Pengaruh Umur
Panen Larva Lalat Tentara
Hitam yang Dipelihara Pada Media yang Mengandung Tepung Daun Kelor dan
Daun Lamtoro Terhadap
Panjang Maggot, Berat Maggot, Dan Kecepatan Pertumbuhan Maggot
Effect Of Harvest Age of
Black Soldier Fly Larvae Reared On Media Containing
Moringa Leaf Flour And Lamtoro Leaves On Maggot
Length, Maggot Weight, And Maggot Growth Rate
1)* Oktavianus
Kasvandi, 2)Tara Tiba Nikolaus, 3)Gusti
A.Y Lestari, 4)Imanuel Benu
1,2,3,4 Universitas Nusa Cendana, Kupang, Indonesia
*Email: 1) [email protected]
*Correspondence: 1) Oktavianus Kasvandi
DOI: 10.59141/comserva.v4i4.1420 |
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur panen larva lalat tentara hitam yang dipelihara pada media mengandung
tepung daun kelor dan daun lamtoro terhadap panjang, berat, dan kecepatan pertumbuhan maggot.
Metode yang digunakan dalam
penelitian adalah metode percobaan dengan menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan yang terdiri dari UP1 = Umur Panen 1 hari, UP5 = Umur panen 5 hari, UP10 = Umur panen 10 hari, UP15= Umur panen 15 hari, UP20 = Umur panen 20 hari. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap panjang, berat, dan kecepatan pertumbuhan maggot. Umur panen 20 hari menghasilkan panjang dan berat yang tertinggi. Sedangkan kecepatan pertumbuhan semakin menurun. Disimpulkan bahwa umur panen
mempengaruhi panjang, berat, dan kecepatan pertumbuhan maggot. Kata kunci Berat, Kecepatan pertumbuhan,
maggot, umur panen, panjang. |
ABSTRACT
This
study aims to determine the effect of the harvest age of black soldier fly
larvae raised on medium containing moringa leaf flour and lamtoro
leaves on the length, weight, and growth rate of maggots. The method used in
the study was an experimental method using a Complete Random Design (RAL)
pattern with 5 treatments and 4 replicates consisting of UP1 = Harvest Age 1
day, UP5 = Harvest age 5 days, UP10 = Harvest life 10 days, UP15 = Harvest life
15 days, UP20 = Harvest life 20 days. The results of statistical analysis
showed that the treatment had a real effect (P<0.05) on the length, weight,
and growth rate of maggots. The 20-day harvest life results in the highest
length and weight. Meanwhile, the growth rate is decreasing. It is concluded
that the harvest life affects the length, weight, and growth rate of maggots
Keywords:
Weight,
growth speed, maggot, harvest time, length.
PENDAHULUAN
Pakan
adalah salah satu faktor keberhasilan dalam usaha peternakan.
Penyediaan pakan bagi ternak harus
berkelanjutan dan tersedia sepanjang pemeliharaan. Di
sisi lain, harga pakan komersial sering berfluktuasi dan mengalami kenaikan
harga. Oleh karena itu, dibutuhkan bahan pakan alternatif sumber protein yang
harganya murah dengan kualitas yang baik. Syarat suatu bahan pakan dapat
dijadikan bahan pakan alternatif sumber protein adalah memiliki komposisi
nutrisi yang baik, mudah didapat dengan harga yang murah.
Maggot atau dalam penyebutan lain disebut dengan belatung merupakan
larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia illucens
dalam bahasa Latin. Maggot merupakan larva dari jenis lalat yang awalnya
berasal dari telur dan bermetamorfosis menjadi lalat dewasa. Siklus hidup BSF sama dengan serangga
Diptera lainnya, yaitu mulai dari telur
menetas menjadi larva yang mengalami proses metamorposa menjadi pupa dan serangga dewasa (Fahmi et al., 2007). Siklus
metamorfosis BSF berlangsung
dalam rentang kurang lebih 40 hari, tergantung pada suhu dan kelembaban tempat hidup BSF, dan asupan nutrisi yang dimakan (Alvarez, 2012). Keunggulan
maggot BSF yaitu mudah didapat, harganya murah dan siklus hidupnya pendek
sehingga ketersediaanya dapat terjamin dan kontinyu. Selain itu maggot memiliki
kandungan nutrisi cukup tinggi yaitu berkisar 41-42% protein kasar; 31-35%
lemak kasar; 14-15% abu; 4,8-5,1% kalsium, dan 0,6-0,63% fosfor (Fauzi & Sari, 2018).
Keberhasilan suatu usaha budidaya atau produksi maggot ditentukan oleh
bibit, media tumbuh, dan umur panen. Bibit menjadi salah satu faktor utama
dalam mendukung proses produksi atau budidaya maggot. Kualitas bibit maggot di
tentukan oleh suhu dan kelembaban media. Larva yang baru menetas optimum hidup
pada suhu 28-35�C dengan kelembaban sekitar 60-70% (Holmes et al., 2012). Umur panen
maggot merupakan salah satu faktor penentu panjang, berat dan kecepatan
pertumbuhan pada maggot. Semakin lama umur panen maka akan mempengaruhi
panjang, berat, dan kecepatan pertumbuhan maggot BSF. Menurut (Rodiana et al., 2021), umur panen
memberikan pengaruh terhadap ukuran berat dan kecepatan pertumbuhan� pada maggot. Untuk menghasilkan produksi
maggot yang tinggi dapat dilakukan dengan cara memberikan media tumbuh yang
kaya akan nutrisi, sehingga pertumbuhan dapat meningkat dan produksi berat
maggot juga dapat meningkat (Mangunwardoyo et al., 2011). Syarat
suatu bahan dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternatif adalah memiliki
komposisi nutrisi yang baik, mudah didapat, ketersediannya kontinyu, dan
harganya lebih murah.
Salah satu media organik yang lazim digunakan sebagai media pengembangan
maggot adalah dedak padi baik secara tunggal maupun dikombinasikan dengan bahan
organik lainnya seperti limbah pasar, dan lain-lainnya. Dedak memiliki
kandungan nutrisi yang meliputi protein kasar sebesar 12-14%, kadar lemak
7-19%, serta BETN 64-42% (Murni et al., 2008).
Tambahan tepung jagung dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat mudah dicerna
karena penambahan daun kelor-lamtoro cenderung meningkatkan resiko kekurangan
energi dedak padi yang digunakan (Sona et al., 2023). Tepung jagung
mengandung air 7,68%, abu 0,27%, protein total 8,27%, amilosa 33,10% (Aini et al., 2016), sehingga
tepung jagung sangat cocok sebagai media tumbuh larva BSF karena memiliki
kandungan nutrisi yang baik.
Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah banyak
diteliti kandungan gizi dan kegunaannya. Daun kelor sangat kaya akan nutrisi,
diantaranya kalsium, besi, protein, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C, daun
kelor juga mengandung zat besi lebih tinggi dari pada sayuran lainnya yaitu
sebesar 17,2 mg/100 g (Yam�ogo et al., 2011). Kelor tidak
hanya kaya akan nutrisi tetapi juga memiliki sifat fungsional karena tanaman
ini mempunyai khasiat dan manfaat buat kesehatan manusia. Baik kandungan
nutrisi maupun berbagai zat aktif yang terkandung dalam tanaman ini dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan makhluk hidup dan lingkungan.
Lamtoro adalah hijauan yang bernilai nutrisi cukup baik, mudah ditanam
sehingga membantu penyediaan pakan secara kontinyu. Daun dan ranting muda
lamtoro merupakan pakan dan sumber protein yang baik, khususnya untuk
ruminansia. Daun lamtoro dapat diolah menjadi tepung yang dapat disimpan dalam
jangka waktu yang panjang dan bisa lebih mudah dikombinasikan atau dicampur
dangan bahan lain. Tepung daun lamtoro (TDL) mengandung unsur gizi yang baik, serta β-karoten yang tinggi. Kandungan gizi TDL adalah 22,69% protein kasar, 1,55% lemak, 16,77% serat kasar, 11,25% abu, 1,92% Ca,
0,25% P serta 331,07 ppm β-karoten
(Yessirita, 2016). Fermentasi
media tumbuh juga dilakukan untuk meningkatkan kandungan
protein media dan kecernaan pakan serta menurunkan kadar serat kasar, kandungan
anti-nutrisi dan menurunkan zat toxin.
Permasalahan yang dialami oleh para pembudidaya maggot saat ini adalah
panjang, berat, dan kecepatan pertumbuhan maggot yang dihasilkan masih kecil.
Hal ini dikarenakan para pembudidaya belum menemukan umur panen yang tepat,
sehingga belum dapat menghasilkan produksi yang optimal. Selain belum menemukan
umur panen yang tepat pembudidaya maggot juga belum menemukan media tumbuh
maggot yang mampu menunjang kualitas maggot yang dihasilkan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
lama umur panen maggot yang
dipelihara pada media yang mengandung
campuran daun kelor dan lamtoro untuk memperkaya kandungan nutrisi pada media hidup maggot yang berbahan dasar dedak padi
dan tepung jagung terhadap panjang, berat,
dan kecepatan pertumbuhan
maggot.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
����������� Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Noelbaki selama
dua bulan dua minggu terdiri atas dua minggu persiapan alat dan bahan, satu
minggu proses fermentasi media tumbuh, dua puluh hari tahapan budidaya
sekaligus pemanenan, tiga minggu tahap analisis sampel penelitian di
laboratorium, satu minggu tahap tabulasi dan analisis data.
Materi Penelitian
����������� Maggot yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 1000 ekor setiap perlakuan, maggot didapatkan
dari proses pemancingan lalat tentara hitam dengan media pemancingan berupa
dedak padi dengan lama waktu 7 hari. Bahan yang digunakan adalah dedak padi,
tepung jagung kuning, tepung daun kelor, tepung daun lamtoro, air sebagai
pelarut yang ditambahkan ke media untuk difermentasi, gula pasir digunakan
sebagai sumber energi bagi mikroba dalam proses fermentasi dan cairan EM4. Alat
perlengkapan yang digunakan: Toples kotak plastik ukuran sedang sebagai tempat(
wadah) menaruh reaktor sehingga terlindungi dari lalat jenis lain atau tikus
ataupun pengganggu lainnya, pinset untuk mengambil maggot pada saat pengukuran
panjang, kain kasa untuk penutup toples kotak plastik berisi larva BSF, kawat
kasa untuk menutup rak penempatan reaktor, penyangga plastik berlubang,
gunting, lem, kertas untuk menutup toples sebagai wada menaruh reaktor supaya
tidak masuk cahaya, selotip, sendok, terpal sebagai tempat campur media, alat
tulis, handphone, parang, timbangan digital (tingakat ketelitian 1 gram dengan kapasitas 10 kg) untuk mengukur berat media dan berat maggot, kertas milimeter block untuk mengukur panjang maggot,
rak untuk menaruh reaktor dan kertas saring untuk mengeringkan larva sebelum
ditimbang beratnya.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5
perlakuan dan 4 ulangan, sehingga terdapat 20 unit percobaan, yang terdiri
atas:
UP1���� : Umur
Panen 1 Hari
UP5���� : Umur
Panen 5 Hari
UP10�� : Umur
Panen 10 Hari
UP15�� : Umur
Panen 15 Hari
UP20�� : Umur Panen
20 Hari
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan
Nutrisi Media Hasil Fermentasi
Nutrisi merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses pertumbuhan suatu organisme (dalam hal ini maggot). Kondisi nutrisi yang optimum sangat penting
untuk mendapatkan nilai produktivitas maggot yang tinggi disertai pertumbuhan maggot yang baik. Sumber nutrisi
yang bisa digunakan untuk menumbuhkan
maggot adalah yang banyak mengandung bahan organik yang membusuk. Hal ini sesuai dengan pendapat (Yessirita,
2016) menyatakan bahwa maggot adalah pemakan bahan
sisa dan banyak terdapat pada bahan organik yang telah membusuk.
��������� Keberhasilan
dalam budidaya maggot di pengaruhi oleh media tumbuh. Media tumbuh maggot
adalah sumber pakan maggot atau limbah organik yang mengandung nutrisi tinggi.
Media tumbuh memiliki pengaruh terhadap panjang, berat dan kecepatan
pertumbuhan maggot. Media tumbuh yang kaya akan nutrisi dapat memungkinkan
maggot tumbuh lebih cepat. Sebaliknya, media tumbuh yang kurang ideal atau
tidak mendukung pertumbuhan maggot dengan baik dapat menghasilkan pertumbuhan
maggot yang lebih kecil. Oleh karena itu ketersediaan nutrisi yang baik dapat
mempengaruhi pertumbuhan pada maggot. Sesuai dengan pernyataan (Choi et al.,
2012). Maggot mampu bertumbuh serta berkembang pada
media yang terdapat kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
Selain itu bobot maggot dan panjang maggot terjadi karena faktor banyaknya
terdapat bahan organik (lemak, protein, serat) pada media tumbuh yang
digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat (Yessirita,
2016) menyatakan bahwa maggot adalah pemakan bahan
sisa dan banyak terdapat pada bahan organik yang telah membusuk. Menurut (Pranata, 2010), bahwa tersedianya nutrisi yang mencukupi
dalam media tumbuh dapat menyebabkan terjadinya peningkatan densitas populasi
maggot dengan cepat, tetapi juga akan mengalami penurunan yang cepat bila
kondisi media tumbuh dan nutrisi tidak mendukung kehidupannya. Namun menurut (Fauzi &
Sari, 2018) mengungkapkan bahwa walaupun kandungan nutrien
media cukup bagus namun jika aroma media tidak dapat menarik lalat untuk
bersarang maka tidak akan dihasilkan maggot. Ini terjadi karena Lalat Hermetia
Illucens menyukai aroma media yang khas maka tidak semua media dapat
dijadikan tempat bertelur bagi lalat Hermetia illucens (Katayane et
al., 2014).
Media dalam budidaya maggot juga berpengaruh
terhadap kandungan nutrisi maggot. Oleh sebab itu untuk mendapatkan maggot
dengan kandungan nutrisi yang optimal perlu media yang baik untuk tumbuh dan
berkembang maggot.
��������� Kandungan Nutrisi media hasil
fermentasi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Media Tanam
Kandungan Nutrisi |
Persentase (%) |
Bahan kering |
89,93 |
Air |
10,70 |
Abu |
11,48 |
Bahan organik |
86,95 |
Protein kasar |
18,82 |
Lemak kasar |
4,36 |
Serat kasar |
15,28 |
Sumber
data: Hasil analisis Lab Nutrisi Ternak Perah Bogor, 2023
Konsumsi
Pakan Maggot
��������� Faktor utama
yang memengaruhi konsumsi adalah nutrisi yang terkandung di dalam substrat dan kandungan protein yang tinggi memberikan korelasi positif terhadap konsumsi subtrat yang dicerna (Jucker
et al., 2020). Untuk mengetauhi rataan jumlah pakan sisa,
yaitu dengan melakukan penimbangan pakan sisa seluruh
media pada setiap perlakuan
mulai dari perlakuan (P0-P4) pada umur panen yang berbeda. Penelitian ini menggunakan media tepung daun kelor dan lamtoro yang sudah difermentasi. Jumlah media yang diberikan yaitu 500 gram. Untuk mengetauhi
konsumsi adalah jumlah pakan yang diberi dikurangi pakan sisa.
��������� Rataan konsumsi pakan maggot pada
setiap perlakuan selama pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan konsumsi pakan maggot
Perlakuan |
Rataan Pakan Konsumsi(P0-P4) (gr) |
Rataan Pakan Sisa(P0-P4) (gr) |
UP1 |
27,68 |
472,32 |
UP5 |
110,75 |
361,57 |
UP10 |
70,50 |
291,07 |
UP15 |
65,20 |
225,87 |
UP20 |
50,30 |
175,57 |
Sumber : Hasil
penelitian Noelbaki Kupang, 2023
��������� Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat
bahwa semakin lama umur panen maggot maka konsumsi pakan
semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh suatu kondisi dimana
maggot memasuki fase prapupa yang ditandai dengan kondisi dimana maggot hanya berdiam diri atau
tidak banyak melakukan aktifitas. Pada umumnya semakin intensif maggot melakukan aktivitas maka semakin banyak energi yang akan dikeluarkan. Disisi lain ketika maggot tidak melakukan aktivitas yang intensif maka maggot tidak mengeluarkan energi yang banyak. Hal ini akan menyebabkan
maggot memiliki cadangan energi yang cukup banyak untuk bisa
bertahan hidup, sehingga konsumsi pakan akan cendrung
menurun. Sesuai pernyataan (Noer
et al., 2023) BSF tidak
aktif makan lagi dan memanfaatkan
cadangan lemak sebagai sumber energi yang berlangsung selama 6 hari. Menurut (Syahrizal
et al., 2017) menyatakan
bahwa secara tidak langsung pertumbuhan merupakan peningkatan kadar air, protein
dan mineral serta terdapat hubungan yang erat antara kecepatan tumbuh dengan jumlah
pakan yang di konsumsi pada
periode tertentu.
Pengaruh
Perlakuan Terhadap Prameter Penelitian
��������� Panjang,
berat, dan kecepatan pertumbuhan pada maggot merupakan peroses pertumbuhan.
Pertumbuhan maggot yang baik di pengaruhi oleh kandungan nutrisi dari media
tumbuh serta lama umur panen. Keberhasilan dalam usaha budidaya maggot
ditentukan oleh kandungan nutrisi yang terdapat dalam media tumbuh serta lama
umur panen. Semakin tinggi kandungan nutrisi dan semakin lama umur panen, maka
akan mempengaruhi panjang, berat, dan kecepatan pertumbuhan maggot. Media tumbuh yang kaya akan nutrisi dapat
memungkinkan maggot tumbuh lebih cepat. Sebaliknya, media tumbuh yang kurang
ideal atau tidak mendukung pertumbuhan maggot dengan baik dapat menghasilkan
pertumbuhan maggot yang lebih kecil. Pertumbuhan maggot BSF akan terus bertambah
ketika kebutuhannya terpenuhi dan masa akhir pertumbuhannya terhenti ketika maggot BSF mencapai umur 20 hari (Fahmi
et al., 2016). Sedangkan
berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan oleh (Awaludin
et al., 2022), umur
maggot berakir pada umur 28
hari, hal ini dikarenakan kebutuhan maggot BSF belum terpenuhi
sehingga ketika umur maggot BSF lebih dari 20 hari terus
mengalami pertumbuhan, disebabkan karena jenis pakan yang diberikan berbeda dalam� kandungan nutrisi. Menurut (Macchiusi
& Baker, 1992) kualitas
pakan yang tinggi diberikan kepada maggot BSF memastikan kecepatan yang relatif cepat terhadap
pertumbuhan maggot BSF. Oleh karena itu ketersediaan nutrisi yang baik dapat
mempengaruhi pertumbuhan pada maggot. Pernyataan tersebut sejalan sengan �., (2013) bahwa
kualitas dan kuantitas
media tumbuh maggot BSF memiliki
pengaruh penting terhadap waktu perkembangan larva, mortalitas, serta menjadi penentu
perkembangan fisiologi dan morfologinya.
��������� Hasil penelitian tentang� pengaruh umur panen larva lalat tentara hitam
yang dipelihara pada media mengandung
tepung daun kelor dan daun lamtoro terhadap panjang, berat, dan kecepatan pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan panjang,
berat, dan kecepatan pertumbuhan maggot.
Parameter |
Perlakuan |
SEM |
P-value |
||||
UP1 |
UP5 |
UP10 |
UP15 |
UP20 |
|||
Panjang(mm) |
|
|
|
|
|
1,880 |
0,001 |
Berat(gr) |
|
0, |
0,08 |
|
|
0,010 |
0,001 |
Kecepatan Pertumbuhan (mm/hari) |
|
|
|
|
|
1,150 |
0,001 |
Keterangan
: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukan adanya perbedaan yang
nyata (p<0,05). UP1 = umur panen hari 1, UP5 = umur panen hari 5, UP10 =
umur panen hari 10, UP15 = umur panen hari 15, UP20 = umur panen hari 20.
Pengaruh
Umur Panen Terhadap Panjang Maggot
��������� Panjang maggot
merupakan salah satu tanda bahwa organisme itu mengalami perubahan. Dari hasil pengamatan selama penelitian diketahui panjang badan yang tertinggi antara semua perlakuan terdapat pada perlakuan UP20 dengan panjang 17,242 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu pemeliharaan, maka panjang tubuh
maggot semakin meningkat. Terjadi Perbedaan rata-rata panjang tubuh maggot pada setiap perlakuan selama 20 hari masa pemeliharaan. Rata-rata panjang tubuh tertinggi terdapat UP20 sedangkan rerata panjang tubuh terendah terdapat pada UP1.
��������� Rataan
panjang maggot yang dihasilkan yaitu 7,148 mm �17,242 mm. Hasil ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan penelitian (Fahmi et al., 2016) dimana panjang
maggot umur 20 hari yaitu 20 � 25 mm. Hal ini disebabkan oleh jenis media yang diberikan
berbeda terutama dalam kandungan nutrisi. Dalam penelitian (Fahmi et al., 2016) menggunakan
pakan yang berbasis kedelai dan bungkil kelapa sawit. Kandungan nutrisi kedelai
yaitu 48% protein; 0,51% lemak; 0,41 serat kasar, sedangkan bungkil kelapa
sawit protein kasar 22,86%; lemak kasar 15,74%. Berdasarkan nilai nutrisi
tersebut terlihat jelas perbedaan kualitas pakan yang diberikan terutama nilai
proteinnya, oleh karena itu akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan yang
dihasilkan berbeda.
��������� �Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa umur
panen memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,05) terhadap panjang maggot (Hermetia
illucens) dimana semakin lama umur panen maggot maka panjang maggot semakin
meningkat. Berdasarkan hasil penelitian maggot memiliki panjang tertinggi pada
UP20 (umur panen 20 hari) yaitu sebesar 17,242 mm. Hasil ini sesuai dengan
pernyataan (Awaludin et al., 2022) yaitu semakin lama umur panen maka
semakin panjang ukurannya. Penelitian yang dilakukan oleh (Awaludin et al., 2022) menggunakan umur panen 28 hari dengan
panjang 17,840.
��������� Berdasarkan
penelitian diketahui hasil pertumbuhan panjang maggot (Hermetia illucens)
tertinggi pada perlakuan UP20 (7,148 mm) dan diikuti oleh UP15 (17,017 mm ),
UP10 (16,180 mm), UP5 ( 14,712 mm)� dan
dengan panjang maggot terendah terdapat pada perlakuan UP1 (7,148 mm),
perbedaan pertumbuhan panjang ini disebabkan oleh kualitas media tumbuh dan
lama umur panen maggot.
��������� Banyak sedikitnya makanan yang didapatkan oleh suatu organisme dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, baik bobot maupun
panjang. Semakin baik kualitas media tumbuh serta ketersediaan
terpenuhi akan mempengaruhi pertumbuhan panjang maggot. Ini sesuai dengan
pendapat Susanto (2002) yang menyatakan
bahwa pertumbuhan organisme sangat dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan atau tempat hidup
dan jumlah bahan makan yang
tersedia.
��������� Perubahan panjang
maggot BSF dengan bertambahnya
umur panen itu berbanding lurus, artinya umur panen
maggot BSF yang lebih muda atau umur panennya
lebih cepat maka ukuran panjangnya
lebih kecil begitupun sebaliknya jika jangka waktu
umur panen maggot BSF lebih lama, maka panjang maggot BSF itu sendiri lebih panjang. Perubahann pertumbuhan panjang BSF disebabkan oleh lamanya waktu pemeliharaan
dan ketersediaan pakan yang
baik dan terpenuhi untuk memenuhi kebutuhannya (Saragi dan
Bagastyo, 2015).
����������� Jumlah dan kualitas
makanan yang tersedia bagi maggot menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan maggot. Media tumbuh yang kaya akan nutrisi dapat
memungkinkan maggot tumbuh lebih cepat. Sebaliknya, media tumbuh yang kurang
ideal atau tidak mendukung pertumbuhan maggot dengan baik dapat menghasilkan
pertumbuhan maggot yang lebih kecil. Oleh karena itu ketersediaan nutrisi yang
baik dapat mempengaruhi pertumbuhan pada maggot. Minggawati
et al., (2019) menambahkan bahwa
kandungan nutrisi pada
media tumbuh sangat mempengaruhi
pertumbuhan panjang maggot,
karena kandungan nutrisi yang baik akan memberikan hal positif terhadap
pertumbuhan panjang pada
maggot.
Pengaruh Umur PanenTerhadap Berat Maggot
��������� Berat adalah suatu
tanda bahwa organisme tersebut telah mengalami pertumbuhan. Dari hasil pengamatan
selama penelitian diketahui berat maggot yang tertinggi antara semua perakuan terdapat pada perlakuan UP20 dengan berat 0,105
gram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu pemeliharaan, maka berat tubuh
maggot semakin meningkat. Terjadi Perbedaan rata-rata berat tubuh maggot pada setiap perlakuan selama 20 hari masa pemeliharaan. Rata-rata berat tertinggi terdapat UP20 sedangkan rata-rata berat terendah terdapat pada UP1.
��������� Rataan
berat maggot yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu 0,027 gram� 0,105 gram.
Berat maggot mengalami kenaikan dari setiap perlakuan, dimulai dari perlakuan
UP1 hingga perlakuan UP20. Hasil ini lebih rendah jika dibandingkan dengan
penelitian (Awaludin et al., 2022) di mana berat maggot umur 28 hari
yaitu 385,00 gram. Hal ini disebabkan oleh jenis media yang diberikan berbeda
terutama dalam kandungan nutrisi. Faktor yang mempengaruhi
pertambahan bobot badan adalah ketersediaan zat makanan dalam pakan, temperature lingkungan, kandungan energi pakan, hormon, penyakit dan stress (Syahrizal
et al., 2017). �Dalam penelitian
yang dilakukan (Awaludin et al., 2022),
menggunakan pakan berupa tomat limbah yang memiliki kandungan nutrisi 10,73%
protein; 2,81% lemak. Berdasarkan
nilai nutrisi tersebut terlihat jelas perbedaan kualitas pakan yang diberikan
terutama nilai proteinnya, oleh karena itu akan mempengaruhi kecepatan
pertumbuhan yang dihasilkan berbeda.
��������� Hasil
analisis ANOVA menunjukkan bahwa umur panen memberikan pengaruh sangat nyata
(P<0,05) terhadap berat maggot (Hermetia illucens). Hal ini
menunjukkan bahwa semakin lama umur panen maggot maka berat magot semakin
besar. Berdasarkan hasil penelitian maggot memiliki berat tertinggi pada umur
panen 20 hari yaitu sebesar 0,105 gram. Hasil ini sesuai dengan pernyataan
Saragi dan Bagastyo (2015) yang menyebutkan bahwa maggot BSF akan mengalami
kenaikan bobot badan dan ukurannya setiap bertambahnya umur dengan disertai
ketersediaan pakan yang baik dan terpenuhi.
��������� Berdasarkan
penelitian diketahui hasil pertumbuhan berat maggot (Hermetia illucens)
tertinggi pada perlakuan UP20 (0,105 gr) dan diikuti oleh UP15 ( 0,101 ), UP10
( 0,088 gr), UP5 ( 0,080gr)� dan dengan
berat maggot terendah terdapat pada perlakuan UP1 ( 0,027 gr). Perbedaan
pertumbuhan berat ini disebabkan oleh kualitas media tumbuh dan lama umur panen
maggot.
��������� Banyak sedikitnya makanan yang didapatkan oleh suatu organisme dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan baik bobot maupun
panjang. Semakin baik kualitas media tumbuh serta ketersediaan
terpenuhi akan mempengaruhi pertumbuhan panjang maggot. Ini sesuai dengan
pendapat Susanto (2002) yang menyatakan
bahwa pertumbuhan organisme sangat dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan atau tempat hidup
dan jumlah bahan makan yang
tersedia.
��������� Perubahan berat
maggot BSF dengan bertambahnya
umur panen itu berbanding lurus, artinya umur panen
maggot BSF yang lebih muda atau umur panennya
lebih cepat maka berat lebih
kecil, begitupun sebaliknya jika jangka waktu umur
panen maggot BSF lebih
lama, maka berat maggot BSF
itu sendiri lebih besar. Perubahan pertumbuhan berat BSF disebabkan oleh lamanya waktu pemeliharaan dan ketersediaan pakan yang baik dan terpenuhi untuk memenuhi kebutuhannya (Saragi dan
Bagastyo, 2015). Silmina dkk., (2010) menambahkan bahwa bahan yang
baik untuk pertumbuhan magot adalah bahan yang banyak mengandung nutrisi dan
bahan organik yang mendukung untuk pertumbuhan maggot.
��������� Jumlah dan kualitas
makanan yang tersedia bagi maggot menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan mereka. Media
tumbuh yang kaya akan nutrisi dapat memungkinkan maggot tumbuh lebih cepat.
Sebaliknya, media tumbuh yang kurang ideal atau tidak mendukung pertumbuhan
maggot dengan baik dapat menghasilkan pertumbuhan maggot yang lebih kecil. Oleh
karena itu ketersediaan nutrisi yang baik dapat mempengaruhi pertumbuhan pada
maggot. Hasil
ini sesuai dengan pernyataan (Tomberlin
et al., 2002), dan (Gobbi et al.,
2013), mengatakan bahwa kualitas serta kuantitas
pakan yang dikonsumsi oleh maggot (Hermetia illucens) mempunyai pengaruh
penting terhadap pertumbuhan dan waktu perkembangan maggot, keberlangsungan
hidup serta angka kematian maggot.
Pengaruh Umur Panen Terhadap Kecepatan
Pertumbuhan
��������� Kecepatan
pertumbuhan mengacu pada tingkat peningkatan atau perubahan ukuran, masa dalam suatu periode waktu tertentu. Dari hasil pengamatan selama penelitian diketahui kecepatan pertumbuhan maggot yang
tertinggi antara semua perakuan terdapat pada perlakuan UP1 dengan 7,148 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu pemeliharaan, maka kecepatan pertumbuhan maggot semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh tingkat konsumsi, siklus hidup, kandungan
nutrisi dari media.
��������� Rataan kecepatan pertumbuhan
maggot yang dihasilkan yaitu 7,148 mm�0,862 mm. Kecepatan pertumbuhan� maggot mengalami penurunan dari setiap perlakuan,
dimulai dari UP1 hingga perlakuan UP20.
��������� Hasil analisis
ANOVA menunjukkan bahwa umur panen memberikan
pengaruh sangat nyata
(P<0,05) terhadap kecepatan
pertumbuhan maggot (Hermetia
illucens). Hal ini menunjukan bahwa semakin bertambah umur panen maggot, maka kecepatan pertumbuhan maggot semakin menurun.
��������� Perbedaan
ini disebabkan oleh beberapa
faktor utama yakni siklus hidup,
laju metabolisme, makanan. Ketersediaan dan kualitas media menjadi salah satu faktor mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan
maggot. Seiring bertambahnya� umur,
akan mempengaruhi nutrisi pada media berkurang. Hal
ini terjadi karena pada fase awal laju metabolisme
dan pembelahan sel sangat cepat, karena maggot pada fase ini� sangat aktif dalam mengkonsumsi pakan dan menggunakan nutrisi
media tersebut untuk pertumbuhan
dan perkembangan yang cepat.
Hal ini didukung oleh (Diener
et al., 2011), yaitu
larva BSF aktif memakan yaitu sampai umur
14 hari. Ketika maggot memasuki
fase prapupa metabolisme� berubah.
Maggot menghabisakan lebih sedikit energi untuk pertumbuhan fisik dan lebih banyak energi
untuk mempersiapakan diri
untuk tahap selanjutnya, karena pada fase ini juga maggot tidak aktif lagi dalam mengkonsumsi pakan seperti pada tahap awal, ini
akan menyebabkan semakin bertambah umur kecepatan pertumbuhan maggot berkurang. Hal
ini sesuai pernyataan (Noer
et al., 2023) (, fase
prapupa sampai lalat dewasa yang berlangsung selama 6 hari, BSF tidak aktif lagi makan dan memanfaatkan cadangan lemak sebagai sumber energi dan akan bermigrasi
0,862 1,134 1,618 2,942 7,148
Gambar 1. Grafik rata-rata produksi maggot (Hermetia
illucens)
Berdasarkan uraian pada grafik
di atas dapat diketahui bahwa semakin bertambah umur panen maggot, maka
kecepatan pertumbuhan maggot (Hermetia illucens) semakin menurun. Hal
ini disebabkan oleh� ketika fase awal,
maggot membutuhkan banyak makanan untuk tumbuh dengan cepat. Namun, seiring
bertambahnya umur dan ukuran, sumber makanan di dalam lingkungan atau wadah
tempat mereka hidup berkurang yang akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan
menurun. Selain itu, maggot yang lebih tua atau memasuki fase pupa mengalami
penurunan dalam tingkat metabolisme, karena kebutuhan energi maggot menurun
seiring dengan berkurangnya� kebutuhan
untuk pertumbuhan aktif. Kecepatan
pertumbuhan paling tinggi terjadi pada usia hari ke 1 menuju hari ke-14. Hal ini dikarenakan maggot mulai memakan lingkungannya segera setelah menetas, tingkat pertumbuhannya cukup tinggi hingga hari
ke-8 (Wahyuni
et al., 2021). Pertumbuhan
maggot pada hari ke-14 menuju
20 tidak sepesat pada hari ke-1 menuju 14, usia hari ke-14 dan 20 tidak bertambah signifikan. Hal ini disebabkan sudah memasuki fase persiapan untuk metamorfosis maggot menjadi
pupa, maggot tidak aktif
makan, maggot mulai memperdalam
dan menjadi coklat. Hari
18-21 merupakan tahap
prepupa (Wahyuni
et al., 2021)
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian umur panen larva lalat
tentara hitam yang di pelihara pada media yang mengandung tepung daun kelor dan
lamtoro terhadap panjang, berat dan kecepatan pertumbuhan maggot, disimpulkan
bahwa umur mempengaruhi panjang, berat dan kecepatan pertumbuhan maggot.
DAFTAR PUSTAKA
Aini,
N., Wijonarko, G., & Sustriawan, B. (2016). Sifat fisik, kimia, dan
fungsional tepung jagung yang diproses melalui fermentasi. Agritech, 36(2),
160�169.
Alvarez,
L. (2012). The role of black soldier fly, Hermetia illucens (L.)(Diptera:
Stratiomyidae) in sustainable waste management in Northern Climates.
Awaludin,
A., Hadist, I., Royani, M., & Herawati, E. (2022). Pengaruh Umur Panen
Terhadap Produksi Maggot BSF (Black Soldier Fly). JANHUS Jurnal Ilmu
Peternakan Journal of Animal Husbandry Science, 6(2), 85�93.
Choi,
M. J., Torralba, A., & Willsky, A. S. (2012). Context models and
out-of-context objects. Pattern Recognition Letters, 33(7),
853�862.
Diener,
S., Studt Solano, N. M., Roa Guti�rrez, F., Zurbr�gg, C., & Tockner, K.
(2011). Biological treatment of municipal organic waste using black soldier fly
larvae. Waste and Biomass Valorization, 2, 357�363.
Fahmi,
M. R., Hem, S., & Subamia, I. W. (2007). Potensi maggot sebagai salah satu
sumber protein pakan ikan. Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar, Depok.
Fahmi,
M. R., Hem, S., & Subamia, I. W. (2016). Potensi maggot untuk peningkatan
pertumbuhan dan status kesehatan ikan. Jurnal Riset Akuakultur, 4(2),
221�232.
Fauzi,
R. U. A., & Sari, E. R. N. (2018). Analisis usaha budidaya maggot sebagai
alternatif pakan lele. Industria: Jurnal Teknologi Dan Manajemen
Agroindustri, 7(1), 39�46.
Gobbi,
P., Martinez-Sanchez, A., & Rojo, S. (2013). The effects of larval diet on
adult life-history traits of the black soldier fly, Hermetia illucens (Diptera:
Stratiomyidae). European Journal of Entomology, 110(3), 461.
Holmes,
L. A., Vanlaerhoven, S. L., & Tomberlin, J. K. (2012). Relative humidity
effects on the life history of Hermetia illucens (Diptera: Stratiomyidae). Environmental
Entomology, 41(4), 971�978.
Jucker,
C., Lupi, D., Moore, C. D., Leonardi, M. G., & Savoldelli, S. (2020).
Nutrient recapture from insect farm waste: bioconversion with Hermetia illucens
(L.)(Diptera: Stratiomyidae). Sustainability, 12(1), 362.
Katayane,
F. A., Bagau, B., Wolayan, F. R., & Imbar, M. R. (2014). Produksi dan
kandungan protein maggot (Hermetia illucens) dengan menggunakan media tumbuh
berbeda. Zootec, 34, 27�36.
Macchiusi,
F., & Baker, R. L. (1992). Effects of predators and food availability on
activity and growth of Chironomus tentans (Chironomidae: Diptera). Freshwater
Biology, 28(2), 207�216.
Mangunwardoyo,
W., Aulia, A., & Hem, S. (2011). Penggunaan bungkil inti kelapa sawit hasil
biokonversi sebagai substrat pertumbuhan larva Hermetia illucens L (maggot). Biota:
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, 166�172.
Murni,
R., Suparjo, A., & BL, G. (2008). Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan
ternak. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi,
Jambi.
Noer,
Z., Nainggolan, I., Banurea, R., & Nasruddin, M. N. (2023). Black Soldier
Fly Maggot Drying Technology to Enhance Livestock Feed Production in Bekiung
Village, Kuala Subdistrict, Langkat District. ABDIMAS TALENTA: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 8(2), 700�707.
Pranata,
A. (2010). Laju pertumbuhan populasi Branchioumus plicatilis pada media pupuk
urea dan pupuk TSP serta penambahan beberapa bahan organik lain. Skripsi.
Universitas Sumatra Utara. Medan (Tidak Dipublikasikan).
Rodiana,
R., Rohayati, T., & Herawati, E. (2021). PENGARUH UMUR PANEN TERHADAP
KANDUNGAN BAHAN KERING BAHAN ORGANIK DAN ABU PADA MAGGOT Hermetia illucens. JANHUS
Jurnal Ilmu Peternakan Journal of Animal Husbandry Science, 5(2),
152�161.
Sona,
K., Oematan, G., Dato, T. D., & Mullik, M. L. (2023). Pengaruh Level
Campuran Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Daun Kelor (Moringa oleifera)
Terhadap Berat, Ukuran dan Kandungan Nutrisi Maggot Lalat Tentara Hitam
(Hermetia illucens). Animal Agricultura, 1(1), 1�12.
Syahrizal,
S., Ediwarman, E., & Ridwan, M. (2017). Kombinasi Limbah Kelapa Sawit
Danampas Tahu Sebagai Media Budidaya Maggot (Hermetia illucens) Salah Satu
Alternatip Pakan Ikan. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 14(4),
108�113.
Tomberlin,
J. K., Sheppard, D. C., & Joyce, J. A. (2002). Selected life-history traits
of black soldier flies (Diptera: Stratiomyidae) reared on three artificial
diets. Annals of the Entomological Society of America, 95(3),
379�386.
Wahyuni,
R. K., Dewi, F. A., & RC, F. (2021). Maggot BSF kualitas fisik dan
kimianya. Litbang Pemas Unisla.
Yam�ogo,
C. W., Bengaly, M. D., Savadogo, A., Nikiema, P. A., & Traore, S. A.
(2011). Determination of chemical composition and nutritional values of Moringa
oleifera leaves. Pakistan Journal of Nutrition, 10(3), 264�268.
Yessirita,
N. (2016). Pengaruh Fermentasi Tepung Daun Lamtoro (Leucaena Leucocephala)
Dengan Bacillus Laterosporus Terhadap Energi Metabolisme, Kecernaan Serat Kasar
Dan Retensi Nitrogen Pada Broiler. Jurnal BiBieT, 1(1), 1�8.