Pengaruh Jus Tomat dan Jus Buah
Naga Merah Terhadap Gula Darah Lansia Diabetes Melitus
Effect of Tomato Juice and Red Dragon Fruit Juice on
Blood Sugar of Elderly Diabetic Mellitus
1)* Arisa Septianingrum
F, 2) Dian Ayu Ainun Nafies
12 Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama, Tuban, Indonesia
Email: [email protected]
Correspondence: Arisa Septianingrum F
DOI: 10.59141/comserva.v4i5.2165 |
ABSTRAK Diabetes melitus adalah
kondisi kronis yang terjadi akibat peningkatan kadar gula darah karena tubuh
tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Salah satu upaya pengendalian
diabetes adalah dengan mengonsumsi makanan tinggi serat dan antioksidan, seperti
buah naga dan tomat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian jus buah naga dan tomat terhadap kadar gula darah penderita
diabetes melitus di Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban. Jenis penelitian
adalah True Eksperimental
dengan desain Two Group pre-test and post-test.
Sampel penelitian berjumlah
36 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 18 responden kelompok jus tomat dan 18 responden kelompok jus buah naga, menggunakan teknik purposive sampling. Data diambil
menggunakan alat Easy
Touch dan lembar observasi,
lalu dianalisis dengan
uji Paired T-Test dan Independent T-Test. Hasil menunjukkan kadar gula
darah sebelum terapi jus buah naga merah sebesar 362,22 mg/dL dan setelah
terapi menjadi 353,17 mg/dL. Selisih rata-rata penurunan kadar gula darah
pada pemberian jus buah naga sebesar 16,72 mg/dL, sedangkan pada jus tomat
sebesar 21,72 mg/dL. Uji t-test menunjukkan pengaruh signifikan dari kedua
terapi, namun jus buah naga merah lebih efektif dalam menurunkan kadar gula
darah dibanding jus tomat. Kata kunci: Buah Naga, Tomat, Diabetes Militus. |
|
ABSTRACT Diabetes mellitus is a chronic condition caused by
increased blood sugar levels due to the body�s inability to use insulin
effectively. One method of managing diabetes is by consuming foods high in
fiber and antioxidants, such as dragon fruit and tomatoes. This study aimed
to determine the effect of dragon fruit and tomato juice on blood glucose
levels in diabetes mellitus patients in Semanding
District, Tuban Regency. This research is a True
Experimental study using a Two Group pre-test and post-test design. The
sample consisted of 36 respondents, divided into two groups: 18 respondents
in the tomato juice group and 18 respondents in the dragon fruit juice group,
selected through purposive sampling. Data were collected using the Easy Touch
tool and observation sheets, and analyzed with Paired T-Test and Independent
T-Test. The results showed that the average blood glucose level before the
dragon fruit juice therapy was 362.22 mg/dL, and after the therapy, it
decreased to 353.17 mg/dL. The average difference in blood glucose reduction
for dragon fruit juice was 16.72 mg/dL, while for tomato juice, it was 21.72
mg/dL. The t-test results showed a significant effect for both treatments,
but dragon fruit juice was more effective in lowering blood glucose levels than
tomato juice. Keywords: Dragon Fruit, Tomato, Diabetes Mellitus. |
Masalah
kesehatan merupakan aspek penting untuk kehidupan manusia, di mana fisik,
mental dan kesejahteraan sosial dalam kondisi yang baik. Peningkatan di bidang
teknologi dan keilmuan sering tidak sejalan dengan perilaku hidup sehat oleh
masyarakat sehingga terjadi berbagai penyakit baik menular maupun tidak menular
sebagai transisi epidemiologi (Irawan, 2023). Penyakit tidak menular yang memiliki nilai prevalensi
tinggi adalah diabetes mellitus (DM) yang dicirikan
dengan meningkatnya kadar gula darah (Kemenkes, 2019). Diabetes mellitus adalah
penyakit metabolik yang merupakan sekumpulan gejala yang disebabkan oleh
peningkatan gula darah pada seseorang di atas normal (Yumassik
et al., 2022).
Prevalensi penderita diabetes
melitus� meningkat setiap tahunnya, hal
ini terjadi karena perubahan gaya hidup masyarakat, pengetahuan yang kurang
tentang diabetes mellitus, kurangnya kesadaran
masyarakat untuk melakukan deteksi dini penyakit diabetes mellitus,
pengaturan pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat
dari sayuran ke pola makan ke barat-baratan (yaitu banyak mengandung tinggi
protein, lemak, gula, garam dan sedikit mengandung serat) (Fitriyani &
Kurniasari, 2022). Indonesia pada tahun 2021 menempati urutan ke-7� dari 10 besar negara, dengan jumlah penderita
sebanyak 10 juta jiwa. Jumlah penderita DM diperkirakan akan menjadi 16,2 juta
pada tahun 2040, yang berarti jumlah penderita DM sebesar 56,2% dari tahun 2015
ke tahun 2040 (Organization, 2020). Survey yang dirilis
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018, prevalensi
diabetes di Indonesia mengalami peningkatan 2,1%. Diabetes mellitus
(DM) merupakan penyakit tidak menular yang menyerang sebagian besar penduduk
dunia. Sementara provinsi Jawa Timur masuk 10 besar pada tahun 2018 prevalensi
penderita diabetes se-Indonesia. Prevalensi diabetes mellitus
di Kabupaten Tuban sebesar 1,7% dan Kecamatan Semanding
Kabupaten Tuban termasuk salah satu Kecamatan yang Puskesmasnya tepatnya di
Puskesmas Wire terdapat 10 penderita penyakit tertinggi lansia diantaranya hipertensi, artritis,
stroke, PPOK, diabetes melitus, kanker, ISPA, saluran cerna, gigi, dan penyakit
telinga. Pada penelitian ini mengambil data lansia penderita diabetes melitus
di Puskesmas Wire sebanyak 76 lansia (Wicaksana & Ningsih,
2024).
Diabetes mellitus
tedapat tiga jenis yaitu diabetes mellitus
tipe 1 atau dapat disebut diabetes juvenile,
diabetes mellitus tipe 2 yang dahulu disebut
dengan diabetes mellitus tak tergantung insulin, dan
diabetes mellitus gestasional
atau sering disebut dengan diabetes yang terjadi saat kehamilan. Diabetes mellitus yang sering terjadi
di masyarakat adalah diabetes mellitus tipe 2. Pada diabetes tipe 2, tubuh tidak menggunakan insulin dengan efektif atau
tidak memproduksi cukup insulin (Nisa
et al., n.d.). Menyebabkan kadar gula darah yang
tinggi dan jika tidak diobati, dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti
kerusakan saraf, penglihatan buram, dan masalah jantung (Setyani et al., 2019). Diabetes mellitus tipe 2
disebabkan oleh gaya hidup dan asupan makanan yang berlebih yang menyebabkan
kelainan pada sekresi insulin, tetapi masih bisa dikontrol dengan pemberian
makanan yang dapat menormalkan kerja insulin dalam tubuh (Perkeni, 2019).
Tatalaksana
non-farmakologi yang dapat digunakan untuk menstabilkan kadar gula darah adalah
dengan mengatur pola makan dan terapi jus baik dari buah maupun sayur (Adli,
2021). Pemberian pengobatan dengan
terapi jus menggunakan buah-buahan, sayur-sayuran atau bagian tanaman tertentu
yang berkhasiat menyembuhkan, antara lain penggunaan tomat dan buah naga.
Terapi jus merupakan cara penyembuhan dengan meminum sari buah, sayuran, atau
bagian tanaman tertentu yang mempunyai khasiat obat. Sari buah, sayuran, atau
bagian tanaman tersebut diperoleh dengan cara dilumatkan, diremas, atau
disaring baik secara manual dengan tangan maupun secara mesin (Susanti & Sari, 2021).
Terapi
menggunakan jus tomat cenderung mudah di lakukan dan tidak menggunakan biaya
yang mahal. Buah Tomat (Lycopersicum Esculentum) dalam 100 gram mengandung 20 μg kromium (Nurohmi
et al., 2016). Kromium� merupakan kofaktor dalam meningkatkan kerja
insulin dalam pemindahan glukosa ke dalam sel. Kromium sangat penting untuk
mengatasi resistensi insulin dan menurunkan kadar gula darah (Mutiarani,
2017b). Buah tomat juga mengandung likopen, likopen merupakan salah
satu antioksidan, karena kemampuan likopen untuk
melawan radikal bebas. Likopen mempengaruhi
resistensi hormon insulin sehingga toleransi tubuh terhadap glukosa menjadi
meningkat, dengan meningkatkan konsumsi likopen, maka
kelebihan kadar gula darah lebih mudah ditanggulangi. Mekanisme likopen mencegah penyakit kronik yaitu likopen
dapat meningkatkan status likopen dalam tubuh dan
bertindak sebagai antioksidan, likopen mengikat
oksigen reaktif dan meningkatkan potensi antioksidan atau mengurangi kerusakan
oksidatif pada lipid (termasuk lipid membran dan lipoprotein), protein, dan DNA
sehingga menurunkan stres oksidatif (Casey
et al., 2021). Likopen
memiliki aktivitas antioksidan dua kali lebih kuat dari beta karoten (Kartika
Sari & Wirjatmadi, 2017).
Kecenderungan masyarakat menggunakan
pengobatan alternatif untuk mengatasi berbagai penyakit dan gangguan kesehatan
semakin tinggi (Amisim et al., 2020). Pengobatan non farmakologis (fitofarmaka)
adalah pilihan utama untuk menurunkan kadar glukosa pada darah karena selain
tidak memiliki efek samping yang membahayakan bagi kesehatan. Pada pasien
diabetes melitus dengan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol memerlukan
tatalaksana yang komprehensif sebagai langkah preventif terhadap penyakit� komplikasi�
dan� untuk� dapat�
mengontrol kadar� glukosa� dengan�
baik (El
Qahar, 2020). Pengobatan DM sangat efektif pada tahap
awal, sebelum gejala prediabetes muncul. Menurut
kriteria American Diabetes Association (2015), diabetes melitus ditandai dengan masalah dalam regulasi gula darah, yang
dapat menyebabkan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) dan kesulitan dalam
mempertahankan kadar gula darah normal, Pada diabetes tipe 2 sel-sel tubuh
menjadi kurang peka terhadap insulin, hormon yang membantu mengendalikan gula
darah menyebabkan tubuh membutuhkan lebih banyak insulin untuk mengontrol gula
darah, dan akhirnya dapat menyebabkan hiperglikemia (Atlas,
2015).
Diabetes melitus
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor resiko yang
tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi, faktor resiko
yang tidak dapat dimodifikasi meliputi usia, riwayat keluarga dengan diabetes
melitus (anak penyandang diabetes melitus), pernah menderita diabetes melitus
saat hamil. Faktor yang dapat di modifikasi �meliputi pola makan termasuk mengonsumsi
makanan yang tinggi gula dapat meningkatkan resiko
diabetes melitus tipe 2, status gizi, merokok, aktivitas fisik kurang,
hipertensi. Pola makan dengan tinggi serat �dan rendah gula dapat mengurangi resiko diabetes melitus tipe 2 (Maharani
& Sholih, 2024). �Kebutuhan serat bagi penderita diabetes mellitus pada lansia, serat merupakan komponen penting
dalam pola makan yang dapat membantu mengatur kadar gula darah, meningkatkan
kesehatan pencernaan, dan menjaga berat badan yang sehat, Konsumsi serat yang
baik bagi penderita diabetes mellitus
adalah 20-35 gram/hari dengan anjuran konsumsi serat sebanyak 25
gram/hari setara dengan mengonsumsi buah yang tinggi serat sebanyak 200
gram/hari (Perkeni,
2019). Serat mempunyai kemampuan
untuk memperlambat penyerapan glukosa dan lemak dengan cara meningkatkan
kekentalan feses yang secara tidak langsung menurunkan kecepatan difusi
sehingga kadar glukosa darah, profil lipid dan kolesterol menurun (Chrisanto
et al., 2020). Pengaruh Jus Tomat Terhadap
Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Lansia Hiperglikemi di
Dusun Niten Nogotirto
Gamping Sleman Yogyakarta
Antioksidan
bermanfaat dalam menjaga elastisitas pembuluh darah, mampu memperbaiki sistem
peredaran darah, menurunkan kadar glukosa darah dan kolesterol (Antika
& Anita, 2016). Asupan serat dan
antioksidan pada penderita diabetes melitus perlu ditingkatkan sehingga
diperlukan perbaikan diet dengan menambah sumber buah-buahan seperti buah naga
merah sebagai sumber makanan kaya antioksidan, serat, vitamin, dan karbohidrat
dengan indeks glikemik rendah. Salah satu buah yang dapat dimanfaatkan untuk
perbaikan diet penderita diabetes melitus adalah buah naga yang memiliki
keunggulan yaitu kaya serat dan antioksidan. Kandungan serat pada buah naga sebesar 10,1 g/100 g berat kering. Kandungan
likopen 14,35 mg/100g berat
basah. Kandungan vitamin meliputi vitamin A, vitamin C dan Vitamin E dalam buah
naga merah yaitu 120,13 �g/100 g berat kering, 540,27 mg/100g
berat basah dan 105,65 �g/100 g berat kering (Nurhayati,
2006). Tomat (Solanum Lypersicum) mengandung vitamin A dan C
yang dapat meregenerasi sel-sel tubuh dan sistem imun, serta vitamin K. Tomat
juga memiliki kandungan likopen yang berfungsi
sebagai antioksidan menurunkan� kandungan
gula darah (Chrisanto
et al., 2020).
Berdasarkan latar
belakang dan permasalahan diatas maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul �Pengaruh Pemberian Jus Tomat
dan Buah Naga Merah terhadap Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Kecamatan Semanding
Kabupaten Tuban�. Dipilihnya kecamatan semanding �untuk penelitian karena peneliti
mempertimbangkan jarak dan waktu pada saat melakukan penelitian. Sehingga akan
memudahkan peneliti untuk mengontrol responden selama diberikan intervensi.
Kadar gula dalam
darah berasal dari glukosa, yang adalah bentuk gula sederhana atau karbohidrat.
Makan-makanan yang mengandung karbohidrat, tubuh akan mencerna karbohidrat
tersebut menjadi glukosa. Glukosa ini kemudian masuk ke dalam aliran darah,
sehingga kadar gula darah naik. Proses penting yang mengatur kadar gula darah
melibatkan hormon insulin dan glukagon, yang dihasilkan oleh pankreas. Ketika
kadar gula darah naik setelah makan, pankreas melepaskan insulin ke dalam
darah. Insulin membantu sel-sel tubuh untuk menyerap glukosa dari darah,
sehingga kadar gula darah kembali ke tingkat normal. Terapi jus buah naga merah
dan jus tomat dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes
melitus, pada lansia harus mengontrol kadar gula darah karena meningkatkan
resistensi insulin dalam jumlah yang cukup atau organ tubuh lansia tidak dapat
menggunakan insulin dengan efektif.�
Berdasarkan latar
belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
pemberian jus buah naga merah dan tomat terhadap kadar glukosa darah penderita
diabetes mellitus tipe 2 di Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban. Tujuan umum penelitian ini
adalah mengidentifikasi pengaruh pemberian jus buah naga merah dan tomat
terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes tipe 2 di wilayah
tersebut. Adapun tujuan khusus penelitian ini meliputi: (1) menganalisis kadar
gula darah sebelum diberikan jus buah naga merah dan jus tomat pada penderita
diabetes mellitus tipe 2; (2) menganalisis kadar gula
darah setelah diberikan jus buah naga merah; (3) menganalisis kadar gula darah
setelah diberikan jus tomat; serta (4) menganalisis perbedaan penurunan kadar
gula darah pada kelompok yang diberi terapi jus buah naga merah dan jus tomat.
Manfaat penelitian secara teoritis diharapkan dapat menjadi referensi bagi
penelitian selanjutnya terkait pengaruh jus tomat (Solanum
Lycopersicum L.) dan jus buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Manfaat
praktisnya adalah sebagai informasi dan masukan mengenai pengaruh pemberian jus
tomat dan buah naga merah terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2, baik bagi responden, instansi, maupun
mahasiswa. Ruang lingkup penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang
bertujuan mengetahui pengaruh jus buah naga merah dan tomat terhadap kadar
glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2
di Kecamatan Semanding. Penelitian ini juga memiliki
keaslian dengan penelitian sebelumnya terkait topik serupa, seperti yang
ditunjukkan dalam tabel keaslian penelitian, yang mencakup berbagai penelitian
terkait jus buah naga dan jus tomat terhadap kadar gula darah pada penderita
diabetes.
�
�Desain penelitian ini mengikuti
konsep pra-eksperimen dengan model one group pre-test � post-test, di mana
pengamatan dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan sesudah intervensi (Notoatmodjo, 2016). Populasi
penelitian terdiri dari 74 lansia penderita diabetes mellitus di Kecamatan
Semanding, Tuban, berdasarkan data Puskesmas Wire. Sampel sebanyak 36 responden
dipilih menggunakan teknik purposive sampling sesuai kriteria inklusi dan
eksklusi. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yakni pemberian jus tomat
dan buah naga merah (independen), serta kadar gula darah (dependen) (Munim et al., 2019). Data diukur
menggunakan alat Easy Touch GDA. Proses pengambilan data melibatkan pengukuran
kadar gula darah sebelum dan sesudah pemberian intervensi. Jus tomat dan buah
naga disiapkan dengan takaran 200 gram dan 100 ml air, kemudian diberikan
kepada responden. Pengolahan data dilakukan melalui uji Wilcoxon Signed Rank
Test untuk menganalisis perbedaan sebelum dan sesudah intervensi menggunakan
SPSS (Pramana & Meydianawathi, 2013). Penelitian ini
mematuhi prinsip etika penelitian, seperti informed consent, anonimitas, dan
kerahasiaan data responden (Munim et al., 2019).
Pada bab ini penulis menyajikan hasil dan analisa
penelitian tentang �Pengaruh pemberian jus tomat dan jus buah naga merah
terhadap kadar gula darah pada lansia penderita diabetes melitus di kecamatan
semanding kabupaten tuban�.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dimana
didapatkan dari keterangan 36 lansia di Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban
yang diberi terapi jus buah naga merah dan jus tomat.
Penelitian ini dilakukan
di Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban. Data jumlah penderita diabetes melitus pada lansia didapatkan di Puskesmas Wire Kabupaten Tuban yang menjadi salah satu Puskesmas dengan lansia penderita diabetes melitus tertinggi ke 5 diantara 10 lansia penderita penyakit lainnya. Dimana tempat tersebut sebagai tempat lansia melakukan
pemeriksaan. Puskesmas Wire Tuban berada di Jl. Pahlawan No.9, Dondong, Gedongombo, Kec. Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Puskesmas Wire meliputi 8 wilayah
kerja yaitu Gedongombo, Tunah, Gesing, Kowang, Genaharjo, Sambongrejo, Ngino, dan Karang.
Puskesmas Wire merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyediakan pelayanan kepada masyarakat
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan permasalahan kesehatan yang ada di wilayah kerjanya. Sehubungan dengan maksud tersebut menetapkan keputusan kepala UOBF Puskesmas Wire nomor:
440/019/KPTS/414.103.021/ 2018 tentang penetapan jenis-jenis pelayanan khususnya pada lansia terdapat pelayananan seperti Program
Kesehatan Lanjut Usia meliputi
1) Posyandu Lansia; 2) Gerakan Lansia Sehat.
a. Usia
Berdasarkan umur dikelompokkan
atas 3 kategori menurut Depkes (2019) yaitu 36-45 (dewasa akhir), 45-55 (dewasa awal), dan 56-55 (lansia akhir) hasil
penelitian karakteristik usia
sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Subjek
Penelitian Usia Pada Penderita Diabetes Melitus Di Kecamatan Semanding Lansia
Kabupaten Tuban
Kategori |
Frekuensi (f) |
Persentase (%) |
Usia |
||
35-44 Tahun |
0 |
0 |
45-54 Tahun |
6 |
16 |
55-64 Tahun |
9 |
25 |
65-74 Tahun |
21 |
59 |
Total |
36 |
100 |
Sumber: (Data Primer Peneliti,
2024)
Berdasarkan
tabel 51 menunjukkan bahwa dari 36 responden sebagian besar dari rsponden berusia 65-74 tahun berjumlah 21 responden (59%).
b. Jenis Kelamin
Jenis
kelamin dapat menjadi salah satu faktor
penyebab diabetes mellitus. Perempuan mungkin memiliki risiko yang lebih besar
terkena diabetes daripada laki-laki karena gaya hidup yang kurang
sehat (Boku,2019) :
Tabel 2. Distribusi Karakteristik Subjek
Penelitian Jenis Kelamin Pada Penderita Diabetes Melitus Di Kecamatan Semanding
Lansia Kabupaten Tuban
Kategori |
Frekuensi (f) |
Persentase (%) |
Perempuan |
31 |
86 |
Laki-laki |
5 |
14 |
Total |
36 |
100 |
Berdasarkan
table 2 menunjukkan bahwa dari 36 responden hampir
seluruh dari responden berjenis kelamin perempuan berjumlah 31 responden (86%).
Deskripsi data merupakan penjabaran
dari data yang diteliti dan untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan, dalam
penelitian ini deskripsi data digunakan untuk mengetahui gambaran kadar gula darah sebelum
dan sesudah diberi terapi jus buah naga merah dan jus tomat pada penderita
Diabetes Melitus Di Kecamatan Semanding Kabupaten
Tuban yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel
3. Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Sebelum Dan Sesudah �Jus Buah Naga Merah Pada Lansia Penderita
Diabetes Melitus Di Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban
Gula Darah (mg/dL) |
Sebelum |
Sesudah |
Total |
||
Frekuensi (f) |
Persentase (%) |
Frekuensi (f) |
Persentase (%) |
% |
|
150-200 |
0 |
0 |
0 |
0 |
100 |
201-250 |
0 |
0 |
0 |
0 |
100 |
251-300 |
3 |
17 |
3 |
17 |
100 |
301-350 |
3 |
17 |
6 |
34 |
100 |
351-400 |
10 |
56 |
8 |
44 |
100 |
401-450 |
1 |
5 |
1 |
5 |
100 |
>451 |
1 |
5 |
0 |
0 |
100 |
������� Sumber: (Data Primer Peneliti, 2024)
Berdasarkan
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 18 responden
sebagian besar dari responden dengan kadar gula darah 351-400 mg/dL berjumlah 10 responden
(56%), dan sebagian kecil dari responden dengan kadar gula darah
301-350 mg/dL berjumlah 8
responden (44%).
Tabel
4. Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Sebelum Diberi Terapi Jus
Tomat Pada Lansia Penderita Diabetes Melitus Di Kecamatan Semanding Kabupaten
Tuban
Kadar Gula Darah
(mg/dL) |
Sebelum |
Sesudah |
Total |
||
Frekuensi (f) |
Persentase (%) |
Frekuensi (f) |
Persentase (%) |
(%) |
|
150-200 |
0 |
0 |
0 |
0 |
100 |
201-250 |
0 |
0 |
0 |
0 |
100 |
251-300 |
3 |
17 |
5 |
27 |
100 |
301-350 |
7 |
39 |
7 |
39 |
100 |
351-400 |
6 |
34 |
3 |
17 |
100 |
401-450 |
1 |
5 |
3 |
17 |
100 |
>451 |
1 |
5 |
0 |
0 |
100 |
Total |
18 |
100 |
18 |
100 |
|
����
Sumber: (Data Primer Peneliti, 2024)
Berdasarkan
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 18 responden
sebagian kecil dari responden dengan kadar gula darah 301-350 mg/dL berjumlah 7 responden
(39%), dan sebagian kecil dari responden dengan kadar gula darah
301-350mg/dL berjumlah 7 responden (39%).
Analisa univariat dalam
penelitian ini adalah yang dianalisis tekanan darah sebelum dan sesudah diberi jus
tomat dan jus buah naga merah.
a.
Kadar Gula Darah Sebelum Dan Sesudah
Diberi Terapi Jus Tomat Pada Penderita Diabetes Melitus Di Kecamatan Semanding
Kabupaten Tuban.
Pada kadar gula
darah sebelum dan sesudah diberikan terapi jus tomat pada lansia penderita
diabetes melitus Di Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban menghasilkan analisis
univariat sebagai berikut:
Tabel 5. Analisis Deskriptif Kadar Gula Darah Sebelum Dan
Ssesudah Diberi Terapi Jus Tomat Pada Lansia Penderita Diabetes Melitus Di
Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban
No. |
Kadar Gula Darah Sebelum (mg/dL) |
Kadar Gula Darah Sesudah (mg/dL) |
Rata � rata selisih (mg/dL) |
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. |
371 452 320 300 291 329 341 431 351 345 323 394 390 398 391 294 294 342 |
335 423 266 259 344 287 271 402 320 364 282 320 327 357 433 337 327 311 |
36 29 54 41 -53 42 70 29 31 -19 -41 74 63 41 42 -43 -33 31 |
Sumber:
(Data Primer Peneliti, 2024)
Berdasarkan
Tabel 5 hasil analisis deskriptif kadar gula darah sebelum diberi terapi jus
tomat menunjukkan bahwa rerata 353.17 mg/dL, nilai minimum 291 mg/dL, nilai maximum 452 mg/dL dengan standart
deviasi 48.044 mg/dL.
Sedangkan kadar gula darah sesudah diberi terapi jus tomat menunjukkan bahwa
rerata 331.39 mg/dL, nilai
minimum 259 mg/dL, nilai maximum 433 mg/dL dengan standart deviasi 50.824
mg/dL.
Hasil uji Pairet T- Test pada
kelompok intervensi jus tomat didapatkan bahwa p-value
(0,000 < 0,05) maka H2 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan penurunan kadar gula darah sebelum dan sesudah diberi terapi jus
tomat.
b.
Kadar Gula Darah Sebelum Dan Sesudah Diberi
Terapi Jus Buah Naga Merah Pada Lansia Penderita Diabetes Melitus Di Kecamatan
Semanding Kabupaten Tuban.
Pada kadar gula darah sebelum dan sesudah diberi
terapi jus buah naga merah pada lansia penderita diabetes melitus di Kecamatan
Semanding Kabupaten Tuban menghasilkan analisa univariat sebagai berikut :
Tabel 6. Analisis
Deskriptif Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Diberi Terapi Jus Buah Naga Merah Pada Lansia Penderita
Diabetes Melitus di
Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban
No. |
Kadar Gula Darah Sebelum (mg/dL) |
Kadar Gula Darah Sesudah (mg/dL) |
Rata � rata selisih (mg/dL) |
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12 13. 14. 15. 16. 17. 18. |
291 271 271 473 388 392 371 351 391 379 324 391 391 391 421 354 341 329 |
283 253 299 398 329 379 385 340 339 353 310 370 324 370 408 385 366 312 |
8 19 -28 75 59 13 -14 11 52 26 14 21 50 21 13 -31 -25 17 |
Mean |
362.22 |
344.56 |
16.66 |
SD |
51.946 |
42.403 |
9.54 |
Min |
271 |
252 |
19 |
Max |
473 |
408 |
65 |
Sumber:
(Data Primer Peneliti, 2024)
���� ��������
Berdasarkan Tabel 7 hasil analisis
deskriptif kadar gula darah sebelum diberi terapi jus buah naga merah
menunjukkan bahwa mean 362.22 mg/dL, nilai terendah (minimum) 271 mg/dL, nilai tertinggi (maximum) 473
mg/dL dengan standart devisiasi 51.946 mg/dL. Sedangkan kadar gula darah
sesudah diberi terapi jus buah naga merah menunjukkan bahwa mean
344.56 mg/dL, nilai
terendah (minimum) 252 mg/dL,
nilai tertinggi (maximum) 408 �mg/dL dengan standar deviasi 42.403 mg/dL.
����������� Hasil
uji Pairet T-Test
pada kelompok intervensi jus buah naga merah didapatkan bahwa p - value (0,000 < 0,05) maka H1 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penurunan kadar gula darah sebelum dan
sesudah diberi terapi jus buah naga merah pada kelompok intervensi jus buah
naga merah.
Analisis bivariat menggunakan teknik analisis
uji Pairet T-Test dengan memenuhi beberapa kriteria atau syarat, karena data berdistribusi normal maka
peneliti menggunakan uji Pairet T-Test yang akan menyajikan data antara lain pre-test dan post-test pemberian jus buah naga merah dan jus
tomat terhadap penurunana
kadar gula darah pada penderita Diabetes Melitus.
Sedangkan untuk mengetahui perbedaan
antara kelompok yang diberi terapi jus buah naga merah dan jus tomat
peneliti menggunakan uji statistik Independent T-Test karena data berdistribusi normal. Apabila
nilai p � value
<0,05 maka ada perbedaan antara pemberian terapi jus buah naga merah dan jus tomat, namun jika p signifikan < 0,05
maka tidak ada perbedaan antara kelompok yang diberi terapi jus buah naga merah
dan jus tomat.
Kadar gula
darah pada kelompok yang diberi terapi jus buah naga merah dan tomat pada
lansia penderita diabetes melitus di Kecamatan Semanding
Kabupaten Tuban sebanyak 36 responden yang dibagi menjadi 2
kelompok, kelompok jus buah naga merah sebanyak 18 reponden
dan jus tomat sebanyak 18 responden menghasilkan analisis bivariat
sebagai berikut :
Tabel 3. Perbedaan Penurunan Kadar Gula Darah Pada Kelompok Yang
Diberi Terapi Jus Buah Naga Merah Dan Tomat Pada Lansia Penderita Diabetes
Melitus�� Di Kecamatan Semanding
Kabupaten Tuban
Kelompok |
Uji |
N |
SD ( mg/dL ) |
P- Value |
Jus Tomat
|
T-Test |
18 |
50.824 |
0.000 |
Jus Buah
Naga Merah |
T-Test |
18 |
42.403 |
Sumber: (Data Primer Peneliti, 2024)
Berdasarkan Tabel 6 didapat hasil bahwa adanya pengaruh
pemberian jus buah tomat dan buah naga merah terhadap kadar glukosa darah,
dibuktikan dengan nilai p<0,05 yaitu sebesar 0,000.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul pengaruh pemberian jus tomat dan
jus buah naga terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia penderita
diabetes melitus di kecamatan semanding kabupaten tuban. Dari hasil penelitian
maka akan dilakukan pembahasan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil yang didapatkan terdapat penurunan
kadar gula darah sebelum diberi terapi jus buah naga merah dan jus tomat,
sebelum diberi terapi jus buah naga merah sebanyak 250 ml, sebelum pemberian
terapi diketahui sebanyak 36 responden lansia menderita diabetes mellitus
dikelompokkan menjadi 2 yaitu 18 responden kelompok terapi jus buah naga merah
dan 18 responden kelompok terapi jus tomat. Pada terapi jus tomat diketahui
bahwa persentase terendah dengan hasil kadar gula darah responden 401-450 mg/dL
dan >451 mg/dL dengan jumlah 1 responden (5%), tertinggi 301-350 mg/dLdengan
jumlah 7 responden (39%). Sedangkan pada pemberian terapi jus buah naga merah
dengan persentase terendah dengan kadar gula darah responden 251-300 mg/dL dan
301-350 mg/dL dengan jumlah 3 responden (17%) dan persentase tertinggi dengan
kadar gula darah 351-400 mg/dL dengan jumlah 10 responden (56%). Pada kelompok
intervensi jus buah naga merah dan jus tomat, dengan hasil uji Paired T-Test
didapatkan hasil sebelum pemberian intervensi pada kelompok jus buah naga merah
dengan hasil nilai minimum 271 mg/dL maxsimum 473 mg/dL dengan standart deviasi
51.946 mg/dL, dan median 375 mg/dL. Sedangkan jus tomat nilai mean 353.17 mg/dL
minimum 291 mg/dL maxsimum 452 mg/dL, median 343.50mg/dL, dan �dengan standart deviasi 48.044 mg/dL. �
Diabetes Mellitus bisa terjadi karena faktor gaya
hidup, seperti kurang melakukan aktivitas fisik, stres, dan konsumsi makanan
tinggi gula, memainkan peran penting dalam terbentuknya penyakit ini. Selain
itu, faktor genetik dan obesitas yang tidak ditangani dengan baik, cukup
berpengaruh dalam peningkatan risiko diabetes tipe 2 (Irwansyah & Kasim, 2021). Diabetes
mellitus adalah kondisi kesehatan kronis yang terjadi karena tubuh gagal
menghasilkan hormon insulin dalam jumlah cukup atau adanya abnormalitas.
Kurangnya hormon insulin menyebabkan glukosa dalam tubuh tidak diproses dengan
sempurna dan bisa mengakibatkan penderitanya mengalami
kelebihan gula darah (Saro & Muna, 2023).
Menurut penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh
Simatupang (2017) sebagian besar kasus diabetes mellitus (DM) terjadi pada
rentang usia lansia. Hal ini dikarenakan usia merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa. Sebanyak 15% responden
usia ≥40 tahun sebagai penyandang DM dan sebagian besar penderita
tersebut berusia antara 40-60 tahun. Pada usia tersebut, diabetes mellitus (DM)
dapat terjadi akibat interaksi berbagai faktor penyebab yang dipengaruhi oleh
perubahan gaya hidup dalam masyarakat seperti minimnya melakukan aktivitas
fisik, pengaturan pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan
serat dari sayuran kepola makan ke barat-baratan dengan komposisi makan yang
terlalu banyak mengandung (protein, lemak, gula, garam, dan sedikit mengandung
serat) (Azis & Saputra, 2022).
Pada prinsipnya ada dua penatalaksanaan yang bisa menangani diabetes atau
kadar gula darah tinggi yaitu penatalaksanaan farmakologi dan penatalaksanaan non
farmakologi. Penatalaksanaan farmakologi untuk diabates
dilakukan dengan pemberian obat-obat kimia tentunya menimbulkan efek samping
dan komplikasi yang tidak baik bagi tubuh apabila digunakan dalam waktu jangka
panjang, selain itu juga harganya cukup mahal. Sedangkan penatalaksanaan non
farmakologi dilakukan dengan pola hidup sehat seperti berhenti merokok,
penurunan berat badan, olahraga secara teratur, mengurangi asupan gula,
mengurangi konsumsi alkohol, dan modifikasi diet atau terapi diet seperti mengkonsumsi buah maupun sayur dengan kandungan likopen dan serat yang dapat menurunkan kadar gula darah (Mukti,
2019).
Berdasarkan teori dan fakta di lapangan sebelum
pemberian terapi diketahui kadar gula darah responden tinggi karena reponden
tidak membatasi makanan yang mengandung gula sehingga kadar gula darah reponden
tinggi. Teori yang didapat bahwa kadar gula darah tinggi terjadi karena
beberapa faktor yaitu faktor usia karena seiring bertambahnya usia tubuh bisa menjadi kurang
responsif terhadap insulin yang dikenal sebagai resistensi insulin hal ini bisa
terjadi akibat dari perubahan metabolisme melambat sehingga dapat
mempengaruhi cara tubuh memproses karbohidrat dan glukosa, selanjutnya ada faktor
genetik dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kadar gula darah tinggi
Berdasarkan hasil yang
didapatkan terdapat penurunan rerata gula darah sebelum dan sesudah diberi
terapi jus tomat sebanyak 250 ml pada kelompok intervensi jus tomat, dengan
hasil uji Pairet T-Test
didapatkan hasil sesudah pemberian intervensi pada kelompok jus tomat
didapatkan hasil untuk hasil rerata post-test 344,56 mg/dL dengan nilai terendah 252 mg/dL dan tertinggi 408 mg/dL dengan standart
devisisasi 42,403 mg/dL.
Selain
itu, beta karoten yang terdapat dalam tomat dapat menurunkan kadar glukosa
darah dan dapat mencegah stres oksidatif. Antioksidan beta karoten dapat
menangkap radikal bebas dan menghambat lipid peroksida serta memproteksi sel
beta pankreas sehingga dapat meningkatkan sekresi insulin dan kadar glukosa
darah dapat menurun (Qodriyah,
2018).
Tomat
bisa menurunkan kadar gula darah penderita diabetes melitus, hal ini telah
dibuktikan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muhammad Marwan
Syahputra (2021) dengan pemberian jus tomat sebanyak 250
ml sebelum makan selama 7 hari dapat menurunkan kadar gula darah pada lansia
penderita diabetes melitus.
Berdasarkan
teori dan fakta peneliti berpendapat bahwa jus tomat dapat menurunkan kadar
gula darah ada beberapa responden mengalami peningkatan kadar gula darah hal
ini karena ada beberapa faktor seperti aktivitas fisik (senam, jalan kaki,
bersepeda dan lain sebagainya), stres (status ekonomi, gaya hidup dan lain
sebagainya), pola makan yang salah (mengonsumsi makanan yang mengandung gula
tinggi, jarang mengonsumsi sayuran dan lain sebagainya), dan kepatuhan dalam
mengkonsumsi obat anti hiperglikemia karena obat hiperglikemia.
Berdasarkan hasil yang didapatkan terdapat penurunan
kadar gula darah sebelum diberi terapi jus buah naga merah dan jus tomat,
sebelum diberi terapi jus buah naga merah sebanyak 250 ml pada kelompok
intervensi jus buah naga merah dan jus tomat, dengan hasil uji Paired T-Test
didapatkan hasil sebelum pemberian intervensi pada kelompok jus buah naga merah
dengan hasil mean 344.56 mg/dL nilai minimum 252 mg/dL dan maxsimum 408 mg/dL
dengan standart deviasi 42,403 mg/dL dan hasil p-value (0.000 < 0.05) maka
H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penurunan kadar
gula darah sebelum dan sesudah diberi terapi jus buah naga merah pada kelompok
intervensi jus buah naga merah.
Buah naga khususnya buah naga merah mengandung serat
dan antioksidan yang bermanfaat bagi penderita diabetes. Kandungan serat buah
naga terutama dalam bentuk pektin memiliki kemampuan memperlambat penyerapan
glukosa dengan cara meningkatkan kekentalan volume usus yang berpotensi
menurunkan kecepatan difusi sehingga kadar glukosa menurun. Buah naga juga
mengandung fitokimia yang berfungsi sebagai antioksidan berupa flavonoid (Prasaja et al., 2021).
Flavonoid bersifat protektif terhadap kerusakan sel
beta sebagai penghasil insulin serta dapat meningkatkan sensitivitas insulin.
Mekanisme lain adalah kemampuan flavonoid dalam menghambat Glucose transporter
2 mukosa usus sehingga dapat menurunkan absorbsi glukosa. Hal ini menyebabkan
pengurangan penyerapan glukosa dan fruktosa dari usus sehingga kadar glukosa
darah turun. Glucose transporter 2 diduga merupakan transporter mayor glukosa
di usus pada kondisi normal. Pada penelitian yang dilakukan Song didapatkan
bahwa flavonoid dapat menghambat penyerapan glukosa. Ketika quercetin yang
tertelan dengan glukosa, hiperglikemia secara signifikan menurun. Hal ini
menunjukkan bahwa quercetin dapat menghambat penyerapan glukosa melalui Glucose
transporter 2. Selain itu, flavonoid dapat menghambat fosfodiesterase sehingga
dapat menyebabkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas (Dewi et al., 2022). Selain buah
naga, tomat juga dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Pemberian buah naga merah selama 7 hari sebanyak 250
ml dapat dikatakan relatif aman, hal ini terbukti selama pemberian tidak
ditemukannya keluhan baik fisik maupun klinis. Hal yang sama juga dikemukakan
oleh Desi Efrida Tanjung (2019) dimana
pemberian buah naga dosis 200 gram selama 2 kali selama 7 hari dapat
menstabilkan dan menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus.
Berdasarkan teori dan fakta peneliti berpendapat
bahwa jus buah naga merah dapat menurunkan kadar gula darah ada beberapa
responden mengalami peningkatan kadar gula darah hal ini karena terdapat beberapa
faktor yaitu aktivitas fisik seperti kurangnya berolahraga (senam, jalan kaki,
bersepeda dan lain sebagainya), serta kebiasaan makan yang salah seperti masih mengkonsumsi
makanan yang mengandung gula tinggi dan jarang mengkonsumsi sayuran maupun
buah-buahan.
Hasil statistik dengan uji Independent T-Test untuk
menguji perbedaan penurunan
kadar gula darah pada kelompok
yang diberi terapi jus buah naga merah
diperoleh nilai p-value (0,037 <0,05) �dan
jus tomat diperoleh nilai p-value (0,026 <0,05)� karena nilai p <0,05 maka H1 diterima
disimpulkan bahwa ada perbedaan jus buah�
naga merah dan jus tomat terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia
penderita Diabetes Melitus sebelum dan sesudah dilakukan terapi.
Hasil post-test kelompok jus buah naga merah didapatkan
rata-rata 21,89 mg/dL dan
jus tomat dengan rata-rata penurunan 16,72 mg/dL, sehingga disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil dari
terapi jus buah naga merah dan jus tomat terhadap kadar gula darah pada lansia
penderita Diabetes Melitus di Kecamatan Semanding
Kabupaten Tuban.
Perbedaan penurunan kadar gula darah karena jus buah naga memiliki
kandungan Air, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat, Kalsium, Fosfor, Magnesium,
Natrium, Kalium, Besi, Tembaga, Thiamin, Riboflavin,
Niasin, Piridoksin, Kobalamin, Vitamin C, Vitamin A,
Vitamin E, Likopen, Flavonoid.� Zat fitokimia yang terdapat dalam buah naga
merah adalah flavonoid, dimana kandungan senyawa
aktif flavonoid ini akan memberikan efek penurunan kadar glukosa darah.
Kandungan flavonoid pada daging buah naga merah sebanyak 7,21 � 0,02 mg CE/100 gram. Flavonoid dapat menurunkan kadar glukosa
darah dengan kemampuannya sebagai zat antioksidan. Flavonoid bersifat protektif
terhadap kerusakan sel beta sebagai penghasil insulin serta dapat meningkatkan
sensitivitas insulin.
Mekanisme lain adalah kemampuan flavonoid dalam menghambat Glucose transporter 2 mukosa usus
sehingga dapat menurunkan absorbsi glukosa. Hal ini
menyebabkan pengurangan penyerapan glukosa dan fruktosa dari usus sehingga
kadar glukosa darah turun. Glucose transporter 2 diduga merupakan transporter
mayor glukosa di usus pada kondisi normal. Pada penelitian yang dilakukan Song didapatkan bahwa flavonoid dapat menghambat penyerapan
glukosa. Ketika quercetin yang tertelan dengan
glukosa, hiperglikemia secara signifikan menurun. Hal ini menunjukkan bahwa quercetin dapat menghambat penyerapan glukosa melalui Glucose transporter 2. Selain
itu, flavonoid dapat menghambat fosfodiesterase
sehingga dapat menyebabkan sekresi insulin.
Vitamin C dan vitamin E merupakan antioksidan yang
berfungsi menangkap radikal bebas. Vitamin C yang berfungsi sebagai agen
pereduksi (donor elektron) radikal bebas dan menonaktifkannya, sehingga dapat
memperbaiki kerusakan sel β pankreas.
Vitamin C juga menjadi radikal askorbil. Radikal ini kemudian didaur ulang
kembali menjadi askorbat menggunakan glutation tanpa menyebabkan kerusakan
oksidatif. Vitamin E sebagai tokoferol berfungsi mencegah peroksidasi� membran fosfolipid. Tokoferol OH dapat
memindahkan atom hidrogen� dengan satu
elektron ke radikal bebas dan membersihkan radikal bebas sebelum radikal bebas
bereaksi dengan protein membran sel atau bereaksi membentuk lipid peroksidasi.
Dalam kerjanya sebagai antioksidan, vitamin E perlu dibarengi dengan konsumsi
vitamin C sebagai penstabil radikal yang terbentuk secara alami dari vitamin E,
sehingga vitamin E dapat menjalankan fungsinya kembali sebagai antioksidan (Mutiarani, 2017a).
Selain buah naga juga dapat menurunkan kadar gula
darah pada penderita diabetes, tomat memiliki kandungan Karbohidrat, Protein,
Serat, Folat, Niasin, Piridoksin, Tiamin, Vitamin A, Vitamin E, Kalium, Fosfor,
Beta Karotem, Likopen. Hampir semua manfaat tomat berasal dari kandungan
likopen. Likopen merupakan antioksidan yang paling kuat di antara antioksidan
lain. Likopen banyak ditemukan pada buah-buahan berwarna merah. Jika
dibandingkaan dengan vitamin E, likopen 100 kali lebih efisien mengendalikan
radikal bebas. Kadar likopen dalam jus tomat lima kali lebih banyak jika
dibandingkan dengan tomat segar. Likopen dapat mencegah penyakit
kardiovaskuler, diabetes mellitus, osteoporosis, infertilitas dan kanker.
Selain itu, tomat juga mengandung fenol yang bermanfaat melawan radikal bebas.
Jenis fenol yang banyak terdapat dalam tomat yaitu flavonoid. Fenol memiliki
fungsi untuk proteksi penyakit kardiovaskular, kanker, serta neurodegenerative (Stefani & Andayani, 2022). Selain itu,
beta karoten yang terdapat dalam tomat dapat menurunkan kadar glukosa darah dan
dapat mencegah stres oksidatif. Antioksidan beta karoten dapat menangkap
radikal bebas dan menghambat lipid peroksida serta memproteksi sel beta
pankreas sehingga dapat meningkatkan sekresi insulin dan kadar glukosa
darah� dapat menurun (Qodriyah, 2018).
Kedua buah tersebut sama-sama dapat menurunkan kadar
gula darah. Buah naga merah dan tomat mengadung flavonoid dan likopen, selain
kandungan tersebut juga terdapat kandungan serat pada buah naga dan tomat namun
kandungan serat pada buah naga dan tomat lebih tinggi buah naga merah dengan kandungan
serat per 100 gram 10,1 gram dan buah tomat mengandung per 100 gram 1,2 gram.
Mekanisme serat dalam menurunkan kadar gula darah pada diabetes melitus tipe 2
melibatkan beberapa proses seperti memperlambat absorpsi karbohidrat serat
larut air melalui proses pencernaan karbohidrat, sehingga karbohidrat yang
dikonsumsi lebih lambat dipecah menjadi glukosa. akibatnya, pelepasan glukosa
ke dalam darah terjadi secara lambat sehingga dapat mengurangi atau menurunkan
kadar glukosa darah.
Berdasarkan teori dan fakta peneliti berpendapat
bahwa jus buah naga merah dapat menurunkan kadar gula darah ada beberapa
responden mengalami peningkatan kadar gula darah hal ini karena terdapat
beberapa faktor yaitu aktivitas fisik seperti kurangnya berolahraga (senam,
jalan kaki, bersepeda dan lain sebagainya), serta kebiasaan makan yang salah
seperti masih mengkonsumsi makanan yang mengandung gula tinggi dan jarang
mengkonsumsi sayuran maupun buah-buahan.
1. Peneliti
tidak dapet mengontrol 24 jam supan makanan yang dikonsumsi selama 24 jam.
2. Peneliti
terkendala pada saat distribusi ke reponden, karena ada beberapa responden yang
sibuk dengan pekerjaan rumah.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: (1) Rata-rata
kadar gula darah sebelum pemberian terapi jus buah naga merah adalah 362,22
mg/dL, sedangkan untuk jus tomat sebesar 353,17 mg/dL; (2) Terdapat penurunan
kadar gula darah setelah pemberian jus buah naga merah pada kelompok intervensi
dengan hasil rata-rata 331,3 mg/dL; (3) Penurunan kadar gula darah juga terjadi
setelah pemberian jus tomat pada kelompok intervensi dengan hasil rata-rata
362,22 mg/dL; (4) Terdapat perbedaan signifikan antara pemberian jus buah naga
merah dengan rata-rata penurunan 21,89 mg/dL dibandingkan dengan jus tomat yang
memiliki rata-rata penurunan 16,72 mg/dL, di mana jus buah naga merah terbukti
lebih efektif. Saran bagi penderita diabetes melitus adalah melanjutkan terapi
dengan jus buah naga merah dan jus tomat yang mudah didapatkan dan dibuat
sendiri di rumah serta tidak menimbulkan efek samping. Untuk peneliti
selanjutnya, disarankan menambah rentang waktu penelitian agar perbandingan
efektivitas terapi jus buah naga merah dan jus tomat lebih jelas. Masyarakat
dan keluarga diharapkan menggunakan buah naga dan tomat sebagai pengobatan
non-farmakologis yang aman serta menerapkan pola hidup sehat. Bagi institusi
pendidikan, penelitian ini dapat menjadi landasan untuk mengembangkan lebih
lanjut penelitian tentang pengaruh buah naga terhadap kadar glukosa darah pada
pasien diabetes mellitus.
Adli, F. K.
(2021). Diabetes Melitus Gestasional: Diagnosis dan Faktor Risiko. Jurnal
Medika Hutama, 3(01 Oktober), 1545�1551.
Amisim,
A., Kusen, A. W. S., & Mamosey, W. E. (2020). Persepsi Sakit Dan Sistem
Pengobatan Tradisional Dan Modern Pada Orang Amungme (Studi Kasus di Kecamatan
Alama Kabupaten Mimika). HOLISTIK, Journal Of Social and Culture.
Antika,
F., & Anita, D. C. (2016). Pengaruh Jus Tomat Terhadap Kadar Gula Darah
Sewaktu Pada Lansia Hiperglikemi di Dusun Niten Nogotirto Gamping Sleman
Yogyakarta. Universitas� Aisyiyah Yogyakarta.
Atlas,
D. (2015). International diabetes federation. IDF Diabetes Atlas, 7th Edn.
Brussels, Belgium: International Diabetes Federation.
Azis,
W. O. A., & Saputra, R. (2022). Faktor resiko kejadian diabetes mellitus
pada lansia. Poltekita: Jurnal Ilmu Kesehatan, 15(4), 346�354.
Casey,
J. M., Ransome, E., Collins, A. G., Mahardini, A., Kurniasih, E. M., Sembiring,
A., Schiettekatte, N. M. D., Cahyani, N. K. D., Wahyu Anggoro, A., & Moore,
M. (2021). DNA metabarcoding marker choice skews perception of marine
eukaryotic biodiversity. Environmental DNA, 3(6), 1229�1246.
Chrisanto,
E. Y., Rachmawati, M., & Yulendasari, R. (2020). Penyuluhan manfaat buah
naga merah dalam menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus. Indonesia
Berdaya, 1(2), 89�94.
Dewi,
N. L. K. A. A., Prameswari, P. N. D., Cahyaningsih, E., Megawati, F., Agustini,
N. P. D., & Juliadi, D. (2022). Pemanfaatan Tanaman sebagai Fitoterapi pada
Diabetes Mellitus. Usadha, 2(1), 31�42.
Efrida
Tanjung, D. (2019). Pengartih Buah Naga Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe II.
El
Qahar, H. A. (2020). Effect of Aloe Vera Lowering Blood Glucose Levels in Type
2 Diabetic Mellitus. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 9(2),
798�805.
Fitriyani,
W., & Kurniasari, R. (2022). Pengaruh Media Edukasi terhadap Peningkatan
Pengetahuan Pencegahan Diabetes Mellitus pada Remaja. Jurnal Untuk
Masyarakat Sehat (JUKMAS), 6(2), 190�195.
Inzucchi,
S. E., Bergenstal, R. M., Buse, J. B., Diamant, M., Ferrannini, E., Nauck, M.,
Peters, A. L., Tsapas, A., Wender, R., & Matthews, D. R. (2015). Management
of hyperglycemia in type 2 diabetes, 2015: a patient-centered approach: update
to a position statement of the American Diabetes Association and the European
Association for the Study of Diabetes. Diabetes Care, 38(1), 140�149.
Irawan,
I. A. P. (2023). Jakata, 28 Agustus 2023. Perihal: Permohonan surat tugas
menulis artikel di Jurnal Lampiran: Cover, Dew red, Daftar Isi n Artikel Kepada
Yth. Rektor Universitas Tarumanagara. Jurnal: Tarumanagara Medical Journal
Vol, 5(1).
Irwansyah,
I., & Kasim, I. S. (2021). Indentifikasi keterkaitan lifestyle dengan
risiko diabetes melitus. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(1),
62�69.
Kartika
Sari, A. D., & Wirjatmadi, B. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan
Kejadian Konstipasi Pada Lansia Di Kota Madiun. Media Gizi Indonesia, 11(1),
40�47.
Kemenkes,
K. (2019). Petunjuk teknis pelaksanaan bulan kapsul vitamin A terintegrasi
program kecacingan dan crash program campak. STIKES PERINTIS.
Maharani,
A., & Sholih, M. G. (2024). Literature Review: Faktor Risiko Penyebab
Diabetes Melitus Tipe II pada Remaja. Jurnal Sehat Mandiri, 19(1),
185�197.
Mukti,
B. (2019). Penerapan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) pada
Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse,
Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 14(2), 17�22.
Munim,
A., Alwi, M. K., & Syam, A. (2019). Pengaruh pemberian tepung daun kelor
(moringa oleifera) terhadap penurunan glukosa darah pada penderita pradiabetes
di wilayah kerja puskesmas samata kab. gowa. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis, 13(6), 605�611.
Mutiarani,
A. L. (2017a). Effect of chromium, vitamin C and vitamin E on blood sugar rats
that induced by alloxan. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 4(1),
38�50.
Mutiarani,
A. L. (2017b). Pengaruh Pemberian Vitamin C, Vitamin E, Dan Kromium (Cr3+)
Terhadap Kadar Insulin Tikus Wistar Yang Diinduksi Aloksan. Medical and
Health Science Journal, 1(1).
Nisa,
S. R., Santoso, H., & Syauqi, A. (n.d.). Analisis Kadar Vitamin C pada
Selai Stroberi (Fragaria sp.)-Buah Naga (Hylocereus costaricensis) Vitamin C
levels in Strawberry (Fragaria sp)-Dragon Fruit (Hylocereus costarincensis) Jam.
Notoatmodjo.
(2016). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Nurhayati,
A. (2006). Hubungan Pola Makan, Tingkat Kecukupan Protein, Besi, dan Vitamin
C dengan Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri (Studi pada Siswi SMUN 9 Semarang
Tahun 2006). Diponegoro University.
Nurohmi,
S., Rimbawan, R., Anwar, F., & Efendi, A. T. (2016). Penilaian Kromium
Serum Darah pada Penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Non Diabetes. Media
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 12(4), 227�269.
Organization,
W. H. (2020). 2019 antibacterial agents in clinical development: an analysis
of the antibacterial clinical development pipeline. World Health
Organization.
Perkeni.
(2019). Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
Pramana,
K. A. S., & Meydianawathi, L. G. (2013). Variabel-variabel yang
mempengaruhi ekspor nonmigas Indonesia ke Amerika Serikat. Jurnal Ekonomi
Kuantitatif Terapan, 6(2), 98�105.
Prasaja,
T., Marbun, R., & Anggraeni, O. (2021). Teori dan aplikasi manajemen kadar
glukosa darah penyandang diabetes mellitus tipe II di Indonesia. Jurnal
Pangan Kesehatan Dan Gizi Universitas Binawan, 1(2), 20�37.
Qodriyah,
L. (2018). Uji Pengaruh Pemberian Perasan Umbi Bit (beta vulgaris. L)
terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Mencit (mus musculus. L) dan
Pemanfaatannya sebagai Media Edukasi Kesehatan Masyarakat. Universitas
Muhammadiyah Surabaya.
Saro,
N., & Muna, N. (2023). Terapi Akupresur sebagai Alternatif Pengobatan
Diabetes Melitus. Penerbit NEM.
Setyani,
N., Sulendri, N. K. S., Lutfiah, F., & Suhaema, S. (2019). Pengaruh
Pemberian Puding Susu Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Terhadap Kadar
Glukosa Darah Puasa Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Gizi Prima
(Prime Nutrition Journal), 4(2), 142�155.
Stefani,
S., & Andayani, D. E. (2022). Anti Aging Benefits of Microgreen. Journal
of Medicine and Health, 4(2), 190�202.
Susanti,
A. M., & Sari, R. P. (2021). Pengaruh Pemberian Jus Tomat Terhadap Kadar
Gula Darah Sewaktu pada Pasien Hiperglikemia. Nusantara Hasana Journal, 1(3),
96�102.
Syahputra,
M. M. (2021). Pengaruh pemberian jus tomat terhadap penurunan kadar gula
Darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di desa hangtuah wilayah kerja
puskesmas perhentian raja tahun 2021.
Wicaksana,
D. P., & Ningsih, W. T. (2024). Pengetahuan Lansia tentang Penyakit
Hipertensi Puskesmas Wire. Innovative: Journal Of Social Science Research,
4(4), 11958�11972.
Yumassik,
A. M., Alfian, R., Riski, A., Soraya, S., Ayu, W. D., Rianto, L., &
Kumalasari, E. (2022). Korelasi Antara Kadar Gula Darah Dengan Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Mellitus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jurnal
Insan Farmasi Indonesia, 5(2), 167�174.
|
|