Pemberdayaan Kemitraan
Masyarakat Pada Kelompok Peternak Sapi di Desa Tempok Kabupaten Minahasa
Provinsi Sulawesi Utara
Empowerment of
Community Partnerships in Cattle Farmer Groups in Tempok
Village, Minahasa Regency, North Sulawesi Province
1)* Sony A. E. Moningkey,
2) Mac D. B. Walangitan, 3) Ingriet D. R. Lumenta
123 Universitas Sam Ratulangi, Indonesia
Email: [email protected]
*Corresponding: Sony A. E. Moningkey
DOI: |
ABSTRAK Ternak sapi merupakan salah satu sumber utama pendapatan masyarakat
Desa Tempok. Usaha ini telah lama diminati, dan para peternak sapi di desa
tersebut membentuk kelompok produktif seperti kelompok "Cita Waya,"
yang fokus pada pengembangan usaha ternak sapi dan pertanian. Namun, kelompok
ini menghadapi dua masalah utama: 1) sapi yang dipelihara tidak dikandangkan,
hanya diikat di halaman atau ladang; dan 2) kurangnya pengetahuan tentang
manfaat kotoran ternak sebagai sumber energi. Solusi yang ditawarkan melalui
Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) mencakup pendampingan dalam
pembuatan kandang sapi serta instalasi biogas. Tujuan utamanya adalah
meningkatkan produktivitas ternak melalui peningkatan bobot badan dan
pendapatan, serta menyediakan sumber energi alternatif melalui biogas. Metode
pelaksanaan program ini meliputi sosialisasi, penyuluhan, pelatihan, dan
pendampingan. Tahapan kegiatan dimulai dengan sosialisasi kepada peternak dan
pemerintah setempat, dilanjutkan dengan penyuluhan tentang manajemen kandang
dan pemanfaatan kotoran sapi untuk biogas, serta pelatihan pembuatan kandang
dan instalasi biogas. Masyarakat Desa Tempok menunjukkan antusiasme yang
tinggi dalam proses ini, dan digester biogas berhasil diimplementasikan
sebagai sumber energi alternatif yang dapat menggantikan bahan bakar minyak. Kata kunci: Pemberdayaan,
Kelompok Peternak, Kandang, Biogas |
|
ABSTRACT Cattle
farming is one of the main sources of income for the people of Tempok Village. This business has long been favored, and
cattle farmers in the village have formed productive groups such as the �Cita
Waya� group, which focuses on developing cattle farming and agriculture.
However, the group faces two main issues: 1) the cattle are not kept in
barns, but only tied in yards or fields; and 2) there is a lack of knowledge
about the benefits of cattle manure as an energy source. Solutions offered
through the Community Partnership Empowerment Program (PKM) include guidance
in building cattle barns and biogas installations. The main goals are to
increase cattle productivity by boosting body weight and income, as well as
providing an alternative energy source through biogas. The program�s
implementation methods include socialization, education, training, and
mentoring. The activities began with socialization to farmers and local
government, followed by education on barn management and the use of cattle
manure for biogas, and then training on building barns and biogas
installations. The people of Tempok Village showed
great enthusiasm during these activities, and the biogas digester was
successfully implemented as an alternative energy source, replacing fuel oil
for the partnership group in Tempok Village, Minahasa Regency, North Sulawesi Province. Keywords: Empowerment, Farmer
Groups, Cages, Biogas |
Pihak-pihak yang Terlibat dalam Kegiatan Program Pemberdayaan Kemitraan
Masyarakat (PKM)
Kegiatan ini
melibatkan berbagai pihak yaitu :
1. Tim
Pengabdian; Beranggotakan 3 orang yang berasal dari Universitas Sam
Ratulangi��� Manado
2. Kelompok
Peternak Sapi �Cita Waya� bersedia menerima dan
menjadi percontohan penerapan teknologi melalui program ini. Kelompok mitra
memberikan partisipasi seperti kesediaan waktu dan tenaga untuk terlibat aktif
dalam program ini, serta menyediakan dan memberikan kontribusi bahan dan alat (in kind) dan
menyediakan lokasi demonstrasi plot (demplot) serta
lokasi untuk pembuatan kandang ternak sapi.
3. Pemerintah
Desa Tempok
Tim PKM pada awalnya melaksanakan
pertemuan dengan pemerintah Desa Tempok untuk meminta
ijin pelaksanaan kegiatan ini di desa tersebut. Pemerintah Desa Tempok sangat antusias dan menerima tim pengusul ketika
pertemuan awal dimana tim pengusul memaparkan rencana
pelaksanaan kegiatan PKM ini.
4. Dinas
Pertanian dan Peternakan Kabupaten Minahasa
Tim PKM berkoordinasi dengan Dinas
Pertanian dan Peternakan Kabupaten Minahasa untuk mendapatkan data kelompok kelompok peternak sapi yang ada untuk dijadikan calon mitra
kegiatan PKM.
Tahapan dan Langkah Langkah dalam Pelaksanaan
Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM)
Metode
pendekatan yang akan digunakan adalah metode aplikasi teknologi tepat guna
dengan teknik pembelajaran orang dewasa (andragogik).
Metode ini lebih memudahkan tercipta mekanisme, prosedur, iklim dan suasana
yang mendukung terjadinya proses pembelajaran secara mandiri serta partisipatif dari kelompok sasaran. Pelaksanaan kegiatan
PKM ini akan menggunakan metode pendekatan yaitu: sosialisasi, penyuluhan,
pelatihan dan pendampingan. Tahapan kegiatannya yaitu:
(i). Sosialisasi.
Pelaksanaan
kegiatan ini diawali dengan sosialisasi kepada kelompok peternak� dan pemerintah setempat.
(ii). Penyuluhan.
Kegiatan
penyuluhan dan pelatihan kepada kelompok peternak dilakukan� dengan materi; a) Manajemen perkandangan
ternak sapi; b) Biogas sebagai sumber energi.
(iii). Pelatihan
dan Pendampingan.
Kegiatan yang
dilaksanakan pada tahapan ini yaitu a) Pembuatan kandang ternak sapi, b)
Pembuatan instalasi biogas.
Desa Tempok
sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan merupakan salah satu desa yang menjadi sentra
Pertanian dan Peternakan di Kabupaten Minahasa. sebagian besar masyarakat Desa Tempok bermatapencarian sebagai.
Ternak sapi merupakan salah satu komoditas peternakan yang diandalkan oleh
masyarakat Desa Tempok sebagai sumber pendapatan
mereka. Kegiatan ini diawali dengan diskusi antara Tim pengabdian bersama sama
dengan kelompok mitra yaitu peternak sapi �Cita Waya�
di Desa Tempok Kecamatan Tompaso
Kabupaten Minahasa (Gambar 3), sekaligus penentuan lokasi pembuatan kandang dan
pembuatan digester biogas.�
Gambar
1. Diskusi dengan Kelompok Mitra serta Penentuan Lokasi
Pembuata Kandang
dan Reaktor Biogas
Pemeliharaan Ternak sapi di lokasi mitra ini
dilakukan dengan cara tidak dikandangkan tetapi hanya diikat di pekarangan
rumah dan lahan lahan perkebunan. Hal ini berimbas pada rendahnya produktivitas
ternak sapi tersebut. Rendahnya produktivitas
ternak sapi berdampak pula pada rendahnya pendapatan peternak (Tuturoong et al 2020). Dampak lain dari sistem
pemeliharaan tersebut di atas yaitu terjadinya pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh kotoran ternak sapi tersebut. Kotoran ternak sapi dapat
menimbulkan masalah serius bagi lingkungan jika tidak ditangani dengan baik.
Melalui Progran kegiatan PKM ini, maka telah diupayakan pembuatan kandang yang
sementara dibuat di lokasi tersebut.
Gambar
4. Pembuatan Kandang Ternak Sapi
Tatalaksana perkandangan merupakan salah
satu faktor produksi yang belum mendapat perhatian dalam usaha peternakan sapi
potong khususnya peternakan rakyat. (Kusmartono et
al 2021). Kontruksi kandang yang belum sesuai dengan persyaratan teknis akan mengganggu produktivitas ternak, kurang
efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan berdampak terhadap lingkungan
sekitarnya. Kondisi kandang belum memberikan keleluasaan, kenyamanan dan
kesehatan bagi ternak.
Dalam mengembangkan usaha peternakan sapi,
harus diingat dampak negatifnya terhadap lingkungan hidup. Oleh karena itu,
perlu dipikirkan perencanaan terpadu yang
disamping mengoptimalkan produksi dan benefit, juga melibatkan pengendalian limbah dan pencegahan
pencemaran lingkungan. Penerapan teknologi tepat guna dalam pemanfaatan limbah
ternak sapi sebagai penghasil biogas memberikan multiplier
effect. Selain menghasilkan biogas sebagai energi
alternatif untuk memasak, juga memberikan dampak positif terhadap perkembangan
usaha peternakan di Indonesia. Teknologi sederhana biogas juga diharapkan dapat
menata kembali sistem pemeliharaan ternak sapi, terutama sistem pemeliharaan
ternak sapi di pedesaan ke arah usaha budidaya ternak sapi yang ramah
lingkungan.
Kotoran sapi yang umumnya dimanfaatkan
sebagai pupuk kandang, dapat juga diolah menjadi produk energi gas non fosil
atau energi terbarukan berupa biogas, sehingga menghasilkan energi bagi
kebutuhan rumah tangga (Angasa et
al, 2018). Biogas adalah salah satu energi non fosil
yang dapat dikembangkan dengan memberikan cukup bahan baku dan re-new-able berupa kotoran sapi.. Dengan demikian masalah
kebutuhan energi dapat diatasi dengan menggunakan sumber energi terbarukan yang
relative mudah didapat, biaya operasional yang rendah,
tidak mengakibatkan masalah limbah�
(Moningkey et al, 2020.,
Widodo et al, 2019).
Potensi usaha ternak sapi di berbagai
daerah termasuk di Kabupaten Minahasa cenderung meningkat setiap tahunnya.
Pengembangannya terus dilakukan guna meningkatkan pendapatan petani peternak.
Usaha ternak sapi dikembangkan oleh masyarakat di Kabupaten Minahasa sebagai
suatu �usaha yang menunjang perekonomian
peternak.
Energi biogas merupakan salah satu energi
alternatif yang potensial untuk dikembangkan. Teknologi biogas adalah teknologi
pengolahan limbah yang efisien untuk pembangkit energi yang menggunakan
mikroorganisme alami untuk mendegradasi dan mengolah berbagai limbah organik
yang� disimpan dalam ruang tertutup.
Kotoran ternak sapi adalah salah satu jenis limbah yang dihasilkan dari�� kegiatan peternakan sapi. Limbah sapi yang
tidak dikelola dengan baik dapat menjadi salah satu pemicu pencemaran
lingkungan. Limbah ini mempunyai andil dalam pencemaran lingkungan sehingga
sering menimbulkan masalah lingkungan yang mengganggu kenyamanan hidup
masyarakat di sekitar peternakan. Gangguan itu berupa bau yang tidak sedap yang
ditimbulkan oleh gas yang berasal dari kotoran ternak sapi, terutama gas
amoniak (NH3) dan gas hidrogen (H2S). Kondisi tersebut yang menyebabkan
beberapa pakar berupaya untuk mengintroduksi teknologi tepat guna seperti
biogas (Moningkey et al 2020).
Rancang bangun reaktor biogas yang di
bangun di lokasi mitra dimulai dari penyiapan kandang disesuaikan agar limbah
dapat�� dengan mudah dialirkan ke reaktor
biogas. Bangunan reaktor biogas dimulai dengan tersedianya bak penampungan
sementara kotoran sapi yang padat. Reaktor biogas yang dibangun untuk proses
fermentasi kotoran sapi� secara anaerob.
Bak penampungan (outlet) yang dibangun untuk
menampung slugde yang dihasilkan dari proses fermentasi
di reaktor. Biogas yang dihasilkan (nyala biru) dan akan� dimanfaatkan untuk memasak oleh keluarga
petani. Proses Pembuatan Reaktor biogas di lokasi mitra dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.
Gambar 5. Proses Pembuatan Reaktor Biogas di Lokasi Mitra
Berdasarkan
kegiatan yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa Anggota kelompok mitra
antusias mengikuti kegiatan yang dilaksanakan tim pengabdian serta pengetahuan
anggota kelompok meningkat terkait pembuatan biogas serta pemanfaatan kandang
yang ramah lingkungan.
Adityawarman, L., Mirah, F., & Datuela, M. (2015). Pengelolaan Limbah
Ternak Sapi dalam Mengurangi Pencemaran Lingkungan. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 13(1), 45-53.
Datuela, M., Elly, J., & Purwanto, E. (2021). Analisis Produktivitas
Ternak Sapi pada Sistem Pemeliharaan Tradisional. Jurnal Peternakan
Indonesia, 16(2), 89-98.
Elly, J., Datuela, M., & Purwanto, E. (2012). Pengaruh Sistem
Pemeliharaan terhadap Produktivitas Sapi Potong. Jurnal Ilmu Peternakan
Indonesia, 7(1), 34-42.
Elly,
J., Datuela, M., & Purwanto, E. (2020). Pengelolaan
Lingkungan dalam Sistem Pemeliharaan Sapi Ramah Lingkungan. Jurnal
Lingkungan Hidup, 9(2), 112-121.
Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN. (2020). Program Kemitraan
Masyarakat dan Hilirisasi Produk Teknologi. Jakarta: Kemenristek/BRIN.
LPPM Unsrat. (2023). Program Pemberdayaan Masyarakat di Sektor
Peternakan. Manado: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi.
Mirah, F., Adityawarman, L., & Purwanto, E. (2016). Teknologi
Pengolahan Limbah Ternak untuk Mengurangi Pencemaran. Jurnal Teknologi
Peternakan, 10(1), 67-74.
Purwantari, N., Elly, J., & Datuela, M. (2014). Pemanfaatan Biogas dari
Limbah Ternak sebagai Energi Alternatif. Jurnal Energi dan Lingkungan, 8(3),
90-98.
Kementerian PPN/Bappenas. (2021). Rencana Strategis Pembangunan Nasional.
Jakarta: Bappenas.
Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik Peternakan Indonesia 2020.
Jakarta: BPS.
Supriyadi, E., & Suryani, I. (2021). Peran Biogas dalam Pemberdayaan
Ekonomi Petani Ternak. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Daerah, 11(3), 78-89.
Wulandari, T., & Agustina, S. (2019). Analisis Peningkatan
Kesejahteraan Peternak melalui Pengelolaan Limbah Ternak. Jurnal Ekonomi
Pertanian Indonesia, 15(4), 132-142.
Miranti, R., & Putri, D. (2018). Pengembangan Teknologi Tepat Guna di
Sektor Pertanian dan Peternakan. Jurnal Inovasi dan Teknologi Pertanian, 14(2),
98-106.
Yuwono, T., & Prawira, A. (2019). Implementasi Program Pemberdayaan
Masyarakat di Desa Berbasis Pertanian dan Peternakan. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Indonesia, 7(1), 67-75.
Salim, F., & Pratiwi, L. (2020). Dampak Program PKM terhadap
Peningkatan Kesejahteraan Petani di Pedesaan. Jurnal Pembangunan Desa dan
Pemberdayaan Masyarakat, 9(3), 45-55.
Sunaryo, B., & Kurniawan, A. (2019). Analisis Dampak Pembangunan
Berkelanjutan terhadap Kesejahteraan Petani di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Berkelanjutan, 12(2), 110-119.
Herawati, D., & Muliawati, R. (2021). Manajemen Limbah Ternak untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Petani. Jurnal Pengembangan Sumber Daya Pertanian Indonesia, 16(3), 56-67.
Mulyono,
D., & Setiawan, H. (2020). Strategi Pemberdayaan Petani Ternak melalui
Pengelolaan Limbah Ternak. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 22(4), 45-54.
Wahyudi, T., & Astuti, L. (2018). Pengelolaan Limbah Ternak untuk
Meningkatkan Pendapatan Peternak. Jurnal Manajemen Lingkungan Pertanian, 19(1),
23-35.
Kusuma, B., & Hartono, S. (2019). Implementasi Biogas sebagai Energi
Alternatif di Desa Pertanian. Jurnal Teknologi Energi, 13(2), 56-64.
|
|