Antara Anak Dan Teknologi: Butuh Atau Bunuh? 267
e-ISSN: 2798-5210
p-ISSN: 2798-5652
Volume 2 No. 3 Juli 2022 (267-273)
Antara Anak Dan Teknologi: Butuh Atau Bunuh?
Between Children And Technology: Need Or Kill?
Fidiyah Sari
UIN Abdurrahman Wahid, Kota Pekalongan Jawa Tengah, Indonesia.
*Correspondence: fidsar02@gmail.com
DOI:
10.36418/comserva.v2i2.2
36
Histori Artikel:
Diajukan
: 15-07-2022
Diterima
: 19-07-2022
Diterbitkan
: 30-07-2022
ABSTRAK
Keberadaan perkembangan teknologi adalah wujud dari kehidupan modern
yang semua orang dari anak usia dini hingga orang dewasa mampu mengakses
jalannya teknologi. Perkembangan teknologi yang semakin deras menjadikan
pola pendidikan dari orangtua untuk anak mengalami perubahan. Hal itu
dilihat banyaknya orangtua yang mulai mencampurkan teknologi di kehidupan
anak dalam memberikan stimulasi pengetahuan untuk menunjang pendidikan
mereka. Namun bagaimana dampak teknologi bagi anak, apakah butuh atau
bunuh?. Teknologi bukanlah suatu hal yang dapat membunuh anak dalam aspek
perkembangannya jika orangtuanya bisa menjadi tempat mereka bertukar
informasi yang mereka dapatkan dari teknologi, dapat menjadi pengaman bagi
anak-anaknya, dan penyaring segala informasi yang anak dapatkan.
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mengoptimalisasikan peran anak dan teknologi menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode studi pustaka.
Kata kunci: Anak; Teknologi
ABSTRACT
The existence of technological development is a manifestation of modern life that
everyone from early childhood to adults is able to access the course of
technology. The rapid development of technology has made the pattern of
education from parents to children change. This is seen by the number of parents
who have begun to mix technology in children's lives in providing stimulation of
knowledge to support their education. But how does technology impact children,
does it need or kill?. Technology is not something that can kill children in
aspects of their development if their parents can be a place for them to exchange
the information they get from technology, can be a safeguard for their children,
and filter all the information that children get. Based on this description, this
study aims to optimize the role of children and technology using a qualitative
approach with a literature study method.
Keywords: Kids; Technology
PENDAHULUAN
Di era yang semakin dewasa dan modern, teknologi telah menjadi tuntutan yang tidak
terpisahkan bagi kehidupan manusia, baik orang dewasa maupun anak-anak tidak dapat dipisahkan
dari penggunaan teknologi. Teknologi yang lebih lama semakin dekat dengan kehidupan sehari-hari
manusia, membuatnya lebih mudah dan menawarkan wawasan baru kepada penggunanya (Savitri,
2019). Dengan lebih dari 100 juta orang menggunakan gadget/smartphone di Indonesia, data dari
Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan bahwa hampir 55% penduduk di
Fidiyah Sari
Antara Anak Dan Teknologi: Butuh Atau Bunuh?
268
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (267-273)
Indonesia adalah pengguna aktif smartphone, terhitung setengah dari penduduk Indonesia (Khoiri:
2019).
Jumlah pengguna smartphone terus bertambah dari 65,2 juta pengguna di tahun 2016, dan terus
bertambah menjadi 92 juta di tahun 2019, menurut eMarketer Institute for Digital Marketing yang
dikutip dalam kata data (Susanti, 2020).
Gambar 1. Diagram Pengguna Aktif Smartphone di Indonesia
Sumber: katadata, Agustus 2016
Masyarakat, terutama orang tua yang memiliki anak kecil, tidak bisa lepas dari penggunaan
teknologi seperti smartphone, TV, VCD player, atau segala hal yang berhubungan dengan gadget.
Penggunaan smartphone, TV atau gadget oleh anak-anak bukanlah hal baru, bahkan 90% orang tua
mengatakan bahwa gadget yang banyak digunakan oleh anak-anaknya pada kelompok usia 4-6 tahun
adalah smartphone (Adwitiya & Wimbarti, 2020). Banyak anak-anak antara usia 2 dan 6 tahun yang
akrab dengan cara menggunakan smartphone (Purnama et al., 2018), dan anak-anak lebih cenderung
menggunakan smartphone untuk menonton video dan game melalui YouTube, situasi yang tidak
dapat dikontrol dengan baik oleh orang tua. Berdasarkan observasi di Desa Talun, Kecamatan
Bojonegoro Sumberrejo, anak usia 3-6 tahun sudah mengenal smartphone dan cara menggunakannya.
Anak-anak sudah dapat mengakses dan memainkan aplikasi dan game YouTube, dan itu tidak jarang
tanpa bantuan orang tua.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ismanto dan Onibala (Widya, 2020), ketika anak-
anak bermain dengan gadget, mereka memilih untuk bermain di gadget yang mereka sukai. Penelitian
lain juga menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang aktif menggunakan gadget. media
sosial. Indonesia memiliki 79,7% pengguna aktif, melampaui Filipina (78%), Malaysia (72%), dan
China (67%). Gadget digunakan oleh 38 persen anak usia 5 tahun pada tahun 2011, 72 persen pada
tahun 2013, dan 80 persen pada tahun 2015. 23% anak secara teratur menggunakan perangkat
elektronik sebagai sarana bermain, sementara 82% orang tua mengatakan mereka online setidaknya
seminggu sekali. Namun, untuk mendukung upaya pendidikan anak usia dini, sulit untuk melepaskan
diri dari penggunaan teknologi, terutama gadget. Selain efek negatifnya, gadget tetap dapat
memberikan kemudahan dan variasi dalam proses belajar anak (Adib, 2021). Menurut penelitian yang
dilakukan oleh (Khoemarga, 2015), dampak positif penggunaan gadget, terutama oleh anak-anak,
antara lain dapat melatih daya ingat dan pemahaman belajar anak, seperti menambah kosa kata anak,
Fidiyah Sari
Antara Anak Dan Teknologi: Butuh Atau Bunuh?
269
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (267-273)
dan aplikasi menyenangkan yang memungkinkan anak belajar apa adanya. berbagai musik dan
gambar. Juga tidak butuh waktu lama bagi anak-anak untuk memahami suatu materi.
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan. Penelitian
kepustakaan yang mengumpulkan informasi dan data melalui buku dan jurnal. Prosedur penelitian
yang digunakan melalui langkah-langkah sebagai berikut: pemilihan topik, eksplorasi informasi,
penentuan prioritas penelitian, pengumpulan sumber data, penyusunan penyajian data, dan
penyusunan laporan. Untuk menjaga proses peninjauan dan mencegah kesalahan, penulis membaca
kembali informasi dari buku dan jurnal yang dipilih, dibandingkan, dan digabungkan hingga
ditemukan informasi yang relevan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keberadaan perkembangan teknologi adalah wujud dari kehidupan modern yang semua orang
dari anak usia dini hingga orang dewasa mampu mengakses jalannya teknologi (Junida, 2019).
Perkembangan teknologi yang semakin deras menjadikan pola pendidikan dari orangtua untuk anak
mengalami perubahan. Hal itu dilihat banyaknya orangtua yang mulai mencampurkan teknologi di
kehidupan anak dalam memberikan stimulasi pengetahuan untuk menunjang pendidikan mereka.
Namun bagaimana dampak teknologi bagi anak, apakah butuh atau bunuh?.
Anak usia 4-5 tahun sedang berada dalam fase serba ingin tahu, mereka selalu penasaran
dengan hal-hal baru yang menarik perhatian mereka. Memasuki fase ini sebagai orangtua bisa mulai
memperkenalkan teknologi kepada anak. Teknologi tersebut dapat dikenalkan melalui macam-macam
bentuk dan fungsinya yang ada di lingkungan anak seperti handphone, laptop, dan televisi. Biarkan
anak-anak untuk ikut mencoba dalam mengoperasikan benda-benda teknologi tersebut, sambungkan
benda-benda tersebut dengan jaringan internet dan sajikan tayangan-tayangan edukatif untuk mereka
serta bantu mereka untuk mencari informasi-informasi yang diinginkan. Namun, ketika anak-anak
menghabiskan banyak waktu untuk diri mereka sendiri, orang tua cenderung membuat mereka
mengerti dan mengerti karena mereka masih muda. Beberapa orang tua lebih cenderung membiarkan
anak-anak mereka bermain tanpa batas. Yang terpenting adalah pengawasan orang tua, perhatikan
batas waktu anak di depan layar, termasuk handphone, laptop, TV, dll, dan layar edukasi yang
memberikan posisi duduk yang benar dan tepat di depan anak
Tidak dapat disangkal bahwa teknologi dapat membuat orang tua khawatir. Jadi kuncinya
adalah pengawasan. Orang tua tidak perlu membuat perangkat lunak keamanan di situs web tertentu
yang tidak dapat dibuka oleh anak-anak mereka, karena orang tua sendiri adalah keamanan terbaik
mereka. Selain itu, orang tua juga harus ingat bahwa semakin besar anak-anak mereka, semakin besar
akses mereka terhadap teknologi. Apalagi media sosial sudah menjadi tempat yang lumrah bagi
penduduk dunia untuk bersosialisasi, berkomunikasi, mencari informasi, dan lainnya.
Oleh karena itu, teknologi bukanlah suatu hal yang dapat membunuh anak dalam aspek
perkembangannya jika orangtuanya bisa menjadi tempat mereka bertukar informasi yang mereka
dapatkan dari teknologi, dapat menjadi pengaman bagi anak-anaknya, dan penyaring segala informasi
yang anak dapatkan (Wisnuhardana, 2018). Dengan seperti itu, ketika anak tumbuh semakin besar
mereka bisa menjadi orang yang bijak dalam menggunakan teknologi. Anak butuh teknologi di era
yang semakin maju ini, karena dengan secara tidak langsung mereka selalu berdampingan dengan
teknologi (Faiza & Firda, 2018). Anak akan penasaran apabila orang-orang disekitarnya
menggunakan benda-benda teknologi tersebut. Maka bukan untuk disembunyikan keberadaan
teknologi ke anak-anak, tanamkanlah selalu kepada mereka bahwa keberadaan teknologi dengan
Fidiyah Sari
Antara Anak Dan Teknologi: Butuh Atau Bunuh?
270
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (267-273)
segala macam bentuknya harus membawa pengaruh yang positif bagi diri mereka agar teknologi tidak
membunuh masa depan mereka.
Tentu saja, tugas ini membutuhkan kolaborasi antara departemen pemerintah dan guru di
garis depan pendidikan. Pada saat yang sama, keterampilan yang harus dimiliki di abad 21 adalah
multitasking, pembelajaran multimedia, interaksi sosial online, pencarian informasi online,
permainan, simulasi dan ekspresi kreatif, dan keterampilan ini juga perlu dikuasai dan diterapkan
dalam proses Pendidikan (Hartat et al., 2022).
khususnya dalam bidang pendidikan. mendidik. Sekolah. Meskipun teknologi bukan satu-
satunya hal yang dapat membuat guru lebih inovatif dan kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran,
teknologi dapat meningkatkan motivasi anak-anak dengan menghadirkan nuansa dan warna mereka
sendiri dalam proses pembelajaran (Gusty et al., 2020). Selain itu, dalam menghadapi berbagai
tuntutan Revolusi Industri 4.0, bahkan sekarang memasuki 5.0, beberapa faktor penting mendapatkan
perhatian, dan pembelajaran inovatif sedang dipersiapkan untuk meningkatkan kemampuan lulusan
untuk keterampilan abad ke-21. Pertanyaan-pertanyaan di atas muncul, kemudian rencana tersebut
dikembangkan dengan mempertimbangkan dan mempertimbangkan semua aspek yang harus
dilibatkan dalam melaksanakan rencana tersebut. Dalam hal ini, ada tiga pihak penting, antara lain
orang dewasa (orang tua, guru atau pembuat kebijakan), anak-anak dan teknologi itu sendiri. Setiap
orang memiliki peran dan kemampuan untuk menggunakan teknologi dengan mempertimbangkan
faktor-faktor berikut:
1. Aspek Anak
Dampak teknologi terhadap pembelajaran konduktif anak dipengaruhi oleh usia, pengalaman,
waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan teknologi, dan jenis kelamin (Notanubun, 2019). Pada
anak usia dini, mengapa usia perlu diperhatikan, karena berkaitan dengan intervensi yang akan
diberikan pada setiap kelompok usia (Prayitno, 2002). Selain itu, pengalaman anak meliputi
pengetahuan sebelumnya dan penggunaan komputer oleh anak di rumah, yang berkaitan dengan
proses belajar. Anak-anak yang memiliki pengalaman sebelumnya dengan teknologi atau memiliki
akses ke internet di rumah menunjukkan kemajuan yang lebih besar dalam belajar, dan ini perlu
diperhitungkan saat melakukan penilaian. Pertimbangan lain adalah waktu, berapa lama waktu yang
dibutuhkan seorang anak untuk menguasai keterampilan tertentu dengan bantuan teknologi, lebih
cepat atau lebih lambat daripada tanpa teknologi (Pakpahan et al., 2020). Berikutnya adalah gender,
yang juga perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran, yaitu dengan menawarkan berbagai gaya
belajar yang berbeda karena setiap anak laki-laki dan perempuan memiliki preferensi dan
kecenderungan yang berbeda.
2. Aspek Orang Dewasa
Dalam konteks ini, orang dewasa dapat menjadi orang tua, guru atau pembuat kebijakan yang
merupakan bagian penting dari proses pembelajaran menggunakan teknologi dan yang perannya
meliputi: Satu.
a. Membantu anak-anak menggunakan teknologi
b. Menyesuaikan pembelajaran dengan mengintegrasikan pembelajaran menggunakan teknologi
c. Menggunakan Teknologi untuk Memaksimalkan Dampak Interaksi Pembelajaran
d. Metode dan Ketepatan Belajar Mengajar dalam Konteks Teknologi
Fidiyah Sari
Antara Anak Dan Teknologi: Butuh Atau Bunuh?
271
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (267-273)
3. Aspek Pelaksanaan, Monitoring, dan Evaluasi
Diagram di atas merupakan proses program pelatihan pendidik yang dilaksanakan oleh dinas
pendidikan terkait. Selain pelatihan, bantulah pendidik agar selama pelaksanaan, hasil pelatihan
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Melakukan semua evaluasi program bekerjasama dengan
dinas pendidikan terkait dan melakukan evaluasi secara berkala untuk mengetahui kemajuan
pelaksanaan hasil pelatihan pembelajaran sehingga pendidik dapat terus memantau orang tua di
lembaga sekolah masing-masing, sehingga jika ada kendala dapat diatasi bersama-sama.
SIMPULAN
Keberadaan perkembangan teknologi adalah wujud dari kehidupan modern yang semua orang
dari anak usia dini hingga orang dewasa mampu mengakses jalannya teknologi. Perkembangan
teknologi yang semakin deras menjadikan pola pendidikan dari orangtua untuk anak mengalami
perubahan. Hal itu dilihat banyaknya orangtua yang mulai mencampurkan teknologi di kehidupan
anak dalam memberikan stimulasi pengetahuan untuk menunjang pendidikan mereka. Oleh karena itu,
teknologi bukanlah suatu hal yang dapat membunuh anak dalam aspek perkembangannya jika
orangtuanya bisa menjadi tempat mereka bertukar informasi yang mereka dapatkan dari teknologi,
dapat menjadi pengaman bagi anak-anaknya, dan penyaring segala informasi yang anak dapatkan.
Dengan seperti itu, ketika anak tumbuh semakin besar mereka bisa menjadi orang yang bijak dalam
menggunakan teknologi.
Memberikan
Pelatihan dan
Pendampingan
Monitoring
Pelaksanaan
dilapangan,
Penerapan
hasil pelatihan
dalam
pembelajaran
Evaluasi
setiap bulan
Fidiyah Sari
Antara Anak Dan Teknologi: Butuh Atau Bunuh?
272
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (267-273)
DAFTAR PUSTAKA
Adib, H. (2021). Problematika penggunaan gadget dalam pembelajaran masa pandemi Covid-19
(Dampak dan solusi bagi kesehatan siswa). Asatiza: Jurnal Pendidikan, 2(3), 170179.
https://doi.org/10.46963/asatiza.v2i3.391
Adwitiya, A., & Wimbarti, S. (2020). Motivasi Bermain Game dan Mediasi Orangtua dengan
Kecenderungan Adiksi Video Game pada Anak. PSYCHOPOLYTAN: Jurnal Psikologi, 3(2),
7182.
Faiza, A., & Firda, S. J. (2018). Arus metamorfosa milenial. Penerbit Ernest.
Gusty, S., Nurmiati, N., Muliana, M., Sulaiman, O. K., Ginantra, N. L. W. S. R., Manuhutu, M. A.,
Sudarso, A., Leuwol, N. V., Apriza, A., & Sahabuddin, A. A. (2020). Belajar Mandiri:
Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi Covid-19. Yayasan Kita Menulis.
Hartat, T., Damaianti, V. S., Gustiana, A. D., Aryanto, S., Jannah, W. N., & Indonesia, P. R. C.
(2022). Berpikir Kreatif Dan Kritis Siswa Sekolah Dasar. Perkumpulan Rumah Cemerlang
Indonesia.
Junida, D. S. (2019). Kecanduan online anak usia dini. Walasuji: Jurnal Sejarah Dan Budaya, 10(1),
5768.
Khoemarga, A. A. (2015). Perancangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kecerdasan
Intrapersonal Anak Usia 4-6 Tahun. Jurnal DKV Adiwarna, 1(6), 12.
Notanubun, Z. (2019). Pengembangan kompetensi profesionalisme guru di era digital (Abad 21).
Jurnal Bimbingan Dan Konseling Terapan, 3(2), 5464. https://doi.org/10.30598/jbkt.v3i2.1108
Pakpahan, A. F., Ardiana, D. P. Y., Mawati, A. T., Wagiu, E. B., Simarmata, J., Mansyur, M. Z., Ili,
L., Purba, B., Chamidah, D., & Kaunang, F. J. (2020). Pengembangan media pembelajaran.
Yayasan Kita Menulis.
Prayitno, A. (2002). Gangguan pola tidur pada kelompok usia lanjut dan penatalaksanaannya. Jurnal
Kedokteran Trisakti, 21(1), 24.
Purnama, S., Sunan, U., & Yogyakarta, K. (2018). Pengasuhan Digital untuk Anak Generasi Alpha.
Al Hikmah Proceedings on Islamic Early Childhood Education, 1(1), 493502.
Savitri, A. (2019). Revolusi industri 4.0: mengubah tantangan menjadi peluang di era disrupsi 4.0.
Penerbit Genesis.
Susanti, S. S. (2020). Pemanfaatan Teknologi Dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Azzahra: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1), 6576. https://doi.org/10.36341/psi.v3i2.1097
Widya, R. (2020). Dampak Negatif Kecanduan Gadget Terhadap Perilaku Anak Usia Dini Dan
Penanganannya Di Paud Ummul Habibah. Jurnal Abdi Ilmu, 13(1), 2934.
Wisnuhardana, A. (2018). Anak Muda & Medsos. Gramedia Pustaka Utama.
Fidiyah Sari
Antara Anak Dan Teknologi: Butuh Atau Bunuh?
273
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (3) Juli 2022 - (267-273)
© 2022 by the authors. Submitted for possible open access publication under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license
(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).