Strategi Keberlanjutan Usaha Se�i �Babi Pasca ASF (African Swine Fever) (Studi Kasus Usaha Se�i Babi Baun)
Strategy Sustainability Of Baun�s Smoked Pork Business After ASF (African
Swine Fever) (Case Study Of Baun�s Smoked Pork Business)
1)* Jeni A. Tande, 2)
Maria Krova, 3) Maria R. Deno Ratu, 4)Melkianus
Tiro
1,2,3,4 Universitas Nusa Cendana, Kupang, Indonesia
*Email: 1) [email protected]
*Correspondence: 1) Jeni A. Tande
DOI: 10.59141/comserva.v4i4.1413 |
ABSTRAK Suatu penelitian telah dilakukan untuk
mengetahui strategi keberlanjutan usaha se�i babi pasca ASF (African
Swine Fever). Metode penelitian ini adalah studi mendalam (indepth
study) di usaha se�i babi Baun. Data primer diperoleh menggunakan
teknik observasi dan wawancara sedangkan data sekunder menggunakan teknik
dokumentasi. Data dianalisis menggunakan metode matriks IFE, EFE, SWOT, dan
QSPM. Berdasarkan hasil analisis matriks IFE dan EFE posisi kuadran SWOT
usaha se�i babi Baun berada pada kuadran 1. Rumusan strategi yang
harus diterapkan oleh produsen adalah 1) meningkatkan kuantitas dan
mempertahankan kualitas produk se'i, 2)� meningkatkan prasarana dan sarana yang
mendukung kegiatan usaha, 3) melakukan diversifikasi dan� diferensiasi produk, 4) mempertahankan
konsumen potensial, 5) menerapkan manajemen usaha yang professional, 6)
meningkatkan SDM karyawan melalui pendidikan dan pelatihan, 7) mengikuti
pendidikan dan pelatihan tentang program pengembangan usaha peningkatan
kemampuan manajerial usaha kecil dari pemerintah. Kata kunci: keberlanjutan usaha, se�i babi, strategi, SWOT. |
ABSTRACT
A
research was conducted with an objective to determine sustainability strategy
of smoked pork business called se�i after ASF (African Swine Fever). The research
method applied was in-depth study at Baun�s smoked pork business. Primary data
were obtained based on techniques of observation and direct interview, while
secondary data were obtained based on technique of documentation. The data,
then, were analyzed by applying matrix methods namely IFE, EFE, SWOT, and QSPM.
According to result analysis of matrix IFE and EFE, the SWOT quadrant position
of the Baun�s smoked pork business was on quadrant 1. Further, strategy
formulations that must be applied by the producer were as follow: 1) increasing
quantity and maintaining the smoked product�s quality, 2) improving
infrastructure and supporting facilities, 3) implementing diversification and
differentiation products, 4) retaining potential consumers, 5) implementing
professional business management, 6) improving quality of labor resources
through education and training, 7) participating in government program of
education and training on small business development to increase managerial
capability.
Keywords:
business
sustainability, se�i, smoked pork, strategy, SWOT
PENDAHULUAN
Usaha agroindustri se�i babi
Baun adalah suatu usaha se�i babi yang cukup populer di Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT). Salah satu persoalan yang dihadapi oleh pengusaha agroindustri se�i babi tersebut adalah
ketidakberlanjutan usaha. Pengembangan usaha agroindustri se�i babi dihadapkan pada beberapa faktor, yaitu pasokan input
utama dan persaingan dalam usaha agroindustri se�i babi. Pasokan input utama usaha agroindustri se�i babi adalah daging babi yang
bersumber dari ternak babi (Jehemat & Pt, 2020).
Pada akhir tahun 2019 hingga awal tahun 2021, banyak ternak babi yang
mati di daratan Timor karena terserang virus ASF (African Swine Fever). Berdasarkan data BPS NTT tahun 2020 diketahui
bahwa jumlah ternak babi yang mati diakibatkan oleh penularan virus ASF
mencapai � 500.000 ekor atau 18% dari total populasi ternak babi di NTT
sebanyak 2.694.380 ekor. Kondisi ini menyebabkan pasokan ternak babi berkurang.
Pasokan ternak babi yang berkurang
akan mempengaruhi harga ternak babi yang semakin meningkat. Peningkatan harga
ternak babi harus diantisipasi oleh pengusaha agroindustri se�i babi. Hal ini karena dalam keadaan demikian hanya pengusaha
agroindustri se'i babi dengan
struktur biaya tertentu saja yang mampu bertahan (Laynurak, 2022).
Selain pasokan ternak babi yang berkurang akibat serangan ASF,
permasalahan lain yang dihadapi pengusaha agroindustri se�i babi di Baun adalah munculnya persaingan. Padatnya persaingan
disebabkan oleh adanya usaha serupa yang berkembang di Kota Kupang dan
Kabupaten Kupang. Oleh karena itu, pengusaha harus mencari pelanggan yang
banyak dan melakukan spesifikasi atau diferensiasi produk untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan lokal sehingga pengusaha harus kreatif dalam memasarkan
produknya.
Kondisi ini mengharuskan pengusaha untuk memiliki strategi dalam
mempertahankan usaha yang dijalankannya. Banyak cara yang diterapkan antara
lain produsen harus tetap mempertahankan kekhasan produk usaha agroindustri se�i babi Baun agar dapat meningkatkan
permintaan konsumen. Upaya ini penting terkait produk yang dihasilkan harus
segera terserap pasar. Penerapan strategi ini menuntut pengusaha untuk
mengelola usaha agroindustri se�i babi
Baun selama ini sehingga tetap bertahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui strategi keberlanjutan usaha se�i
babi Baun pasca ASF (African Swine
Fever).
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada usaha
agroindustri se�i babi Baun milik
Bapak Gasper Tiran yang terletak di Kelurahan Teun Baun Kecamatan Amarasi Barat
Kabupaten Kupang, pengumpulan data selama satu bulan� yakni bulan Juli � Agustus 2023.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini
berdasarkan sifatnya terdiri atas data kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan
sumbernya, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan
data sekunder.
Metode Penentuan Contoh
Responden utama adalah pengusaha agroindustri se�i babi Baun. Unsur yang terkait
dengan analisis SWOT� adalah suatu metode
yang berisi strategi untuk mngevaluasi kekuatan (Strength), peluang (Opportunity),
kelemahan (Weakness), dan ancaman (Threats) maka dibutuhkan penilaian dari
konsumen. Oleh karena itu, 90 konsumen
se�i babi Baun telah diambil secara accidental
dari semua konsumen yang mengunjungi usaha se�i babi Baun selama masa penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi mendalam (in depth study). Data
yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data��� sekunder.
Metode Analisis Data
Data yang terkumpul selanjutnya ditabulasi dan
dianalisis dengan menggunakan analisis Analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan
untuk mengetahui strategi keberlanjutan usaha Agroindustri se�i babi Baun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Konsumen
Karakteristik
konsumen� yang mengkonsumsi produk usaha se�i
babi Baun dalam penelitian ini meliputi enam aspek, yakni pendidikan,
pekerjaan, pendapatan. Keempat aspek tersebut diuraikan sebagai berikut.
Tingkat Pendidikan Konsumen
Tingkat pendidikan
secara tidak langsung mempengaruhi pola konsumsi seseorang, baik dari segi
jenis makanan, kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi, serta pengaruh
makanan tersebut terhadap tingkat kesehatan mereka. Data pada Tabel 1
menunjukkan bahwa pendidikan formal konsumen sangat bervariasi mulai dari
Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT). Pendidikan konsumen didominasi
oleh konsumen berpendidikan tinggi yang mencapai 87,8% terdiri dari konsumen
yang pernah mengenyam pendidikan hingga Perguruan Tinggi sebanyak 70% dan SMA
sebanyak 17,8%. Di lain pihak, konsumen yang berpendidikan relatif rendah (SD �
SMP) hanya mencapai 12,3%.
Tabel 1. Karakteristik
konsumen berdasarkan tingkat pendidikan
Pendidikan |
Jumlah (orang) |
Persentase (%) |
SD |
5 |
5,6 |
SMP |
6 |
6,7 |
SMA |
16 |
17,8 |
Perguruan Tinggi |
63 |
70,0 |
Total |
90 |
100 |
Sumber: Data primer
(diolah), 2023.
Deskripsi pada
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen mempunyai pengetahuan yang
cukup dan mampu untuk mengambil keputusan pembelian se�i babi Baun.
Keadaan ini sesuai dengan pendapat Roejito (1988) yang menegaskan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan
tentang gizi dan makanan yang akan dikonsumsinya.
Jenis Pekerjaan Konsumen
Pola konsumsi
seseorang dipengaruhi oleh pekerjaannya (Kotler &
Amstrong, 2010). Karakteristik konsumen
berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik
konsumen berdasarkan pekerjaan
|
Pekerjaan |
Jumlah |
Persentase (%) |
|
Petani/Peternak |
0 |
0 |
|
PNS |
35 |
38,9 |
|
Karyawan Swasta |
52 |
57,8 |
|
Pedagang |
3 |
3,3 |
|
Pensiunan |
0 |
0 |
|
Total |
90 |
100 |
Sumber: Data primer
(diolah), 2023.
Tabel 2 menunjukkan
bahwa berdasarkan pada jenis pekerjaannya, konsumen yang mengkonsumsi produk
usaha se�i babi Baun didominasi oleh karyawan swasta sebesar 57,8%,
diikuti PNS sebesar 38,9%, dan terendah adalah pedagang sebesar 3,3%. Hal ini
menunjukkan bahwa usaha agroindustri se�i babi Baun termasuk usaha yang
sangat potensial karena konsumennya didominasi responden yang bekerja sebagai
karyawan swasta dan PNS.
Pendapatan Konsumen
Pendapatan adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian. Karakteristik konsumen
berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3
diketahui pula bahwa konsumen yang paling banyak mengkonsumsi produk usaha se�i
babi Baun adalah konsumen yang mempunyai pendapatan Rp. >Rp 5.000.000,-
41,11%. dan terendah adalah konsumen yang berpendapat sebesar 1.000.000,-/bulan
� Rp.3.000.000,-/bulan sebesar 26,67%. Hal ini menunjukan bahwa konsumsi produk
usaha se�i babi Baun berkaitan erat dengan pendapatan, dimana untuk
konsumen yang berpendapatan Rp. >Rp 5.000.000,- 41,11% yang mendominasi
konsumsi produk usaha se�i babi Baun.
Tabel 3. Karakteristik
konsumen berdasarkan pendapatan
Pendapatan (Rp) |
Jumlah (orang) |
Persentase (%) |
�1.000.000-3.000.000 |
24 |
26,67 |
�3.000.000-5000.000 |
29 |
32,22 |
�>5.000.000 |
37 |
41,11 |
�Total |
90 |
100 |
Sumber: Data primer
(diolah), 2023.
Analisis Matrik IFE (Internal Faktor Evaluation).
Analisis matriks
IFE (Internal Factor Evaluation) dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis
Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
No |
������������������� Faktor Stategi Internal |
Bobot |
Bobot |
Rating |
Skor |
|
Kekuatan (Strenghts ) |
|
relatif |
|
|
1 |
Cita rasa produk kuliner yang lezat |
5 |
0,1190 |
4,88 |
0,581 |
2 |
Harganya cukup relatif murah |
5 |
0,1190 |
4,7 |
0,56 |
3 |
Cita rasa yang spesial |
5 |
0,1190 |
4,73 |
0,563 |
4 |
Produknya mudah di dapat |
4 |
0,0952 |
4,51 |
0,43 |
5 |
Tidak memerlukan modal yang banyak |
3 |
0,0714 |
4,49 |
0,321 |
|
Total |
|
|
|
2,454 |
|
Kelemahan ( Weaknesses ) |
|
|
|
|
1 |
Tegnologi serta aktivitas produksi yang
rendah |
5 |
0,1190 |
2,01 |
0,239 |
2 |
Manajemen usaha yang masih sederhana |
4 |
0,0952 |
2,06 |
0,196 |
3 |
Kualitas sumber daya manusia yang rendah |
4 |
0,0952 |
2,02 |
0,193 |
4 |
Kapasitas produksi yang masih kurang |
4 |
0,0952 |
2,5 |
0,238 |
5 |
Lokasi usaha kurang memadai |
3 |
0,0714 |
2,87 |
0,205 |
|
Total |
|
|
|
1,071 |
|
Total kekuatan dan kelemahan |
42 |
1 |
|
3,525 |
Sumber: Data primer
(diolah), 2023
Berdasarkan hasil
analisis faktor IFE maka dapat dinyatakan bahwa faktor internal usaha
agroindustri se,i babi Baun berada di atas rata-rata dengan selisih
antara faktor kekuatan dan kelemahan 0,69. Hasil analisis matriks IFE pada
Tabel 4 menunjukkan total skor untuk internal adalah 3,525. (David, 2002) menyatakan bahwa jika total skor
berada di bawah 2,5 maka organisasi tersebut memiliki faktor strategi internal
yang lemah. Hal ini berarti secara internal keberlanjutan usaha agroindustri se�i
babi Baun cukup kuat sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha agroindustri se�i
babi Baun dapat tetap berkelanjutan.
Analisis Matrik EFE (External Faktor Evaluation)
Berdasarkan hasil
analisis faktor EFE dikatakan bahwa faktor eksternal usaha agroindustri se,i
babi Baun berada di atas rata-rata dengan selisih antara faktor peluang dan
ancaman 0,54. (David, 2002) menyatakan bahwa jika total skor berada di bawah 2,5 maka organisasi
tersebut memiliki faktor strategi eksternal yang lemah. Hal ini berarti secara
eksternal usaha agroindustri se�i babi Baun cukup kuat sehingga dapat
disimpulkan bahwa usaha agroindustri se�i babi Baun tetap dapat
berkelanjutan. Analisis matriks EFE External Factor Evaluation) dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Analisis Matriks
EFE (External Factor Evaluation)
No |
���������������������� Faktor Stategi
Eksternal |
Bobot |
Bobot |
Rating |
Skor |
|
PELUANG (OPPORTUNITIES
) |
|
relatif |
|
|
1 |
Ketersediaan
bahan baku yang melimpah |
5 |
0,125000 |
4,8 |
0,6 |
2 |
kebiasaan
konsumen yang berkuliner khas daerah |
4 |
0,100000 |
4,73 |
0,473 |
3 |
Perkembangan
digital marketing |
4 |
0,100000 |
4,7 |
0,47 |
4 |
Diminati sebagian
masyarakat lokal |
4 |
0,100000 |
4,57 |
0,457 |
5 |
Tingginya
loyalitas konsumen terhadap produk |
5 |
0,125000 |
4,51 |
0,564 |
|
Total |
|
|
|
2,564 |
|
Ancaman ( Threats
) |
|
|
|
|
1 |
Biaya
transportasi |
4 |
0,100000 |
3,44 |
0,344 |
2 |
Banyaknya
perkembangan usaha serupa |
5 |
0,125000 |
3,82 |
0,478 |
3 |
Munculnya virus
ASF |
3 |
0,075000 |
3,58 |
0,268 |
4 |
Produk yang mudah
ditiru |
3 |
0,075000 |
3,79 |
0,284 |
5 |
Ketersediaan
produk kuliner yang mampu mensubstitusi |
3 |
0,075000 |
1,56 |
0,117 |
|
Total |
|
|
|
1,491 |
|
Total peluang dan
ancaman |
40 |
1 |
|
4,055 |
Sumber: Data primer
diolah, 2023.
Gambar 1
menjelaskan bahwa usaha agroindustri se�i babi Baun berada pada kuadran
I. Posisi ini merupakan situasi yang menguntungkan di mana usaha agroindustri se�i
babi Baun mempunyai kekuatan dan peluang sehingga mampu meminimalisir
kelemahan dan ancaman yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi
ini menurut (Rangkuti,
2015) adalah strategi agresif
yang mendukung kebijakan pertumbuhan (growth oriented strategy).
T
Gambar 1. Posisi
Usaha Se,i Babi Baun.
Hal ini berarti,
usaha agroindustri se�i babi Baun mempunyai peluang untuk ditingkatkan
dengan memperhatikan seluruh kekuatan yang dimiliki, maka pendekatan formulasi
strategi yang dapat digunakan pada agroindustri se�i babi Baun ialah
strategi SO (Kekuatan-Peluang). Oleh karena itu, strategi ini dapat
dikategorikan sebagai strategi agresif yang menggunakan kekuatan internal untuk
memanfaatkan peluang eksternal.�
Alternatif strategi
yang diambil dari usaha se�i babi Baun digunakan untuk kekuatan dan
memperbaiki kelemahan, memanfaatkan peluang bisnis serta mengatasi ancaman (Dian, 2020). Dari matrix SWOT ini pengusaha menemukan empat kelompok alternatif
strategi yang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukan bahwa hasil
penyusunan Alternatif strategi dari matriks SWOT diperoleh 7 strategi yaitu: a)
Strategi S-O, meningkatkan kuantitas dan mempertahankan kualitas produk se�i.
(b) Stratego W-O, meningkatkan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan
usaha, meningkatkan SDM karyawan melalui diklat dan pelatihan dan menerapkan
manajemen usaha yang professional.
Tabel 6. Matriks
SWOT Usaha se�i Babi Baun
�������������������� ����������������������� IFE EFE |
STRENGHT (S) 1. Cita rasa produk kuliner yang lezat 2. Harga yang cukup
relatif murah 3. Cita rasa yang spesial 4. Produknya mudah di dapat 5. Tidak memerlukan modal yang banyak. |
WEAKNESSES (W) 1. Teknologi serta �aktivitas���
produksi yang rendah 2. Manajemen usaha yang masih sederhana 3. Kualitas sumber daya manusia yang rendah. 4. Kapasitas produksi yang masih� kurang. 5. Lokasi usaha kurang memadai |
OPORTUNITIES (O) 1. Ketersediaan� bahan baku yang melimpah 2. Kebiasaan konsumen konsumen yang
berkuliner khas daerah 3.Perkembangan digital marketing 4. Diminati sebagian masyarakat lokal 5. Tingginya loyalitas� konsumen terhadap produk |
STATEGI (S-O) 1. Meningkatkan kuantitas� dan mempertahankan kualitas produk se'i |
STRATEGI (W-O) 1. Meningkatkan sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan usaha 2. Meningkatkan SDM karyawan melalui diklat
dan pelatihan. 3. Menerapkan manajemen usaha yang
profesional |
1. Biaya transportasi 2. Banyaknya perkembangan usaha serupa. 3. Munculnya virus ASF 4. Produk yang mudah ditiru 5. Ketrsediaan produk kuliner� yang bisa mensubtitusi. |
STRATEGI (S-T) 1. Melakukan diversifikasi dan diferensiasi
produk 2. Mempertahankan konsumen potensial. |
STRATEGI (W-T) 1. Mengikuti pendidikan dan pelatihan
tentang program pengembangan usaha kemampuan manajerial usaha kecil dari
pemerintah |
�Sumber: Data Primer
2023 (Diolah).
(c) Strategi S-T,
Melakukan diversifikasi dan diferensiasi produk, dan� mempertahankan konsumen potensial, (d)
Strategi W-T, mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang program pengembangan
usaha kemampuan manajerial usaha kecil dari pemerintah.
QSPM bertujuan
untuk menetapkan ketertarikan relatif (relative attractiveness) dari
strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi
mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan. Perumusan berdasarkan
perhitungan yang dilakukan dengan nilai Atractive Score (AS) dan Total
Attractive Score (TAS). Nilai AS menunjukkan daya tarik masing-masing
strategi terhadap faktor kunci yang dimiliki. Alternatif strategi yang telah
disusun pada Tabel 7 merupakan strategi yang paling menarik untuk
diimplementasikan dalam keberlanjutan usaha agroindustri se�i babi Baun.������
Tabel 7 Analisis Matriks
QSPM
TAS |
Strategi Prioritas |
6,34 |
Strategi� SO (Strengths-Oportunities) : |
|
Meningkatkan
kuantitas dan mempertahankan kualitas produk se'i |
6,19 |
Strategi� (Strengths-Threats): |
|
Meningkatkan
prasarana dan sarana yang mendukung kegiatan usaha |
6,12 |
Strategi WO (Weaknesses-Oportunities)
: |
|
Melakukan
diversifikasi dan� diferensiasi produk |
5,36 |
Strategi� (Strengths-Threats): |
|
Mempertahankan
konsumen potensial |
5,43 |
Strategi� WO (Strengths-Oportunities) : |
|
Menerapkan
manajemen usaha yang profesional |
5,33 |
Strategi WO (Weaknesses-Oportunities)
: |
|
Meningkatkan SDM
karyawan melalui pendidikan dan pelatihan |
5,30 |
Srtaegi W-T (Weaknesses-Threats):
|
|
Mengikuti
pendidikan dan pelatihan tentang program pengembangan� |
|
�usaha peningkatan kemampuan� manajerial usaha kecil dari pemerintah |
Sumber : Data
primer (diolah), 2023.
Tabel 7 menunjukan
bahwa hasil perhitungan QSPM , diperoleh alternatif strategi yang sesuai agar
pengusaha dapat meningkatkan kuadran dari posisi sebelumnya adalah strategi strength
dan opportunity. Strategi pertama�
yang dipilih adalah� Meningkatkan
kuantitas dan mempertahankan kualitas�
produk se�i untuk memenuhi permntaan konsumen. Pemilihan strategi
ini karena nilai TAS pada strategi� S-O
menduduki nilai paling tinggi yaitu 6,34.
Sedangkan strategi
kedua yaitu meningkatkan prasarana dan sarana yang mendukung kegiatan usaha
produsen perlu menigkatkan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan usaha
memiliki nilai TAS yang lebih rendah yaitu 6,19. Dan strategi yang memiliki
nilai TAS terendah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang program
pengembangan usaha peningkatan kemampuan manajerial usaha kecil dari pemerintah
dengan nilai TAS adalah 5,30.
Tabel 7 dapat
dijabarkan setrategi � strategi diatas beserta upaya yang harus diakukan oleh
pengusaha se�i babi Baun yaitu:
1.
�Meningkatkan kuantitas dan
mempertahankan kualitas� produk se�i untuk
memenuhi permntaan konsumen. Pengusaha se�i babi Baun dapat meningkatkan
kuantitas dan mempertahankan kualitas produk dengan cara: Menambah� bahan baku untuk meningkatkan jumlah produksi
dan mempertahanka kematangan daging, menjaga rasa, tekstur serta kebersihan
produk.
2.
�Meningkatkan prasarana dan
sarana yang mendukung kegiatan usaha produsen perlu menigkatkan sarana dan
prasarana yang mendukung kegiatan usaha dengan cara: menambah lopo/tempat makan
yang dilengkapi fasilitas wifi, stop kontak, toilet, smoking room;
3.
�Melakukan diversifikasi
dan diferensiasi produk. Pengusaha se�i babi Baun dapat menambah variasi
rasa dan� variasi produk misalnya
menyediakan daging se�i dalam bentuk dipotong atau dalam bentuk sate.
Produsen perlu melakukan penganekaragaman produk baru atau pengembagan produk
yang sudah ada seperti nasi, sup tulang, sayur, sambal, buah-buahan, dan
minuman es kelapa muda sehingga meningkatkan minat konsumen;
4.
�Mempertahankan konsumen
potensial. Produsen mempertahankan strategi ini dengan cara memberikan
pelayanan yang baik, menjaga sopan santun, mengidentifikasi produk, membuat
promosi penjualan, menggunakan social media marketing, dan
evaluasi produk. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Sanlando,
2022) yang menyatakan bahwa
penggunaan media online memudahkan konsumen antara lain untuk mengetahui
lokasi usaha dan proses produksi se�i babi sehingga menimbulkan respon
yang baik dan kepercayaan konsumen terhadap usaha tersebut;
5.
��Menerapkan manajemen usaha yang
professional. Produsen perlu menerapkan manajemen usaha yang profesional dengan
cara mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam pelatihan tenaga kerja untuk
meningkatkan sikap disiplin dan kinerja pada usaha agroindustri se�i babi
Baun;
6.
�Meningkatkan SDM karyawan
melalui diklat dan pelatihan untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan karyawan
dengan mengidentifikasi kebutuhan pelatihan, serta menetapkan tujuan dan
sasaran pelatihan;
7.
�Mengikuti pendidikan dan
pelatihan tentang program pengembangan usaha peningkatan kemampuan� manajerial usaha kecil dari pemerintah, untuk
membantu� karyawan meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan, sehingga karyawan bekerja dengan lebih efesien,
efektif dan meningkatkan produktivitas kerja secara keseluruhan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka
dapat� dibuat urutan strategi sesuai
skala prioritas sebagai berikut : 1) Meningkatkan kuantitas dan mempertahankan
kualitas produk se'i; 2) Melakukan
diversifikasi dan diferensiasi produk; 3) Mempertahankan konsumen potensial; 4)
Meningkatkan prasarana dan sarana yang mendukung kegiatan produksi; 5)
Meningkatkan SDM karyawan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat); 6)
Menerapkan manajemen usaha yang profesional, dan 7) Mengikuti pendidikan dan
pelatihan tentang program pengembangan usaha kemampuan manajerial usaha kecil
dari pemerintah;
DAFTAR PUSTAKA
David,
F. R. (2002). Manajemen strategis: konsep.
Dian,
W. (2020). Strategi Pengembangan Usaha Home Industry Rumah Lidi Desa Karang
Tengah Cilongok Banyumas. IAIN Purwokerto.
Jehemat,
A., & Pt, S. (2020). Agribisnis Ternak Babi-dari Konsep hingga Aplikasi.
Penerbit Andi.
Kotler,
P., & Amstrong, G. (2010). Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Laynurak,
Y. M. (2022). Potensi Pengembangan Peternakan Di Wilayah Pesisir Solusi Dimasa
Pandemi Covid-19. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Agribisnis Peternakan
(Stap), 9, 804�812.
Rangkuti,
F. (2015). Analisis SWOT: Teknik membedah kasus bisnis. Language, 13(246p),
23cm.
Sanlando,
I. R. P. (2022). STRATEGI PENDEKATAN BUDAYA DALAM KOMUNIKASI PEMASARAN SE�I
BABI EAST PORK DI KOTA YOGYAKARTA. Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat
Desa STPMD" APMD".
Badan Pusat Statistik
Nusa Tenggara Timur. 2020. Nusa Tenggara
Timur dalam Angka 2020
Hermanto, F. 1996.
Analisis Usahatani. Bina Aksara. Jakarta
Imamul Arifin.� 2013.�
Membuka Cakrawala Ekonomi, Jakarta: TP. Setia Purna\
Mubyarto. 1994. PengantarEkonomiPertanian. Lembaga
Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta
Roedjito, D. 1989.
Kajian penelitian gizi.
Sanlando, I.R.P.
2022. Strategi Pendekatan Budaya dalam Komunikasi Pemasaran Se�i Babi East
Pork Di Kota Yogyakarta (Doctoral
Dissertation, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa Stpmd"
Apmd").