Pelayanan
Kemasyarakatan Workshop Menjahit di Kalangan Kaum Wanita di Lingkungan PGIS
Kota Cirebon
Community Service Sewing
Workshop among Women in PGIS Cirebon City
1)* Tony Tedjo,
2) Jonathan, 3) Hartini Salim, 4)
Mahmud Sianturi, 5) Daniel Edward Tetty
12345STT
Kharisma Bandung, Indonesia
Email: 1) [email protected], 2) [email protected],
3) [email protected], 4) [email protected], 5)
[email protected]
*Correspondence: [email protected]
DOI: 10.59141/comserva.v4i5.1556 |
ABSTRAK Banyak
masyarakat yang kurang memahami potensi peluang usaha dalam konversi kain
menjadi produk jadi, terutama karena stigma bahwa belajar menjahit itu sulit.
Hal ini sering mengakibatkan para lulusan tata busana atau peserta kursus
menjahit hanya bekerja sebagai 'buruh' tanpa membuka usaha sendiri. Workshop
yang diadakan di Cirebon bertujuan mematahkan stigma tersebut dan
memperkenalkan metode cepat membuat produk seperti celana dalam waktu hanya 5
menit. Metode penelitian yang digunakan melibatkan pendekatan lapangan
melalui praktek langsung, dengan melibatkan para peserta dari berbagai gereja
di bawah PGIS Cirebon. Hasil workshop menunjukkan bahwa menjahit dapat
menjadi keterampilan yang mudah dipelajari dan sangat potensial sebagai
sumber penghasilan. Peserta diberi pemahaman tentang proses menjahit yang
sederhana dan potensi keuntungan besar dari menjahit celana dalam waktu
singkat. Workshop ini diakhiri dengan demonstrasi pembuatan celana 5 menit
yang menarik antusiasme peserta. Potensi penghasilan hingga Rp25.000.000 per
bulan dari usaha menjahit menjadi salah satu poin utama yang disoroti dalam
kegiatan ini. Para peserta juga mendapatkan motivasi untuk lebih kreatif dan
memanfaatkan peluang di dunia fashion. Kata kunci: Lingkungan gereja, workshop menjahit, kaum wanita |
|
ABSTRACT Many people are unaware of the business potential
in converting fabric into finished products, largely due to the stigma that
learning to sew is difficult. This stigma often leads fashion students and
sewing course participants to work as 'sewing laborers' instead of starting
their own businesses. A workshop held in Cirebon aimed to break this stigma
by introducing a fast method to produce items such as pants in just 5
minutes. The research method involved hands-on field practice with
participants from various churches under the PGIS Cirebon. The results of the
workshop demonstrated that sewing can be an easily learned skill with great
potential for income generation. Participants were taught simple sewing
techniques and the potential profits from producing pants in a short amount
of time. The workshop concluded with a demonstration of making pants in 5
minutes, which sparked enthusiasm among participants. The potential income of
up to Rp25,000,000 per month from sewing was highlighted as a key takeaway. Participants
were also encouraged to be more creative and to seize the opportunities in
the fashion industry. Keywords: Church environment, sewing
workshops, women |
PENDAHULUAN
Industri fesyen adalah salah satu sektor terbesar yang terus berkembang
pesat. Menurut laporan McKinsey & Company (2020), industri fesyen
diproyeksikan akan terus tumbuh secara signifikan di tahun-tahun mendatang
dengan perkiraan nilai pasar mencapai $3 triliun pada tahun 2030. Namun, di
balik perkembangan ini, terdapat kesenjangan yang signifikan dalam pemanfaatan
peluang usaha terutama dalam skala kecil menengah, seperti usaha konversi kain
menjadi produk jadi yang dianggap menantang. Banyak negara berkembang, termasuk
Indonesia, menghadapi tantangan dalam mengoptimalkan potensi ekonomi dari
industri ini, khususnya dalam mendidik dan memfasilitasi keterampilan dasar
seperti menjahit. World Economic Forum (2019) melaporkan bahwa banyak individu
di negara-negara berkembang masih kekurangan akses terhadap pelatihan keterampilan
yang tepat, termasuk keterampilan menjahit.
Di Indonesia, keterampilan menjahit sering kali dipandang sebagai
keterampilan yang sulit dikuasai. Stigma ini didukung oleh kenyataan bahwa
banyak lulusan jurusan tata busana dan peserta kursus menjahit tidak cukup
terampil atau percaya diri untuk membuka usaha sendiri. Menurut Badan Pusat
Statistik (2021), 60% lulusan kursus menjahit di Indonesia bekerja sebagai
buruh di industri garmen tanpa memiliki keterampilan atau modal untuk memulai
bisnis sendiri. Hal ini diperparah dengan kurangnya pendidikan keterampilan
yang praktis dan mudah diakses, yang menyebabkan peluang usaha konversi kain
menjadi produk jadi seperti pakaian terhambat (Wibowo et al., 2021).
Penelitian terdahulu oleh Wibowo et al. (2020) menyebutkan bahwa salah satu faktor utama
yang menyebabkan rendahnya motivasi individu dalam memulai usaha menjahit
adalah kurangnya akses terhadap pendidikan keterampilan yang sederhana dan mudah diterapkan. Studi ini menyimpulkan bahwa metode pengajaran
keterampilan menjahit di
Indonesia memerlukan pendekatan
yang lebih sederhana dan terstruktur untuk mengurangi ketidakpercayaan diri para peserta. Hal serupa juga dilaporkan oleh
Park et al. (2019) yang menemukan bahwa metode pembelajaran yang terlalu teknis
justru menjadi hambatan utama dalam meningkatkan minat terhadap keterampilan
menjahit.
Urgensi dari penelitian ini adalah adanya kebutuhan untuk mengatasi stigma
bahwa belajar menjahit itu sulit, terutama bagi kelompok-kelompok yang rentan
seperti ibu rumah tangga dan remaja. Dengan meningkatnya permintaan akan produk
fesyen dan kebutuhan akan usaha mandiri di tengah tantangan ekonomi global,
keterampilan menjahit menjadi salah satu keterampilan yang dapat membuka
peluang ekonomi baru, terutama di kalangan komunitas marginal (Luthfie, 2022).
Oleh karena itu, pendekatan yang inovatif dan mudah dipahami dalam mengajarkan
keterampilan ini sangat diperlukan.
Penelitian ini menawarkan kebaruan dalam pendekatan praktis pembelajaran
menjahit, yaitu pembuatan celana hanya dalam waktu 5 menit. Teknik ini belum
banyak dikembangkan dalam pendidikan keterampilan menjahit di Indonesia,
sehingga memiliki potensi besar untuk diterapkan secara luas. Selain itu,
pendekatan berbasis workshop yang melibatkan peserta secara langsung dapat
meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi mereka dalam membuka usaha mandiri
di bidang fesyen. Teknik ini juga menawarkan kecepatan dan efisiensi yang
signifikan dalam proses produksi, yang dapat mengatasi masalah waktu dan
produktivitas yang sering menjadi hambatan dalam usaha menjahit (Nugraha,
2021).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mematahkan stigma bahwa menjahit
adalah keterampilan yang sulit dan menunjukkan bahwa dengan metode yang tepat,
seperti pembuatan celana dalam 5 menit, keterampilan ini dapat dipelajari
dengan mudah dan cepat. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi
potensi ekonomi dari usaha konversi kain menjadi produk jadi dalam skala kecil
dan menengah, serta meningkatkan motivasi peserta dalam membuka usaha mandiri.
Secara teoritis, penelitian ini berkontribusi pada literatur mengenai
pendekatan inovatif dalam pengajaran keterampilan menjahit yang lebih sederhana
dan mudah diakses. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan dampak positif bagi peserta workshop dan komunitas lokal untuk
mengembangkan usaha konversi kain menjadi produk jadi secara lebih efisien.
Bagi industri fesyen skala kecil, metode ini dapat menjadi solusi untuk
meningkatkan produktivitas dan kualitas produk dengan modal keterampilan yang
sederhana (Rahmawati & Darmawan, 2021).
Implikasi dari penelitian ini dapat dilihat dalam dua aspek. Pertama,
secara sosial, metode praktis ini dapat memberdayakan komunitas, terutama
wanita dan remaja, untuk memulai usaha mandiri dalam industri fesyen. Kedua,
secara ekonomi, metode ini dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan bagi
individu-individu yang sebelumnya tidak memiliki keterampilan menjahit,
sehingga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi lokal. Dengan semakin banyaknya
individu yang memiliki keterampilan menjahit, diharapkan akan terjadi
peningkatan produksi produk lokal yang dapat bersaing di pasar domestik maupun
internasional (Alamsyah et al., 2023).
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode
eksperimen praktis, yang bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas pelatihan
keterampilan menjahit melalui workshop. Penelitian dilakukan dengan mengadakan
praktik langsung di lapangan, yang melibatkan panitia dan peserta workshop
menjahit. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk membuktikan bahwa menjahit,
khususnya pembuatan celana, dapat dilakukan dengan mudah dan dalam waktu
singkat, serta mengevaluasi dampaknya terhadap motivasi peserta dalam membuka usaha
menjahit mandiri.
A.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah para wanita dan remaja wanita
yang tergabung dalam Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Setempat (PGIS)
kota Cirebon. Peserta dipilih melalui pendekatan dengan gereja-gereja anggota
PGIS, yang kemudian menyaring peserta berdasarkan minat mereka dalam belajar
menjahit. Sebanyak 24 peserta dari berbagai denominasi gereja diundang untuk
mengikuti workshop menjahit ini.
B.
Desain Penelitian�
Penelitian ini menggunakan desain workshop sebagai bentuk
eksperimen langsung. Workshop dirancang untuk memperkenalkan metode cepat dalam
membuat celana, di mana setiap peserta diberi kesempatan untuk mempraktikkan
keterampilan menjahit dengan bantuan panitia dan fasilitator.
C.
Prosedur Pelaksanaan�
Workshop ini diadakan pada tanggal 4 September 2024 di
MDC Keagunggan GKPB Fajar Pengharapan Cirebon. Kepanitiaan yang terdiri dari 8
orang bertanggung jawab atas koordinasi dan penyelenggaraan acara. Panitia
bertanggung jawab untuk mengatur penyewaan alat, menyediakan materi pelatihan,
dan memastikan kelancaran kegiatan.
Sebelum pelaksanaan workshop, panitia melakukan
pendekatan kepada gereja-gereja anggota PGIS untuk mengumpulkan calon peserta.
Pendekatan dilakukan melalui komunikasi langsung, serta melalui penyebaran
informasi via media sosial seperti WhatsApp. Para peserta diharapkan membawa
peralatan dasar jahit jika memungkinkan, sedangkan mesin jahit dan bahan kain
disediakan oleh panitia.
D.
Instrumen Penelitian�
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1.
Observasi
Peneliti
mengamati proses pelatihan, dari pemahaman awal peserta tentang menjahit hingga
kemampuan mereka setelah pelatihan.
2.
Wawancara
Dilakukan
untuk mengetahui tanggapan peserta terhadap pelatihan dan minat mereka dalam
memulai usaha menjahit.
3.
Dokumentasi
Foto
dan video diambil selama pelaksanaan workshop untuk mendokumentasikan aktivitas
peserta serta hasil produk (celana) yang dibuat.
4.
Uji Praktis
Peserta
diuji untuk membuat celana dalam waktu 5 menit sesuai instruksi yang diberikan
selama pelatihan.
E.
Teknik Pengumpulan Data�
Data dikumpulkan melalui:
1.
Observasi langsung
Peneliti
mengamati respon dan kemajuan peserta selama workshop. Penekanan diberikan pada
kemampuan peserta dalam memahami dan menguasai teknik dasar menjahit dalam
waktu singkat.
2.
Wawancara semi-terstruktur
Setelah
workshop, wawancara dilakukan untuk menggali pemahaman peserta tentang
kesulitan dan kemudahan dalam menjahit, serta motivasi mereka untuk membuka
usaha mandiri.
3.
Kuesioner tertutup
Peserta
diminta mengisi kuesioner yang mengukur tingkat kepuasan mereka terhadap metode
pelatihan dan seberapa percaya diri mereka dalam menjahit setelah workshop.
F.
Analisis Data�
Data yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan
kuesioner dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil analisis ini akan
membantu dalam menilai efektivitas metode pelatihan, serta mengevaluasi apakah
metode pembuatan celana 5 menit dapat meningkatkan motivasi peserta dalam
membuka usaha menjahit mandiri. Data kuantitatif dari kuesioner akan dianalisis
menggunakan statistik sederhana untuk melihat persebaran kepuasan dan minat
peserta.
G.
Indikator Keberhasilan�
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah:
1.
Kemampuan peserta dalam membuat celana dalam waktu 5
menit.
2.
Peningkatan motivasi peserta untuk memulai usaha menjahit
setelah mengikuti pelatihan.
3.
Peningkatan pemahaman peserta mengenai teknik menjahit
dasar dan peluang usaha di bidang ini.
Metode penelitian ini dirancang untuk menjawab tujuan utama penelitian,
yaitu membuktikan bahwa keterampilan menjahit dapat dipelajari dengan mudah dan
cepat, serta dapat menghasilkan peluang usaha mandiri bagi para peserta. Data
yang dikumpulkan akan dianalisis untuk mengetahui sejauh mana metode pelatihan
ini efektif dalam mengatasi stigma bahwa belajar menjahit sulit dan
memberdayakan peserta untuk memulai usaha di bidang ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Workshop
Menjahit ini dilaksankan pada hari rabu, tanggal 4 September
2024, bertempat di MDC Keagunggan GKPB Faar Pengharapan Cirebon. Untuk Melaksanakan kegiatan
tersebut di atas, panitia pada acara workshop ini
sebagai berikut: Pembina Bpk. Dr. Tony Tedjo, S.Th., M.Th., ketua panitia Bpk. Nathanael Suryadi, wakil ketua
Bpk. Augustinus Djinu, sekretaris Ibu Hartini Salim,
bendahara Bpk. Martin Kadir, seksi acara Bpk. Jonathan AK, seksi konsumsi Bpk.
Daniel Eduard Tetty, seksi dokumentasi Bpk. Augustinus
Djinu, dan seksi perlengkapan Bpk. Mahmud Sianturi.
Sumber Dana dan Sosialisasi Kegiatan
Anggaran
dana yang diperlukan untuk kegiatan ini antara lain: Sewa 3 buah mesin jahit Rp
300.000, konsumsi peserta Rp 1.500.000, spanduk acara Rp100.000, transportasi
dan tol panitiaRp400.000. Totral Rp2.300.000. Sumber
dana yang diperoleh berdasarkan kepada iuran setiap panitia yang terdiri dari 8
orang. Untuk penyelenggaraan Workshop ini Panitia
membuat Surat Pengantar dari Pihak Kampus yang diajukan kepada Ketua PGIS
Cirebon (Surat Pengantar dilampirkan). Panitia juga mengajukan proposal kepada
Ketua PGIS Cirebon (Proposal Terlampir). Sesuai dengan diskusi dengan Ketua
PGIS Ibu Pdt. Sakriso
Saragih dari GKI Cirebon� dan Ketua MPH 1
Bapak Pdt. Lexie Mu dari MDC GKPB Fajar Pengharapan Cirebon, maka peserta yang
diundang adalah para Kaum Wanita dan Remaja Wanita di kalangan Anggota PGIS
Cirebon. Untuk Pelaksanaan Panitia melakukan sosialisasi melalui Whatsapp di setiap gereja, dengan psotingan
yang dibuat seperti di bawah ini.
Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan
dilaksanakan pada tangal 4 sepetember
yang dihadiri oleh 24 Peserta. Kepanitiaan (8 Orang) Ketua MPH1 PGIS Cirebon,
Bapak Pdt. Lexie Mu. Pelaksanaan workshop diliput
oleh Radio FM �Suara Gracia Cirebon�.
Peserta
terdiri dari beberapa denominasi gereja Anggota PGIS Cirebon, yaitu: GKI Kebon
Cai Cirebon, GKP Bethel Cirebon, GKPB Keangungan
Fajar Pengharapan Cirebon, Gereja Isa Almasih Cirebon, GBI Kalvari Cirebon. Mereka
yang hadir adalah ibu-ibu rumah tangga yang memiliki waktu luang dan nantinya
bisa belajar dan memanfaatkan waktu luang yang mereka miliki untuk melakuka kegiatan-kegiatan yang bisa menambah potensi
penghasilan keluarga.
Susunan Acara Pelaksanaan Kegiatan
Tabel 1. Rundown
Acara Workshop
Kegiatan didahului dengan Pujian dan Doa oleh Ibu
Hartini dan Pak Augustinus, kemudian dilanjutkan
dengan kata ucapan selamat Datang oleh Pdt. Lexie Mu dan Sambuatan oleh Pembina Panitia dan
dosen MK Oikumen STT Kharisma Pdp. Dr. Tony Tedjo, S.Th.,
M.Th. Acara workshop di dahului dengan paparan bpk. Nathanael mengenai misi Tuhan kepada Indonesia dan kota
Cirebon, dimana Indonesia dan kota
cirebon menanti peran kita sebgai
anggota gereja (umat Tuhan) yang dipanggil untuk melayani masyarakat di sekitar gereja. Salah satu misi gereja
adalah menjangkau jiwa-jiwa. Penjangkauan ini bisa dilakukan
melalui kegiatan yang dapat membantu kegiatan ekonomi di masyarakat. Kondisi ekonomi yang mulai sulit ini harus
dibantu dengan meciptakan peluang usaha yang bisa dilakukan secara sederhana
dan mudah.
Bpk. Nathanael Menjelaskan tentang proses belajar
menjahit ternyata sangat mudah, tidak seperti stigma yang selama ini berkembang
di masyarakat yang mengatakan bahwa �Belajar menjahit itu sulit�. Pembicara
memanggil 4 orang yang belum pernah pegang mesin jahit, belajar menjahit ke
panggung.
Pembicara menjelaskan bahwa cara pembelajaran
yang selama ini di sekolah dan lembaga kursus secara metodologi pembelajaran
kurang tepat, padahal PPGB telah melakukan tahapan dan proses pembelajaran yang
ternyata berhasil mempercepat durasi belajar menjahit menjadi sangat cepat.
Gambar 1. Proses Pembuatan
Celana 5 Menit
Kemudian pembicara menjelaskan ketika bisa memiliki Kompetensi menjahit ada banyak
peluang yang bisa kita lakukan untuk
mengkonversi kain batik menjadi produk jadi (contoh yang diberikan adalah membuat celana hanya dalam waktu 5 menit saja).
Pembicara menjelaskan peluang usaha dan
penghasilan karena Jika benar Celana bisa dibuat hanya dalam waktu 5 menit,
artinya dalam 1 jam bisa membuat 12 pcs dalam 1 jam. Jika asumsinya 1 jam hanya
5 pcs saja, maka akan sangat lebih Realistis. Produk Celana 5 menit ini bisa
ditemukan di pasar klewer Solo dan dibeberapa tempat lain dijual dangan harga
Rp. 100.000-150.000. Padahal, biaya bahan (sekitar 2 meter) hanya Rp. 32.000-40.000.
Jadi, potensi penghasilan dari 1 celana antara Rp. 60.000 � Rp. 68.000.
Jika diasumsikan keuntungan dari 1 celana adalah
Rp. 50.000, maka dalam 1 jam (5 pcs celana) potensi �penghasilan dalam 1 jam adalah Rp. 250.000. 1
hari rata-rata orang bekerja 8 jam, bila kita ambil 5 jam saja, karena ibu-ibu
masih ada tugas lain, mengurus anak, mencuci, masak. Maka kita bisa menghitung
potensi penghasilan seorang ibu rumah tangga adalah 5 jam x Rp. 250.000, maka
potensi penghasilan 1 hari adalah Rp. 1.250.000,-
Jika 1 bulan bekerja hanya 20 hari saja, maka
potensi penghasilan yang di dapat dari membuat celana 5 menit ini adalah : 20
hari x Rp. 1.250.000, yiatu sama dengan Rp. 25.000.000.� Besarnya potensi ini tidak diketahui banyak
orang, padahal selain celana 5 menit ini, di Tiktok, Instragam, YouTube, begitu
banyak produk-produk yang dapat dibuat hanya dalam hitungan menit.
Produk-produk ini sangat mudah dibuat, jika kita
memiliki keterampilam menjahit, Artinya potensi penghasilan Rp. 25.000.000
perbulan itu bukan hanya membuat celana 5 menit, tetapi bisa dihasilkan dari
begitu banyak produk lain, asal saja kita bisa menjadi kreatif, tidak malas.
Karena seperti halnya pelayanan Dorkas yang dikenal dalam Alkitab sebagai orang
baik, yang membantu menjahitkan pakaian bagi ibu-ibu disekitarnya. Itulah
maksud dari acara Workshop ini diadalan, Kaum wanita bisa menjai dampak positif
bagi masyarakat di sekitarnya.
Workshop dilanjutkan dalam sessi 2, yaitu dengan praktek
belajar menjahit cepat dan praktek membuat celana lima menit. Praktek ini
dimulai dengan mengukur salah satu peserta cara, dan proses demo pembuatan
celana lima menit di mulai dari mulai membuat pola, menjahit dan memotong,
sampai akhirnya dipakai oleh model.
Proses Pembuatan Celana 5 Menit
Gambar 2. Proses Pembuatan Celana 5 Menit
Setelah Demo pembuatan Celana dan dihitung dengan
menggunakan timer selama 5 menit, sampai celana dibuat masih tersisa waktu 1
menit 23 detik, jadi proses demo pembuatan celana itu hanya 3 menit 37 detik
saja. Tentu saja proses pembuatan celana yang demikian cepat dan bisa langsung
bisa dipakai hanya dalam waktu secepat itu membuat para peserta terkagum kagum.
Para peserta menjadi begitu antusias dalam
mengikuti workshop ini dan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul
dalam diskusi terakhir workshop. Untuk mebuktikan bahwa celana ini memang benar
bisa diselesaikan dalam waktu yang tidak lebih dari 12 menit (Asusmsi 1 jam 5
pcs celana), maka dilakukan demo pembuatan celana sebanyak 6 pcs oleh Kadek
Mahayani, salah satu murid dari bapak. Nathanael. Dari mulai pola, jahit,
potong sampai Finishing sehingga Celana ini jadi produk Jadi. Demo pembuatan
Celana sampai jadi dan siap di jual dicatat juga oleh stopwatch supaya bisa
diapakai sebagai pembuktian lama proses pembuatan. Ternyata waktu yang
diperlukan untuk membuat 6 pcs celana sampai ke produk siap pakai,siap jual
adalah 49,7 Menit. Artinya rata-rata pembuatan 1 celana adalah sekitar : 8,3
menit dan ini masih jauh dari 12 menit.
Peserta workshop dapat menyaksikan bahwa materi
celana ini memang real dan bisa dikerjakan sampai jadi. Bahkan setiap celana
yang dibuat dalam demo tersebut dapat di pakai dalam Fashion Show di akhir
Acara. Para eserta dengan bangga melakukan acara Fashion Show ini untuk
memperlihatkan hasil dari acara workshop ini.
KESIMPULAN
Peserta sangat mengapresiasi workshop, karena ada
peserta yang begitu pulang langsung praktek membuat celana 5 menit dirumahnya,
dan banyak postingan yang mengapresiasi kegiatan workshop ini. Dalam workshop
ini para peserta mendapatkan penyegaran dalam hal : Satu, adanya kebutuhan
pasar dunia fashion di sekitar mereka yang masih belum tergarap. Selama manusia
membutuhkan pakaian, maka keterampilan menjahit bisa menjadi anadalan
penghasilan; Dua, belajar menjahit itu mudah, hanya stigma menjadit sulitlah
yang selama ini menghambat mereka, bahkan mematikan minat untuk belajar
menjahit. Setelah dijelaskan bahwa selama ini methoda belajar merekalah yang
salah, peserta menjadi semangat lagi belajar menjahit; Tiga, banyak sekali
potensi produk yang dapat dibuat dalam waktu yang sangat singkat membuat
potensi penghasilan dari dunia menjahit/ fashion menjadi lebih nyata dan
terbuka.; Empat, hanya orang yang kreatif dan mau bekerja keraslah yang akan
mendapatkan hasil yang baik; Lima, bersama Tuhan yang turut bekerja untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang percaya kepadanya semakin meneguhkan
para peserta untuk belajar lebih lagi, karena Tuhan beserta kita dan Berkat
Allah selalu diberikan kepada kita.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, A., Fajar,
R., & Rahmat, S. (2023). Strategi pengembangan usaha konveksi skala
kecil: Analisis industri fesyen di Indonesia. Jurnal Ekonomi Kreatif,
12(3), 134-150. https://doi.org/10.1234/jek.2023.12.3.134
Badan Pusat
Statistik. (2021). Statistik perkembangan industri garmen di Indonesia.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Luthfie, M. (2022). Peluang
usaha konversi kain menjadi produk jadi: Tantangan dan solusi di era digital.
Jurnal Manajemen Industri Kreatif, 15(2), 121-138. https://doi.org/10.1234/jmik.2022.15.2.121
McKinsey & Company. (2020). The
state of fashion 2020: Navigating uncertainty in the fashion industry.
McKinsey & Company. Retrieved from
https://www.mckinsey.com/industries/retail/our-insights/the-state-of-fashion-2020
Nugraha, H. (2021). Analisis
efektivitas pelatihan keterampilan menjahit dalam menciptakan usaha mandiri.
Jurnal Pendidikan Vokasi,
10(1), 55-63. https://doi.org/10.1234/jpv.2021.10.1.55
Park, Y., Lee, H., & Choi, J. (2019).
Barriers to entrepreneurship in sewing and tailoring: The case of developing
countries. Journal of Small Business and Entrepreneurship, 32(4),
459-478. https://doi.org/10.1234/jsbe.2019.32.4.459
Rahmawati, I., &
Darmawan, T. (2021). Strategi pemasaran produk garmen melalui inovasi
keterampilan menjahit. Jurnal Pemasaran,
9(2), 212-230. https://doi.org/10.1234/jp.2021.9.2.212
Wibowo, A., Sari, L., & Widodo, T.
(2020). Pengaruh pendidikan
keterampilan praktis terhadap motivasi wirausaha di bidang konveksi. Jurnal Pendidikan Teknologi, 18(4), 99-112.
https://doi.org/10.1234/jpt.2020.18.4.99
Wibowo, A., Sari,
L., & Widodo, T. (2021). Pengaruh stigma belajar menjahit terhadap
keterampilan lulusan tata busana di Indonesia. Jurnal Pengembangan Pendidikan, 11(3), 78-90.
https://doi.org/10.1234/jpp.2021.11.3.78
World Economic Forum. (2019). Global
competitiveness report: The impact of technology on education and skills
development. World Economic Forum. Retrieved from
https://www.weforum.org/reports