is the calculation of the proportional method.
Based on the calculation of the proportional method, it produces 4 units of
tank cars while there are only 3 units of tank cars available so that Fuel
Terminal X must add one tank car so that the distribution of Pertamax distribution to Pertashop
can run smoothly and meet demand. Keywords:
Pertashop, Tank Car,
Optimizing, Cluster Method, Proposional Method |
Peningkatan konsumsi BBM,
terutama untuk produk Pertamax, juga diiringi dengan peningkatan konsumen.
Berdasarkan laporan Kementerian ESDM (2021), konsumsi Pertamax mencapai 5,71
juta kiloliter (kl), naik 40,98% dibandingkan tahun 2020, yang mencapai 4,05
juta kl (Cahyono, 2021). Pertamax diminati karena kualitas produk yang lebih
baik dibandingkan Pertalite, lebih irit, serta ramah lingkungan, membuat mesin
kendaraan lebih optimal dalam penggunaannya (Putra, 2022).
Kenaikan kebutuhan BBM ini
menarik perhatian wirausahawan untuk mendirikan Pertashop, sebuah inovasi dari
PT Pertamina yang bertujuan menyediakan BBM non-subsidi di daerah terpencil
yang masih minim SPBU (Santoso & Dewi, 2021). Pertashop hadir untuk meratakan
distribusi BBM dan memudahkan akses BBM bagi masyarakat (Rudianto, 2021).
Bisnis Pertashop berkembang pesat di daerah terpencil karena modal yang
ekonomis dan perizinan yang mudah (Harsono, 2021). Produk yang dijual di
Pertashop adalah Pertamax dan Dexlite (Fadhilah et al., 2020).
Untuk mendistribusikan Pertamax
ke Pertashop, dibutuhkan moda transportasi dan sistem distribusi yang efisien
(Gunawan & Wulandari, 2019). Moda transportasi berperan penting dalam
distribusi BBM ke Pertashop, SPBU, dan agen LPG (Hidayat, 2020). Distribusi
yang efektif mempengaruhi kualitas pelayanan, yang diukur berdasarkan seberapa
baik layanan memenuhi ekspektasi pelanggan (Tjiptono, 2014; Sari et al., 2018).
Pendistribusian BBM dari Fuel Terminal ke Pertashop membutuhkan mobil tangki
dengan kapasitas 5 KL, berbeda dari mobil tangki biasa dengan kapasitas 8 KL
yang digunakan untuk distribusi ke SPBU (Fadhilah et al., 2020).
Saat ini, Fuel Terminal X
memiliki tiga unit mobil tangki berkapasitas 5 KL yang mendistribusikan
Pertamax ke Pertashop (Rudianto, 2021). Namun, dengan peningkatan permintaan
harian, jumlah mobil tangki ini sering kali tidak mencukupi (Gunawan, 2020).
Untuk mengoptimalkan ketersediaan mobil tangki, metode kluster dan proporsional
digunakan (Santoso & Dewi, 2021). Metode kluster menghitung kebutuhan mobil
tangki berdasarkan wilayah penyaluran, sementara metode proporsional
mengelompokkan Pertashop berdasarkan kapasitas angkut mobil tangki (Putra,
2022).
Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan metode optimal dalam mendistribusikan Pertamax dan menjawab apakah
ketersediaan mobil tangki sudah mencukupi (Kementerian ESDM, 2022). Dengan
perhitungan yang tepat, diharapkan distribusi dapat berjalan lancar, meningkatkan
pelayanan dan efisiensi di Fuel Terminal X (Sari et al., 2018; Fadhilah et al.,
2020).
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan
ketersediaan jumlah mobil tangki di Fuel Terminal X menggunakan analisis
kuantitatif dengan metode kluster dan metode proporsional. Penelitian dilakukan
di kampus PEM Akamigas selama dua minggu, menggunakan data sekunder dari
praktik lapangan yang dikumpulkan oleh mahasiswa. Subjek penelitian
adalah jumlah mobil tangki yang ada, sementara objek penelitian adalah optimalisasi kebutuhan mobil tangki untuk
distribusi Pertamax ke Pertashop. Data diolah dengan metode kluster, yang
membagi wilayah penyaluran, dan metode proporsional, yang menghitung kebutuhan
mobil tangki berdasarkan kapasitas angkut. Perhitungan jarak proporsional dan
ritase dilakukan untuk memastikan efisiensi penyaluran, dengan ritase dihitung
untuk mengoptimalkan jumlah perjalanan bolak-balik mobil tangki. Penelitian ini
menghasilkan model optimal distribusi BBM dengan membandingkan kedua metode
tersebut dan mengevaluasi efisiensi distribusi di wilayah penyaluran Pertashop.
Gambar 1. Grafik Thoroughtput Pertamax 34
Pertashop
������
Gambar diatas merupakan data
penyaluran Pertamax ke 34 Pertashop selama 6 bulan mulai dari bulan Oktober
2022 sampai dengan Maret 2023. Dapat dilihat penyaluran terbanyak berada pada
bulan Maret 2023 dengan penyaluran Pertamax sebesar 711 KL per bulan untuk
penyaluran ke 34 Pertashop dan troughpout per hari sebesar 23,7 KL.
Untuk penyaluran yang paling rendah berada pada bulan Februari 2023 dan
November 2022 sebesar 467 KL dengan troughput per hari sebesar 15,56 KL.
Selain itu, pertashop yang melakukan pemesanan penyaluran terbanyak yaitu
Pertashop dengan nomor Pertashop 3P.45304 yang berada di wilayah Kabupaten
Sumedang. Data grafik penyaluran selama 6 bulan ini memperlihatkan bahwa
penyaluran terus mengalami peningkatan yang signifikan. Hal tersebut mengakibatkan
rencana penyaluran ke Pertashop sering melebihi dari kapasitas mobil tangki
yang ketersediaan mobil tangki ke Pertashop dan melakukan perhitungan kembali
antara permintaan penyaluran dengan mobil tangki yang tersedia.
Dalam proses analisis kebutuhan mobil
tangki pada Fuel Terminal X dibutuhkan perhitungan dua metode supaya
dapat membandingkan hasil akhir dari metode perhitungannya. Dua metode ini yang
biasanya digunakan oleh pertamina untuk menganalisis kebutuhan mobil tangki.
Dua metode tersebut adalah metode kluster dan metode proporsional.
Metode kluster adalah
metode perhitungan kebutuhan mobil tangki berdasarkan pembagian wilayah
penyaluran. Wilayah penyaluran dibagi berdasarkan total jarak yang dibagi
menjadi dua. Dari 34 Pertashop total jarak penyaluran dari Fuel Terminal
X sebesar 1.576,5 Km dan
pembagian wilayah dihasilkan 2 wilayah penyaluran yaitu wilayah Utara (wilayah
1) dan wilayah Selatan (wilayah 2). Berikut ini perhitungan kebutuhan mobil
tangki berdasarkan jarak pembagian wilayahnya:
Data perhitungan kebutuhan
mobil tangki di wilayah Utara dengan menggunakan metode kluster terdapat dalam
tabel dibawah ini:
Tabel 1. Data Pertashop Wilayah
Utara
Kluster 1 |
Wilayah
Utara |
||||||
Nomor
Pertashop |
DOT |
Jarak |
Kap MT |
Jarak
Proporsional |
Jumlah MT |
||
P |
PP |
KL |
Km |
||||
1 |
3P.40201 |
1,38 |
6,7 |
13,4 |
5 |
1,19 |
1,34 |
2 |
3P.40202 |
1,31 |
11,7 |
23,4 |
5 |
1,98 |
|
3 |
3P.40203 |
0,76 |
8,9 |
17,8 |
5 |
0,87 |
|
4 |
3P.40206 |
1,31 |
12 |
24 |
5 |
2,03 |
|
5 |
3P.40301 |
0,55 |
34,5 |
69 |
5 |
2,45 |
|
6 |
3P.40302 |
0,34 |
22,4 |
44,8 |
5 |
1,00 |
|
7 |
3P.40305 |
0,24 |
18,7 |
37,4 |
5 |
0,58 |
|
8 |
3P.40306 |
0,59 |
21,3 |
42,6 |
5 |
1,61 |
|
9 |
3P.40309 |
1,31 |
16,7 |
33,4 |
5 |
2,82 |
|
10 |
3P.40312 |
0,69 |
17,1 |
34,2 |
5 |
1,52 |
|
11 |
3P.40601 |
0,62 |
6,4 |
12,8 |
5 |
0,51 |
|
12 |
3P.40602 |
0,97 |
5,8 |
11,6 |
5 |
0,72 |
|
13 |
3P.44104 |
0,14 |
46,6 |
93,2 |
5 |
0,83 |
|
14 |
3P.44105 |
0,48 |
40 |
80 |
5 |
2,49 |
|
15 |
3P.44116 |
0,21 |
41,1 |
82,2 |
5 |
1,10 |
|
16 |
3P.44120 |
1,17 |
43,2 |
86,4 |
5 |
6,53 |
|
17 |
3P.45304 |
1,93 |
56,2 |
112,4 |
5 |
13,99 |
|
18 |
3P.45306 |
0,41 |
11,9 |
23,8 |
5 |
0,63 |
|
19 |
3P.45307 |
0,69 |
128,4 |
256,8 |
5 |
11,41 |
|
20 |
3P.45308 |
0,41 |
22,8 |
45,6 |
5 |
1,22 |
|
TOTAL |
15,52 |
572,40 |
1144,80 |
100,00 |
55,47 |
Perincian
perhitungan jarak proporsional untuk nomor Pertashop 3P40201
sebagai
berikut:
Perhitungan jarak
proporsional dilakukan untuk setiap Pertashop dengan langkah yang sama. Setelah
mendapatkan jarak proporsional dapat langsung menghitung jumlah MT yang
dibutuhkan untuk kluster 1. Pada perhitungan MT Jarak Key Performance
Indicator (KPI) diambil dari jarak pergi terjauh yang ditempuh oleh mobil
tangki di wilayah ini yaitu sebesar 128,4 km, sehingga perhitungannya adalah
sebagai berikut:
�
Untuk jumlah MT hasil
akhir dilakukan pembulatan keatas. Jadi mobil tangki yang dibutuhkan di wilayah
Utara sebanyak 2 unit mobil tangki dengan kapasitas total 10 KL.
Data perhitungan kebutuhan
mobil tangki di wilayah Selatan dengan menggunakan metode kluster terdapat
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Data Pertashop Wilayah
Selatan
Kluster 2 |
Wilayah
Selatan |
Jumlah MT |
|||||
Nomor
Pertashop |
DOT |
P |
PP |
Kap MT |
Jarak
Proporsional |
||
1 |
3P.44107 |
0,48 |
71,1 |
142,2 |
5 |
7,63 |
2,7 |
2 |
3P.44108 |
0,83 |
100 |
200 |
5 |
18,39 |
|
3 |
3P.44109 |
0,66 |
75,5 |
151 |
5 |
10,99 |
|
4 |
3P.44110 |
0,28 |
56,3 |
112,6 |
5 |
3,45 |
|
5 |
3P.44111 |
0,17 |
37,9 |
75,8 |
5 |
1,45 |
|
6 |
3P.44112 |
0,97 |
51,1 |
102,2 |
5 |
10,96 |
|
7 |
3P.44113 |
0,55 |
48,3 |
96,6 |
5 |
5,92 |
|
8 |
3P.44114 |
0,83 |
60,8 |
121,6 |
5 |
11,18 |
|
9 |
3P.44115 |
0,45 |
80,6 |
161,2 |
5 |
8,03 |
|
10 |
3P.44117 |
0,62 |
121 |
242 |
5 |
16,69 |
|
11 |
3P.44118 |
1,59 |
87,5 |
175 |
5 |
30,84 |
|
12 |
3P.44119 |
1,00 |
104 |
208 |
5 |
23,11 |
|
13 |
3P.44121 |
0,17 |
55 |
110 |
5 |
2,11 |
|
14 |
3P.44122 |
0,41 |
70 |
140 |
5 |
6,44 |
|
TOTAL |
9,00 |
1019,10 |
2038,20 |
70,00 |
157,20 |
Perincian
perhitungan jarak proporsional untuk nomor Pertashop 3P-44107
sebagai
berikut:
Perhitungan jarak
proporsional dilakukan untuk setiap Pertashop dengan langkah yang sama. Setelah
mendapatkan jarak proporsional dapat langsung menghitung jumlah MT yang
dibutuhkan untuk kluster 2. Pada perhitungan MT Jarak Key Performance
Indicator (KPI) diambil dari jarak terjauh yang ditempuh oleh mobil tangki
di wilayah ini yaitu sebesar 121 km, sehingga perhitungannya adalah sebagai
berikut:
Jadi mobil tangki yang
dibutuhkan di wilayah Selatan dengan menggunakan metode kluster sebanyak dua
(3) unit mobil tangki dengan kapasitas total 15 KL. Sehingga jumlah kebutuhan
mobil tangki pada FT X berdasarkan perhitungan KPI menggunakan metode kluster
adalah sebanyak 5 (2+3) unit mobil tangki.
Pada bagian ini dilakukan
perhitungan mobil tangki untuk menentukan jumlah kebutuhan kapasitas angkut
mobil tangki berdasarkan Key Performance Indicator (KPI). Perhitungan
kebutuhan kapasitas dihitung dengan menjumlahkan hasil perkalian antara
kebutuhan mobil tangki dengan rata-rata kapasitas mobil tangki per kluster.
Berikut ini hasil perhitungan kapasitas angkut MT berdasarkan KPI:
�= �Kap rata2 MT per kluster
Didapatkan hasil perhitungan
sebesar 20,31 KL. Selanjutnya melakukan perhitungan kluster mobil tangki sesuai kapasitas sandar
di Pertashop untuk mengetahui DOT Pertashop berdasarkan kapasitas sandar.
Berikut ini data tabel DOT Pertashop berdasarkan kapasitas sandar:
Tabel 3. Data DOT Pertashop
No |
Kap
MT (KL) |
Jumlah
Pertashop |
DOT
Pertashop (KL) |
1 |
5 |
34 |
24,517 |
TOTAL |
34 |
24,517 |
Mobil tangki kapasitas 5 KL
Jadi jumlah kebutuhan mobil
tangki dengan menggunakan metode kluster sebanyak 5 unit mobil tangki dengan
setiap mobil tangki memiliki kapasitas 5 KL.
���� Metode Proporsional adalah
metode perhitungan kebutuhan mobil tangki dengan cara mengelompokkan Pertashop
berdasarkan kapasitas mobil tangki. Hasil yang akan diperoleh menggunakan
metode proporsional yaitu jumlah kebutuhan mobil tangki pertashop berdasarkan
kapasitas angkutnya. Perhitungan metode proporsional menggunakan persamaan Kesalahan! Sumber referensi tidak
ditemukan.. Pada perhitungan ini
dibutuhkan waktu operasional di FT X diambil disesuaikan dengan jam kerja
kantor yaitu selama 8 jam. Berikut ini perhitungan mobil tangki berdasarkan
metode proporsional:
Tabel 4. Data Pertashop Kapasitas
Sandar 5KL
No |
Nomor
Pertashop |
DOT (KL) |
Waktu
Perjalanan (Jam) |
Waktu Ops
(Jam) |
Kap MT (KL) |
Jumlah MT
(Unit) |
|
1 |
3P.40201 |
1,38 |
1,95 |
8 |
5 |
0,07 |
|
2 |
3P.40202 |
1,31 |
2,52 |
8 |
5 |
0,08 |
|
3 |
3P.40203 |
0,76 |
2,20 |
8 |
5 |
0,04 |
|
4 |
3P.40206 |
1,31 |
2,55 |
8 |
5 |
0,08 |
|
5 |
3P.40301 |
0,55 |
5,13 |
8 |
5 |
0,07 |
|
6 |
3P.40302 |
0,34 |
3,74 |
8 |
5 |
0,03 |
|
7 |
3P.40305 |
0,24 |
3,32 |
8 |
5 |
0,02 |
|
8 |
3P.40306 |
0,59 |
2,47 |
8 |
5 |
0,04 |
|
9 |
3P.40309 |
1,31 |
3,09 |
8 |
5 |
0,10 |
|
10 |
3P.40312 |
0,69 |
3,14 |
8 |
5 |
0,05 |
|
11 |
3P.40601 |
0,62 |
1,91 |
8 |
5 |
0,03 |
|
12 |
3P.40602 |
0,97 |
1,85 |
8 |
5 |
0,04 |
|
13 |
3P.44104 |
0,14 |
5,94 |
8 |
5 |
0,02 |
|
14 |
3P.44105 |
0,48 |
5,75 |
8 |
5 |
0,07 |
|
15 |
3P.44107 |
0,48 |
9,31 |
8 |
5 |
0,11 |
|
16 |
3P.44108 |
0,83 |
12,61 |
8 |
5 |
0,26 |
|
17 |
3P.44109 |
0,66 |
9,81 |
8 |
5 |
0,16 |
|
18 |
3P.44110 |
0,28 |
7,62 |
8 |
5 |
0,05 |
|
19 |
3P.44111 |
0,17 |
5,51 |
8 |
5 |
0,02 |
|
20 |
3P.44112 |
0,97 |
7,02 |
8 |
5 |
0,17 |
|
21 |
3P.44113 |
0,55 |
6,70 |
8 |
5 |
0,09 |
|
22 |
3P.44114 |
0,83 |
8,13 |
8 |
5 |
0,17 |
|
23 |
3P.44115 |
0,45 |
10,39 |
8 |
5 |
0,12 |
|
24 |
3P.44116 |
0,21 |
5,88 |
8 |
5 |
0,03 |
|
25 |
3P.44117 |
0,62 |
15,01 |
8 |
5 |
0,23 |
|
26 |
3P.44118 |
1,59 |
11,18 |
8 |
5 |
0,44 |
|
27 |
3P.44119 |
1,00 |
13,07 |
8 |
5 |
0,33 |
|
28 |
3P.44120 |
1,17 |
6,12 |
8 |
5 |
0,18 |
|
29 |
3P.44121 |
0,17 |
7,47 |
8 |
5 |
0,03 |
|
30 |
3P.44122 |
0,41 |
9,18 |
8 |
5 |
0,09 |
|
31 |
3P.45304 |
1,93 |
7,61 |
8 |
5 |
0,37 |
|
32 |
3P.45306 |
0,41 |
2,54 |
8 |
5 |
0,03 |
|
33 |
3P.45307 |
0,69 |
15,86 |
8 |
5 |
0,27 |
|
34 |
3P.45308 |
0,41 |
3,79 |
8 |
5 |
0,04 |
|
TOTAL |
24,52 |
220 |
272 |
170 |
3,96 |
Terdapat tahapan perhitungan mobil tangki menggunakan metode proorsional menggunakan contoh data pertashop 3P.40201:
���� Perhitungan jumlah mobil tangki ini dilakukan di setiap
Pertashop dengan kapasitas sandar 5 KL kemudian selanjutnya dijumlahkan hasil
perhitungannya, sehingga akan didapatkan hasil kebutuhan jumlah mobil tangki
kapasitas 5 KL sebanyak 3,96 dan untuk jumlah mobil tangki dilakukan pembulatan
keatas menjadi 4 unit mobil tangki.�
Analisis mobil tangki existing dilakukan untuk mengetahui seberapa
optimalnya penyaluran BBM ke pertashop menggunakan mobil tangki yang tersedia
saat ini. Dari perhitungan kebutuhan mobil tangki dengan metode kluster dan
proporsional yang telah dilakukan sebelumnya maka didapatkan perbandingan data
sebagai berikut:
Tabel 5. Data Jumlah Mobil Tangki
Existing (Unit) |
Kluster (Unit) |
Proporsional (Unit) |
|
�5 |
3 |
5 |
4 |
TOTAL |
3 |
5 |
4 |
Perhitungan kapasitas angkut dengan cara mengalikan kapasitas mobil tangki
(MT) dengan jumlah MT. Berikut ini perhitungan rincian kapasitas mobil
tangki:
1.
Kapasitas
angkut mobil tangki existing
Tabel 6. Kapasitas Angkut MT Existing
Kap.MT
(KL) |
Existing
(Unit) |
Kap.Angkut
(KL) |
5 |
3 |
15 |
Total |
3 |
15 |
Dengan
rincian perhitungan kapasitas angkut sebagai berikut:
�KL
2.
Kapasitas
angkut mobil tangki metode kluster
Tabel 7. Kapasitas Angkut MT Metode Kluster
Kap.MT
(KL) |
Kluster
(Unit) |
Kap.Angkut
(KL) |
5 |
5 |
25 |
Total |
5 |
25 |
Dengan
rincian perhitungan kapasitas angkut sebagai berikut:
�KL
3.
Kapasitas
angkut mobil tangki metode proporsional
Tabel 8. Kapasitas Angkut MT Metode Kluster
Kap.MT
(KL) |
Proporsional
(Unit) |
Kap.Angkut
(KL) |
5 |
4 |
20 |
Total |
4 |
20 |
Dengan
rincian perhitungan kapasitas angkut sebagai berikut:
�KL
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut didapatkan bahwa kapasitas angkut
mobil tangki existing ke Pertashop pada Fuel Terminal X sebesar
15 KL, sedangkan dengan menggunkan metode kluster sebesar 25 KL, dan untuk
metode proporsional sebesar 20 KL.
Analisis ritase mobil tangki membutuhkan data perusahaan, diantaranya
Daily Objective Thruput, persen safety factor, dan kapasitas
total mobil tangki. Setelah membandingkan dan menentukan metode yang cocok
untuk perusahaan maka data dari metode tersebut akan digunakan untuk
perhitungan ritase pada bagian ini. Berikut ini perhitungan dan penjelasan
terkait ritase mobil tangki:
1.
Perhitungan
Ritase Mobil Tangki Existing
Keterangan:
DOT���������������� = Daily Objective Thruput
(Jumlah penyaluran BBM harian)
Safety Factor��� =
Faktor keselamatan perusahaan
Tabel 9. Perincian Safety Factor
�����������
Berdasarkan hasil perhitungan realisasi ritase pada Fuel Terminal X saat
ini sebesar 1,878 rit/hari. Hasil tersebut menjadikan tidak terpenuhinya
penyaluran ke Pertashop dan sering kali dilakukan ahli supply atau pemindahan
penyaluran yang awal seharusnya penyaluran dari Fuel Terminal X menjadi dari
Fuel Terminal Z ke Pertashop di wilayah penyaluran Fuel Terminal X.
2.
Perhitungan
Ritase Metode Kluster
Hasil perhitungan ritase menggunakan metode kluster sebesar 1,127
rit/hari. Hal itu menunjukan hasil ini belum memenuhi Key Performance
Indicator sebesar 1,12 rit/hari.
3.
Perhitungan
Ritase Metode Proporsional
Untuk perhitungan ritase menggunakan metode proporsional
didapatkan ritase sebesar 1,41 rit/hari. Hasil perhitungan ini sudah memenuhi
target ritase Key Performance Indicator (KPI) pada Fuel X sebesar
1,2 rit/hari. Hal tersebut menjelaskan bahwa dengan perhitungan menggunakan
metode proporsional dapat memenuhi penyaluran ke Pertashop sehingga tidak ada
lagi ahli supply ke Fuel Terminal lain.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan terkait kebutuhan
mobil tangki untuk distribusi Pertamax ke Pertashop menggunakan metode
proporsional dan kluster perhitungan yang dapat digunakan dan sesuai untuk Fuel
Terminal X menggunakan perhitungan metode proporsional yang memiliki jumlah
unit mobil tangki lebih rendah dibandingkan metode kluster sehingga dapat
memaksimalkan nilai pemanfaaatan mobil tangki.�
Hasil yang didapatkan dari metode proporsional yaitu 4 unit mobil tangki
dengan setiap mobil tangki berkapasitas 5 KL. Selain itu, penggunaan metode
proporsional dipilih karena dengan mengaplikasikan metode proporsional ini akan
meningkatkan pelayanan penyaluran kepada konsumen. Dengan begitu Distribusi
Pertamax yang disalurkan ke Pertashop dapat dikirimkan dengan tepat waktu,
tepat jumlah, tepat mutu, dan dapat memenuhi kebutuhan Pertamax pada Pertashop
pertashop yang disalurkan.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan selama dua minggu, mulai dari tanggal 15 Mei 2024 hingga 2 Juni 2024,
dengan judul "Optimalisasi Jumlah Ketersediaan Mobil Tangki Untuk
Distribusi Pertamax ke Pertashop pada Fuel Terminal X," dapat disimpulkan
bahwa jumlah mobil tangki yang tersedia di Fuel Terminal X belum memenuhi
kebutuhan penyaluran Pertamax dengan hanya tiga unit mobil tangki. Penulis
menggunakan dua metode perhitungan, yaitu metode kluster dan metode
proporsional, untuk menganalisis ketersediaan mobil tangki. Metode kluster
menghasilkan kebutuhan lima unit mobil tangki dengan ritase 1,12 rit/hari, sementara
metode proporsional menghasilkan empat unit mobil tangki dengan ritase 1,41
rit/hari. Penulis memilih metode proporsional karena lebih optimal dan memenuhi
KPI perusahaan. Dengan metode proporsional, empat unit mobil tangki
berkapasitas 5 KL atau total 20 KL sudah mencukupi kebutuhan distribusi
Pertamax ke Pertashop di wilayah Fuel Terminal X, dengan ritase 1,41 rit/hari
yang telah memenuhi target ritase perusahaan sebesar 1,2 rit/hari. Saran yang
diberikan adalah perusahaan sebaiknya menerapkan metode proporsional dalam
pembagian mobil tangki untuk memastikan distribusi Pertamax ke Pertashop lebih
efisien dan memenuhi kebutuhan tepat waktu, serta melakukan evaluasi terhadap
jumlah mobil tangki yang ada untuk memastikan ketersediaan empat unit mobil
tangki dengan kapasitas 5 KL sesuai metode proporsional.
Akhlissa, S. B., & Bakhtiar, A.
(2021). Penentuan jumlah kebutuhan mobil tangki dalam proses distribusi BBM
pada PT Pertamina (Persero) Integrated Terminal Semarang. Industrial
Engineering Online Journal, 10(3).
Cahyono, A. (2021). Konsumsi Pertamax naik
40,98%. Kementerian ESDM.
Fadhilah, R., Haryono, T., & Lestari,
N. (2020). Optimalisasi penyaluran BBM di Pertashop. Jurnal Logistik dan
Distribusi, 6(2), 45-56.
Gunawan, B. (2020). Analisis kebutuhan BBM
di Indonesia. Jurnal Energi, 11(3), 67-74.
Gunawan, B., & Wulandari, T. (2019).
Efisiensi distribusi BBM di Indonesia. Jurnal Transportasi, 8(4), 123-130.
Harsono, S. (2021). Pertashop dan peluang
bisnis BBM di daerah terpencil. Jurnal Bisnis dan Investasi, 5(1), 88-95.
Hidayat, D. (2020). Peran moda
transportasi dalam distribusi BBM. Jurnal Sistem Transportasi, 10(1), 14-22.
Jusri, P. A. (2022). Analisis penggunaan
bahan bakar premium, pertalite dan pertamax pada uji kinerja mobil tipe urban
concept. Jurnal Energi dan Inovasi Teknologi (ENOTEK), 5.
Kementerian ESDM. (2022). Laporan tahunan
konsumsi BBM di Indonesia. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Kholifatu Nurlaili Mahardhika. (2022).
Pertashop Pertamina: Istilah, fungsi, dan cara daftarnya. Artikel Megah
Anugerah Energi.
Louis, R. (2019). Optimalisasi distribusi
BBM di Indonesia. Jurnal Logistik dan Supply Chain, 4(2), 89-99.
Mulyono, S. (2018). Pengaruh kenaikan
konsumsi BBM terhadap perekonomian Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan,
13(2), 77-88.
Nasution, A. (1996). Manajemen
transportasi. Ghalia Indonesia.
Poerdwadarminta, W. J. S. (1986). Kamus
besar umum bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
Pujawan, I. N., & Mahendrawati.
(2010). Supply chain management (Edisi kedua). Guna Widya.
Putra, I. G. (2022). Optimalisasi sistem
distribusi BBM menggunakan metode kluster. Jurnal Teknik Industri, 9(2), 45-56.
Rudianto, T. (2021). Pertashop: Solusi
penyediaan BBM non-subsidi di daerah terpencil. Jurnal Ekonomi Rakyat, 7(3),
34-42.
Santoso, W., & Dewi, R. (2021).
Pertashop sebagai inovasi BBM non-subsidi. Jurnal Manajemen dan Bisnis, 10(4),
22-29.
Sari, M., Andika, R., & Fitriana, N.
(2018). Kualitas pelayanan pada distribusi BBM di Indonesia. Jurnal Pelayanan
Publik, 7(1), 55-64.
Tjiptono, F. (2014). Service quality and
customer satisfaction. Andi Offset.
Tim Penyusun Panduan Mobil Tangki S&D.
(2014). Pedoman pengelolaan operasi transportasi dengan mobil tangki/Iso Tank
No. A008/F10300/2014-S3 revisi ke-00. Pertamina Supply & Distribution
Direktorat Pemasaran dan Niaga.
Tim Penyusun Panduan Mobil Tangki. (2020).
Volume 1-Manajemen pabrikasi mobil tangki BBM. Pertamina (Persero) Subholding
Commercial & Trading.
Tim Penyusun Panduan Mobil Tangki. (2020).
Volume 2-Manajemen operasi mobil tangki. Pertamina (Persero) Subholding
Commercial & Trading.