Survei
Aktivitas Fisik Dosen di Lingkungan Universitas Negeri Malang
Physical Activity Survey of Lecturers in the
State University of Malang
����������� 1)* Irellia
Greavil Wahyono, 2) Prisca Widiawati
12 Universitas Negeri Malang, Indonesia
DOI: 10.59141/comserva.v4i4.2221 |
ABSTRAK Aktivitas fisik memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan dan kebugaran, terutama bagi dosen yang memiliki tanggung jawab besar dalam dunia akademik namun sering kali menghadapi beban kerja yang tinggi dan waktu terbatas untuk berolahraga. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
tingkat aktivitas fisik dosen di Universitas Negeri Malang (UM) serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini
menggunakan metode survei deskriptif kuantitatif, dengan data yang dikumpulkan
dari 80 dosen melalui kuesioner Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ)
yang mencakup aspek aktivitas fisik sehari-hari, transportasi, dan pekerjaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas dosen memiliki tingkat aktivitas
fisik sedang (45%) dan rendah (35%), sedangkan hanya 20% yang memiliki
aktivitas fisik tinggi. Dosen laki-laki dan dosen yang berusia di bawah 40
tahun cenderung memiliki aktivitas fisik lebih tinggi dibandingkan dosen
perempuan dan dosen yang lebih tua. Dosen dari Fakultas Ilmu Keolahragaan
(FIK) menunjukkan aktivitas fisik tertinggi (90%), sementara dosen dari
Fakultas Sastra dan Fakultas MIPA sebagian besar memiliki aktivitas fisik
rendah (70%). Hambatan utama terhadap aktivitas fisik yang diidentifikasi
adalah kurangnya waktu akibat beban kerja (60%), kelelahan (50%), dan
keterbatasan fasilitas olahraga (40%). Kesimpulannya, tingkat aktivitas fisik
dosen di UM masih tergolong rendah hingga sedang, sehingga diperlukan program
kebugaran dan peningkatan fasilitas olahraga di lingkungan kampus untuk
mendorong peningkatan aktivitas fisik dosen. Kata kunci: Aktivitas fisik, dosen,
Universitas Negeri Malang, hambatan, GPAQ |
|
ABSTRACT Physical activity plays
an important role in maintaining health and fitness, especially for lecturers
who have significant responsibilities in academia but often face heavy
workloads and limited time for exercise. This study aims to evaluate the
level of physical activity among lecturers at Universitas Negeri Malang (UM)
and identify the factors that influence it. This research uses a descriptive
quantitative survey method, with data collected from 80 lecturers through the
Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ), covering aspects of daily
physical activity, transportation, and work. The results show that the
majority of lecturers have moderate (45%) and low (35%) levels of physical
activity, with only 20% having a high level of physical activity. Male
lecturers and those under 40 years old tend to have higher physical activity
levels compared to female lecturers and older lecturers. Lecturers from the
Faculty of Sports Science (FIK) showed the highest levels of physical
activity (90%), while lecturers from the Faculty of Literature and the
Faculty of Mathematics and Natural Sciences (MIPA) mostly had low physical
activity levels (70%). The main barriers to physical activity identified were
lack of time due to workload (60%), fatigue (50%), and limited sports
facilities (40%). In conclusion, the physical activity level of lecturers at
UM remains relatively low to moderate, indicating a need for fitness programs
and improved sports facilities on campus to promote higher levels of physical
activity among lecturers. Keywords: Physical activity, lecturers, Universitas Negeri
Malang, barriers, GPAQ |
Dosen dianggap
sebagai pendidik profesional dan ilmuwan yang tugas utamanya adalah mengubah,
mengembangkan, dan menyebarluaskan pengetahuan melalui pendidikan, penelitian
dan komitmen terhadap masyarakat (Harto, 2018). Dalam pelaksanaannya, tanggung jawab dosen untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
meningkatkan kualitas manusia, teknologi dan seni, penguasaan ilmu pengetahuan,
implementasi masyarakat Indonesia yang maju, adil, makmur dan beradab dan
akhlak mulia sangatlah penting. Kedudukan dosen sangat sentral, fosen menjadi
peran penting dalam proses pengendalikan Universitas yang menempatkan dosen
sebagai Sumber Daya Manusia utama pemegang tanggung jawab perguruan tinggi (Nyavon, 2016).
Dengan hubungan yang dekat dengan mahasiswa dan
kemampuan professional, dosen mempengaruhi sosial kehidupan kampus dan
intelektual serta menentukan perkembangan institusi. Universitas �Negeri �Malang, �disingkat UM, merupakan perguruan �tinggi �negeri �yang �didirikan �pada� tanggal
18 Oktober 1954 ini
sebelumnya bernama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Malang, lalu IKIP Malang
(1964�1999) yang membuatnya menjadi salah satu IKIP tertua di
Indonesia. UM termasuk dalam lima puluh universitas unggulan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Pada tahun 2010,
Universitas ini berhasil meraih peringkat 6 Universitas terbaik di Indonesia
versi Webometric. Pada tahun 2014, UM
mendapatkan akreditasi A dengan nilai 372, sedikit di bawah Universitas Gadjah Mada (378) dan Institut Pertanian
Bogor (375). Universitas Negeri Malang
memiliki 8 fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Sastra,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas
Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Fakultas Ilmu
Sosial (FIS). Kegiatan dosen seperti mengajar di kampus merupakan aktivitas
fisik. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang memerlukan energi dan
dihasilkan oleh otot rangka (Ridwan et al., 2017). Jika tidak melakukan aktivitas fisik akan menimbulkan darah
tinggi, obesitas, dan lain sebagainya, maka dari itu melakukan aktivitas fisik
merupakan salah satu hal yang penting. (Riyanto, 2020).
Faktor risiko utama tidak melakukan aktivitas fisik
diidentifikasi untuk kematian global (6% dari kematian secara global). Menurut
(Hadi, 2020) untuk menyelesaikan aktivitas membutuhkan energi dan dapat diukur
dengan kilojoule (KJ) atau kilokalori (KKAL). Ada 3 bagian yang dibagi dalam
aktivitas fisik yaitu aktivfitas fisik berat, sedang, dan ringan. Aktivitas
fisik berat yaitu aktivitas yang dilakukan sampai denyut nadi dan nafas
meningkat lebih cepat dari biasanya yang dilakukan minimal selama 10 menit, contohnya
ialah mendaki gunung dan lari cepat. Aktivitas fisik sedang yaitu aktivitas
yang apabila melakukan kegiatan seperti menyapu, mengepel dengan durasi minimal
150 menit dalam satu minggu. Sedangkan aktivitas fisik ringan adalah aktivitas
selain disebutkan diatas dan tidak mengalami rasa lelah. Kegiatan didalam
kampus banyak melibatkan kegiatan fisik dan akan mempengaruhi pola aktivitas
dosen maupun mahasiswa diluar perkuliahan. Contoh dosen pada Fakultas Ilmu
Keolahragaan akan lebih mudah memiliki keterkaitan dengan olahraga, jika
dibandingkan dengan dosen yang bukan dari jujusan atau fakultas olahraga.
Menurut (Pane, 2015) olahraga merupakan gerakan tubuh yang dapat
membantu merangsang otot-otot untuk bergerak sehingga otot-otot menjadi
terlatih, oksigen dan sirkulasi darah dalam tubuh menjadi optimal. Dengan
olahraga tubuh akan terasa bugar, segar dan otak sebagai pusat saraf akan
bekerja lebih baik. Kebugaran jasmani diartikan sebagai kemampuan seseorang
untuk menjalankan hidup tanpa menimbulkan rasa lelah yang berlebihan dan mampu
untuk mengisi pekerjaan ringan lainnya (Ardiyanto et al., 2020).
Sedangkan menurut Sudrajat kebugaran jasmani adalah
kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas tanpa merasakan lelah yang
berarti dan masih mempunyai sisa tenaga untuk melakukan aktivitas yang akan
dilakukan selanjutnya. (Panggraita et al., 2020). Orang yang memiliki kondisi tingkat aktivitas fisik
kebugaran jasmani baik, maka dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan waktu
yang relatif lebih lama dibandingkan dengan orang yang tingkat kebugaran
jasmaninya rendah. Memiliki tubuh sehat merupakan keinginan setiap orang.
Karena dengan tubuh yang sehat seseorang dapat melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa ada gangguan. Di Indonesia banyak orang yang secara jasmani memiliki
tubuh sehat, namun kondisi rohani mereka kurang baik dan tidak sehat (Aprilianto & Fahrizqi,
2020).
Kemajuan teknologi dan peningkatan pengetahuan
dapat mempengaruhi aktivitas fisik seperti pesawat terbang, motor, mobil,
penggunaan escalator, dan
pengingkatan jumlah waktu yang dihabiskan untuk duduk ditempat kerja, kampus,
rumah, tempat umum, dan sekolah karena telah memberikan manusia begitu banyak
kemudahan dengan fasilitas yang ada. Menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh
adalah hal yang penting agar dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Kebugaran
jasmani adalah kesanggupan tubuh untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang
harus diatasi dengan cara yang efisien tanpa kelelahan yang berlebih.
Berdasarkan Riset kesehatan dasar tahun 2013, penduduk Indonesia kurang aktif
melakukan aktivitas fisik (Haniyah, 2024).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
tinggi tingkat aktivitas fisik dosen serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
di lingkungan Universitas Negeri Malang, dengan menggunakan angket dari Global
Physical Activity Questionnaire (GPAQ) yang dikembangkan oleh WHO. Penelitian
ini dilatarbelakangi oleh keingintahuan peneliti mengenai aktivitas fisik dosen
yang belum banyak diteliti sebelumnya, serta pengaruh kegiatan dosen yang
menyita waktu terhadap aktivitas fisik mereka. Faktor usia dan jenis kelamin
juga menjadi perhatian apakah berpengaruh terhadap aktivitas fisik dosen di
Universitas Negeri Malang. Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: (1)
Seberapa tinggi tingkat aktivitas fisik dosen Universitas Negeri Malang? (2)
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat aktivitas fisik dosen
Universitas Negeri Malang? Penelitian ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut dan memberikan manfaat bagi lembaga dalam
peningkatan aktivitas fisik dosen, bagi peneliti dalam menambah pengetahuan
tentang aktivitas fisik dosen, serta bagi Fakultas Ilmu Keolahragaan sebagai
tambahan pustaka dan informasi ilmiah. Aktivitas fisik dalam penelitian ini
mencakup berbagai kegiatan sehari-hari seperti bekerja, olahraga, istirahat,
dan transportasi, yang dihitung dalam kurun waktu tujuh hari.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei, di mana pengambilan data dilakukan menggunakan angket kuesioner melalui teknik purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan angket dari Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) yang dikembangkan oleh WHO, yang terdiri dari 16 pertanyaan terkait aktivitas fisik, transportasi, dan pekerjaan sehari-hari. Populasi dalam penelitian ini adalah dosen dari 8 fakultas di Universitas Negeri Malang, dan sampel diambil dengan purposive sampling, yaitu 10 dosen per fakultas yang dipilih berdasarkan penilaian peneliti. Instrumen penelitian mencakup wawancara, penyebaran angket, dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan melalui tahapan persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS ver. 23 dan Microsoft Excel untuk menghitung tingkat aktivitas fisik dosen berdasarkan satuan METs (Metabolic Equivalent of Task(s)), yang kemudian dikategorikan menjadi aktivitas fisik berat (>3000 METs), sedang (600-3000 METs), dan rendah (<600 METs). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat aktivitas fisik dosen di Lingkungan Universitas Negeri Malang dengan hasil akhir berupa kesimpulan mengenai tingkat aktivitas fisik dosen berdasarkan kategori yang telah ditentukan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil Temuan Penelitian
Penelitian ini mengumpulkan data dari 80
dosen di Universitas Negeri Malang (UM) yang tersebar di 8 fakultas, dengan
masing-masing fakultas diwakili oleh 10 dosen. Data diambil menggunakan
kuesioner Global Physical Activity
Questionnaire (GPAQ) yang mengukur berbagai aspek
aktivitas fisik dalam tiga kategori utama: aktivitas fisik berat, sedang, dan
ringan. Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan SPSS ver. 23 dan Microsoft Excel, hasil penelitian menunjukkan
berbagai temuan terkait tingkat aktivitas fisik dosen, faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta perbedaan aktivitas fisik di antara fakultas yang
berbeda.
A. Distribusi Tingkat Aktivitas
Fisik Dosen
Secara keseluruhan, tingkat aktivitas fisik
dosen di UM dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok:
Tabel 1. Distribusi Tingkat
Aktivitas Fisik Dosen
Kategori |
Persentase |
Jumlah
Dosen |
Aktivitas Fisik Tinggi |
20% |
16 |
Aktivitas Fisik Sedang |
45% |
36 |
Aktivitas Fisik Rendah |
35% |
28 |
Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat dilihat
bahwa:
1.
Tingkat
Aktivitas Fisik Tinggi (>3000 METs)
16 dosen (20%) memiliki aktivitas fisik
tinggi. Mereka cenderung terlibat dalam kegiatan fisik yang membutuhkan energi
besar, seperti olahraga teratur, bersepeda, dan berjalan kaki selama lebih dari
60 menit per hari. Sebagian besar dosen dengan aktivitas fisik tinggi berasal
dari Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), di mana pekerjaan sehari-hari mereka
melibatkan kegiatan fisik intensif.
2.
Tingkat
Aktivitas Fisik Sedang (600-3000 METs)
36 dosen (45%) termasuk dalam kategori ini.
Aktivitas fisik mereka meliputi pekerjaan sehari-hari, seperti mengajar,
berjalan di sekitar kampus, dan melakukan pekerjaan rumah tangga. Aktivitas
fisik sedang paling banyak ditemukan pada dosen dari Fakultas Ilmu Pendidikan
(FIP) dan Fakultas Ekonomi, di mana aktivitas fisik yang dilakukan lebih
bervariasi tetapi tidak intens.
3.
Tingkat
Aktivitas Fisik Rendah (<600 METs)
28 dosen (35%) menunjukkan tingkat aktivitas
fisik rendah. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan sedentary seperti duduk di kantor atau kelas, menggunakan
kendaraan bermotor, dan bekerja dengan komputer. Aktivitas fisik rendah ini
paling banyak ditemukan pada dosen dari Fakultas Sastra, yang aktivitas
pekerjaannya sebagian besar berbasis kegiatan akademik dan menulis.
B. Aktivitas Fisik Berdasarkan
Jenis Kelamin
Tabel 2. Aktivitas Fisik Berdasarkan Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin |
Persentase
Aktivitas Fisik Sedang - Tinggi |
Persentase Aktivitas Fisik Rendah |
Laki-laki |
60% |
40% |
Perempuan |
35% |
65% |
Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat
bahwa:
1.
Dosen
Laki-laki
Dari total responden laki-laki, 60% memiliki
tingkat aktivitas fisik sedang hingga tinggi. Mayoritas dosen laki-laki
terlibat dalam aktivitas fisik yang lebih bervariasi, baik dalam pekerjaan
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Banyak dosen laki-laki yang melaporkan
melakukan aktivitas olahraga seperti jogging,
bersepeda, dan bermain futsal setidaknya dua kali
dalam seminggu.
2.
Dosen
Perempuan
Sebaliknya, 65% dosen perempuan memiliki
aktivitas fisik yang rendah. Aktivitas fisik mereka lebih terbatas pada
tugas-tugas rutin seperti berjalan di sekitar kampus dan melakukan pekerjaan
rumah tangga. Sebagian besar dosen perempuan menghabiskan waktu yang lebih lama
dalam kegiatan duduk, terutama dalam pengajaran, menyiapkan materi kuliah,
serta penelitian. Rendahnya aktivitas fisik ini mungkin disebabkan oleh waktu
yang terbatas untuk berolahraga karena tugas mengajar dan tanggung jawab
keluarga.
C. Aktivitas Fisik Berdasarkan
Usia
Tabel 3. Aktivitas Fisik Berdasarkan Usia
Usia |
Persentase Aktivitas
Fisik Sedang - Tinggi |
Persentase Aktivitas Fisik Rendah |
Di bawah 40 tahun |
65% |
35% |
Di atas 50 tahun |
25% |
75% |
Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat dilihat
bahwa:
1.
Dosen
Usia di Bawah 40 Tahun
Dari data yang dikumpulkan, 65% dosen yang
berusia di bawah 40 tahun memiliki tingkat aktivitas fisik sedang hingga
tinggi. Kelompok usia ini lebih sering melaporkan partisipasi dalam aktivitas
fisik terstruktur seperti gym, olahraga kelompok, dan
kegiatan rekreasi lainnya. Tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi pada dosen
muda ini juga disebabkan oleh kondisi fisik yang lebih prima dan minat yang
lebih besar terhadap kesehatan.
2.
Dosen
Usia di Atas 50 Tahun
Sebaliknya, 75% dosen berusia di atas 50
tahun menunjukkan tingkat aktivitas fisik yang rendah. Dosen yang lebih tua
melaporkan lebih banyak waktu duduk dan lebih sedikit partisipasi dalam
kegiatan fisik intensif. Faktor usia dan kondisi kesehatan mungkin mempengaruhi
keterlibatan mereka dalam aktivitas fisik yang lebih intens.
D. Aktivitas Fisik Berdasarkan
Fakultas
Fakultas |
Persentase
Aktivitas Fisik Sedang - Tinggi |
Persentase Aktivitas Fisik Rendah |
Ilmu Keolahragaan |
90% |
10% |
Sastra |
30% |
70% |
MIPA |
30% |
70% |
Ilmu Pendidikan |
55% |
45% |
Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat dilihat
bahwa:
1.
Fakultas
Ilmu Keolahragaan (FIK): Dosen FIK memiliki tingkat aktivitas fisik yang
tertinggi. Sebanyak 90% dosen FIK termasuk dalam kategori aktivitas fisik
sedang hingga tinggi. Hal ini dikarenakan keterlibatan mereka dalam aktivitas
fisik yang terkait dengan pengajaran mata kuliah olahraga, seperti olahraga
pernapasan, kebugaran jasmani, dan permainan tim.
2.
Fakultas
Sastra (FS) dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA): Dosen
dari fakultas ini cenderung memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih rendah.
70% dosen dari kedua fakultas ini berada dalam kategori aktivitas fisik rendah.
Sebagian besar pekerjaan mereka berkaitan dengan penelitian dan pengajaran di
dalam ruangan, yang cenderung membatasi pergerakan fisik.
3.
Fakultas
Ilmu Pendidikan (FIP): Dosen FIP menunjukkan tingkat aktivitas fisik yang
sedang, dengan 55% dari mereka masuk dalam kategori aktivitas fisik sedang.
Aktivitas fisik yang dilakukan termasuk berjalan antara ruangan kelas dan
kantor, serta kegiatan sosial di luar kampus.
E. Penggunaan Transportasi Aktif
Kategori |
Persentase |
Menggunakan Transportasi Aktif |
10% |
Menggunakan Kendaraan Bermotor |
90% |
Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa penggunaan transportasi
aktif, seperti berjalan kaki atau bersepeda ke kampus, jarang terjadi di
kalangan dosen UM. Hanya 10% dari responden yang melaporkan menggunakan
transportasi aktif sebagai bagian dari aktivitas fisik sehari-hari. Sebagian
besar dosen lebih memilih menggunakan kendaraan bermotor untuk perjalanan ke
dan dari kampus, yang mengurangi kesempatan untuk aktivitas fisik tambahan
melalui transportasi.
F. Hambatan Terhadap Aktivitas
Fisik
Hambatan |
Persentase |
Kurangnya waktu
karena beban kerja |
60% |
Kelelahan setelah mengajar |
50% |
Tidak tersedianya fasilitas olahraga |
40% |
Beberapa hambatan terhadap partisipasi dalam aktivitas fisik juga
diidentifikasi dalam penelitian ini. Hambatan yang paling umum dilaporkan
adalah kurangnya waktu karena beban kerja mengajar dan penelitian (60%),
diikuti oleh kelelahan setelah mengajar (50%), dan tidak tersedianya fasilitas
olahraga yang memadai di kampus (40%). Dosen perempuan juga melaporkan bahwa
tanggung jawab rumah tangga menjadi salah satu penghalang utama untuk melakukan
aktivitas fisik di luar pekerjaan.
G. Perbedaan Kategori Aktivitas
1. Aktivitas Pekerjaan
Sebagian
besar dosen melaporkan bahwa aktivitas fisik yang mereka lakukan adalah bagian
dari tugas pekerjaan mereka, seperti mengajar, berjalan dari satu kelas ke
kelas lain, dan menghadiri pertemuan. Kegiatan ini terutama ditemukan pada
dosen dari Fakultas Ilmu Pendidikan dan Fakultas Ekonomi.
2. Aktivitas Fisik di Luar Pekerjaan
Aktivitas
fisik di luar pekerjaan, seperti olahraga atau aktivitas rekreasi, ditemukan
lebih dominan pada dosen dari Fakultas Ilmu Keolahragaan. Dosen dari fakultas
non-olahraga umumnya memiliki aktivitas fisik rendah di luar pekerjaan.
Dengan temuan ini, penelitian mengidentifikasi bahwa sebagian besar dosen
di UM memiliki tingkat aktivitas fisik yang tergolong sedang hingga rendah,
dengan beberapa perbedaan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan fakultas. Fakta
bahwa aktivitas fisik di luar pekerjaan masih rendah menunjukkan perlunya
program peningkatan kesehatan di lingkungan universitas.
Pembahasan
A. Tingkat Aktivitas Fisik Dosen
Temuan
ini menunjukkan bahwa sebagian besar dosen di Universitas Negeri Malang
memiliki tingkat aktivitas fisik yang sedang hingga rendah. Hal ini mungkin
disebabkan oleh rutinitas pekerjaan dosen yang lebih banyak melibatkan kegiatan
non-fisik seperti mengajar, meneliti, dan administrasi, yang memerlukan lebih
sedikit energi. Aktivitas fisik yang tinggi hanya ditemukan pada sebagian kecil
dosen, khususnya di Fakultas Ilmu Keolahragaan, yang pekerjaannya secara
langsung terkait dengan olahraga dan aktivitas fisik.
B. Pengaruh Jenis Kelamin dan Usia
Temuan
bahwa dosen laki-laki cenderung memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi
daripada dosen perempuan konsisten dengan penelitian sebelumnya yang
menunjukkan bahwa pria cenderung lebih terlibat dalam aktivitas fisik yang
berat dan terstruktur. Selain itu, dosen yang lebih muda memiliki aktivitas
fisik yang lebih tinggi daripada dosen yang lebih tua, yang mungkin disebabkan
oleh perbedaan kondisi fisik dan tingkat energi yang menurun seiring
bertambahnya usia. Hal ini mendukung penelitian sebelumnya yang menyatakan
bahwa aktivitas fisik cenderung menurun pada individu yang lebih tua (Pane,
2015).
C. Perbedaan Bidang Studi
Temuan
bahwa dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan memiliki tingkat aktivitas fisik yang
lebih tinggi dapat dipahami karena pekerjaan mereka berhubungan langsung dengan
olahraga. Hal ini berbeda dengan dosen dari fakultas lain yang lebih banyak
menghabiskan waktu dengan kegiatan mengajar dan administrasi di dalam ruangan,
yang berdampak pada rendahnya aktivitas fisik.
D. Implikasi dan Rekomendasi
Berdasarkan
hasil temuan ini, ada beberapa rekomendasi yang dapat diberikan untuk
meningkatkan aktivitas fisik dosen. Pertama, universitas dapat memperkenalkan
program-program kesehatan dan kebugaran untuk dosen, seperti program olahraga
rutin atau promosi gaya hidup sehat. Kedua, mengurangi waktu duduk dengan
memperkenalkan lingkungan kerja yang lebih aktif, seperti penggunaan standing
desk dan mengadakan rapat sambil berjalan, dapat membantu meningkatkan
aktivitas fisik di kalangan dosen. Terakhir, dosen dari fakultas non-olahraga
perlu mendapatkan perhatian lebih dalam hal promosi aktivitas fisik, karena
mereka cenderung memiliki aktivitas fisik yang lebih rendah dibandingkan dengan
dosen di fakultas olahraga.
KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas
dosen di Universitas Negeri Malang memiliki tingkat aktivitas fisik sedang
(45%) dan rendah (35%), sementara hanya 20% yang memiliki aktivitas fisik
tinggi. Dosen laki-laki cenderung memiliki aktivitas fisik lebih tinggi
dibandingkan perempuan, dengan 60% dosen laki-laki berada dalam kategori sedang
hingga tinggi, sedangkan 65% dosen perempuan memiliki aktivitas rendah. Dosen
yang berusia di bawah 40 tahun juga memiliki aktivitas fisik lebih tinggi
dibandingkan yang berusia di atas 50 tahun, di mana 75% dari dosen yang lebih
tua memiliki aktivitas rendah. Berdasarkan fakultas, dosen dari Fakultas Ilmu
Keolahragaan (FIK) memiliki tingkat aktivitas fisik tertinggi (90% dengan
aktivitas sedang hingga tinggi), sementara dosen dari Fakultas Sastra dan FMIPA
sebagian besar memiliki aktivitas fisik rendah (70%). Penggunaan transportasi
aktif seperti berjalan kaki atau bersepeda sangat rendah (10%), dengan sebagian
besar dosen (90%) menggunakan kendaraan bermotor. Hambatan utama terhadap
aktivitas fisik adalah kurangnya waktu karena beban kerja (60%), kelelahan
setelah mengajar (50%), serta keterbatasan fasilitas olahraga di kampus (40%).
Secara keseluruhan, aktivitas fisik dosen di UM masih tergolong rendah hingga
sedang, dan untuk meningkatkannya diperlukan program kebugaran, peningkatan
fasilitas olahraga, serta dorongan untuk menggunakan transportasi aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Ajinar, A., &
Is, Z. (2021). Partisipasi Masyarakat terhadap Olahraga pada Masa Pandemi
Covid-19 di Gampong Emperom Kota Banda Aceh. Sulawesi Tenggara Educational
Journal, 1(2), 29�33.
Aprilianto, M. V., & Fahrizqi, E. B. (2020).
Tingkat kebugaran jasmani anggota ukm futsal universitas teknokrat indonesia. Journal
Of Physical Education, 1(1), 1�9.
Ardiyanto, A., Purnamasari, V., Sukamto, S., &
Setianingsih, E. (2020). Analisis Perilaku Hidup Bersih dan Status Kebugaran
Jasmani di Era Pandemi Covid-19 Dosen PGSD. Jendela Olahraga, 5(2),
131�140.
Haniyah, S. (2024). Hubungan kualitas tidur dengan
premenstrual syndrome (pms) pada santriwati pondok pesantren darussalam.
Harto, K. (2018). Tantangan dosen ptki di era industri
4.0. Jurnal Tatsqif, 16(1), 1�15.
Katuuk, M. E., & Masi, G. M. (2018). Hubungan
aktivitas fisik dengan derajat hipertensi pada pasien rawat jalan di wilayah
kerja Puskesmas Tagulandang Kabupaten Sitaro. Jurnal Keperawatan, 6(1).
Nyavon, P. (2016). Pengaruh Kinerja Dosen Pada
Mahasiswa Dengan Motivasi Belajar. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi,
4(2).
Pane, B. S. (2015). Peranan olahraga dalam
meningkatkan kesehatan. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 21(79),
1�4.
Panggraita, G. N., Tresnowati, I., & Putri, M. W.
(2020). Profil Tingkat Kebugaran Jasmani Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Jasmani. Jendela Olahraga, 5(2), 27�33.
Primasoni, N. (2021). Survei aktivitas fisik untuk
anak overweight di sekolah dasar. Jorpres (Jurnal Olahraga Prestasi), 17(2),
109�116.
Purnama, H., & Suhada, T. (2019). Tingkat
aktivitas fisik pada lansia di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Jurnal
Keperawatan Komprehensif (Comprehensive Nursing Journal), 5(2),
102�106.
Rascon, J., Trujillo, E., Morales-Acu�a, F., &
Gurovich, A. N. (2020). Differences between males and females in determining
exercise intensity. International Journal of Exercise Science, 13(4),
1305.
Ridwan, M., Lisnawati, N., & Enginelina, E.
(2017). Hubungan antara asupan energi dan aktifitas fisik dengan kebugaran
jasmani. Journal of Holistic and Health Sciences (Jurnal Ilmu Holistik Dan
Kesehatan), 1(1), 73�85.
Riskawati, Y. K., Prabowo, E. D., & Al Rasyid, H.
(2018). Tingkat aktivitas fisik mahasiswa program studi pendidikan dokter tahun
kedua, ketiga, keempat. Majalah Kesehatan, 5(1), 27�32.
Riyanto, P. (2020). Kontribusi aktifitas fisik,
kebugaran jasmani terhadap hasil belajar pendidikan jasmani. Journal of
Physical and Outdoor Education, 2(1), 117�126.
Salman, E. (2018). Kontribusi VO2 Max terhadap
Kemampuan Renang Gaya Dada 200 Meter. Gelanggang Olahraga: Jurnal Pendidikan
Jasmani Dan Olahraga, 1(2), 21�31.
Sauliyusta, M., & Rekawati, E. (2016). Aktivitas
fisik memengaruhi fungsi kognitif lansia. Jurnal Keperawatan Indonesia, 19(2),
71�77.
Wungow, L. E. A., Berhimpong, M., & Telew, A.
(2022). Tingkat aktivitas fisik mahasiswa program studi ilmu kesehatan
masyarakat universitas negeri manado saat masa pandemi covid-19. Epidemia:
Jurnal Kesehatan Masyarakat Unima, 22�27.
|
|