Hubungan Pola Makan, Status Gizi
Dengan Kualitas Hidup Lansia
� The Relationship Between
Diet, Nutritional Status and Quality of Life of the Elderly
1)* Essy Zulfiani*,
2) Nabila Anggun Aulannisa
12 Universitas Islam Al-Ihya Kuningan, Indonesia
*Email: 1) [email protected], 2) [email protected]
*Correspondence: Essy Zulfiani
DOI: 10.59141/comserva.v4i5.2171 |
ABSTRAK Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara asupan karbohidrat, protein, dan
status gizi dengan kualitas hidup lansia. Lansia mengalami perubahan
fisiologis yang mempengaruhi status gizi mereka, terutama karena pola makan
yang tidak sehat, aktivitas fisik yang menurun, dan gaya hidup yang tidak
seimbang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara asupan
karbohidrat dan protein dengan status gizi lansia, di mana kebutuhan akan
protein hewani yang cukup sangat penting untuk menjaga kesehatan gizi. Status
gizi juga memengaruhi kualitas hidup lansia, terutama dalam aspek kesehatan
fisik dan kondisi sosial. Masalah gizi seperti kurang gizi dan berat badan
rendah masih menjadi tantangan serius di kalangan lansia Indonesia, meskipun
obesitas juga menjadi isu. Selain itu, dukungan sosial dan perhatian terhadap
kondisi psikologis lansia berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup
secara keseluruhan. Kata kunci: Lansia,
status gizi, kualitas hidup, asupan gizi, pola makan |
ABSTRACT
This study aims to evaluate the relationship between carbohydrate,
protein intake, and nutritional status with the quality of life of the elderly.
The elderly experience physiological changes that affect their nutritional
status, primarily due to unhealthy diets, decreased physical activity, and
imbalanced lifestyles. The study results show a correlation between
carbohydrate and protein intake and the elderly's nutritional status, where
sufficient animal protein intake is crucial to maintaining nutritional health.
Nutritional status also impacts the quality of life of the elderly,
particularly in terms of physical health and social conditions. Nutritional
issues, such as malnutrition and underweight, remain significant challenges
among the elderly in Indonesia, although obesity is also an issue. Furthermore,
social support and attention to the psychological condition of the elderly play
a vital role in improving their overall quality of life.
Keywords:
Elderly,
nutritional status, quality of life, nutrient intake, diet
PENDAHULUAN
Seiring
bertambahnya usia pada
Lansia terjadi perubahan fisiologis (Priyoto et al., 2023). Perubahan pada Lansia dapat menyebabkan permasalahan, salah satu permasalahan yaitu berkaitan gizi pada usia ini. Masalah
yang sering terjadi adalah pola makan
yang tidak sehat seperti kurangnya perhatian terhadap mengkonsumsi makanan dan asupan zat gizi
yang belum seimbang sehingga akan berpengaruh
terhadap status gizi lansia, menurunya aktivitas fisik, serta gaya hidup
yang tidak sehat (Anderson et al., 2016). Peningkatan
jumlah penduduk lansia diakibatkan oleh penurunan angka fertilitas penduduk, perbaikan status kesehatan akibat kemajuan teknologi dan penelitian- penelitian kedokteran dan transisi epidemiologi dari penyakit infeksi
menuju penyakit degeneratif, perbaikan status gizi yang ditandai oleh peningkatan kasus obesitas lansia dari pada underweight dan peningkatan
usia harapan hidup (UHH), serta perubahan gaya hidup (Kiik et al., 2018).
Badan
Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa
penduduk lansia di
Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia (Pradana et al., 2024).1 Hal ini
mungkin terjadi akibat adanya perubahan
pola makan dan gaya hidup penduduk
Indonesia disamping perubahan
struktur penduduk
Indonesia. Perubahan struktur penduduk Indonesia ditandai dengan
meningkatnya proporsi penduduk usia produktif dan lansia serta menurunnya
proporsi penduduk balita. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa
ditentukan oleh ketersediaan sum- ber daya manusia (SDM) yang berkualitas (Yudhistira et al., 2019).
Pencapaian pembangunan manusia yang diu- kur dengan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) belum menunjukkan hasil yang meng- gembirakan. Pada tahun 2003,
IPM Indonesia masih rendah yaitu berada pada peringkat 112 dari 174 negara,
lebih rendah dari negara-negara tetangga. Rendahnya IPM ini dipen- garuhi oleh
rendahnya status gizi dan status kesehatan penduduk. Kelompok rentan gizi
adalah kelompok masyarakat yang paling mudah menderita ke- lainan gizi, bila
suatu masyarakat terkena kekurangan penyediaan makanan, dan lansia masuk ke
dalam salah satu kelompok rentan gizi.
Faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang salah satunya adalah
diet (Chang et al., 2012). Bertambahnya
usia seseorang, menyebabkan kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun.
Permasalahan tersebut dapat diatasi den- gan memberikan kebutuhan gizi yang
adekuat untuk lansia. Asupan makanan yang tidak seimbang juga dapat menyebabkan
konsumsi yang berle- bihan yang berhubungan dengan perubahan dalam gaya hidup
yang akan berpengaruh terhadap munculnya berbagai penyakit tidak menular pada
lansia. Selain pemberian nu- trisi yang baik, aktivitas fisik juga merupakan
hal yang perlu diperhatikan pada lansia(Warburton & Bredin, 2016).
Olahraga teratur dan istirahat yang cukup dapat memperlambat penuaan
jantung dan pem- buluh darah serta menurunkan risiko penyakit jantung koroner (Evans & Cyr-Campbell, 1997). Peningkatan
jumlah penduduk lanjut usia menjadi salah satu indikator keberhasilan
pembangunan sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan. Apabila permasalahan
tersebut tidak diantisipasi dari sekarang, maka tidak tertutup kemungkinan
bahwa proses pembangunan akan mengalami berbagai hambatan. Hal tersebut
menyebabkan perma- salahan lanjut usia harus menjadi perhatian kita semua, baik
pemerintah, lembaga masyarakat maupun masyarakat itu sendiri.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu literature review. Literature review
merupakan suatu penelitian dengan melakukan pengkajian atau tinjauan secara
kritis terhadap pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat di inti
literatur yang berorientasi pada akademis dan merumuskan kontribusi teoritis
dan metodologinya untuk topik tertentu (Snyder, 2019). Kata kunci pencarian dalam penelitian ini yaitu Pola
Makan, Status Gizi, Kualitas Hidup Lansia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang berhubungan
dengan status gizi lansia adalah asupan karbohidrat dan asupan protein (Vikstedt et al., 2011). Hasil penelitian
ditinjau dari kesehatan fisik ada hubungan status gizi dengan kualias hidup
lansia, untuk kesehatan psikologis tidak ada hubungan status gizi dengan
kualias hidup lansia, dilihat dari kondisi sosial ada hubungan status gizi
dengan kualias hidup lansia, sedangkan ditinjau dari kondisi lingkungan tidak
ada hubungan status gizi dengan kualias hidup lansia. Menurut World Health
Organization Quality of Life (WHOQOL) (Nourissat et al., 2008), Kualitas Hidup adalah kondisi fungsional lansia yang
meliputi Kesehatan Fisik yaitu aktivitas sehari�hari, ketergantungan pada
bantuan medis, kebutuhan istirahat, kegelisahan tidur, penyakit, energi,
kelelahan, mobilitas, kapasitas pekerjaan (Felce & Perry, 1995). Kesehatan Psikologis yaitu perasaan positif, penampilan
dan gambaran jasmani, perasaan negatif, berfikir, belajar, konsentrasi,
mengingat, dan kepercayaan individu, Hubungan Sosial lansia yaitu dukungan
sosial, hubungan pribadi, serta aktivitas seksual, dan Kondisi Lingkungan yaitu
lingkungan rumah, kebebasan, keselamatan fisik, aktivitas di lingkungan,
kendaraan, keamanan, sumber keuangan, kesehatan dan kepedulian sosial. Kualitas
hidup dipengaruhi oleh tingkat kemandirian, kondisi fisik dan psikologis, aktifitas
sosial, interaksi sosial dan fungsi keluarga. Pada umumnya lanjut usia
mengalami keterbatasan, sehingga kualitas hidup pada lanjut usia menjadi
mengalami penurunan perubahan yang terjadi pada responden akibat penurunan
kualitas hidup antara lain cepat capai, lelah, pusing, berkeringat, mengalami
kesulitan tidur sehingga waktu tidur menjadi kurang, menjadi mudah tersinggung
dan perasaan minder untuk bergaul dengan lingkungan.
Penelitian Istianna Nurhidayati dkk (2021) Hasil
penelitian menunjukkan status gizi kurang 30,8%, normal 35,3%, lebih 33,8% dan
kualitas hidup buruk 52,6%, kualitas hidup baik 47,4%. Penelitian yang
dilakukan oleh Fadillah, Suyatno, Nugraheni (2019) memaparkan usia dapat
mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia dikarenakan lansia sedikit melakukan
konsumsi lauk pauk yang mengandung protein hewani. Hal tersebut dikarenakan
adanya perubahan fungsi fisiologis yang terjadi akibat proses penuaan pada
lansia yang menyebabkan asupan sumber protein hewani seperti daging dan ikan
menjadi berkurang, yaitu karena tanggalnya gigi lansia, yang juga menurunya
kemampuan mengunyah makanan yang bertekstur keras dan alot. Kualitas hidup pada
lansia terus menurun seiring dengan semakin bertambahnya usia. Pengaruh proses
menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, mental, serta
perubahan kondisi sosial.
Penelitian Ruci Nike dkk (2017) Hasil dari penelitin ini
adalah responden yang mengalami status gizi normal sebanyak 62.1 %, status gizi
gemuk sebanyak 37.9 % dan tidak ditemukan responden dengan status gizi kurus.
Masalah gizi yang terjadi pada lansia dapat berupa gizi kurang atau gizi lebih.
Lansia di Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan dalam keadaan kurang gizi
adalah 3,4%, berat badan kurang 28,3%,berat badan lebih 6,7%, obesitas 3,4 %
dan berat badan ideal 42,4%. Berdasarkan data tersebut, masalah gizi yang
sering terjadi pada lansia adalah kurang gizi dan berat badan kurang. Hal ini
terlihat dari persentase masalah kurang gizi dan berat badan kurang ini lebih
besardari pada masalah obesitas dan berat badan lebih pada lansia (Verlaan et al., 2017). Pola makan dapat
diartikan suatu kebiasaan menetap dalam hubungan dengan konsumsi makan yaitu
berdasarkan jenis bahan makanan, makanan pokok, sumber protein, sayur, buah,
dan berdasarkan frekuensi harian, mingguan, pernah, dan tidak pernah sama
sekali. Dalam hal pemilihan makanan dan waktu makan manusia dipengaruhi oleh
usia, selerapribadi, kebiasaan, budaya dan sosial ekonomi (Almatsier, 2002).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bihaimo (2014) ditemukan adanya
hubungan antara pola makan dengan status gizi. Berdasarkan hasil uji kolmogrov
diperoleh nilai P = 0,001 (P < 0,05).
Kebiasaan makan menentukan intake nutrisi yang akan masuk
kedalam tubuh dan memperbaiki mutu status nutrisi makanan lansia (Verlaan et al., 2017). Keseimbangan antara
jumlah makanan yang dimakan dan dibutuhkan tubuh akan berdampak pada status
gizi seseorang tergolong baik. Pola makan merupakan berbagai informasi yang
memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari
oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat
tertentu. Sehingga dapat diartikan pola makan adalah pengaturan jenis dan
jumlah makanan yang dikonsumsi serta frekuensi mengonsumsi makanan sehat. Susunan
hidangan atau menu makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai macam bahan
makanan dan berkualitas dalam jumlah dan proporsi yang tepat dapat dijadikan
seseorang untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran tubuhnya, sehingga
diperlukannya pola makan dan kebiasaan makan yang baik, untuk memenuhi
kebutuhan gizi tubuh. Pada lansia jumlah nutrisi yang masuk perlu
diperhitungkan dengan baik, karena jumlah yang dibutuhkan oleh lansia berbeda
dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tahap usia lainnya.Lansia tidak dianjurkan
untuk mengonsumsi makanan yang diawetkan atau makanan cepat saji. Masakan yang
diawetkan dan cepat saji memiliki kandungan yang tidak baik untuk kesehatan
lansia.
Menurut peneliti dari hasil obervasi skor pola makan,
bahwa frekuensi, komposisi, jenis makanan yang baik akan mempengaruhi pola
makan yang baik pada lansia.Pola makan yang baik dan seimbang akan membuat
lansia menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit pada usia tua (Schwingshackl & Hoffmann, 2015). Status gizi merupakan suatu kondisi seseorang yang
dapat diukur, baik secara Antropometri maupun Klinik sebagai respon atau asupan
makanan dalam jangka waktu tertentu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2009). Status gizi dapat dikatakan baik apabila nilai indeks massa tubuh
seseorang mencapai >18,5 � 25,0 𝐾𝑔𝑀2. Berat badan adalah variabel antropometri yang sering
digunakan dan hasilnya cukup akurat (De Miguel-Etayo et al., 2015). Pengukuran berat badan sangat menentukan dalam menilai
status gizi seseorang. Berat badan adalah pengukur kasar terhadap jaringan
tubuh dan caira tubuh. Meningkatnya berat badan dapat menunjukkan berambahnya
lemak tubuh atau adanya edema, dan penuranan berat badan dapat menunjukkan
adanya perkembangan penyakit maupun asupan nutrisi yang kurang (Thomas et al., 2013). Komposisi tubuh dapat
berubah meskipun berat badan tetap, sedangkan pengukuran komposisi tubuh lansia
ditunjukkan untuk menentukan masa lemak, dan masa beban lemak. Kebutuhan gizi
ditentukan oleh, kebutuhan gizi basal, aktivitas, keadaan fisiologis tertentu,
misalnya dalam keadaan sakit. Menurut peneliti pola makan yang baik pada lansia
akan mempengaruhi status gizi yang baik (Artacho et al., 2014). Hal ini disebabkan
karena pengaturan jenis, jumlah, dan frekuensi mengkonsumsi makanan yang sehat
sehingga berdampak pada status gizi yang baik pula. Perubahan lingkungan sosial
seperti perubahan kondisi ekonomi karena paensiun dan kehilangan pasangan hidup
dapat membuat lansia merasa terisolasi dari kehidupan sosial dan mengalami
depresi.
Akibatnya, lansia kehilangan nafsu makan yang berdampak
pada penurunan status gizi lansia. Sehingga menyebabkan frekuensi dan jumlah
makan yang dimakan tidak maksimal walaupun pola makannya sudah baik tetapi
makan hanya sedikit sehingga menyebabkan status gizinya jadi kurang. Menurut
penelitian pola makan yang baik tetapi status gizi kurang itu terjadi karena
perubahan lingkungan sosial seperti perubahan kondisi ekonomi karena paensiun
dan kehilangan pasangan hidup dapat membuat lansia merasa terisolasi dari
kehidupan sosial dan mengalami depresi (Tria Aulia Maratus Sholikhah).
KESIMPULAN
Terdapat korelasi antara
asupan karbohidrat dan protein dengan status gizi lansia, kebutuhan akan
protein hewani yang cukup sangat penting untuk menjaga kesehatan gizi lansia.
Status gizi mempengaruhi kualitas hidup lansia terutama dalam aspek kesehatan fisik
dan kondisi sosial. Masalah gizi seperti kurang gizi dan berat badan kurang
masih menjadi masalah serius di kalangan lansia di Indonesia, meskipun ada juga
masalah dengan status gizi gemuk. Meskipun tidak langsung terkait dengan status
gizi, aspek sosial dan psikologis juga penting dalam menentukan kualitas hidup
lansia. Dukungan sosial dan perhatian terhadap kondisi psikologis mereka juga
berperan dalam meningkatkan kualitas hidup secara menyeluruh.
DAFTAR
PUSTAKA
Anderson, S. E., Ramsden, M., & Kaye, G. (2016). Diet
qualities: healthy and unhealthy aspects of diet quality in preschool children.
The American Journal of Clinical Nutrition, 103(6), 1507�1513.
Artacho,
R., Lujano, C., Sanchez-Vico, A. B., S�nchez, C. V., Calvo, J. G., Bouzas, P.
R., & Ruiz-L�pez, M. D. (2014). Nutritional status in chronically-ill
elderly patients. Is it related to quality of life? The Journal of
Nutrition, Health and Aging, 18(2), 192�197.
Chang,
F.-H., Wang, Y.-H., Jang, Y., & Wang, C.-W. (2012). Factors associated with
quality of life among people with spinal cord injury: application of the
International Classification of Functioning, Disability and Health model. Archives
of Physical Medicine and Rehabilitation, 93(12), 2264�2270.
De
Miguel-Etayo, P., Moreno, L. A., Santab�rbara, J., Mart�n-Matillas, M.,
Piqueras, M. J., Rocha-Silva, D., Del Moral, A. M., Campoy, C., Marcos, A.,
& Garagorri, J. M. (2015). Anthropometric indices to assess body-fat
changes during a multidisciplinary obesity treatment in adolescents: EVASYON
Study. Clinical Nutrition, 34(3), 523�528.
Evans,
W. J., & Cyr-Campbell, D. (1997). Nutrition, exercise, and healthy aging. Journal
of the American Dietetic Association, 97(6), 632�638.
Felce,
D., & Perry, J. (1995). Quality of life: Its definition and measurement. Research
in Developmental Disabilities, 16(1), 51�74.
Kiik,
S. M., Sahar, J., & Permatasari, H. (2018). Peningkatan kualitas hidup lanjut usia (lansia) di kota depok
dengan latihan keseimbangan. Jurnal Keperawatan Indonesia,
21(2), 109�116.
Nourissat,
A., Vasson, M. P., Merrouche, Y., Bouteloup, C., Goutte, M., Mille, D.,
Jacquin, J. P., Collard, O., Michaud, P., & Chauvin, F. (2008).
Relationship between nutritional status and quality of life in patients with
cancer. European Journal of Cancer, 44(9), 1238�1242.
Pradana,
A. A., Gobbens, R. J. J., Susanto, H., Siahaan, J., & Lee, S.-C. (2024).
Multidimensional frailty assessment: Development and validation of the Tilburg
Frailty Indicator-Indonesia version. Geriatric Nursing, 59,
614�622.
Priyoto,
P., Hartono, A., & Al Khasanah, A. (2023). Pengaruh Dance Movement Therapy
Terhadap Perubahan Kecemasan Pada Lanjut Usia. Pengembangan Ilmu Dan Praktik
Kesehatan, 2(5), 294�303.
Schwingshackl,
L., & Hoffmann, G. (2015). Diet quality as assessed by the Healthy Eating
Index, the Alternate Healthy Eating Index, the Dietary Approaches to Stop
Hypertension score, and health outcomes: a systematic review and meta-analysis
of cohort studies. Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics, 115(5),
780�800.
Snyder,
H. (2019). Literature review as a research methodology: An overview and
guidelines. Journal of Business Research, 104, 333�339.
Thomas,
E. L., Fitzpatrick, J. A., Malik, S. J., Taylor-Robinson, S. D., & Bell, J.
D. (2013). Whole body fat: content and distribution. Progress in Nuclear
Magnetic Resonance Spectroscopy, 73, 56�80.
Verlaan,
S., Aspray, T. J., Bauer, J. M., Cederholm, T., Hemsworth, J., Hill, T. R.,
McPhee, J. S., Piasecki, M., Seal, C., & Sieber, C. C. (2017). Nutritional
status, body composition, and quality of life in community-dwelling sarcopenic
and non-sarcopenic older adults: A case-control study. Clinical Nutrition,
36(1), 267�274.
Vikstedt,
T., Suominen, M. H., Joki, A., Muurinen, S., Soini, H., & Pitk�l�, K. H.
(2011). Nutritional status, energy, protein, and micronutrient intake of older
service house residents. Journal of the American Medical Directors
Association, 12(4), 302�307.
Warburton,
D. E. R., & Bredin, S. S. D. (2016). Reflections on physical activity and
health: what should we recommend? Canadian Journal of Cardiology, 32(4),
495�504.
Yudhistira,
M. H., Indriyani, W., Pratama, A. P., Sofiyandi, Y., & Kurniawan, Y. R.
(2019). Transportation network and changes in urban structure: Evidence from
the Jakarta Metropolitan Area. Research in Transportation Economics, 74,
52�63.