Pengaruh Stress Kerja, Kompensasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
Dokter : Studi Kasus di RSUD �Dr. Soeroto
Ngawi
� The Influence of Job Stress, Compensation and Job
Satisfaction on Doctors' Performance: Case Study at Dr. Soeroto
Ngawi Regional Hospital
Sofia Tresia
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Muhammadiyah Riau, Indonesia
E-mail: [email protected]
*Correspondence: Sofia Tresia
DOI: 10.59141/comserva.v4i4.1418 |
ABSTRAK Kinerja yang menjadi fokus utama dalam mengelola sumber daya manusia
oleh perusahaan dalam hal ini rumah sakit berusaha untuk itu mendorong
kinerja untuk mencapai tingkat terbaik sehingga rumah sakit mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dalam rencana strategis. Tujuan penelitian adalah untuk
menganalisis pengaruh stress kerja, kompensasi dan kepuasan kerja terhadap
kineraj. Model yang digunakan untuk menguji penerimaan teknologi adalah teori
Quality of work. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
desain penelitian explanatoris causalitas. Tenik pengambilan data dengan
kuesioner dan diuji menggunakan regresi berganda. Berdasarkan hasil
penelitian diatas dapat dirangkum bahwa temuan pada penelitian ini adalah
sejalan dengan teori Quality of work dengan variabel stress kerja, kompensasi
dan kepuasan kerja terhadap kinerja baik secara simultan. Selain itu, secara
parsial stress kerja dan kompensasi tidak berpengaruh terhadap kinerja.
Penelitian ini membantu manajemen rumah sakit dalam mengembangkan sistem
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya dokter dalam
kesehatan mental seperti halnya regulasi sehingga dapat meningkatkan kualitas
kerja dokter itu sendiri dan mereduksi tingkat sress
dalam bekerja. Kata kunci: Kinerja, stress kerja, kompensasi, kepuasan
kerja. |
ABSTRACT
Performance is the
main focus in managing human resources by the company in this case the hospital
trying to encourage performance to achieve the best level so that the hospital
achieves the goals set in the strategic plan. The purpose of the study was to
analyze the effect of work stress, compensation and job satisfaction on
performance. The model used to test technology acceptance is the Quality of
work theory. This study uses a quantitative approach with an explanatory
causality research design. Data collection techniques with questionnaires and
tested using multiple regression. Based on the results of the study above, it
can be summarized that the findings in this study are in line with the Quality
of work theory with variables of work stress, compensation and job satisfaction
on performance both simultaneously. In addition, partially work stress and
compensation do not affect performance. This study helps hospital management in
developing a system to improve the quality of human resources, especially doctors
in mental health such as regulations so that it can improve the quality of the
doctor's work itself and reduce the level of stress at work.
Keywords:
Performance,
job stress, compensation, job satisfaction.
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan sebuah organisasi yang menjual jasa pelayanan
kesehatan yang outcome kinerjanya
dapat diukur dari tingkat kepuasan pasien. Kinerja yang menjadi fokus utama
dalam mengelola sumber daya manusia oleh perusahaan dalam hal ini rumah sakit
berusaha untuk itu mendorong kinerja untuk mencapai tingkat terbaik sehingga
rumah sakit mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana strategis yang
5 tahun dibuat (Darda et al., 2022).
Kinerja didefinisikan sebagai kemahiran dari seorang individu dalam
melakukan tugas substantif atau inti dari pekerjaannya (Utomo et al., 2024). Namun
konteks yang dikatakan mahir adalah selain dapat melakukan inti pekerjaannya
juga tercermin dari perilaku kerja dalam organisasi yang
hasil akhirnya tercermin dalam kepuasan dalam bekerja. Kinerja karyawan
merupakan salah satu aspek penting yang menjadi penentu keberhasilan sebuah
organisasi, terlebih pada hubungan antara dokter dan pasien kinerja adalah akar
dari multidimensi (Indah Naryanti et al., 2023). Organisasi
yang memiliki karyawan dengan kemampuan dan kemauan yang tinggi untuk dapat
menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya akan memiliki daya saing
yang lebih unggul serta kesempatan yang lebih besar untuk dapat mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan (Sihite & Saleh, 2019).
Kinerja sebagai elemen kunci keberlangsungan jangka panjang sebuah
organisasi yang dalam penelitian ini adalah rumah sakit harus memiliki
indikator kinerja yang dapat diukur sehingga menciptakan bukti bahwa
keberlangsungan tersebut membutuhkan kinerja yang baik dari seluruh aspek didalam organisasi tersebut (Bienkowska et al., 2021). Indikator
yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja seorang karyawan menurut Purnomo (2019) meliputi
beberapa aspek, antara lain: (a) Kualitas kerja (Quality
of work), yang dipengaruhi
oleh faktor-faktor seperti pekerjaan yang menarik, upah yang baik, keamanan dan
perlindungan dalam pekerjaan, penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan,
lingkungan kerja yang baik, peluang promosi dan pengembangan diri, keterlibatan
dalam kegiatan organisasi, kepemimpinan yang baik, serta disiplin kerja yang
tinggi; (b) Ketepatan waktu (Promptness), yang
merupakan faktor penting dalam penyelesaian tugas-tugas, di mana penyelesaian
pekerjaan dalam waktu yang singkat seringkali identik
dengan efektivitas dan efisiensi karyawan; (c) Inisiatif (Initiative),
yaitu dorongan dari karyawan untuk melaksanakan pekerjaan tanpa diperintah oleh
atasan, di mana inisiatif yang baik dari karyawan akan menciptakan kinerja yang
optimal; (d) Kapabilitas (Capability), yang
menunjukkan kekuatan karyawan dalam hal kemampuan, membuatnya relatif unggul
dibandingkan dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu; dan
(e) Komunikasi (Communication), yang memerlukan
aturan dalam penyampaian informasi agar proses komunikasi berjalan maksimal,
dengan tujuan memanfaatkan informasi untuk kepentingan organisasi dan
meningkatkan efisiensi dalam pencapaian tujuan.
Dalam teorinya, Adinugroho
(2019)
mendefinisikan stres kerja sebagai suatu kondisi yang mempengaruhi emosi,
proses pikiran, dan kondisi fisik seseorang Sementara, Dhika (2020)
mendefinisikan stress sebagai tanggapan, baik fisik
maupun psikis, terhadap stressor. Stressor merupakan suatu kejadian yang
menuntut/meminta suatu tindakan dari seorang individu. Menurut teori
kesejahteraan psikologis yang dikemukakan oleh Damayanti (2024) stress kerja dapat memiliki konsekuensi serius bagi pemberi
kerja, memimpin untuk pergantian tinggi, absen, pemogokan, penurunan
produktivitas dan semangat rendah yang dalam hal ini adalah kinerja itu
sendiri.
Indikator stres kerja menurut Aritonang (2023) meliputi
beberapa faktor, yaitu: (a) Faktor intrinsik pekerjaan, yang mencakup tuntutan
tugas, tekanan waktu karena deadline pekerjaan, dan
kebutuhan untuk mengambil terlalu banyak keputusan; (b) Peran dalam organisasi,
yang mencakup ketidakpastian dan kurangnya informasi tentang peran pekerjaan,
harapan dalam pekerjaan, serta tanggung jawab dalam pekerjaan; (c) Hubungan di
tempat kerja, yang mencakup hubungan dengan atasan dan hubungan dengan rekan
kerja; (d) Pengembangan karir, yang mencakup
kurangnya keamanan kerja, seperti ketakutan akan tidak dipakai lagi atau
pensiun dini, serta ketidakcocokan status, misalnya promosi yang berlebihan,
promosi yang kurang, dan frustrasi karena mengejar karir
yang lebih tinggi; dan (e) Struktur dan iklim organisasi, yang mencakup
kesempatan lebih besar untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Salah satu tujuan utama dari bekerja adalah untuk mendapatkan imbalan
yang sesuai dengan pengorbanan yang diberikan. Istilah imbalan dalam dunia
kerja formal umumnya disebut dengan kompensasi, yang dapat dimaknai sebagai
pengganti pengorbanan yang diberikan karyawan untuk berkontribusi dalam
mencapai tujuan organisasi. Menurut Putra (2018), kompensasi
karyawan adalah semua bentuk pembayaran atau hadiah yang diberikan kepada
karyawan dan muncul dari pekerjaan mereka. Pada dasarnya ada dua cara untuk
melakukan pembayaran keuangan kepada karyawan, yaitu pembayaran secara langsung
dan pembayaran tidak langsung.
Menurut Siagian (2023), tujuan dari
perancangan program kompensasi dibagi menjadi dua, yaitu bentuk kompensasi
langsung dan tidak langsung. Kompensasi langsung memiliki berkaitan dengan
aspek upah dan/atau gaji, sedangkan kompensasi tidak langsung adalah
tambahannya manfaat yang dinikmati seorang pekerja sebagai hasil dari bekerja
dalam suatu organisasi. Mengintegrasikan dua menjadi satu paket yang akan
mendorong tercapainya suatu tujuan organisasi adalah apa kompensasi adalah
semua tentang.
Dimensi dan indikator kompensasi sesuai dengan yang ada di peraturan dan
dalam bentuk gaji, bonus, upah, hal tersebut dalam kompensasi finansial. namun
dalam non finansialnya asuransi, tunjangan- tunjangan dan sebagainya. Setiap
perusahaan memiliki indikator yang berbeda-beda dalam proses pemberian
kompensasi untuk karyawan. Terdapat dua dimensi kompensasi yang dikemukakan
oleh Madelina (2020), yaitu: (a)
Kompensasi finansial langsung, yang terdiri dari beberapa elemen, antara lain:
(1) Gaji, yaitu balas jasa berupa uang yang diterima karyawan sebagai
konsekuensi dari posisinya dan kontribusinya dalam mencapai tujuan perusahaan,
atau sebagai bayaran tetap yang diterima dari keanggotaannya dalam perusahaan;
(2) Bonus, yaitu pembayaran sekaligus yang diberikan karena karyawan memenuhi
sasaran kinerja atau sebagai balas jasa atas hasil pekerjaan yang melebihi
target; (3) Insentif, yaitu imbalan langsung yang dibayarkan kepada karyawan
karena kinerjanya melebihi standar yang ditentukan. Insentif ini merupakan
bentuk kompensasi berdasarkan kinerja (pay for performance plan) di luar
upah dan gaji tetap. (b) Kompensasi finansial tidak langsung (fringe benefit), yaitu kompensasi
tambahan yang diberikan berdasarkan kebijakan perusahaan untuk meningkatkan
kesejahteraan karyawan. Contoh kompensasi ini meliputi fasilitas seperti
asuransi, tunjangan, uang pensiun, dan lain-lain.
Pelaksanaan setiap jenis pekerjaan memiliki tantangan dan kesulitan yang
berbeda- beda. Selain sebagai sebuah keharusan bagi karyawan untuk mampu
melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standar yang ditetapkan organisasi,
terkadang terdapat juga motif lain yang mendasari pelaksanaan pekerjaan oleh
karyawan, yaitu untuk memperoleh kepuasan kerja. Menurut Suwandi (2021) kepuasan
kerja adalah suatu efektifitas atau respons emosional terhadap berbagai aspek
pekerjaan. Rahayu (2020)
mendeskripsikan kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang
menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Menurut Robbins
(2003) kepuasan
kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan
antara jumlah penghargaan yag diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini
seharusnya mereka terima.
Menurut Luthans (1998), terdapat
beberapa dimensi kepuasan kerja yang dapat digunakan untuk mengungkapkan
karakteristik penting mengenai pekerjaan, yang dapat mempengaruhi respons
seseorang. Dimensi-dimensi tersebut meliputi: (a) Pekerjaan itu sendiri (Work Itself), yaitu setiap
pekerjaan memerlukan keterampilan tertentu sesuai bidangnya, di mana tingkat
kesulitan pekerjaan dan perasaan bahwa keahliannya dibutuhkan dapat
meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja; (b) Atasan (Supervision),
di mana atasan yang baik adalah atasan yang menghargai pekerjaan bawahannya,
dan dapat dianggap sebagai figur yang mendukung seperti ayah, ibu, atau teman;
(c) Teman sekerja (Workers), yaitu faktor yang
berkaitan dengan hubungan antara pegawai dengan atasan serta sesama pegawai,
baik yang memiliki pekerjaan serupa maupun berbeda; (d) Promosi (Promotion), yang merupakan faktor terkait adanya kesempatan
untuk peningkatan karir selama bekerja; dan (e)
Gaji/Upah (Pay), yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup pegawai dan
dianggap layak atau tidaknya gaji tersebut.
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Soeroto Ngawi yang beralamat di Jl.
Dr. Wahidin no. 27 Kabupaten Ngawi, dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 277
tempat tidur, terdiri dari 191 tempat tidur Kelas dan 86 tempat tidur Non
Kelas. Sedangkan tempat tidur non rawat inap sebanyak 49 tempat tidur serta
dengan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki RSUD Dr. Soeroto Kabupaten Ngawi
selama tahun 2022 sebanyak 737 orang dengan rincian 486 orang tenaga kesehatan,
239 tenaga umum dan 12 orang tenaga struktural. Secara status kepegawaian
terdiri dari 444 berstatus ASN (PNS dan PPPK) dan 293 Non ASN (BLUD dan
Kontrak)
METODE
��������������������������������������������������������������������� H1
Stress Kerja H2 H3 Kinerja Kompensasi H4 Kepuasan Kerja
Gambar 1. Konstelasi Penelitian
����������������� Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian adalah
eksplanatoris kausalitas. Penelitian ini menggunakan metode survey melalui
pengambilan data dilakukan kepada dokter yang bekerja di RSUD DR. Soeroto Ngawi
sebanyak 63 orang.
Sampel, Besar sampel,
Teknik pengambilansampel
Populasi
dalam penelitian ini adalah dokter umum. Sampel dalam penelitian ini adalah
total populasi yakni seluruh dokter yang bekerja di RSUD Dr. Soeroto Ngawi
yakni 63 orang.
Instrumen penelitian
Kuesioner
data demografi digunakan untuk melihat karateristik responden. Instrumen ini
terdiri atas jenis kelamin, usia, dan pendidikan terakhir
Data
dalam penelitian ini dikumpulkan melalui kuisioner yang dibagikan kepada
responden. Kuisioner penelitian terdiri dari 31 item pertanyaan yang terbagi
dalam empat variabel, yaitu kinerja, stress kerjal, kompensasi dan kepuasan
kerja. Kuesioner penelitian disusun dengan cara mengajukan pernyataan tertutup
serta pilihan jawaban untuk disampaikan kepada sampel penelitian dengan
Kuesioner
kinerja digunakan untuk mengukur penilaian kinerja dalam melakukan tugasnya di
rumah sakit. Peneliti memodifikasi instrument perilaku berdasarkan teori dan
penelitian TR Mitchell (1982). Kuesioner stress kerjadigunakan untuk
mengukur berapa tingkatan stress yang muncul akibat kerja. Peneliti
memodifikasi instrument stress kerja berdasarkan teori dan penelitian Robbins (2006). Kuesioner kompensasi
digunakan untuk mengukur berapa besar kompensasi yang didapatkan oleh seorang
karyawan. Peneliti memodifikasi instrument kompensasi berdasarkan teori dan
penelitian Veithzal (2011). Kuesioner kepuasan
kerja digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan kerja seseorang. Peneliti
memodifikasi instrument kepuasan kerja berdasarkan teori dan penelitian Luthans (1998).
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Demografi Data
Karakteristik
responden pada penelitian ini menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin
laki- laki sebanyak 29 orang (54,7%) dan responden dengan jenis kelamin
perempuan sebanyak 24 orang (45,3%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas yang
menjadi reponden berjenis kelamin laki-laki. Mayoritas responden adalah berada
di rentang usia 40 � 50 tahun yaitu sebanyak 55%, disusul oleh rentang usia 30
� 40 tahun sebanyak 30%. Mayoritas responden adalah berada di pendidikan
terakhir pascasarjana yaitu sebanyak 51%. Serta tabel diatas menunjukkan bahwa
mayoritas responden adalah berada di masa kerja oleh 5 � 10 tahun sebanyak 64%.
Uji validitas pada
penelitian diukur dengan menggunakan rumus Product Moment, item
dinyatakan valid apabila nilai rhitung > rtabel atau
nilai Sig. < α (0,05). Berlaku juga sebaliknya item dinyatakan tidak
valid apabila rhitung < rtabel atau nilai Sig.
> α (0,05). Rhitung dan nilai Sig. diperoleh dari
hasil keluaran software SPSS, sedangkan rtabel diperoleh dari
tabel r. Adapun kriteria menentukan besaran nilai rtabel berdasarkan
taraf signifikan 5% dan df = N-2.
Pada penelitian ini
taraf signifikan 5% = 0,05 dan df = N-2 = 53-2 = 51 diperoleh nilai rtabel sebesar 0,270. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa semua item yang ada dapat dianalisis lebih
lanjut karena telah memenuhi kriteria. Uji reliabilitas dalam penelitian ini
menggunakan metode koefisien Cronbach�s Alfa yang merupakan program SPSS
26.0. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh nilai Cronbach�s
Alfa dari setiap variabel di atas 0,6 , maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian tersebut sangat reliabel.
Kemudian setelah
pertanyaan dinyatakan valid dan reliable peneliti melakukan sampling
menggunakan teknik analisis data deskrptif menggunakan Three Box Methode yang
membagi item skor pertanyaan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Peneliti
menganalisa dengan analisis deskriptif yang mana teknik analisis ini
mendapatkan gambaran mengenai jawaban responden mengenai variabel � variabel
penelitian yang digunakan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan Teknik
Analisis Indeks. Berdasarkan rata rata indeks skor Three Box Methode maka
didapatkan skor rata rata dari masing masing variabel adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Matriks Tanggapan Responden Berdasarkan Three
Box Method
No. |
Variabel |
|
Kategori |
|
Perilaku |
Rendah |
Sedang |
Tinggi |
|||
1. |
Stress kerja |
|
� |
|
Kurang dalam manajemen stress |
2. |
Kompensasi |
|
� |
|
Kurang dalam pemberian kompensasi |
3. |
Kepuasan kerja |
|
|
� |
Cukup Puas |
4. |
Kinerja |
|
|
� |
Cukup kinerja |
Pengujian hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi berganda
dimana uji statistik F dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen atau bebas yang ada di model secara bersamasama terhadap
variabel dependen atau terikat. Ketentuan dalam uji F yaitu apabila nilai Sig.
< 0,05 maka terdapat pengaruh variabel independen secara simultan terhadap
variabel dependen. Berikut uji statistik F.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji Secara Bersama
Model |
Sum of Squares |
Df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
525.028 |
3 |
175.009 |
7.608 |
.000b |
Residual |
1127.161 |
49 |
23.003 |
|
|
|
Total |
1652.189 |
52 |
|
|
|
a. Dependent Variable : (Y)
b. Predictors : (Constant),
X3,X2,X1
Diperoleh hasil uji
statistik F memiliki nilai Sig. sebesar 0,000. Hal ini bermakna nilai Sig.
(0,000) < 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa Variabel Stress Kerja (X1),
Variabel Kompensasi (X2), Variabel Kepuasan Kejra (X3) berpengaruh signifikan
terhadap Variabel Kinerja (Y) secara simultan.
Uji statistik T
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen atau
bebas yang ada di model secara individual terhadap variabel dependen atau
terikat. Dalam uji T berlaku ketentuan sebagai berikut:
a.
Apabila nilai Sig. < 0,05 maka variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen secara parsial.
b.
Apabila nilai Sig. > 0,05 maka variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen secara parsial.
Berikut hasil uji
statistik T.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Determinan
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
Collinearity |
Statistics |
|
B |
Std.Error |
Beta |
Tolerance |
VIF |
|||
(Constant) |
23.222 |
6.741 |
|
3.445 |
.001 |
|
|
X1 |
.156 |
.300 |
.062 |
.520 |
.605 |
.968 |
1.033 |
X2 |
.371 |
.363 |
.160 |
1.021 |
.312 |
.566 |
1.766 |
X3 |
1.319 |
.466 |
.439 |
2.830 |
.007 |
.580 |
1.725 |
Berdasarkan
keluaran SPSS tersebut, hasil analisa uji statistik T dijabarkan sebagai
berikut:
1.
Variabel Stress Kerja (X1) memiliki nilai Sig. (0,605) > 0,05. Hal
ini bermakna bahwa Variabel Stress Kerja (X1) tidak berpengaruh signifikan
terhadap Variabel Kinerja (Y) secara parsial.
2.
Variabel Kompensasi (X2) memiliki nilai Sig. (0,312) > 0,05. Hal ini
bermakna bahwa Variabel Kompensasi (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap
Variabel Kinerja (Y) secara parsial.
3.
Variabel Kepuasan Kerja (X3) memiliki nilai Sig. (0,007) < 0,05. Hal
ini bermakna bahwa Variabel Kepuasan Kerja (X3) berpengaruh signifikan terhadap
Variabel Kinerja (Y) secara parsial.
Stress kerja, kompensasi dan kepuasan kerja
berpengaruh secara simultan terhadap kinerja
Hasil penelitian
menunjukan stress kerja, kompensasi dan kepuasan kerja berpengaruh secara
simultan terhadap kinerja. Hal ini dibuktikan dengan hasil statistik tingkat
signifikansi 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa stress kerja, kompensasi dan
kepuasan bekerja apabila dilakukan secara bersama akan mempunyai pengaruh yang
besar bagi kinerja seseorang. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Budiasa (2021) yang menyatakan bahwa semakin seseorang memiliki kepuasan dalam
bekerja, kompensasi dan cukup dan lingkungan kerja yang meminimalkan timbulnya
stress kerja maka kinerja seseorang akan meningkat.
Penelitian ini
relevan dengan hasil yang dilakukan oleh Park tahun 2007 dimana semakin stress
seseorang dalam pekerjaan yang bisa disebabkan oleh pekerjaan itu sendiri
maupun lingkungan kerja serta kompensasi yang tidak memenuhi kebutuhan dapat
berdampak pada kinerja seseorang. Sama dengan halnya penelitian yang dilakukan Akter (2016) yang menunjukkan bahwa strategi yang tepat dan skema kompensasi
berdasarkan kebijakan dapat meningkatkan kepuasaan kerja yang berdampak positif
terhadap kinerja pekerjaan karyawan.
Stress kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja
Hasil penelitian
menunjukan stress kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Hal ini
dibuktikan dengan hasil statistik dimana tingkat signifikansi 0.605. Hal ini
menunjukkan bahwa para dokter mempunyai persepsi atau pemikiran bahwa stress
kerja tidak memiliki dampak terhadap kinerja mereka sendiri. Hal ini
bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh Aniversari
(2022) yang menyatakan bahwa semakin tinggi stress kerja yang dirasakan
seseorang maka semakin berdampak pada kinerja karyawan itu sendiri.
Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2017) dan Asrofi (2022) yang menyatakan bahwa stress kerja mempunyai
efek yang negative terhadap performa kinerja yang khususnya lebih ditekankan
kepada kinerja dokter seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah (2017). Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sanjaya (2021) dimana menyatakan bahwa stress kerja tidak
akan berdampak jika karyawan tersebut dapat mengelola stress dengan baik dengan
dukungan penuh dari tempat kerja.
Kompensasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja
Hasil penelitian
menunjukan kompensasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Hal ini
dibuktikan dengan hasil statistik dimana tingkat signifikansi 0.312. Hal ini
menunjukkan bahwa kompensasi tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja dokter
itu sendiri.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh RO Odunlade tahun 2012 yang menyatakan kompensasi memegang
peranan penting dalam meningkatkan performa kinerja karyawan. Lebih didalami
oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Irene P et al. tahun 2018 yang
mendapatkan bahwa kompensasi menunjukkan hasil yang positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Anton Saman, (2020) yang mendapatkan hasil bahwa kompensasi
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Namun penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yupistha
et.al (2021) yang menyatakan bahwa finansial secara
langsung tidak memilki pengaruh terhadap disiplin dan kinerja seseorang.
Kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap
kinerja
Hasil penelitian
menunjukan kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Hal ini
dibuktikan dengan hasil statistik dimana tingkat signifikansi 0.007. Hal ini
menunjukkan bahwa kepuassan dalam bekerja para dokter meningkatkan kinerja
dokter itu sendiri.
Menurut teori
kepuasan kerja yang dikemukakan oleh Sari (2020) semakin puas seorang karyawan dalam bekerja di mana kepuasan karyawan
bekerja dipengaruh oleh beberapa faktir maka semakin meningkat pula kinerjanya
terhadap organisasi tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Parera, (2019) dan Shafique, (2016) menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh pada kinerja seorang
karyawan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Merridy, 2020
yang menyatakan jika karyawan puas dalam pekerjaannya mereka akan mencapai
level tertinggi dalam perfoma kinerja dan kinerja�� dipengaruhi��
oleh pekerjaan yang berkorelasi dengan attitude
seperti kepuasan (Rahman &
Rahman, 2017).
Temuan Penelitian
Hasil penelitian
saat ini membenarkan teori TR Mitchell bahwa kinerja seseorang dapat
dipengaruhi oleh stress kerja, kompensasi dan kepuasan dalam bekerja secara
bersama-sama. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat dirangkum bahwa temuan
pada penelitian ini adalah stress kerja, kompensasi dan kepuasan kerja
berpengaruh terhadap kinerja secara simultan saja.
Secara parsial
stress kerja dan kompensasi tidak berpengaruh terhadap kinerja. Namun, kepuasan
kerja secara parsial mempengaruhi kinerja seorang karyawan. Hal ini disebabkan
seorang dokter memiliki etika dalam bekerja yang tidak boleh dipengaruhi oleh
kompensasi yang didapat maupun tingkat sress yang ada. Dimana hal ini sudah
dituliskan dalamKode Etik Kedokteran maupun sumpah dokter.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa stress
kerja, kompensasi, dan kepuasan kerja secara simultan mempengaruhi kinerja,
yang berarti ketiga faktor tersebut secara bersama-sama mempengaruhi kinerja
seseorang. Namun, secara individu, stress kerja dan
kompensasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja, yang menunjukkan
bahwa tingkat stress dan kompensasi yang diberikan
oleh organisasi tidak memengaruhi kinerja seseorang. Di sisi lain, kepuasan
kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja, yang berarti semakin
tinggi kepuasan seseorang dalam bekerja, semakin meningkat pula kinerjanya
dalam sebuah organisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Adinugroho,
I. (2019). Pengaruh Faktor Stres dan Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas
Karyawan di Bank BNI KC Mamuju,(Persero) Tbk. Forecasting: Jurnal Ilmiah
Ilmu Manajemen, 1(2), 177�192.
Akter, F.
(2016). Principles of tissue engineering. In Tissue engineering made easy
(pp. 3�16). Elsevier.
Aniversari,
P. (2022). Pengaruh Stress Kerja, Lingkungan Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Karyawan PT Aneka Gas Industri Lampung). REVENUE:
Jurnal Manajemen Bisnis Islam, 3(1), 1�24.
Aritonang,
R. M., Joesyiana, K., & Mulyana, S. (2023). Pengaruh Konflik Kerja dan
Stres Kerja Terhadap Turnover Intention Karyawan Pada PT Suriatama Mahkota
Kencana (Suzuya) di Pekanbaru. SYNERGY: Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 3(2),
39�44.
Asrofi, E.
(2022). Pengaruh Stres Kerja Terhadap Turnover Intention Pegawai Rsud Tengku
Sulung Pulau Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir. Universitas
Islam Riau.
Bienkowska,
K. J., Hanley, C. J., & Thomas, G. J. (2021). Cancer-associated fibroblasts
in oral cancer: a current perspective on function and potential for therapeutic
targeting. Frontiers in Oral Health, 2, 686337.
Budiasa, I.
K. (2021). Beban Kerja dan Kinerja Sumber Daya Manusia. Jawa Tengah: CV.
Pena Persada.
Damayanti,
N., Permatasari, R. I., & Sitio, V. S. S. (2024). Manajemen Sumber Daya
Manusia. Penerbit NEM.
Darda, A.,
Rojikun, A., & Yusuf, Y. (2022). Anteseden Kinerja Pegawai.
Dhika, R.
W. (2020). The Influence of Pressure Level on the Behavioral Risk Level of
Correctional Inmates. Psikologia: Jurnal Psikologi, 5(2), 61�70.
Dwi, K. S.
(2017). Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Perawat di Rawat Inap.
Indah
Naryanti, S. K. M., Anurogo, D., Milah, A. S., KM, S., Putri, N. G. K., Ashari,
A., ST, S., Pratama, R., Farm, S., & Farm, M. (2023). Dasar-Dasar
Manajemen Kesehatan. Lakeisha.
Luthans, F.
(1998). Organizational Behavior, Boston: McGrawHill. Inc.
Luthans,
F., Stajkovic, A., Luthans, B. C., & Luthans, K. (1998). Applying
behavioral management in Eastern Europe. European Management Journal, 16(4),
466�475.
Madelina,
V. (2020). Pengaruh Kompensasi, Pembagian Kerja dan Disiplin terhadap
Kinerja Karyawan pada PT Nusa Rizki Industri di Batam. Prodi Manajemen.
Mitchell,
T. R. (1982). Motivation: New directions for theory, research, and practice. Academy
of Management Review, 7(1), 80�88.
Nurjannah,
R. (2017). Hubungan Manajemen Konflik Dengan Kinerja Petugas Kesehatan di
Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar Tahun 2017. Fakultas Kedoktran Dan Ilmu
Kesehatan. UIN Alauddin Makassar.
Parera, V.,
Ruiz, M. B., & Parera, C. A. (2019). Effect of cold stress at cellular
and foliar level and regrowth capacity of three Cenchrus ciliaris L. cultivars:
Americana, Biloela and Texas 4464. Universidad Nacional de Cuyo.
Purnomo, E.
(2019). Manajemen Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui
Motivasi dan Kinerja Guru di SMK. Ilmu Dan Budaya, 41(62).
Putra, I.
W. S., & Sriathi, A. A. A. (2018). Pengaruh Lingkungan Kerja, Stres Kerja
dan Kompensasi Terhadap Loyalitas Karyawan. E-Jurnal Manajemen Universitas
Udayana. https://doi.org/10.24843/ejmunud.2019.v08.i02.p08
Rahayu, N.,
& Aprianti, K. (2020). Pengaruh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja
karyawan pada PT. Perum Pegadaian Salama Cabang Bima. BRAND Jurnal Ilmiah
Manajemen Pemasaran, 2(2), 184�189.
Rahman, K.
H. U., & Rahman, M. M. (2017). Evaluating the Performance of a Combined
SHS-LHS System.
Robbins, K.
R., Saxton, A. M., & Southern, L. L. (2006). Estimation of nutrient
requirements using broken-line regression analysis. Journal of Animal
Science, 84(suppl_13), E155�E165.
Robbins, P.
S. (2003). Perilaku Organisasi (Edisi Semb). PT Indeks Kelompok
Gramedia.
Saman, A.
(2020). Effect of compensation on employee satisfaction and employee
performance. International Journal of Economics, Business and Accounting
Research (IJEBAR), 4(01).
Sanjaya, B.
(2021). Pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja karyawan dengan dukungan
sosial sebagai variabel moderasi. Jurnal Ilmu Manajemen, 9(3),
886�895.
Sari, W. P.
(2020). Job satisfaction and job performance dalam konteks komunikasi
organisasi. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi Dan Bisnis, 4(1), 29�39.
Shafiq, F.
(2016). A study of parental engagement among Pakistani families. The
University of Manchester (United Kingdom).
Siagian, S.
(2023). Manajemen sumber daya manusia. Yayasan Drestanta Pelita Indonesia.
Sihite, M.,
& Saleh, A. (2019). Peran Kepemimpinan dalam meningkatkan daya saing
perguruan tinggi: tinjauan konseptual. Jurnal Ilmu Manajemen METHONOMIX,
2(1), 29�44.
Suwandi,
S., & Mandahuri, M. (2021). Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan
yang di Mediasi Kepuasan Kerja pada PT ISS Cikarang. Jesya (Jurnal Ekonomi
Dan Ekonomi Syariah), 4(1), 238�247.
Utomo, K.
S., Rivai, H. A., & Syahrul, L. (2024). Pengaruh Beban Kerja dan Disiplinan
Kerja terhadap Kinerja Karyawan dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Mediasi.
Jurnal Informatika Ekonomi Bisnis, 423�432.
Veithzal
Rivai Zainal, E. J. S. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan.
Yupita, Y.,
Hariyadi, A., & Sarjono, S. (2021). Implementasi Pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan Secara E-learning (Zoom Could Meeting) Terhadap
Dampak COVID-19. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 7(3), 901�908.
|
|