Implementasi Kebijakan Sekolah Sepanjang Hari (Full Day School) dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Kabupaten Sorong Selatan

(Studi Kasus: SD Inpres 11 Konda, Distrik Konda Kabupaten Sorong Selatan)

 

Implementation of the Full Day School Policy in Improving the Quality of Education in South Sorong Regency (Case Study: SD Inpres 11 Konda, Konda District, South Sorong Regency)

 

1)* Yustianto T, 2Juniyanti Tuarita, 3Yulian Kondologit

Program Studi Administrasi Publik Universitas Werisar, Sorong Selatan, Indonesia

 

*Email: 1[email protected] 2[email protected] 3[email protected]

*Correspondence: 1) Yustianto T

 

DOI: 10.59141/comserva.v4i4.1430

 

 

 

 

 

ABSTRAK

Kebijakan Sekolah Sepanjang Hari (SSH) telah dilaksanakan di Kabupaten Sorong Selatan dengan menunjuk SD Inpres 11 Konda sebagai pilot project. Pelaksanaan program SSH di Sorong Selatan sangat penting mengingat angka partisipasi kasar pendidikan di Sorong Selatan sangat rendah yang disebabkan oleh banyaknya anak-anak usia sekolah yang putus sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) bagaimana implementasi program SHH yang ada di SD Inpres 11 Konda Sorong Selatan; dan (2) apa kendala penerapan SSH di SD Inpres 11 Konda Sorong Selatan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode penelitian studi kasus, dimana data dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara dan studi literatur, kemudian dialisis dengan metode diskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Dengan adanya SSH di SD Inpres 11 Konda, angka partisipasi pendidikan anak usia sekolah mengalami kenaikan. Sejak dilaksanakan pertama kali tahun 2022 sampai tahun 2024 ini, SD Inpres 11 Konda telah menerima sebanyak 39 orang anak usia sekolah yang sebelumnya putus sekolah; dan (2) Ada beberapa hambatan dalam pelaksanaan SSH di SD Inpres 11 konda, diantaranya adalah berkaitan dengan kurikulum dan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Karena itu, perlu penyusunan kurikulum sesuai dengan konsep SSH sebagaimana konsep awal SSH pertama kali dicetuskan di Sorong Selatan. Selanjutnya melakukan pelatihan adaptasi sistem mengajar SSH kepada seluruh guru yang ada di Sorong Selatan

 

Kata kunci: Implementasi Kebijakan, SSH Sorong Selatan, Mutu Pendidikan Papua

 

ABSTRACT

The Full Day School (SSH) policy has been implemented in South Sorong Regency by appointing SD Inpres 11 Konda as a pilot project. The implementation of the SSH program in South Sorong is very important considering that the gross education enrollment rate in South Sorong is very low due to the large number of school-age children dropping out of school. This research aims to find out: (1) how the SHH program is implemented at SD Inpres 11 Konda South Sorong; and (2) what are the obstacles to implementing SSH at SD Inpres 11 Konda South Sorong. The research method used in this research is the case study research method, where data is collected using observation, interviews and literature study methods, then analyzed using qualitative descriptive methods. The results of the research show: (1) With the existence of SSH at SD Inpres 11 Konda, the educational participation rate of school-aged children has increased. Since it was first implemented in 2022 until 2024, SD Inpres 11 Konda has accepted 39 school-aged children who previously dropped out of school; and (2) There are several obstacles in implementing SSH at SD Inpres 11 Konda, including those related to curriculum and the availability of adequate facilities and infrastructure. Therefore, it is necessary to prepare the curriculum in accordance with the SSH concept as the initial concept of SSH was first coined in South Sorong. Next, carry out training on adapting the SSH concept teaching system to all teachers in South Sorong.

 

Keywords: Policy Implementation, South Sorong SSH, Quality of Papuan Education

 

 


PENDAHULUAN

Salah satu tujuan bernegara sesuai dengan yang termaktub di dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 alinea ke-4 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa Rahmani(Rahmani, 2022). Bahkan didalam lagu kebangsaan Indonesia Raya (W.Supratman) dengan salah satu sya�ir yaknibangunlah jiwanya bangunlah badan�. Artinya bahwa sebelum fisiknya, pembangunan yang paling pertama wajib dilakukan oleh pemerintah adalah manusianya.

Pembangunan manusia Indonesia adalah cita-cita luhur bangsa yang harus terus dirawat dan dikembangkan. Berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah Indonesia, mulai dari sistem kurikulum, sistem pendidikan dan metode pendidikan dan pengajaran, yang pada prinsipnya agar manusia Indonesia dari Sabang bagian paling barat sampai Merauke pulau bagian paling timur Indonesia dapat merasakan dan menikmati pendidikan yang sesungguhnya (Hamzani, 2014).

Salah satu sistem pendidikan yang dinilai oleh sejumlah pihak akan efektif dan optimal dalam rangka melakukan akselerasi pendidikan di Indonesia yakni melalui program full day school atau Sekolah Sepanjang Hari (SSH) (Elfrianto et al., 2023). Program ini juga mulai diterapkan di Provinsi Papua di tahun 2022 sampai sekarang, salah satunya di Kabupaten Sorong Selatan dengan menunjuk SD 11 Konda yang berada di Distrik Konda sebagai sekolah pertama di Sorong Selatan yang melaksanakan program SHH.

Pelaksanaan program SHH di Sorong Selatan tidak terlepas dari kondisi riil kualitas pendidikan yang ada di Papua khususnya kualitas pendidikan anak-anak Asli Orang Papua (OAP). Dengan ketertinggalan pendidikan di Papua, diharapkan ada sebuah sistem yang dapat mengurangi persoalan pendidikan anak-anak usia sekolah di Papua. Menurut (Sumule et al., 2024), SSH merupakan salah satu program akselerasi pendidikan yang cocok diberlakukan di Papua khususnya dalam mengurai berbagai problem pendidikan di Papua. SSH sesuai dengan kultur, budaya dan kondisi sosial masyarakat Papua.

Pentingnya akselerasi pendidikan di Papua merupakan kebutuhan yang sangat krusial di Papua saat ini. Data menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Papua sangat rendah bila dibandingkan dengan provinsi yang lain di Indonesia. Nilai IPM Provinsi Papua Barat pada 2020 berada di urutan ke 33 dan Provinsi Papua berada di urutan ke-34 dari 34 provinsi yang ada di Indonesia (Sumule et al., 2024).

Dengan diberlakukannya kebijakan SSH di Sorong Selatan, tentu diperlukan pengawasan yang masif dan berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk mendukung proses penyempurnaan kebijakan SSH ini semakin lebih baik. Harapan agar SHH ini implementasinya dilapangan bisa benar-benar tepat sasaran dan tepat mutu merupakan keinginan dan kerinduan masyarakat yang ada di Sorong Selatan.

 

 

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode penelitian studi kasus. Data dikumpulkan melalui proses observasi dan wawancara untuk mendapatkan data dan informasi mengenai objek yang diteliti dikaitkan dengan studi literatur mengenai kajian atau penelitian yang sudah pernah ada sebelumnya. Data disusun dengan metode analisis kualitatif deskriptif dimana data yang diperoleh dianilisis untuk menggambarkan dan menginterprestasikan suatu objek yang diteliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran data dan informasi secara mendetail mengenai objek yang diteliti sehingga melahirkan data, informasi dan pengetahuan baru

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sekolah Sepanjang Hari di SD 11 Konda

Sejak tahun 2022, SD Inpres 11 Konda yang berada di Distrik Konda Kabupaten Sorong Selatan ditetapkan sebagai pilot project pelaksanaan SSH di Kabupaten Sorong Selatan. Sebagai sekolah pilot project, maka diharapakan sekolah ini akan menjadi rujukan dan percontohan bagi pemangku kebijakan khususnya pemerintah Sorong Selatan untuk program SHH yang akan dilakukan secara massif di Sorong Selatan kedepan.

SSH di SD Inpres 11 Konda dilaksanakan oleh sebuah tim yang disebut dengan tim pengelolah yang terdiri dari seorang ketua tim dengan 6 (orang) anggota tim yang juga merangkap sebagai guru SSH. Diawal pelaksanaan SSH ini melibatkan guru setempat dalam hal ini semua guru-guru yang ada di SD Inpres 11 Konda termasuk Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum. Namun dalam perjalanannya guru-guru ini tidak lagi terlibat kecuali 3 (tiga) orang guru honorer SD Inpres 11 Konda yang masih terlibat sampai sekarang ini.

Proses pembelajaran SSH di SD Inpres 11 Konda dimulai dari jam 07.15 WIT sampai dengan jam 17.00 WIT. Pelaksanaannya dibagi dalam 2 fase waktu, yaitu pada pukul 07.15 sampai dengan pukul 13.00 proses pembelajaran diambil alih oleh guru-guru SD Inpres 11 Konda. Selanjutnya pada pukul 14.00 WIT sampai dengan pukul 17.00 WIT diambil alih oleh tim pengelolah SSH. Setiap siswa yang dikategorikan masuk dalam kelompok SSH setiap hari diberi makan tiga kali sehari. Pada pagi hari diberi sarapan dalam bentuk snack, kemudian pada pukul 12.00 WIT mereka makan siang dan pada pukul 17.00 WIT sebelum kembali kerumah masing-masing, kembali lagi diberikan makanan tambahan.

Siswa yang dilibatkan dalam program SSH di SD Inpres 11 Konda yakni siswa kelas 4 sampai dengan kelas 6. Kemudian ada kelas lain yang disebut dengan kelas khusus dimana kelas ini diisi oleh anak-anak usia sekolah yang ada di Konda yang sebelumnya putus sekolah. Dengan kelas khusus ini mereka dibimbing dan diajar agar bisa kembali bersekolah. Kelas khusus ini seperti kelas penyetaraan, dimana para siswa yang sebelumnya putus sekolah lalu ditempatkan pada kelas-kelas yang disesuaikan dengan umur sekolah siswa yang bersangkutan setelah melalui proses evaluasi.

Data tahun 2024, pada semester akhir, jumlah siswa yang ada di SD 11 Konda yakni sebanyak 195 orang kemudian yang tamat sekolah tahun 2024 ini sebanyak 40 orang. Total murid yang ada di SD 11 Konda sekarang ini yang terdata yakni155 orang, belum termasuk siswa baru yang diterima tahun ini. Sementara itu partisipasi usia sekolah yang sebelumnya putus sekolah di Konda yang kemudian kembali bersekolah setelah adanya SSH yakni pada tahun 2023 sebanyak 17 orang dan tahun 2024 ini sebanyak 22 orang.

Dimulai dari pukul 06.00 WIT siswa yang masuk dalam kelompok SSH mulai datang di sekolah, lalu mandi dan mengganti pakaian. Semua fasilitas dan alat untuk mandi disediakan oleh tim pengelolah SSH. Termasuk pakaian sekolah, sepatu, tas dan perlengkapan sekolah lainnya. Saat siswa telah selesai mandi, mereka masuk kedalam satu ruangan yang dikhususkan sebagai tempat ganti pakaian. Didalam ruang ganti tersebut dilengkapi dengan lemari-lemari baju kecil yang dibuat secara bersusun dalam bentuk kotak. Satu siswa satu kotak tempat penyimpanan baju (Mabruaru, 2024).

Selain itu di SSH ini diperlengkapi dengan toilet siswa, ada toilet khusus laki-laki dan ada toilet khusus perempuan. Di sekolah juga disediakan tempat cuci tangan dan piring bagi siswa setelah selesai makan. Kemudian ada satu tempat laundry pakaian dan satu tempat dapur umum. Masing-masing tempat laundry dan dapur umum memperkerjakan masyarakat setempat sebagai tukang laundry dan tukang masak. Untuk tukang masak sendiri diambil secara bergilir dari masyakat setempat kemudian diberikan honor oleh tim. Sekolah SSH juga dilengkapi dengan pegawai security (Saru, n.d.).

Pelaksanaan SSH SD 11 Konda

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa sistem pelajaran SSH SD Inpres 11 Konda di Sorong Selatan dilakukan seperti umumnya pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah tingkat dasar. Tidak ada perbedaan yang cukup mendasar yang dilakukan oleh pengelolah SSH dengan sistem pembelajaran yang dilakukan oleh para guru di SD Inpres 11 Konda selama ini. Perbedaannya hanya pada beberapa fasilitas baru yang sebelumnya tidak ada ketika SD Inpres 11 Konda belum berbentuk SSH (Saru, n.d.).

Pelaksanaan suatu pembelajaran dengan konsep SSH, idealnya menerapkan sistem pembelajaran integrated activities dan integrated curriculum. Konsep kegiatan pembelajaran tersebut mulai dari belajar, bermain, makan, dan beribadah menjadi sebuah sistem yang utuh dan saling mempengaruhi satu sama lain (Wijaya & Djono, n.d.). Tujuannya, untuk memberikan penanaman nilai-nilai kehidupan harmonis pada anak didik yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Pengintegrasian kurikulum ini bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar kelak dapat menjadi manusia yang utuh sesuai dengan nilai-nilai kultur budaya dan falsafah bangsa.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh sekolah-sekolah yang menerapkan SSH di Indonesia diambil alih oleh guru dan staf pendidikan dimana SSH itu diberlakukan. Bukan tanpa sebab mengingat pelaksanaan sebuah SSH memerlukan effort yang besar termasuk ketersediaan anggaran dan kesiapan waktu para guru untuk untuk mendukung secara penuh pelaksanaan sebuah SSH.

Hal yang sama juga berlaku dengan adanya program SSH yang ada di Sorong Selatan yang tentu memerlukan daya upaya dalam hal ketersedian anggaran yang memadai. Hal ini dikarenakan suatu sekolah dengan konsep SSH harus terpenuhi ketersediaan sarana dan prasarannya seperti ketersediaan gedung dengan standar SSH, kurikulum sesuai dengan standar SSH, makanan untuk para siswa, pakaian dan terlebih ketersediaan guru dan staf pendukung.

Guru dan staf sekolah dituntut untuk lebih banyak kesediaan waktu merancang dan mengembangkan kurikulum dan materi pelajaran lain yang tentunya selaras dengan visi misi lembaga pendidikan tersebut. Tujuannya, untuk menyiapkan peserta didik yang mampu mengerti, memahami, dan menghayati setiap pembelajaran yang diterima, sehingga ilmunya dapat menjadi bekal melanjutkan cita-citanya yang ingin dia raih (Wijaya & Djono, n.d.).

Berdasarkan temuan dilapangan, pelaksanaan SHH di SD Inpres 11 Konda, semuanya diambil alih oleh tim pendamping baik dalam hal perancangan sistem pembelajaran juga dalam hal pelibatan tenaga guru didalam SSH tersebut. Guru yang dilibatkan sebagai tenaga pengajar hanya sebagian saja bahkan sampai saat ini hanya ada 3 guru yang dilibatkan dalam SSH di SD Inpres 11 Konda tersebut (Mabruaru, 2024).

Tentu ini menjadi salah satu hal perlu menjadi perhatian serius oleh pemerintah daerah Sorong Selatan untuk mengevaluasi tenaga guru yang jasanya digunakan didalam SSH ini. Pelibatan guru setempat menjadi sebuah keharusan yang perlu dilakukan. Sehingga efektifitas pembelajaran dan efisiensi pendanaan bisa lebih murah jika menggunakan tenaga guru setempat. Pelibatan guru setempat akan lebih mudah untuk merancang metode pembelajaran dan terlebih pelaksanaan pembelajaran itu sendiri.

Dalam pandangan (Faizin, 2009) metode pembelajaran yang harus dilakukan dalam pelaksanaan SSH diistilakan dengan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM). Metode ini diharapkan akan memacuh semangat dan keinginan para siswa untuk lebih antusias lagi dalam proses pembelajaran.

Mengacuh kepada kondisi rill pendikan di Papua secara khusus di Sorong Selatan, pelaksanaan pembelajaran dengan sistem Paikem ini relatif masih sangat sulit dilakukan. Termasuk juga belum maksimal dilakukan di SD Inpres 11 Konda yang notabene sebagai pilot project dari program SSH di Sorong Selatan. Tentu hal tidak mengagetkan bagi mereka yang paham dengan kondisi pendidikan di Papua secara khusus Sorong Selatan.

Karena jika mencermati proses dari awal yang dikaitkan dengan kajian-kajian yang melatarbelakangi SSH di Sorong Selatan memang SSH ini ditujukan untuk mengejar kuantitas pendidikan di Papua. Tentu ini berbeda dengan konsep SSH yang telah dijalakan oleh beberapa daerah di Indonesia yang menekankan kepada pengembangan kualitas siswa. Walaupun tentu tidak dinafikkan jika didalam konsep SSH di Papua ini juga pada akhirnya akan didorong kepada penguatan kualitas peserta didik.

Oleh karena itu, tidak salah jika kehadiran SSH di Sorong Selatan diarahkan lebih kepada bagaimana mengajak kembali anak-anak yang putus sekolah pada usia sekolah untuk kembali ke sekolah. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa target utama pendidikan di Papua saat ini adalah memotong mata rantai angka putus sekolah yang sangat tinggi.

Hal lainnya dalam penerapan SSH di SD Inpres 11 Konda adalah pembuatan kelas khusus bagi anak-anak usia sekolah yang sebelumnya putus sekolah. Didalam kelas khusus ini, terdiri dari beberapa murid yang nantinya setelah hasil evaluasi berdasarkan kemampuan dan umur siswa yang bersangkutan disebar ke kelas yang cocok dengan umur dan kemampuan anak tersebut (Mabruaru, 2024).

Rupanya kelas khusus ini sangat diminati dan disenangi oleh para siswa yang ada pada kelas khusus tersebut. Pasalnya mereka bisa bermain sambil belajar disekolah bahkan juga dibuat dalam bentuk pembelajaran dengan konsep kelas alam. Selain itu, para siswa juga diberikan makan gratis setiap hari. Makan gratis ini rupanya menjadi salah satu pemicuh partisipasi anak usia sekolah di SD Inpres 11 Konda meningkat.

Hal ini menjawab salah satu persoalan utama banyaknya anak usia sekolah kemudian putus sekolah di Sorong Selatan karena sering diajak oleh orang tuanya berburu baik kehutan atau kelaut mencari makan. Anak-anak yang malas sekolah kebanyakan diakibatkan karena tidak tahan lapar saat disekolah. Sementara itu, ketika kembali kerumah belum tentu ada makanan yang telah tersedia untuk mereka makan (Saru, n.d.).

Program SSH pada dasarnya merupakan sebuah upaya menambah waktu dan memperbanyak materi pelajaran serta mempersiapkan peserta didik agar menjadi pribadi yang mempunyai kematangan mental, intelektual, skill, spiritual, dan moral anak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Herdarliana, 2020) menemukan bahwa SSH dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak yang mencakup kemampuan intelektual sehingga siswa mampu menggabungkan beberapa ide, gagasan yang dipelajari pelajari dengan konsep SSH tersebut.

Kendala Penerapan SSH di SD 11 Konda

Salah satu kendala mendasar pelaksanaan SHH di SD Inpres 11 Konda Sorong Selatan adalah masalah manajemen SSH. Mungkin karena ini sifatnya pilot project sehingga optimalisasi penggunaan sumber daya yang tersedia di SD Inpres 11 Konda belum maksimal digunakan. Masalah manajemen ini dapat terlihat dalam keterbatasan pengembangan kurikulum, sarana dan prasarana, pendanaan dan guru yang profesional. Untuk mendukung pelaksanaan kualitas program SSH yang baikharus ditunjang dengan ketersedian berbagai faktor seperti yang telah disebutkan diatas (Baharuddin, 2009).

Temuan peneliti dilapangan menunjukkan bahwa dari sisi pengembangan kurikulum masih sangat terbatas. Ini dikarenakan belum ada formulasi yang baku yang telah disusun dan disepakati oleh pemangku kepentingan yang ada di Sorong Selatan berkaitan dengan pelaksanaan program SSH ini. Kenapa kurikulum menjadi penting supaya proses pembelajaran dengan metode SSH itu dapat menunjukkan spesifikasi perbedaan dengan sekolah yang selama ini dijalankan secara konvensional.

Selain itu desain kurikulum yang berbasis kearifan lokal sesui dengan adat masyarakat Papua juga menjadi penting dipikirkan sebagaimana konsep awal SSH ini dicetuskan di Papua. Dengan demikian persoalan angka putus sekolah yang menjadi problem dasar pendidikan di Papua dapat teratasi. Kurikulum harus disusun disesuaikan dengan karakter dan kondisi sosial ekonomi masyarakat Papua.

Harus diakui bahwa SSH yang dilaksanakan di Papua ini secara khusus di Sorong Selatan, bentuk dan semangatnya berbeda dengan daerah lain diluar Papua yang juga sudah beberapa tahun yang lalu menerapkan konsep pendidikan dengan model SSH ini. Di Papua, konsep utama SSH adalah untuk meningkatkan partisipasi kasar pendidikan anak usia sekolah sementara di daerah lain diluar Papua yang menjalankan SSH, tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan mereka.

Selain faktor kurikulum, sarana dan prasarana juga menjadi salah satu hal penting yang harus menjadi perhatian dalam pelaksanaan program SSH. Di SD Inpres 11 Konda sendiri, sarana dan prasarana masih sangat terbatas. Ditemukan sarana prasarana pendukung seperti toilet, kamar mandi, tempat laundry, tempat memasak, tempat makan dan tempat istirahat siswa masih sangat terbatas. Artinya bahwa idealnya sebuah sekolah yang akan menerapkan program SSH harus memikirkan penyediaan sarana dan prasarana tersebut yang memadai.

Faktor ketersedian guru juga penting. Bagaimanapun SSH ini merupakan program yang sangat baik sehingga penting keberlanjutannya kedepan dipikirkan. Perlu ada adaptasi baru terhadap pelaksanaan SSH ini, sehingga dapat menjadi pengetahuan bersama untuk seluruh guru di semua sekolah yang ada di Sorong Selatan. Jika dengan metode sekarang, dimana pelaksanaan proses pembelajaran semuanya dibawah kendali penuh oleh suatu tim atau lembaga khusus yang menangani SSH ini termasuk menjadi guru atau mentor SSH maka ini akan menjadi masalah baru yang akan timbul dikemudian hari.

Hal ini terkonfirmasi dengan temuan peneliti dilapangan, dimana pelaksanaan pembelajaran oleh Guru yang mengajar dalam program SSH di SD Inpres 11 Konda dibawah pengelolaan sebuah tim awalnya melibatkan semua guru-guru di SD Inpres 11 Konda. Namun dalam perjalanannya guru-guru di SD 11 Konda tersebut tidak lagi dilibatkan secara langsung kecuali 3 orang tenaga honorer yang sampai sekarang masih mengajar di kelas SSH (Saru, n.d.).

 

SIMPULAN

Pada prinsipnya pelaksanaan program SSH di SDInpres 11 Konda telah berjalan dengan baik dan telah menjawab masalah pendidikan yang ada di Sorong Selatan secara khusus yang ada di Distrik Konda. Dengan adanya SSH di SD Inpres 11 Konda ini, angka partisipasi pendidikan anak usia sekolah mengalami kenaikan. Sejak dilaksanakan pertama kali tahun 2022 sampai tahun 2024 ini, SD Inpres 11 Konda telah menerima sebanyak 39 orang anak usia sekolah yang sebelumnya putus sekolah.

Namun dalam pelaksanaannya, ada beberapa hambatan yang perlu menjadi perhatian serius oleh pemerintah Sorong Selatan dan juga seluruh stakeholder yang ada di Sorong Selatan terkait dengan pelaksanaan program SSH di SD Inpres 11 Konda tersebut. Diantaranya adalah berkaitan dengan sistem kurikulum yang diajarkan dan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Tujuannya adalah agar supaya pelaksanaan program SSH di Sorong Selatan dapat dilakukan secara massif dan berkelanjutan kedepan. Karena itu, kedepan perlu ada penyusunan kurikulum dengan konsep SSH yang disesuaikan dengan kurikulum yang umumnya berlaku di Indonesia. Selanjutnya melakukan adaptasi sistem mengajar sesuai dengan konsep SSH kepada seluruh guru yang ada di Sorong Selatan.

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Baharuddin, H. (2009). Pendidikan dan psikologi perkembangan. Cet. I (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009).

 

Elfrianto, H., Nasrun, M. S., & Arifin, M. (2023). Buku Ajar Manajemen Pendidikan. umsu press.

 

Faizin, H. (2009). Implementasi Fullday School dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di MAN Kandangan Kabupaten Kediri. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

 

Hamzani, A. I. (2014). Menggagas Indonesia Sebagai Negara Hukum Yang Membahagiakan Rakyatnya. Yustisia, 3(3), 137�142.

 

Herdarliana, E. N. (2020). Analisis dampak penerapan kebijakan full day school terhadap pembentukan karakter religius dan kecerdasan spiritual siswa kelas X MIPA di SMAN 3 Semarang. UIN Walisongo.

 

Mabruaru, O. (2024). Wakil Kepala Sekolah Bidang Akademik SD Inpres 11 Konda.

 

Rahmani, I. (2022). Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Di Dalam Bidang Pendidikan Tinjauan Dari Pasal 31 Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Pamulang Law Review, 5(1), 77�84.

 

Saru, Y. A. (n.d.). Kepala Sekolah SD Inpres 11 Konda.

 

Sumule, A., Yoman, A. G. S., Solaiman, A., Kira, B., Astuti, B. S., Laksmi, B. I., Pamungkas, C., Haryanto, I., Suryawan, I. N., & Haluk, M. (2024). Membawa Keadilan dan Perdamaian ke Tanah Papua. Unpar Press.

 

Wijaya, T., & Djono, D. (n.d.). PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH FULL DAY SCHOOL:(STUDI KASUS DI SMA N 1 KARANGDOWO KABUPATEN KLATEN). Jurnal CANDI, 19(1), 112�124.

 

E. Mulyasa.2013. Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK.Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya

 

E. Novita Herdarliana. 2020. Analisis Dampak Penerapan Kebijakan Full Day School Terhadap Pembentukan Karakter Religius Dan Kecerdasan Spiritual Siswa Kelas X Mipa di Sman 3 Semarang. Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Wiwik Sulistyaningsih. 2008. Full Day School & Optimalisasi Perkembangan Anak. Yogyakarta: Paradigma Indonesia.

 

 

 

https://jurnal.syntax-idea.co.id/public/site/images/idea/88x31.png� 2024 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).