Analisa Penggunaan Metode Target Costing Sebagai Suatu Sistem Pengendalian
Biaya Untuk Meningkatkan Kontribusi Laba
Enrico Bagas Pradana
Universitas Jayabaya, Jakarta, Indonesia
Email: [email protected]
*Correspondence: Enrico Bagas Pradana
DOI: 10.59141/comserva.v4i5.2224 |
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis penerapan target costing sebagai metode pengendalian biaya
produksi di PT. Luna Boga Narayan, perusahaan yang bergerak di bidang Food
and Beverage, khususnya dalam produk kopi Janji Jiwa. Dalam menghadapi persaingan
ketat dan permintaan konsumen yang menginginkan produk berkualitas dengan
harga terjangkau, perusahaan membutuhkan strategi penetapan biaya yang
efisien. Penelitian ini menggunakan data sekunder seperti laporan harga pokok
produksi, wawancara, dan observasi untuk mengidentifikasi peluang penghematan
biaya produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan target costing
berhasil menurunkan biaya produksi dari Rp 20.377,91 menjadi Rp 16.192,08 per
kilogram, dengan total penghematan sebesar Rp 100.460.000. Penghematan ini
berdampak positif pada peningkatan laba perusahaan, mencapai laba kotor per
kilogram sebesar Rp 7.464,10. Kesimpulannya, target costing adalah solusi
yang efektif untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi dan daya saing
perusahaan di pasar. Kata kunci: target costing,
biaya produksi, laba, efisiensi, PT. Luna Boga Narayan |
|
ABSTRACT This study aims to analyze the implementation of target
costing as a cost control method at PT. Luna Boga Narayan, a company in the
Food and Beverage sector, specifically for the Janji
Jiwa coffee product. Facing intense competition and consumer demands for
high-quality yet affordable products, the company needs an efficient
cost-setting strategy. This study uses secondary data such as cost of goods
sold reports, interviews, and observations to identify opportunities for
production cost savings. The results show that applying target costing
successfully reduced production costs from Rp 20,377.91 to Rp 16,192.08 per
kilogram, with total savings amounting to Rp 100,460,000. These savings
positively impacted the company's profit, reaching a gross profit per kilogram
of Rp 7,464.10. In conclusion, target costing is an effective solution to
enhance production cost efficiency and the company's competitiveness in the
market. Keywords: target costing, production cost, profit, efficiency, PT. Luna Boga
Narayan |
Perusahaan sebaiknya lebih meningkatkan pengawasan terhadap pengeluaran biaya-biaya produksi sehingga pengeluaran biaya perusahaan lebih efisien (Bot�n & Vergara, 2015). Perusahaan dituntut
untuk dapat membuat dan menyediakan produk atau jasa yang lebih baik, murah,
cepat dan inovatif. Penetapan harga yang tepat sangat
penting bagi perusahaan agar perusahaan dapat memenuhi keinginan konsumen (Kaenzig et al., 2013). Tetapi disisi lain perusahaan tetap
membuat laba yang diinginkan atau ditargetkan sebelumnya.
Harga target yang dihitung dengan
menggunakan informasi dari pelanggan dan pesaing menjadi dasar untuk menghitung
biaya target costing, sehingga dapat dijadikan tolok ukur dimana perusahaan
dapat dengan mudah melihat sejauh mana perusahaan menetukan standarisasi harga
dan kualitas produk (Kaenzig et al., 2013).
Setiap perusahaan pasti akan menteapkan
suatu standar harga yang tepat bagi produk atau jasa yang dihasilkan. Penetapan
harga tersebut pasti nya berbeda beda di setiap bisnis, karena dipengaruhi oleh
faktor dan kondisi yang berbeda disetiap lingungan. Umumnya perusahaan
beroperasi dengan mengembangkan dan memproduksi barang atau jasa terlebih
dahulu (Beuren et al., 2013). Kemudian mulai menghitung biaya yang
dikeluarkan untuk jenis produksi tersebut dan menetapkan harga jual bagi
produknya, setelah itu produk siap dipasarkan.
Perusahaan yang
ingin berkembang harus mampu menghasilkan produksi yang tinggi dengan kualitas
yang baik (Ulaga & Loveland,
2014). Akan tetapi untuk mencapai efisiensi
produk yang tinggi ini tidak mudah, karena banyak faktor yang mempengaruhinya,
baik faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan.
Biaya produksi merupakan faktor
internal yang berpengaruh terhadap pencapaian efisiensi produk, karena
merupakan komponen biaya yang paling besar yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan (Xia et al., 2015). Biaya yang membentuk biaya produksi
adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Salah satu tujuan yang paling utama adalah optimalisasi laba atau keuntungan.
Untuk mendapatkan produk seperti itu perusahaan harus berusaha mengurangi biaya
yang harus dikeluarkan pada proses produksinya. Umumnya perusahaan beroperasi
dengan mengembangkan dan memproduksi barang/jasa terlebih dahulu.
Biaya merupakan faktor yang penting
dalam menjamin kemenangan perusahaan dalam persaingan dipasar (A. Chang et al., 2013). Kemudian mulai menghitung biaya yang
dikeluarkan untuk jenis produksi tersebut dan menetapkan harga jual bagi
produknya, setelah produk siap dipasarkan. Namun dalam metode target costing,
proses yang terjadi justru sebaliknya.
Menetapkan
harga jual bagi produk barang dan jasa yang dihasilkan merupakan keputusan
karena banyak faktor yang mempengaruhinya (Li et al., 2014). Faktor-faktor tersebut antara lain
adalah biaya, customer, permintaan pasar, situasi persaingan dan strategi.
Harga jual kerap ditentukan oleh pasar, sehingga harga pasar (Market Price)
digunakan untuk menentukan target biaya yang diselaraskan dengan biaya-biaya
yang telah dikeluarkan dalam produksi, yang dikenal dengan masalah target
costing (E. C. Chang et al., 2014).
Hal ini perlu diperhatikan oleh
perusahaan mengenai penentuan harga yang didasarkan pada angapan bahwa produk
telah selesai dibuat, telah dihitung harga pokok produksi dan siap untuk
dipasarkan, namun hal itu tidak selalu berlaku, banyak perusahaan besar yang
menerapkan urutan yang sebaliknya.
�Perusahaan-perusahaan tersebut telah
mengetahui berapa harga jual produknya, sehingga persoalan pokok yang dihadapi
perusahaan tersebut adalah bagaimana cara membuat produk dengan harga jual yang
sudah pasti namun tetap mengasilkan margin keuntungan yang memadai tanpa
mengorbankan kualitas dan nilai yang akan diserahkan kepada pelanggan.
Konsep1sangat
sesuai dengan meningkatnya persaingan serta tingkat penawaran yang jauh melampaui
tingkat permintaan (Keen & Konrad, 2013). Kekuatan pasar
memberi pengaruh yang semakin besar terhadap tingkat harga. Dasar pengunaan
konsep� dalam masalah ini juga karena
adanya kekuatan pasar memberi pengaruh besar terhadap tingkat harga, salah
satunya perusahaan yang menjadi bahan penelitian ini yaitu PT. Luna Boga
Narayan yang bergerak dibidang Food and Beverage, dalam menentukan harga dari
harga pesaing. Semakin baik penerapan1maka perusahaan akan semakin baik pula peningkatan
efisiensi biaya produksinya yang akan berakibat pada tingkat penawaran harga
dan pemaksimalan laba perusahaan.
Penelitian terdahulu mengenai penerapan target costing
menunjukkan berbagai hasil yang relevan untuk mendukung efisiensi biaya
produksi dan peningkatan laba perusahaan (Lo, 2014). Febriana Martina
Longdong (2016) menemukan bahwa penerapan target costing pada CV Sinar Mandiri
membantu menentukan biaya produksi dan mencapai keuntungan yang diharapkan.
Erni Apriyanti dan Yuliastuti Rahayu (2015) membahas penerapan target costing
di PT Semen Gresik untuk menghitung harga pokok produksi semen. F. Agung
Himawan (2015) menganalisis penerapan target costing dalam penetapan harga
brandwidth dedicated di PT Generasi Indonesia Digital, menunjukkan optimasi
laba. Heru Santoso dkk. (2016) mengaplikasikan target costing pada UMKM keripik
tempe, membuktikan efisiensi biaya untuk mencapai laba optimal. Sugianto (2014)
mengkaji target costing pada PT Bimoli, menghasilkan penurunan biaya tenaga
kerja tanpa mengurangi kualitas produk. Heri Supriyadi (2013) menemukan bahwa
target costing dapat mengurangi biaya produksi pada usaha dagang Eko Kusen,
membantu memaksimalkan laba. Fanny Lestari Wiguna dan Portogian Sormin (2014)
serta Mathius Tandiontong dan Natalia Fany (2015) menegaskan bahwa target costing
meningkatkan keunggulan bersaing dan membantu pengendalian biaya di sektor
konveksi dan produsen shampoo. Penelitian Indra Lila Kusuma dan Ayu Noorida
(2013) serta Kuscoy dkk. (2010) juga menyoroti pentingnya target costing dalam
memenangkan persaingan pasar dengan menentukan biaya berdasarkan harga pasar
yang kompetitif.
Banyak orang memahami bahwa harga pokok produksi dan jasa
mencerminkan kemampuan suatu organisasi dalam memproduksi barang dan jasa, di
mana semakin tinggi kemampuan mengelola biaya, semakin baik pula produk dan
jasa yang ditawarkan, baik dari sisi harga maupun kualitas(Rajaguru & Matanda, 2013). Namun,
kenyataannya menunjukkan bahwa banyak perusahaan, termasuk PT. Luna Boga
Narayan, belum dapat mengelola biaya secara maksimal. Dalam kondisi persaingan
yang ketat, konsumen cenderung memilih produk murah namun berkualitas. Oleh
karena itu, PT. Luna Boga Narayan memerlukan analisis yang tepat untuk
menentukan harga pokok produksi yang sesuai dengan target laba perusahaan.
Penelitian ini membatasi masalah pada unsur-unsur biaya yang dibutuhkan,
penerapan penetapan harga jual dan keuntungan, serta peningkatan efisiensi
biaya produksi melalui metode target costing. Penulis merumuskan masalah
sebagai berikut: (1) Bagaimana dampak penerapan target costing terhadap
pengurangan biaya produksi? (2) Apakah target costing merupakan alternatif yang
tepat untuk meningkatkan laba? (3) Bagaimana dampaknya terhadap laba perusahaan
setelah penerapan target costing?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan
target costing dalam mengendalikan biaya dan meningkatkan laba di PT. Luna Boga
Narayan. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memberikan kontribusi
terhadap pendekatan teori biaya bagi akademisi dan praktisi, sementara manfaat
praktisnya adalah sebagai literatur dalam pengambilan keputusan perusahaan (Lozano et al., 2013). Penelitian ini
juga diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti, memberikan masukan bagi
perusahaan dalam menetapkan harga pokok produksi, serta berkontribusi sebagai
referensi ilmiah bagi masyarakat.
Penelitian
ini dilakukan di Jl. Kedoya Raya No. 2, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, dari tanggal 17 November 2021 hingga 10 Januari 2022.
Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel dependen dan independen (Dupuis & Biesbroek, 2013). Variabel dependen
adalah penerapan target costing, metode yang digunakan untuk memperbaiki usaha
dan mengurangi biaya operasional produk di masa depan dengan mempertimbangkan
proses manufaktur sebelum produk dan proses desain dilakukan. Sementara itu, variabel
independen adalah pengendalian biaya produksi yang berperan penting dalam
memproduksi suatu produk, karena dengan adanya pengendalian biaya, perusahaan
dapat mengoptimalkan biaya operasional selama proses produksi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder, termasuk laporan harga pokok produksi, laporan keuangan, sejarah
perusahaan, dan dokumen terkait dari PT. Luna Boga Narayan. Data dikumpulkan
melalui dokumentasi, wawancara, dan observasi lapangan. Analisis data dilakukan
dengan mendeskripsikan perhitungan biaya produksi perusahaan dan
membandingkannya dengan perhitungan menggunakan metode target costing. Proses
target costing melibatkan penentuan harga pasar kompetitif, laba kotor yang
diharapkan, dan perhitungan target biaya. Hasil analisis membandingkan biaya
sebelum dan sesudah penerapan target costing, serta menghitung penghematan yang
terjadi. Jika biaya target lebih kecil tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas
produk, maka metode ini dinilai efisien.
A.
Deskripsi Tempat/Objek Penelitian
Janji Jiwa adalah kopi asli Indonesia yang dimiliki oleh
PT. Luna Boga Narayan dimana pertama
kali didirikan oleh Billy Kurniawan sebagai pemilik bisnis di ITC Kuningan pada
tahun 2018. Sebelumnya, PT. Luna Boga Narayan telah berhasil membangun brand
bisnis minuman Thai Tea dan Go Manggo dengan konsep minuman khas Thailand yang
telah memiliki banyak cabang di berbagai daerah sejak tahun 2017.
Kopi Janji Jiwa menggunakan filosofi dimana seseorang
memiliki gairah dibidang kopi. Tagline seperti janji yang tulus untuk melayani
kopi sebagai salah satu gairahnya. Janji Jiwa menyediakan berbagai pilihan kopi
lokal Indonesia dengan harga terjangkau yang mengadopsi konsep Fresh to Cup
atau berarti segar hingga ke penyajian.
Menggunakan kosep �grab and go� dianulir sebagai pelopor
ide strategi awal dari Janji Jiwa dalam memulai bisnisnya. Seperti khalayaknya
strategi bisnis yang di fast food peruntungan ini juga berlaku pada fast drink
yang penting sama-sama dibidang fast moving.
Tujuan
yang ingin dicapai oleh
setiap perusahaan adalah
dengan meningkatkan produksi,
dengan meningkatkan produksi
maka perusahaan akan dapat mempertahankan
kelangsungan hidup dari usaha yang dikelola. Salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan produksi
adalah dengan memperhatikan masalah biaya produksi.
Dalam melakukan pengendalian biaya produksi, perusahaan
perlu mengetahui komponen-komponen yang digunakan untuk menghitung biaya
produksi seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik. Kemudian perusahaan mengumpulkan informasi biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
yang terjadi tiap tahun yang kemudian diolah untuk menghitung biaya produksi
tiap tahun.
Setelah menghitung total produksi, perusahaan dapat
mengetahui biaya produksi per unit, yaitu dengan cara membagi total biaya
produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan selama tahun tersebut.
1. Biaya Produksi
Data diperoleh dari PT. Luna Boga
Narayan bahwa 2019 memproduksi 24.000kg dengan harga jual Rp. 23.000. Data
volume penjualan Kopi Janji Jiwa sendiri selama tahun 2019 dapat dilihat pada
Tabel 1.
Penjualan yang terjadi selama tahun
2019 yaitu 23.501kg atau Rp 634.527.000 dengan harga jual Rp. 23.000, sementara
sisa yang tidak terjual digunakan oleh perusahaan untuk menarik minat konsumen
dengan menjadikan tester Kopi gratis sepuasnya hanya berlaku minum ditempat.
Tabel 1. Volume Penjualan Kopi Pada Tahun 2019
Bulan |
Volume
Penjualan (Kg) |
Harga
Jual (Rp) |
Jumlah
Rp (Kg) |
Januari |
2.006 |
27.000 |
54.162.000 |
Februari |
1.970 |
27.000 |
53.190.000 |
Maret |
1.900 |
27.000 |
51.300.000 |
April |
1.968 |
27.000 |
53.136.000 |
Mei |
1.897 |
27.000 |
51.219.000 |
Juni |
1.930 |
27.000 |
52.110.000 |
Juli |
2.011 |
27.000 |
54.297.000 |
Agustus |
1.780 |
27.000 |
48.060.000 |
September |
1.850 |
27.000 |
49.950.000 |
Oktober |
1.879 |
27.000 |
50.733.000 |
November |
2.000 |
27.000 |
54.000.000 |
Desember |
2.310 |
27.000 |
62.370.000 |
Total Penjualan |
23.501 |
27.000 |
634.527.000 |
Sumber: PT.
Luna Boga Narayan, Jakarta
a.
Biaya Bahan Baku
Biaya
Bahan Baku adalah biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku yang dipakai didalam pengolahan produk. Biaya bahan
baku yang digunakan untuk pembuatan kopi itu sendiri adalah kopi arabika.
Perusahaan membeli bahan baku pada
distributor. Dalam hubungannya dengan uraian tersebut maka disajikan data biaya
bahan baku PT. Luna Boga Narayan untuk tahun 2019 yang dapat disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Bahan Baku Pada Tahun 2019
Jenis
Bahan Baku |
Volume
produksi (Kg) |
Harga/Kg |
Jumlah
(Rp) |
Kopi Arabika |
24.000 |
Rp 11.000 |
Rp. 264.000.000 |
Jumlah biaya
bahan baku |
Rp
264.000.000 |
Sumber: PT.
Luna Boga Narayan, Jakarta
Berdasarkan Tabel 2 yaitu data bahan
baku yang dikeluarkan oleh PT. Luna Boga Narayan, perusahaan membeli bahan baku
pada distributor dengan harga Rp 13,000/Kg.
Pembelian bahan baku ini tidak
dilakukan sekaligus, melainkan melalui beberapa tahap. Hal ini karena
terbatasnya jumlah kopi pada distributor akrena harus berbagi juga dengan
pembeli lain.
b.
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Besarnya biaya tenaga kerja langsung
pada PT. Luna Boga Narayan untuk tahun 2019 adalah 131.590.000.
c.
Biaya Overhead Pabrik
Salah satu komponen biaya overhead pabrik adalah biaya penolong.
Besarnya biaya penolong pada tahun 2019 pada PT. Luna Boga Narayan disajikan
pada Tabel 3, sedangkan besarnya biaya overhead
pabrik pada tahun 2019 dapat disajikan pada Tabel 4.
Tabel 3. Biaya Penolong
Pada Tahun 2019
Bahan
Penolong |
Biaya Bahan Penolong
(Rp) |
Gula |
Rp 13.730.000 |
Buah-buahan |
Rp 10.900.000 |
Fresh Milk |
Rp 9.500.000 |
Jelly/Boba |
Rp 7.230.000 |
Es Batu |
Rp 7.500.000 |
Coklat |
Rp 10.320.000 |
madu |
Rp 3.200.000 |
Jumlah Biaya
Penolong |
Rp
62.380.000 |
Sumber: PT.
Luna Boga Narayan, Jakarta
Tabel 4. Biaya Overhead Pabrik Pada Tahun 2019
No |
Jenis
Biaya Overhead
Pabrik |
Jumlah
Biaya (Rp) |
1 |
Biaya bahan penolong |
Rp 62.380.000 |
2 |
Biaya tenaga kerja tidak langsung |
Rp 7.140.000 |
3 |
Biaya listrik/telepon |
Rp 4.600.000 |
4 |
Biaya pemeliharaan |
Rp 9.000.000 |
5 |
Biaya angkutan bahan
baku |
Rp 5.600.000 |
6 |
Biaya Umum |
Rp 4.750.000 |
Jumlah
Biaya Overhead
Pabrik |
Rp
93.480.000 |
Sumber: PT.
Luna Boga Narayan, Jakarta
2. Biaya Non Produksi
Biaya non produksi, khususnya pada PT.
Luna Boga Narayan terdiri dari biaya penjualan dan biaya administrasi/umum.
Oleh karena itu, maka besarnya biaya non produksi untuk tahun 2019 dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Biaya Non Produksi
Pada Tahun 2019
No |
Jenis
Biaya Non Produksi |
Biaya Non Produksi
(Rp) |
1 |
Biaya Penjualan |
Rp 13.500.000 |
2 |
Biaya Administrasi/Umum |
Rp 19.330.000 |
Jumlah
biaya penjualan |
Rp
32.830.000 |
Sumber: Data diolah
dari PT. Luna Boga Narayan, Jakarta
Setelah disajikan beberapa
data mengenai biaya produksi, maka hasil perhitungan biaya produksi untuk Kopi Janji Jiwa tahun 2019 dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7 merupakan
Tabel total biaya yang terdiri
dari biaya produksi dan biaya non produksi, sebagai berikut:
Tabel 6. Perhitungan Biaya
Non Produksi Menurut Perusahaan
Uraian |
Jumlah
Biaya |
Biaya Produksi |
|
����� 1.
Biaya Bahan Baku |
Rp 264.000.000 |
����� 2.
Biaya Tenaga Kerja Langsung |
Rp 131.590.000 |
����� 3.
Biaya Overhead
Pabrik |
Rp 93.480.000 |
Total Biaya
Produksi |
Rp
489.070.000 |
Jumlah Unit Yang Diproduksi (Kg) |
24.000kg |
Total Biaya
Produksi per Kg |
Rp
20.377,91 |
Sumber: PT.
Luna Boga Narayan, Jakarta
Tabel 7. Perhitungan Total Biaya
Menurut Perusahaan
Uraian |
Jumlah
Biaya (Rp) |
A.
Biaya Produksi |
|
1. Biaya Bahan Baku |
Rp. 264.000.000 |
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung |
Rp 131.590.000 |
3. Biaya Overhead pabrik |
Rp 93.480.000 |
Jumlah Biaya
Produksi |
Rp
489.070.000 |
B. Biaya
Non Produksi |
|
1. Biaya Penjualan |
Rp 13.500.000 |
2. Biaya Administrasi/Umum |
Rp 19.330.000 |
Jumlah Biaya
Non Produksi |
Rp
32.830.000 |
Total Biaya |
Rp
521.900.000 |
Jumlah unit
yang diproduksi (Kg) |
24.000 kg |
Total Biaya
(Kg) |
21.745,83 |
Sumber: PT.
Luna Boga Narayan, Jakarta
Tabel 6 merupakan perhitungan biaya
produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun 2017 sebesar Rp
489.070.000 atau 20.377,91/kg. Sedangkan dari Tabel 7 perhitungan total biaya
yaitu biaya produksi dan non produksi perusahaan yang perusahaan keluarkan
untuk tahun 2019 adalah sebesar Rp 521.900.000 atau 21.745,83/kg.
C.
Perhitungan Biaya Produksi
Dengan Metode Target Costing
Penentuan harga berdasarkan target
(target costing) adalah suatu metode penentuan harga secara mundur, yakni
dimulai dengan menentukan harga pasar yang kompetitif yang berlaku dipasaran.
Berikut Langkah-langkah yang harus dilakukan perusahaan untuk menerapkan target
costing:
1.
Mengumpulkan
informasi harga pasar/jual produk dari riset pasar
Langkah pertama yang harus dilakukan
perusahaan mengumpulkan informasi harga produk. Untuk menentukan harga jual
produk dapat disesuaikan dengan harga yang ditawarkan oleh pesaing, namun untuk
menilai kriteria suatu produk tersebut terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu jenis produk, kualitas bahan yang digunakan dan
fitur/bentuk produk. Berikut daftar perbandingan harga pesaing pada tahun 2019
beserta harga jual perusahaan dengan PT. Luna Boga Narayan pada Tabel 8.
Harga jual ditentukan berdasarkan harga
pesaing yang menawarkan harga yang cukup kompetitif. Informasi tersebut akan
digunakan untuk melakukan penyesuaian harga jual. Jika dilihat dari Tabel 8
Haus, Arah Kopi dan Kopi Dari Hati adalah perusahaan yang dapat menjual
produknya yang paling murah. PT. Luna Boga Narayan memiliki pesaing yang sangat
banyak. Harga jual produk tersebut pada Haus, Arah Kopi dan Kopi Dari Hati Rp
24.000 lebih rendah dari harga jual PT. Luna Boga Narayan.
Harga jual kompetitif untuk PT. Luna
Boga Narayan yaitu Rp 24.000 karena menurut hasil wawancara Arah Kopi merupakan
Kopi yang laris terjual dengan harga Rp 24.000, sehingga Arah Kopi dijadikan
pesaing oleh PT. Luna Boga Narayan. Tabel mengenai daftar pesaing disajikan
pada Tabel 8.
2.
Mengumpulkan
informasi tentang laba kotor yang diinginkan
Langkah kedua setelah menentukan harga
jual yang ditentukan oleh mekanisme pasar dan pesaing dalam menentukan target
costing adalah mengumpulkan informasi mengenai target laba yang ingin dicapai
oleh perusahaan berdasarkan kebijakan pimpinan perusahaan.
Dari hasil wawancara yang telah
dilakukan oleh penulis kepada manajer perusahaan, maka manajer perusahaan
menargetkan laba kotor setiap produk 40% dari harga pasar.
Tabel 8. Perbandingan Harga
Pesaing Tahun 2019
No |
Nama
Perusahaan |
Nama
Produk |
Harga
Pesaing (Rp) |
Harga PT. Luna Boga Narayan (Rp) |
Selisih Harga |
Keterangan |
1. |
Kopi Kenangan |
Kenangan Milk Tea |
Rp 27.000 |
Rp 27.000 |
- |
Harga sama |
2. |
Arah Kopi |
Milk Honey Latte |
Rp 24.000 |
Rp 27.000 |
Rp 3.000 |
Hargaalebih rendah |
3. |
Kopi Soe |
Kopi Soe Iced Milky Shaken |
Rp 25.000 |
Rp 27.000 |
Rp 2.000 |
Harga1lebih rendah |
4. |
Kopi Dari Hati |
Salted Caramel Milk |
Rp 24.000 |
Rp 27.000 |
Rp 3.000 |
Harga1lebih rendah |
5. |
Haus |
Milky Marie Crumble |
Rp 24.000 |
Rp 27.000 |
Rp 3.000 |
Harga1lebih rendah |
6. |
Kopi Yor |
Iced Coffe Milk |
Rp 27.000 |
Rp 27.000 |
- |
Harga sama |
7. |
Kopi Lain Hati |
Es Kopi Ketus |
Rp 28.000 |
Rp 27.000 |
Rp 1.000 |
Harga1lebih tinggi |
8. |
Gulu-gulu |
Brown SuperGulu Milk Coffe |
Rp 30.000 |
Rp 27.000 |
Rp 3.000 |
Harga1lebih tinggi |
9. |
Kedai1Kopi Kulo |
Victory Caramel Milk Tea |
Rp 27.000 |
Rp 27.000 |
- |
Harga sama |
10. |
Chatime |
Purple Star Milk Tea |
Rp 29.000 |
Rp27.000 |
Rp 2.000 |
Hargallebih tinggi |
Apabila perusahaan menginginkan laba
kotor 40% dari harga pasar berdasarkan harga jual pasar yang disesuaikan yaitu
Rp 24.000.
3.
Menghitung
target biaya/target costing pada
harga pasar dikurangi laba kotor yang diinginkan.
Tahap ketiga metode ini adalah
menentukan biaya berdasarkan target perhitungan harga kompetitif dikurangi
dengan laba kotor yang diinginkan. Berdasarkan perhitungan target costing dengan melakukan efisiensi biaya yang
dikeluarkan sebesar Rp 17.400.
Dalam upaya untuk mencapai biaya
berdasarkan target, diperlukan pengendalian biaya untuk melakukan penghematan
biaya produksi dengan menggunakan metode pengurangan biaya dalam target costing.
4.
Penggunaan
metode pengurangan biaya dalam target costing untuk mengidentifikasi cara-cara
menghemat biaya produk.
Cara untuk mencapai biaya berdasarkan
target hal yang paling utama yang perlu diperhatikan adalah kualitas dan
keunggulan yang ditawarkan. Untuk mencapai target costing yang telah di hitung dilangkah awal penerapan, maka penulis
menawarkan adanya pengurangan biaya produksi tanpa mengurangi nilai dan
kualitas dari produk tersebut.
Pengurangan biaya produksi akan
dilakukan menggunakan metode pengurangan biaya dalam target costing �yaitu dengan melakukan peruabahan pemasok
bahan baku, mengubah desain produk dan perubahan bahan penolong sehingga biaya
produksi akan lebih efisien tanpa harus mengurangi kualitas dari produk (K�d�rov� et al., 2015).
Penelitian ini telah dilakukan survei
ke beberapa pemasok kopi untuk mendapatkan harga yang lebih murah namun tetap
sesuai dengan kualitas yang dibutuhkan perusahaan. Saat ini, perusahaan
menggunakan kopi dengan harga Rp 11.000 per kilogram pada tahun 2019, sementara
penulis menemukan harga Rp 10.350 dari distributor yang mendapatkan kopi dari
perdesaan. Selisih harga sebesar Rp 650 (Rp 11.000 � Rp 10.350) mungkin
terlihat kecil, namun dengan pembelian dalam jumlah besar, penghematan tersebut
akan signifikan bagi perusahaan. Dalam perhitungan, jika perusahaan membeli
24.000 kilogram kopi, biaya bahan baku akan berkurang dari Rp 264.000.000
menjadi Rp 248.400.000, sehingga menghasilkan penghematan sebesar Rp
15.600.000. Selain itu, penulis juga mengusulkan perubahan desain produk dengan
mengganti penggunaan buah-buahan asli menjadi bubuk perasa buah untuk tetap
menjaga kualitas rasa, namun dengan biaya yang lebih efisien.
Perusahaan selama ini menggunakan
buah-buahan sebagai perasa variant, hanya saja itu hanya beberapa rasa yang
dapat disajikan, dengan menggunakan bubuk perasa buah-buahan, perusahaan dapat
menambah rasa agar konsumen nya menjadi lebih banyak.
Metode penggunaan bubuk perasa
buah-buahan dapat menghemat penggunaan bahan-bahan seperti gula, madu, dan
coklat (Potter et al., 2013). Hasil produksi pun menjadi lebih
banyak karena bubuk perasa ini lebih efisien dibandingkan buah-buahan asli.
Penghematan ini berdampak langsung pada biaya bahan penolong, di mana perubahan
sebesar 87% telah diujicoba oleh perusahaan. Pada uji coba awal, pengurangan
biaya dilakukan sebesar 50%, namun kualitas produk dirasa kurang memadai,
sehingga dilakukan penambahan hingga mencapai 87% untuk menjaga kualitas dan
rasa produk tetap terjaga. Perubahan ini terlihat jelas dalam Perbandingan
biaya bahan penolong sebelum dan sesudah menggunakan target costing, di mana
total biaya bahan penolong berkurang sebesar Rp 8.108.400.
Selain itu, perhitungan biaya produksi
dengan metode target costing memberikan penghematan yang signifikan. Sebagai
contoh, dalam perhitungan biaya produksi per kilogram sebelum dan sesudah
target costing menunjukkan penurunan dari Rp 20.377,91 menjadi Rp 16.192,08.
Ini menghasilkan laba kotor per kilogram sebesar Rp 10.807,92, yang melebihi
ekspektasi laba perusahaan sebesar 40% dari harga jual. Penghematan total biaya
produksi pada tahun 2019 tercatat sebesar Rp 100.460.000. Perusahaan dapat
menjaga kualitas produk dengan biaya yang lebih efisien, laba kotor meningkat
setelah dilakukan efisiensi dari Rp 145.547.000 menjadi Rp 175.414.000. Ini
juga meningkatkan laba kotor per kilogram dari Rp 6.193,22 menjadi Rp 7.464,10
setelah penghematan biaya dilakukan.
Kesimpulan dari analisis yang dilakukan menunjukkan
bahwa PT. Luna Boga Narayan dapat menggunakan metode target costing untuk
mengatur biaya produksi secara efisien, dengan evaluasi berkelanjutan untuk
memastikan kinerja operasional sesuai standar yang ditetapkan. Implementasi
target costing terbukti lebih ekonomis dibandingkan metode yang selama ini
digunakan perusahaan, sehingga menjadi solusi terbaik untuk menekan biaya
produksi. Penggunaan target costing memberikan dampak positif terhadap laba
perusahaan dengan penekanan biaya sebelum proses produksi dimulai, yang
memungkinkan perusahaan mencapai keuntungan yang diharapkan. Hasil analisis
menunjukkan adanya efisiensi sebesar Rp4.185,83, yang merupakan perbedaan
signifikan antara perhitungan menggunakan target costing dan metode perusahaan
sebelumnya. Berdasarkan kesimpulan tersebut, saran yang diberikan kepada
perusahaan adalah untuk terus menerapkan metode target costing guna
mengefisiensikan biaya produksi dan meningkatkan laba, melakukan perubahan pada
pemasok bahan baku, serta menurunkan harga jual produk agar lebih kompetitif.
Perusahaan juga disarankan untuk memberikan edukasi pencatatan keuangan kepada
kepala cabang outlet dan menerapkan target costing pada produksi kopi melalui
rekayasa nilai, dengan fokus pada pengurangan biaya tanpa mengurangi kualitas
produk, agar tetap kompetitif dalam jangka panjang.
Beuren, F. H., Ferreira, M. G. G., &
Miguel, P. A. C. (2013). Product-service
systems: a literature review on integrated products and services. Journal of
Cleaner Production, 47, 222�231.
Bot�n, J. A., & Vergara, M. A. (2015). A cost management
model for economic sustainability and continuos improvement of mining
operations. Resources Policy, 46, 212�218.
Chang, A., Chih, Y.-Y., Chew, E., & Pisarski, A. (2013).
Reconceptualising mega project success in Australian Defence: Recognising the
importance of value co-creation. International Journal of Project Management,
31(8), 1139�1153.
Chang, E. C., Luo, Y., & Ren, J. (2014). Short-selling,
margin-trading, and price efficiency: Evidence from the Chinese market. Journal
of Banking & Finance, 48, 411�424.
Dupuis, J., & Biesbroek, R. (2013). Comparing apples and
oranges: The dependent variable problem in comparing and evaluating climate
change adaptation policies. Global Environmental Change, 23(6),
1476�1487.
K�d�rov�, J., Teplick�, K., Durk�čov�, M., & Vida,
M. (2015). Target costing calculation and economic gain for companies. Procedia
Economics and Finance, 23, 1195�1200.
Kaenzig, J., Heinzle, S. L., & W�stenhagen, R. (2013).
Whatever the customer wants, the customer gets? Exploring the gap between
consumer preferences and default electricity products in Germany. Energy
Policy, 53, 311�322.
Keen, M., & Konrad, K. A. (2013). The theory of
international tax competition and coordination. Handbook of Public Economics,
5, 257�328.
Li, G., Huang, F. F., Cheng, T. C. E., Zheng, Q., & Ji,
P. (2014). Make-or-buy service capacity decision in a supply chain providing
after-sales service. European Journal of Operational Research, 239(2),
377�388.
Lo, K. (2014). China�s low-carbon city initiatives: The
implementation gap and the limits of the target responsibility system. Habitat
International, 42, 236�244.
Lozano, S., Moreno, P., Adenso-D�az, B., & Algaba, E.
(2013). Cooperative game theory approach to allocating benefits of horizontal
cooperation. European Journal of Operational Research, 229(2),
444�452.
Potter, R., Stojceska, V., & Plunkett, A. (2013). The use
of fruit powders in extruded snacks suitable for Children�s diets. LWT-Food
Science and Technology, 51(2), 537�544.
Rajaguru, R., & Matanda, M. J. (2013). Effects of
inter-organizational compatibility on supply chain capabilities: Exploring the
mediating role of inter-organizational information systems (IOIS) integration. Industrial
Marketing Management, 42(4), 620�632.
Ulaga, W., & Loveland, J. M. (2014). Transitioning from
product to service-led growth in manufacturing firms: Emergent challenges in
selecting and managing the industrial sales force. Industrial Marketing
Management, 43(1), 113�125.
Xia, X., Govindan, K., & Zhu, Q. (2015). Analyzing
internal barriers for automotive parts remanufacturers in China using
grey-DEMATEL approach. Journal of Cleaner Production, 87,
811�825.