Adverbia
Temen dan Tenan Sebagai Penanda Kesangatan dan Kesungguhan dalam
Bahasa Jawa
� Adverbs Temen and Tenan as Markers of Extremeness
and Seriousness in Javanese
1)* Melvi Ilya Herdiana, 2)Novika
Stri Wrihatni
1,2,Universitas Indonesia.
*Email: 1) [email protected],
2) [email protected]
*Correspondence: 1) Melvi Ilya Herdiana
DOI: 10.59141/comserva.v4i3.1404 |
ABSTRAK Adverbia temen dan tenan
dalam bahasa Jawa menunjukkan makna yang sama. Berbagai penelitian terdahulu
terbatas pada definisi adverbia temen dan tenan. Penelitian ini
menemukan perbedaan adverbia temen dan tenan apabila dilihat
dari suatu konstruksi. Tujuan penelitian ini untuk menunjukkan
perbedaan adverbia temen dan tenan secara gramatikal serta
menunjukkan makna kesangatan dan kesungguhan pada adverbia temen dan tenan.
Sumber data penelitian ini berupa novel dan cerkak berbahasa Jawa pada
tahun 2000-2020. Dari sumber data tersebut, terdapat permasalahan pada data
berupa kalimat yang mengandung adverbia temen dan tenan. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan cara
penyajian informal, yaitu tanpa menggunakan lambang khusus. Hasil analisis
menunjukkan bahwa adverbia temen dan tenan memiliki perbedaan
secara gramatikal, tetapi sama-sama dapat digunakan untuk menunjukkan makna
kesangatan dan kesungguhan. Makna kesangatan dan kesungguhan pada adverbia temen
dan tenan dipengaruhi oleh kelas kata konstituen pendamping dan posisi
adverbia temen dan tenan, atau bahkan konteks kalimat sebelum
dan sesudahnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adverbia temen
dan tenan mengalami ketaksaan sehingga membutuhkan konstituen
pendamping atau konteks untuk mengetahui maknanya. Kata kunci: adverbia
temen; adverbia tenan; makna kesangatan; makna kesungguhan; konstituen
pendamping |
ABSTRACT
Adverbs
temen and tenan in Javanese language shows the same meaning. Various previous
studies are limited to the definition of temen and tenan. This research found
differences of adverbs temen and tenan viewed from a construction. Purpose of
this research to shows differences of adverbs temen and tenan grammatically and
shows the meaning of excessive and sincerity in adverbs temen and tenan. Data
sources of this research i.e. novel and cerkak in Javanese language at
2000-2020. From these data sources, there are problems in the data, i.e.
sentences that contain adverbs temen and tenan. This research uses qualitative
methods with an informal presentation, without the use of special symbols.
Analysis results of this research shows that adverbs temen and tenan has
grammatical differences, but both can be used to shows the meaning of excessive
and sincerity. Adverbs temen and tenan excessive and sincerity meaning
influenced by the word class of the companion constituents and adverbs temen
and tenan position, or even the context of the sentence before and after the
adverbs. The conclusion of this research there is ambiguity in adverbs temen
and tenan, so requires a companion constituents or context to know its meaning.
Keywords:
Adverbs temen;
adverbs tenan; excessive meaning; sincerity meaning; companion constituents
PENDAHULUAN
Adverbia
merupakan kategori kata yang digunakan untuk menerangkan kategori kata yang
lain. Hal itu juga berlaku untuk adverbia dalam bahasa Jawa. Topik penelitian
ini adalah adverbia temen dan tenan dalam bahasa Jawa. Adverbia temen
dan tenan tidak dapat diketahui maknanya apabila tidak melihat
konstruksinya terlebih dahulu. Menurut Wedhawati (2001), adverbia berfungsi
untuk memberi keterangan pada sebuah konstruksi. Unsur yang diberi keterangan
dapat berupa kata, frasa, maupun klausa. Berdasarkan penelitian terdahulu, kata
yang diberi keterangan dengan menggunakan adverbia temen dan tenan
sebagai objek penelitian adalah berupa adjektiva predikatif. Oleh sebab itu,
contoh yang diberikan pada penelitian terdahulu terbatas pada adverbia
predikatif. Berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian ini menunjukkan
bahwa adverbia temen dan tenan juga dapat memberikan keterangan
pada jenis adjektiva yang lain. Hal itu membuat adverbia temen dan tenan
juga dapat berfungsi sebagai adverbia yang lain. Poerwadarminta (1939)
menyebutkan bahwa adverbia temen dan tenan dapat memiliki makna
kesangatan dan kesungguhan, tetapi tidak menjelaskan perbedaannya.
Sudaryanto
(1991) membagi adverbia menjadi adverbia monomorfemis dan adverbia
polimorfemis. Adverbia monomorfemis merupakan adverbia yang terdiri dari satu
morfem, seperti adverbia temen yang merupakan kata dasar. Menurut Horne
(1961), Sudaryanto (1991), Wedhawati (2001), dan Nuryatiningsih (2022), kata temen
digunakan sebagai kata penguat yang memiliki makna kesangatan. Sudaryanto
(1991) menggunakan kata timen sebagai kata yang memiliki makna
kesangatan, sedangkan Wedhawati (2001) menggunakan kata temenan. Sama
halnya dengan Sudaryanto (1991), menurut Poerwadarminta (1939) arti kata timen
merujuk pada kata temen dan temenan. Sudarmanto (2014) juga
menambahkan bahwa kata temen merupakan kata dasar dari kata temenan.
Kata temen dapat berarti �sangat�, �jujur�, �tidak palsu�, atau �asli�,
sedangkan kata temenan dapat berarti �benar-benar� atau �sungguh�.
Berbagai
penelitian terdahulu belum menjelaskan mengenai jenis adjektiva yang
diterangkan oleh adverbia temen. Bahkan beberapa penelitian tersebut
lebih berfokus pada frasa yang mengandung adverbia temen. Sudaryanto
(1991) memberikan contoh frasa yang mengandung adverbia temen seperti akeh
temen �sangat banyak� dan adoh temen �sangat jauh�. Adapun pendapat
dari Moeliono dan Anton (2017), bahwa adjektiva predikatif digunakan sebagai
pelengkap dalam sebuah kalimat. Berdasar pendapat Moeliono dan Anton (2017),
maka adjektiva yang diterangkan oleh adverbia temen dalam contoh frasa
tersebut dapat menunjukkan fungsi adjektiva predikatif. Dari hal itu, adverbia temen
dan tenan dikategorikan sebagai adverbia predikatif. Adverbia lainnya
seperti kata tenan juga memiliki makna kesangatan. Menurut Musaa�adah
dan Putri (2019), kata tenan merupakan sinkop atau pengurangan dari kata
temenan. Pendapat dari Poerwadarminta (1939) menguatkan bahwa kata tenan
maknanya sama dari kata temen dan temenan. Wedhawati (2001)
dan Jaya (2022) juga menyebutkan bahwa kata tenan dapat digunakan
sebagai kata penguat yang memiliki makna kesangatan. Hal itu menyebabkan kata tenan
dikelompokkan ke dalam frasa adjektival graduatif yang berada di tingkat
kesangatan paling tinggi (eksesif). Pengelompokkan itu berdasar pendapat
Wedhawati (2001) yang menyebutkan kata tenan dalam berbentuk frasa,
contohnya adoh tenan �benar-benar jauh�. Kata �benar-benar� memiliki
makna kesangatan sebagaimana terdapat dalam KBBI. Berdasarkan penelitian
terdahulu, untuk mengetahui makna dari adverbia temen dan tenan,
diperlukan konstituen lain sehingga adverbia temen dan tenan yang
selalu berangkai dengan kata yang lain dapat menjadi adjektiva.
Alias
dan Salam (2019) menjelaskan bahwa adjektiva dapat berposisi di sebelah kanan
dan kiri kata penguat �sangat� dan �sungguh�, sedangkan kata penguat �sekali�,
�benar�, dan �betul� hanya berposisi di sebelah kanan kata adjektiva.
Nuryatiningsih (2022) mendukung pendapat bahwa kata tenan dapat
melengkapi adjektiva. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa adverbia temen
dan tenan tidak hanya memberikan keterangan pada adjektiva. Jenis kelas
kata yang lain juga dapat memengaruhi makna dari adverbia temen dan tenan.
Penelitian ini menunjukkan pengaruh jenis kelas kata terhadap adverbia temen
dan tenan berdasarkan kalimat yang telah disediakan. Kelas kata yang
dimaksud merupakan kelas kata konstituen pendamping adverbia temen dan tenan.
Konstituen
pendamping adverbia temen dan tenan digunakan untuk melihat makna
adverbia temen dan tenan. Hal itu karena dalam penelitian
terdahulu berfokus dan terbatas pada definisi frasa atau kalimat yang
mengandung adverbia temen dan tenan. Pada penelitian terdahulu,
adverbia temen dan tenan selalu berangkai dengan kata yang lain
sehingga maknanya bergantung pada kata yang berangkai dengan adverbia temen
dan tenan. Untuk menjelaskan makna kesangatan dan kesungguhan,
diperlukan konstituen pendamping adverbia temen dan tenan dalam
suatu konstruksi. Dari konstituen pendamping adverbia temen dan tenan
dalam sebuah konstruksi, terdapat permasalahan terhadap makna adverbia temen
dan tenan.
Dalam
penelitian ini, permasalahan adverbia temen dan tenan terdapat
pada konstruksi berupa kalimat yang diambil dari cerkak (cerita pendek
berbahasa Jawa) berjudul Antologi Cerkak: Nalika Rembulan Bunder (2020),
yaitu sebagai berikut.
(1)
Dhuh, kaniaya temen nasibmu! [RB, 2020;
hlm 76]
�Duh, tersiksa sekali nasibmu!�
(2)
Dongane panjenengan kok elek tenan. [RB, 2020;
hlm 13]
�Doa Anda kok jelek sekali.�
(3)
Beja temen priya sing bisa mengku
Njenengan, Bu. [RB, 2020; hlm 5]
�Sungguh beruntung pria yang bisa memperistri Anda,
Bu.�
(4)
Lho tenan, lha, mau sampeyan rak krungu
dhewe Pak Kepala ngendikan iya. [RB, 2020; hlm 87]
�Lho sungguh, lha, tadi Anda kan mendengar sendiri Pak
Kepala membicarakanya.�
Empat
contoh kalimat di atas menunjukkan bahwa adverbia temen dan tenan
dapat digunakan sebagai kata penguat yang memiliki makna kesangatan dan
memiliki makna kesungguhan. Kalimat yang mengandung adverbia temen dan tenan
memiliki makna kesangatan muncul pada contoh kalimat (1) dan (2), sedangkan
kalimat yang menunjukkan adverbia temen dan tenan memiliki makna
kesungguhan muncul pada contoh kalimat (3) dan (4). Untuk menunjukkan adverbia temen
dan tenan baik yang memiliki makna kesangatan atau kesungguhan, kalimat
dapat dilihat dari proses sintaksis karena melibatkan kata, frasa, klausa,
maupun kalimat di sebelah kanan dan kiri adverbia temen dan tenan.
Dari
empat kalimat di atas, terdapat permasalahan mengenai kemungkinan bahwa
adverbia temen dan tenan dapat saling menggantikan atau
bersubstitusi. Contohnya pada kalimat �Dhuh, kaniaya temen nasibmu!�
[RB, 2020; hlm 76]. Adverbia temen dapat ,digantikan dengan adverbia tenan.
Begitu pula pada kalimat �Dongane panjenengan kok elek tenan.�
Adverbia tenan dapat digantikan dengan adverbia temen. Substitusi
tersebut ternyata tidak dapat dilakukan pada kalimat tertentu, contohnya pada
kalimat �Tenan. Aku kandha apa anane� [ST, 2005; hlm 85].
Kata tenan pada kalimat tersebut tidak dapat diganti dengan kata temen.
Hal itu dikarenakan perbedaan makna adverbia temen dan tenan
apabila konstruksi diubah. Adverbia temen dan tenan memiliki ciri
yang berbeda dalam suatu konstruksi, baik yang memiliki makna kesangatan maupun
kesungguhan. Adverbia temen dan tenan sama-sama dapat memiliki
makna kesangatan dan kesungguhan serta memiliki perbedaan apabila keduanya
berangkai di dalam suatu konstruksi.
Perbedaan
makna adverbia temen dan tenan dalam suatu konstruksi ini yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini yaitu perbedaan adverbia temen dan tenan serta
makna kesangatan dan kesungguhan pada adverbia temen dan tenan.
Untuk memecahkan permasalahan penelitian, diperlukan konstituen pendamping yang
dapat membantu pengelompokkan adverbia temen dan tenan sebagai
kata penguat yang memiliki makna kesangatan maupun kesungguhan. Oleh karena
itu, dalam penelitian ini dilihat posisi adverbia temen dan tenan
terhadap konstituen pendamping. Tidak hanya itu, posisi adverbia temen
dan tenan juga dapat memengaruhi makna.
Tujuan
penelitian ini adalah menunjukkan perbedaan adverbia temen dan tenan
secara gramatikal sekaligus menunjukkan makna adverbia temen dan tenan.
Tujuan penelitian itu diperoleh melalui dua tahap, yaitu menentukan konstituen
pendamping dan menentukan makna adverbia temen dan tenan.
Konstituen pendamping adverbia temen dan tenan dapat digunakan
untuk mengetahui ciri gramatikal dan makna adverbia temen dan tenan.
Ciri gramatikal menunjukkan perbedaan antara adverbia temen dan tenan,
sedangkan makna adverbia temen dan tenan dapat sama atau berbeda
bergantung pada konstruksinya. Oleh karena itu, baik adverbia temen dan tenan
memiliki kemungkinan untuk bersubstitusi atau tidak. Hal itu
kemudian membuat makna adverbia temen dan tenan dibagi menjadi
makna kesangatan dan makna kesungguhan.
METODE
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Metode kualitatif digunakankarena data berupa kalimat yang tersedia diolah
secara kualitatif (Sugiyono, 2017). Metode ini bertujuan untuk memperoleh makna
dari data yang telah disediakan. Data yang disediakan berupa kalimat dengan
sedikit konteks untuk menunjang pemahaman terhadap kalimat tersebut. Dalam
penelitian ini, dilakukan studi pustaka untuk mengumpulkan sumber data. Menurut
Sugiyono (2017), studi pustaka merupakan data sekunder yang didapatkan melalui
perantara. Salah satu sumber data sekunder dapat berupa buku atau novel.
Meskipun demikian, sumber data berupa novel digunakan sebagai sumber data utama
dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan
adalah novel dan cerkak (cerita cekak) pada tahun 2000-2020.
Adapun judul novel dan cerkak yang digunakan antara lain adalah Tangan
Prakosa (2000), Senthir (2005), Dom Sumurup ing Banyu (2006),
Kebacut Tresna (2011), Antologi Cerkak Remaja Taman Putra (2011),
dan Nalika Rembulan Bunder (2020). Sumber data tersebut digunakan karena
terdapat permasalahan pada adverbia temen dan tenan. Pada
dasarnya novel dan cerkak merupakan prosa yang memuat narasi sekaligus dialog.
Dalam penelitian terdahulu juga belum ada yang menggunakan sumber data novel
maupun cerkak sehingga pemilihan sumber data di dalam penelitian ini
adalah untuk menghasilkan kebaruan penelitian.
Kebaruan penelitian ini
berupa adverbia temen dan tenan yang sekaligus menjadi alat
penentu atau objek penelitian. Penyediaan data adverbia temen dan tenan
menggunakan perangkat, yaitu AntConc. Penggunaan AntConc membantu
dengan cepat untuk penyediaan data kata temen dan tenan. Untuk
melakukan penyediaan data, langkah pertama yang dilakukan adalah menyeleksi
kalimat yang mengandung adverbia temen dan tenan. Dalam proses
ini, sumber data diubah menjadi dokumen elektronik berformat .txt (text)
agar dapat terbaca oleh AntConc. Data berupa kalimat yang mengandung
adverbia temen dan tenan dikumpulkan melalui mesin pencarian
dalam AntConc kemudian disusun dengan kalimat utuhnya. Apabila ada satu
kalimat yang belum jelas, perlu ditambahkan kalimat di sebelah kanan atau kiri
kalimat yang mengandung adverbia temen dan tenan. Bahkan jika
kalimat yang ditambahkan masih belum dapat digunakan untuk menunjukkan makna
adverbia temen dan tenan, maka ditambahkan konteks kalimat di
sebelah kanan atau kirinya.
Langkah pertama dalam analisis penelitian ini adalah
melihat kalimat berdasarkan fungsi sintaksisnya. Fungsi sintaksis hanya
digunakan sebagai alat untuk menentukan konstituen pendamping yang diberikan
keterangan oleh adverbia temen dan tenan. Adverbia temen
dan tenan tidak selalu berkolokasi di sebelah kanan atau kiri konstituen
pendamping. Adverbia temen dan tenan dapat berjarak beberapa kata
di sebelah kanan atau kiri konstituen pendamping. Menurut Matthews (1997),
konstituen merupakan relasi bersifat sintaksis dalam suatu struktur kalimat.
Oleh sebab itu, analisis kedua yaitu menentukan kelas kata konstituen pendamping
adverbia temen dan tenan. Hockett (1958) menyebutkan bahwa kelas
kata dapat ditentukan dari pangkalnya sehingga dapat menunjukkan perilaku
sintaksis tertentu. Dalam penelitian ini, kelas kata konstituen pendamping
dianalisis karena dapat memengaruhi makna adverbia temen dan tenan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adverbia temen dan tenan dapat
digunakan sebagai kata penguat yang memiliki makna kesangatan dan kesungguhan.
Pernyataan tersebut didukung pendapat dari Poerwadarminta (1939) yang
menyebutkan bahwa adverbia temen dan tenan dapat memiliki makna
kesangatan dan kesungguhan. Pada berbagai penelitian terdahulu, adverbia temen
dan tenan terbatas pada pengertian yang selalu berangkai dengan
kalimat lain. Pada penelitian terdahulu juga terbatas pada pengertian adverbia temen
dan tenan tanpa penjelasan bagaimana pengertian tersebut didapatkan.
Oleh sebab itu, pada penelitian terdahulu jenis kelas kata yang digunakan
berbeda-beda. Adverbia temen dan tenan dikelompokkan menjadi
adverbia, adjektiva, dan sebagai eksklamasi. Adverbia temen dan tenan
juga dikategorikan sebagai adverbia karena memberikan keterangan pada kata yang
lain. Di sisi lain, adverbia temen dan tenan selalu berangkai
dengan kata lain yang membuat adverbia temen dan tenan dikategorikan
sebagai adjektiva.
Adapun pendapat Horne (1961) yang menyebutkan
bahwa adverbia temen dan tenan digunakan sebagai eksklamasi
karena dapat digunakan untuk menunjukkan ekspresi dalam bahasa Inggris seperti how�!,
what�!, what a�!, certainly, dan sure(ly). Adverbia
temen dan tenan sebagai eksklamasi biasanya terletak di akhir
predikat, contoh padanannya dalam bahasa Inggris antara lain seperti ekspresi What
a tall building! dan That building certainly is tall. Terdapat
penanda kesangatan yang serupa dengan adverbia temen dan tenan
dalam bahasa Inggris Kontemporer menurut Ito dan Tagliamonte (2003), yaitu kata
very �sangat�. Bahkan dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa penanda
kesangatan tidak memiliki makna kesangatan secara tiba-tiba, tetapi berasal
dari kata yang menunjukkan makna
Makna kesangatan dan kesungguhan beserta
cirinya pada adverbia temen dan tenan ditunjukkan dalam
penelitian ini. Dengan demikian, pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi
dua sub bab, yaitu makna kesangatan pada adverbia temen dan tenan
serta makna kesungguhan pada adverbia temen dan tenan. Hasil
penelitian diperoleh setelah menentukan fungsi sintaksis kalimat, melihat
posisi konstituen pendamping adverbia temen dan tenan, serta
menentukan kelas kata konstituen pendampingnya. Fungsi sintaksis kalimat yang
mengandung adverbia temen dan tenan hanya digunakan untuk
menentukan konstituen pendampingnya. Adapun konstituen pendamping adverbia temen
dan tenan digunakan untuk melihat makna kesangatan atau kesungguhan
adverbia temen dan tenan. Konstituen pendamping yang sudah
ditentukan kemudian dilihat posisi dan kelas katanya. Posisi dan kelas kata
konstituen pendamping digunakan untuk melihat makna kesangatan dan makna
kesungguhan pada adverbia temen dan tenan. Dari hal itu,
ditemukan bahwa adverbia temen dan tenan juga memiliki perbedaan
meskipun dikelompokkan makna yang sama. Oleh karena itu, penelitian ini
menunjukkan perbedaan adverbia temen dan tenan sebagai penentu
sub bab mengenai makna adverbia temen dan tenan.
Gramatika
Dalam penelitian ini, ditemukan perbedaan
antara adverbia temen dan tenan secara gramatikal. Hal itu
berlaku bagi adverbia temen dan tenan yang memiliki makna
kesangatan maupun kesungguhan. Hal itu didasari oleh adverbia temen dan tenan
yang dapat memiliki makna yang sama. Dalam berbagai penelitian terdahulu belum
menjelaskan hal itu, sehingga temuan perbedaan ciri gramatikal dalam penelitian
ini disamakan analisisnya dengan analisis makna adverbia temen dan tenan.
Adverbia temen dan tenan dapat
ditentukan ciri gramatikalnya apabila berangkai dengan kata yang lainnya. Hal
itu karena pengertian adverbia temen dan tenan memerlukan kata
lain agar dapat dianalisis. Jadi, apabila selalu berangkai dengan kata yang
lainnya, maka adverbia temen dan tenan menjadi bentuk adjektiva.
Wedhawati (2001) mengelompokkan kata tenan sebagai frasa adjektival
graduatif yang memiliki makna kesangatan dan berada di tingkat kesangatan
paling tinggi (eksesif). Kata lain yang digunakan untuk menentukan intensitas
konstituen pendamping berturut-turut mulai tingkat kesangatan paling tinggi antara
lain adalah tenan �benar-benar�, banget �sangat�, dan rada
�agak�. Meskipun demikian, ditemukan bahwa adverbia tenan yang memiliki
makna kesangatan hanya digunakan untuk membandingkan dua tindakan yang berbeda.
Berikut merupakan contoh kalimat pendukungnya.
(5)
Wah, wah, wah, elok tenan, padha mobilan.
Paling ora sepedha motoran. [KT, 2011; hlm 13]
�Wah, wah, wah, bagus sekali, sama-sama
(mengendarai) mobil. Paling tidak (mengendarai) sepeda motor.�
(Pada kalimat sebelumnya, diceritakan bahwa
pelaku utama S1 merasa heran karena ada yang datang mengendarai
mobil dan motor di angkringan langganannya.)
Pada contoh kalimat di atas (5), ditemukan
bahwa adverbia tenan yang memiliki makna kesangatan digunakan sebagai
atribut yang mengisi fungsi predikat. Hal itu dapat terjadi setelah adverbia tenan
berangkai dengan adjektiva (5) elok �bagus� sebagai konstituen
pendamping sehingga menjadi frasa adjektival. Pada frasa elok tenan
�bagus sekali�, adverbia tenan yang berangkai dengan adjektiva merupakan
adjektiva komparatif. Menurut Moeliono (2017), adjektiva komparatif digunakan
untuk menyatakan �lebih � daripada ��. Pada contoh kalimat (5), komparasi atau
perbandingan ditunjukkan berdasarkan kata mobilan �(mengendarai) mobil�
dan motoran �(mengendarai) motor�. Oleh karena itu, pada contoh kalimat
(5) terlihat bahwa frasa elok tenan �bagus sekali� dapat dikomparasikan
dengan adjektiva elok �bagus�. Gambar di bawah dibuat untuk menunjukkan
komparasi tersebut.
Gambar 1. Intensitas Kesangatan Adverbia Tenan
Pada gambar 1, terlihat bahwa adverbia tenan
dapat digunakan untuk membandingkan adjektiva dengan adjektiva yang diberikan
kesangatan atau dalam hal ini adalah adjektiva + tenan. Adjektiva yang
dibandingkan oleh adverbia tenan memiliki konteks yang sudah divalidasi.
Oleh karena itu, adverbia tenan digunakan untuk menegaskan suatu hal
yang sudah memiliki penilaian. Hal itu diperkuat dengan ditemukannya adverbia tenan
yang dapat digunakan sebagai kata yang mandiri. Berikut contoh kalimat
pendukungnya.
(6)������� Tenan.
Aku kandha apa anane. [ST, 2005; hlm 85]
����������� �Sungguh.
Aku berbicara apa adanya.�
Dari contoh kalimat (6), ditemukan bahwa
adverbia tenan dapat digunakan secara mandiri. Adverbia tenan
dapat berdiri sendiri dalam sebuah kalimat dengan tujuan untuk menegaskan
sesuatu yang telah dibicarakan pada kalimat sebelumnya. Pada contoh kalimat (6)
juga disajikan kalimat berikutnya yang digunakan sebagai pendukung bahwa
adverbia tenan pada contoh kalimat tersebut ingin menegaskan sesuatu.
Hal itu tidak dapat terjadi pada adverbia temen. Dalam penelitian ini,
ditemukan bahwa adverbia temen tidak dapat digunakan sebagai kata yang
mandiri. Ditambah bahwa adverbia temen juga memiliki pembanding yang
jelas. Pembanding yang digunakan oleh adverbia temen juga merupakan
adjektiva. Konteks yang dimaksud dari adjektiva tersebut masih merupakan
pendapat pribadi. Berikut merupakan contoh kalimat pendukungnya.
(7)������� Wangsulane ora kepengin, banjur nuduhake dhuwit sangu saka
sak klambi rong ewu rupiyah! Dhuh Gusti, akeh temen, batinku ngrintih.
[RB, 2020; 74]
�Bilangnya tidak ingin, kemudian menunjukkan
uang saku dari saku baju, dua ribu rupiah! Duh Gusti, banyak sekali, batinku
merintih.�
(Pada kalimat sebelumnya, diceritakan bahwa
pelaku utamaS2 ingin memberikan uang saku kepada pelaku keduaS3,
tetapi pelaku keduaS3 menolak karena sudah membawa uang saku.)
Dari contoh kalimat (7), konstituen
pendamping adverbia temen merupakan adjektiva akeh �banyak�.
Dalam kalimat sebelumnya, diceritakan bahwa pelaku utamaS2 ingin
memberikan uang saku kepada pelaku keduaS3 yang kemudian ditolak
oleh pelaku keduaS3 karena sebenarnya sudah membawa uang saku
sendiri. Hal itu kemudian membuat pelaku keduaS3 mengeluarkan uang
dari sakunya sebanyak dua ribu rupiah. Menurut pelaku utamaS2,
nominal tersebut sangat banyak yang ditandai dengan frasa akeh banget
�banyak sekali�. Banyak yang dimaksud belum tentu banyak bagi orang lain juga.
Bisa jadi menurut orang lain termasuk pelaku keduaS3 nominal
tersebut dianggap banyak yang belum di luar batas. Gambar di bawah dibuat untuk
menunjukkan komparasi tersebut.
Gambar 2. Intensitas Kesangatan Adverbia Temen
Pada gambar 2, terlihat bahwa adverbia temen
dapat digunakan untuk membandingkan adjektiva dengan adjektiva yang diberikan
kesangatan atau dalam hal ini adalah adjektiva + temen. Adjektiva yang
dibandingkan oleh adverbia temen memiliki konteks yang belum divalidasi.
Oleh karena itu, adverbia temen digunakan untuk menunjukkan pendapat
pelaku utamaS2 atas perasaan pribadinya. Hal itu diperkuat dengan
adverbia temen pada contoh kalimat berikut.
(8)������� Kabeh
daklakoni kanthi temen, madhep mantep. [ST, 2005; hlm 38]
����������� �Semua
kulakukan dengan sungguh, berpendirian kuat.�
Pada contoh kalimat (8), konstituen
pendamping adverbia temen adalah kata daklakoni �kulakukan�.
Contoh kalimat (8) bertujuan untuk menunjukkan kesungguhan pelaku utama dengan
melakukan semuanya. Meskipun demikian, hal yang dilakukan oleh pelaku utama
tersebut belum tentu dianggap sungguh-sungguh oleh orang lain. Hal itu didukung
dengan adverbia temen yang tidak dapat digantikan oleh adverbia tenan
pada contoh kalimat (8). Salah satu penandanya adalah terdapat kata kanthi
�dengan� pada contoh kalimat (8). Pada contoh tersebut, ditemukan bahwa kata kanthi
�dengan� dapat berangkai dengan adverbia temen, tetapi tidak dapat
berangkai dengan adverbia tenan.
Makna
Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa
adverbia temen dan tenan dapat memiliki makna yang sama. Adverbia
temen dan tenan dapat digunakan sebagai kata penguat yang
memiliki makna kesangatan. Horne (1961), Sudaryanto (1991), Wedhawati (2001),
dan Nuryatiningsih (2022) juga sependapat dengan hal itu. Dari analisis yang
telah dilakukan, terdapat adverbia temen dan tenan yang memiliki
makna kesangatan dalam contoh kalimat berikut.
(9)������� Wah, wah, wah, elok tenan, padha mobilan. Paling
ora sepedha motoran. [KT, 2011; hlm 13]
�Wah, wah, wah, bagus sekali, sama-sama
(mengendarai) mobil. Paling tidak (mengendarai) sepeda motor.�
(Pada kalimat sebelumnya, diceritakan bahwa
pelaku atau subjekS4 dari kalimat di atas merasa heran karena ada
yang datang mengendarai mobil dan motor di angkringan langganannya.)
Konstituen pendamping pada contoh kalimat (9)
adalah kata (9) elok �bagus�. Kata elok �bagus� didapatkan
setelah kalimat disegmentasi dan ditentukan fungsi sintaksisnya. Kata elok
�bagus� merupakan adjektiva yang menempati posisi fungsi predikat. Adverbia tenan
pada contoh kalimat di atas digunakan untuk menerangkan kata elok
�bagus� sehingga dapat dikategorikan sebagai adverbia predikatif. Kata elok
�bagus� dikelompokkan ke dalam adjektiva sesuai dengan ciri-ciri adjektiva.
Menurut Wedhawati (2001), adjektiva mengisi fungsi predikat dan juga sebagai
modifikator atau pemberi keterangan pada nomina. Adjektiva dapat berangkai
dengan kata dhewe �paling�, luwih �lebih�, banget
�sangat�, dan rada �agak�.
Pada contoh kalimat (9), konstituen
pendamping terletak di sebelah kiri adverbia tenan. Oleh sebab itu,
konstituen pendamping yang berposisi di sebelah kiri adverbia tenan
dapat digunakan untuk menunjukkan makna kesangatan. Adapun dalam penelitian ini
ditemukan bahwa konstituen pendamping yang berposisi di sebelah kiri adverbia tenan
berjenis adjektiva tidak hanya digunakan sebagai kata penguat yang memiliki
makna kesangatan. Meskipun demikian, berlandaskan beberapa penelitian
terdahulu, adverbia tenan dapat memiliki makna kesangatan dan
kesungguhan. Dalam contoh kalimat berikut, diperlihatkan adverbia temen
dan tenan yang digunakan sebagai kata penguat memiliki makna kesangatan.
(10)����� Wangsulane ora kepengin, banjur nuduhake dhuwit sangu saka
sak klambi, rong ewu rupiyah! Dhuh Gusti, akeh temen, batinku ngrintih.
[RB, 2020; hlm 74]
�Bilangnya tidak ingin, kemudian menunjukkan
uang saku dari saku baju, dua ribu rupiah! Duh Gusti, banyak sekali, batinku
merintih.�
(Pada kalimat sebelumnya, diceritakan bahwa
pelaku utama S5 ingin memberikan uang saku kepada pelaku keduaS6,
tetapi pelaku keduaS6 menolak karena sudah membawa uang saku.)
(11) ������� Oh, wis suwe tenan! Suwe tenan
kita pisah! [DS, 2006; hlm 57]
��������� �Oh, sudah lama sekali! Lama sekali kita pisah!�
(Pada kalimat sebelumnya, diceritakan bahwa
pelaku utamaS7 dari kalimat di atas merasa kaget karena kehadiran
pelaku keduaS8 yang diajak berbicara. Hal itu karena keduanya sudah
sangat lama tidak bertemu.)
Pada contoh kalimat (10) dan (11), konstituen
pendamping adverbia temen dan tenan berjenis adjektiva, yaitu
kata (10) akeh �banyak� dan (11) suwe �lama�. Dengan demikian,
kalimat yang mengandung adverbia temen dan tenan dan memiliki
makna kesangatan selalu berkolokasi dengan kalimat lain yang konstituennya juga
berjenis adjektiva. Pada contoh kalimat (10) dan (11) juga ditemukan bahwa
adjektiva digunakan untuk menerangkan kalimat yang mengandung adverbia temen
dan tenan dan disebut adjektiva human propensity. Hal itu sesuai
dengan konteks kalimat di sebelah kiri dari kalimat yang mengandung adverbia temen
dan tenan. Pada contoh kalimat (9), (10), dan (11) terlihat
karakteristik manusia atau sifat manusia, antara lain heran dan kaget.
Adverbia temen ke dalam adjektiva human
propensity sejalan dengan pendapat (Nuryatiningsih, 2022). Sama halnya
dengan Nuryatiningsih (2022), Ito dan Tagliamonte (2003) yang membahas kata
penguat memiliki makna kesangatan juga menyebutkan adjektiva human
propensity. Menurut Ito dan Tagliamonte (2003), adjektiva human
propensity merupakan salah satu adjektiva yang dapat digunakan untuk
menguji kata penguat. Oleh sebab itu, adverbia temen dan tenan
dapat memiliki makna kesangatan apabila adjektiva konstituen pendampingnya
menunjukkan suatu karakteristik atau sifat manusia. Seperti halnya dalam
penelitian ini, ditemukan bahwa karakteristik yang digunakan sebagai adjektiva
tersebut condong pada perasaan manusia sebagai pelaku utama sehingga
menyebabkan makna kesangatan pada adverbia temen dan tenan.
Meskipun demikian, dalam penelitian ini
ditemukan bahwa konstituen pendamping adverbia temen dan tenan
yang berjenis adjektiva tidak hanya digunakan untuk menunjukkan makna
kesangatan. Oleh sebab itu, konstituen pendamping di luar kalimat yang
mengandung adverbia temen dan tenan juga digunakan. Berikut
merupakan contoh kalimat tersebut.
(12)����� Ndadak
dikunjara barang. Ribet temen. [RB, 2020; hlm 59]
����������� �Malah
dipenjara segala. Ribet sekali.�
(Pada kalimat sebelumnya diceritakan bahwa
pelaku utamaS9 merasa heran karena seseorang yang terlibat dalam
tabrakan kemudian dipenjara seperti pelaku tindak kriminal.)
Pada contoh kalimat (12), konstituen
pendamping adverbia temen adalah kata ribet �ribet� yang
merupakan adjektiva. Kata ribet �ribet� merujuk pada kata dikunjara
�dipenjara� yang dikategorikan sebagai verba. Kata dikunjara �dipenjara�
merupakan verba yang bentuk dasarnya adalah nomina, yaitu kunjara
�penjara�. Menurut Wedhawati (2001), verba di- yang menerangkan nomina
memiliki makna dikenai alat, dalam contoh kalimat di atas adalah �penjara�.
Jadi, pada contoh kalimat (12) yang dimaksud adalah �dikenai penjara�. Pada
contoh kalimat (12), konteks kalimat di sebelah kirinya juga berjenis verba.
Hal itu terlihat pada kejadian tabrakan yang dijadikan sebagai acuan pada
contoh kalimat (12). Dari hal itu, ditemukan bahwa adverbia temen dan tenan
yang bermakna kesangatan memiliki konstituen pendamping berjenis adjektiva
pada kalimat yang sama dan memiliki konstituen pendamping berjenis verba pada
kalimat yang lain.
Pada contoh kalimat (9), (10), (11), dan (12)
selanjutnya ditemukan bahwa adverbia temen dan tenan merupakan
adverbia kausal. Menurut Sirang (2021), adverbia kausal digunakan untuk memberi
keterangan pada suatu sebab dari terjadinya suatu hal. Sirang (2021) juga
menyebutkan bahwa adverbia kausal muncul sebelum adjektiva, tetapi dalam
penelitian ini ditemukan bahwa adverbia kausal yang muncul berposisi di sebelah
kanan adjektiva. Perbedaan temuan penelitian dipengaruhi oleh bahasa dan
konstruksi yang digunakan dalam penelitian, sehingga ditemukan bahwa perbedaan
tersebut menyumbang kebaruan penelitian dalam bahasa Jawa.
Contoh-contoh kalimat atas adalah untuk
mengetahui bahwa adverbia temen dan tenan digunakan sebagai
penguat yang memiliki makna kesangatan. Pada contoh-contoh kalimat tersebut,
dapat diketahui bahwa adverbia temen dan tenan merupakan adverbia
yang mengalami ketaksaan. Ambiguitas dapat terjadi pada suatu konstruksi yang
mengandung adverbia temen dan tenan karena memiliki lebih dua
makna. Alwi (2002) berpendapat bahwa secara sintaksis ketaksaan dapat terjadi
apabila terjadi ambiguitas yang disebabkan karena memiliki lebih dari satu
makna. Secara gramatikal, Dardjowidjojo (2005) mengkategorikan ketaksaan
menjadi ketaksaan sementara dan ketaksaan abadi. Adapun adverbia temen
dan tenan dapat dikategorikan sebagai ketaksaan sementara karena sifat
ambigunya dapat hilang apabila mendapat bantuan dari konstituen lain yang
digunakan untuk menerangkan maknanya. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa
konstituen yang digunakan untuk menerangkan adverbia temen dan tenan
dapat berada dalam satu kalimat yang sama atau bahkan masih membutuhkan
konstituen dari kalimat yang berada di sebelah kanan atau kirinya.
Pada adverbia temen dan tenan,
ketaksaan dapat terjadi karena adverbia temen dan tenan menjadi
kata penguat yang memiliki makna kesangatan dan kesungguhan. Meskipun demikian,
ditemukan bahwa makna kesungguhan yang terdapat pada adverbia temen dan tenan
kemudian memungkinkan adverbia temen dan tenan memiliki makna
kesangatan. Hal itu sejalan dengan Ito dan Tagliamonte (2003) yang
menyebutkan bahwa dalam bahasa Inggris Kontemporer kata penguat tidak terjadi
begitu saja. Ito dan Tagliamonte (2003) menunjukkan contoh dengan menggunakan
kata very �sangat� yang digunakan sebagai kata penguat dengan makna
kesangatan. Kata very �sangat� berasal dari kata true �benar�
atau real �nyata� yang menyatakan makna kesungguhan. Hal itu juga
terjadi pada adverbia temen dan tenan. Diketahui bahwa pada
adverbia temen dan tenan makna kesungguhan tetap dapat digunakan
dalam suatu konstruksi. Oleh karena itu, makna kesangatan dan kesungguhan pada
adverbia temen dan tenan dapat terjadi tanpa mengubahnya menjadi
kata yang lain.
Hal yang terjadi pada adverbia temen
dan tenan juga dapat terjadi pada kata really �benar-benar�. Kata
really �benar-benar� dapat menjadi kata penguat memiliki makna
kesangatan dan kesungguhan. Ito dan Tagliamonte (2003) menjelaskan bahwa
sebenarnya makna kesangatan pada kata really �benar-benar� lebih banyak
digunakan. Kata really �benar-benar� memiliki makna kesungguhan. Hal itu
juga sebenarnya dapat terjadi pada kata very �sangat� dalam kondisi
tertentu. Ito dan Tagliamonte memberikan contoh kalimat It was the very
patient who called ambulance �Benar pasien itu yang memanggil ambulans�.
Dalam kalimat tersebut, konstituen pendamping very �sangat� adalah patient
�pasien�. Kata patient �pasien� berjenis nomina sehingga makna
kesungguhan pada kata very �sangat� dapat terjadi apabila konstituen
pendampingnya berjenis nomina. Hal serupa juga terjadi pada kata really
�benar-benar�. Dalam contoh-contoh kalimat yang ditunjukkan oleh Ito dan
Tagliamonte (2003), terlihat bahwa konstituen pendamping kata really
�benar-benar� yang memiliki makna kesangatan berjenis verba, seperti kata try
�mencoba� dan read �membaca�.
Ditemukan bahwa konstituen pendamping
berjenis nomina dan verba juga dapat memengaruhi adverbia temen dan tenan
memiliki makna kesungguhan. Berikut merupakan contoh kalimatnya.
(13)����� Kuwi
sing ratu temen ya, bu?! Dudu golekan! [TP, 2000; hlm 11]
����������� �Itu
yang (seorang) ratu sungguhan (asli) ya, bu?! Bukan boneka!�
(14)����� Urip
sing tenan, sejati, bakal ngambah alam Indraloka. [ST,
2005; hlm 68]
����������� �Hidup
yang sungguh, sejati, agar menginjak alam Indraloka (surga).�
Pada contoh kalimat (13) dan (14), terlihat
bahwa konstituen pendamping adverbia temen dan tenan adalah kata
(13) ratu �(seorang) ratu� dan kata (14) urip �hidup�. Kata (13) ratu
�ratu� berjenis nomina, sedangkan konstituen pendamping (14) urip
�hidup� berjenis verba. Oleh sebab itu, apabila konstituen pendamping adverbia temen
dan tenan berjenis nomina dan verba maka memiliki makna kesungguhan.
Apabila konstituen pendamping adverbia temen dan tenan berjenis
nomina dan verba, maka tidak memerlukan konteks kalimat di sebelah kiri dan
kanan kalimat yang mengandung adverbia temen dan tenan.
Di samping nomina dan verba, ditemukan bahwa
adverbia temen dan tenan juga memiliki makna kesungguhan apabila
konstituen pendampingnya berjenis adjektiva, adverbia, partikel, dan
interjeksi. Konstituen pendamping adverbia temen dan tenan yang
berjenis adjektiva memang dapat digunakan sebagai acuan untuk melihat makna
kesangatan sekaligus makna kesungguhan pada adverbia temen dan tenan.
Berikut merupakan contoh kalimat yang mengandung konstituen pendamping
adjektiva temen dan tenan memiliki makna kesungguhan.
(15)����� Durachman
temen insap lan banjur gelem mlebu sekolah. [RT, 2011; hlm 132]
����������� �Durachman
sungguh insaf dan kemudian bersedia masuk sekolah.�
(Pada kalimat sebelumnya, diceritakan bahwa
Durachman sebagai pelaku utamaS10 merasa jera tidak pernah berangkat
ke sekolah karena ayahnya sebagai pelaku keduaS11 meninggal. Pelaku
keduaS11 meninggal karena terkejut saat mengetahui bahwa pelaku
utama sering bolos sekolah dan kemudian sakit berhari-hari.)
(16)����� Adhuh,
wis kapok tenan aku. [RT, 2011; hlm 16]
����������� �Aduh,
sudah jera sungguhan (benar) aku.�
(Pada kalimat sebelum dan sesudahnya,
diceritakan bahwa pelaku utamaS12 merasa jera karena dilempari batu
oleh pelaku keduaS13.)
Pada contoh kalimat (15) konstituen
pendamping adverbia temen adalah kata (15) insap �insaf�,
sedangkan pada contoh kalimat (16) konstituen pendamping adverbia tenan adalah
kata (16) kapok �jera�. Kata (15) insap �insaf� dan (16) kapok
�jera� merupakan adjektiva. Diketahui bahwa konstituen pendamping adverbia temen
dan tenan yang berjenis adjektiva dapat menyatakan makna kesungguhan
apabila mengarah ke suatu sikap. Sikap yang ditunjukkan konstituen pendamping
adalah perubahan pada sikap saat ini. Jadi, konstituen pendamping adverbia temen
dan tenan yang berjenis adjektiva dapat memiliki makna kesungguhan
apabila pelaku utama melakukan suatu sikap pada saat ini yang menerangkan
kejadian sebelumnya. Adapun selain konstituen pendamping berjenis nomina,
verba, dan adjektiva, ditemukan konstituen pendamping adverbia temen dan
tenan dapat berjenis adverbia, partikel, dan interjeksi.
Menurut Wedhawati (2001), partikel merupakan
kata tugas yang hanya memiliki fungsi gramatikal. Partikel tidak dapat
berderivasi atau diinfleksikan dan tidak memiliki makna leksikal. Interjeksi
merupakan kata yang bersifat afektif dan digunakan untuk mengungkapkan perasaan
seperti kagum, sedih, heran, jijik, dan sebagainya. Interjeksi dapat dipisahkan
dari sebuah kalimat karena bukan merupakan bagian integral kalimat tersebut.
Konstituen pendamping adverbia temen dan tenan yang berjenis
adverbia, partikel, dan interjeksi bahkan hanya membutuhkan konstituen
pendamping beserta adverbia temen atau adverbia tenan saja agar
dapat dilihat makna kesungguhannya. Contohnya antara lain seperti pada frasa temen
ora �sungguh tidak� [DS, 2006], rak tenan �kan sungguh (benar)� [ST,
2005], dan lho tenan �lho sungguh (benar)� [RB, 2020]. Kata ora
�tidak� berjenis adverbia, kata rak �kan� berjenis partikel, dan kata lho
�lho� berjenis interjeksi.
Berangkat dari contoh kalimat (15) dan (16),
ditemukan bahwa adverbia temen dan tenan yang memiliki makna
kesungguhan selalu berhubungan dengan suatu perasaan atau sikap. Sikap yang
dimaksud dapat berupa suatu pembuktian kebenaran. Hal itu juga ditemukan dalam
contoh kalimat berikut.
(17)����� Sapa
sing dakpilih bisa nylidhiki dheweke kuwi temen apa palsu.
[DS, 2006; hlm 15]
����������� �Siapa
yang kupilih bisa menyelidiki sendiri itu sungguh (benar) apa palsu.�
(18)����� Oh,
ngono sidane? Tenan? Wis yakin? [RB, 2020; hlm 89]
����������� �Oh,
begitu jadinya? Sungguh? Sudah yakin?�
Pada contoh kalimat (17) dan (18), konstituen
pendamping adverbia temen dan tenan adalah kata (17) palsu
�palsu� dan (18) yakin �yakin�. Ditemukan bahwa adverbia temen
dan tenan dapat diketahui memiliki makna kesungguhan apabila konstituen
pendampingnya berhubungan dengan pembuktian kebenaran. Pembuktian kebenaran
tersebut mengarah pada suatu pengungkapan, yang dalam contoh kalimat di atas
ingin mengungkapkan suatu kebenaran pada hal yang belum terjadi maupun hal yang
sudah terjadi. Pada contoh kalimat (17) pelaku utama ingin membuktikan suatu
kebenaran, sedangkan pada contoh kalimat (18) pelaku utama ingin
memastikan kebenaran suatu hal yang sudah terjadi. Dalam hal ini, selain untuk
mengungkapkan suatu kebenaran, pengungkapan dapat berupa kekaguman dan
keteguhan.
Apabila dilihat pada contoh kalimat (14),
ditemukan bahwa adverbia temen dan tenan dapat memiliki makna
kesungguhan apabila terdapat sikap yang berisi nasihat dan larangan. Berikut
merupakan contoh kalimatnya.
(19)����� Nyambut
gawe sing temen, nanging aja ngaya ngangsa-angsa! [TP,
2000; hlm 3]
����������� �Bekerja
dengan sungguh, tetapi jangan memaksakan diri!�
(20)����� Barang
kuwi aja kokbuwang! Tenan. Aja kokjupuk! [ST, 2005; hlm 19]
����������� �Barang
itu jangan kamu buang! Sungguh. Jangan kamu ambil!�
Pada contoh kalimat (19) dan (20), konstituen
pendamping adverbia temen dan tenan adalah kata (19) nyambut
gawe �bekerja� dan (20) aja �jangan�. Contoh kalimat (19) bermaksud
untuk memberikan nasihat, sedangkan contoh kalimat (20) bermaksud untuk
memberikan larangan. Ditemukan dalam kalimat yang lain, adverbia temen dan
tenan dapat digunakan untuk memberikan perintah atau bahkan ajakan. Hal
itu menjadikan semua bentuk nasihat, larangan, perintah, dan ajakan yang
berkolokasi dengan adverbia temen dan tenan dapat digunakan untuk
melihat makna kesungguhan pada adverbia temen dan tenan.
Diketahui juga bahwa posisi adverbia temen dan tenan terhadap
konstituen pendamping dapat menunjukkan makna kesungguhan. Hal lainnya juga
ditemukan bahwa adverbia temen dan tenan yang memiliki makna
kesungguhan berposisi di sebelah kiri konstituen pendamping. Adverbia temen dan
tenan yang memiliki makna kesungguhan adalah berposisi pada awal kalimat
atau bahkan berdiri sendiri dalam sebuah kalimat tanpa ada kalimat yang lain.
Berikut merupakan contoh kalimatnya.
(21)����� Tenan.
Aku kandha apa anane. [ST, 2005; hlm 85]
����������� �Sungguh.
Aku berbicara apa adanya.�
(22)����� Kuwi mau sing gawe Niken lan Sekar katon temen
anggone ngrungokna critane simbah. [RB, 2020; hlm 26]
�Itu tadi yang membuat Niken dan Sekar
terlihat sungguh dalam mendengarkan cerita nenek.�
Pada contoh kalimat (21), ditemukan bahwa
adverbia tenan yang berdiri sendiri dalam sebuah kalimat memiliki makna
kesungguhan. Hal itu tidak dapat terjadi apabila adverbia tenan diganti
dengan adverbia temen. Adverbia temen yang digunakan untuk
menggantikan adverbia tenan belum tentu memiliki makna kesungguhan. Hal
itu dapat dilihat apabila pada contoh kalimat (21) adverbia tenan
diganti dengan adverbia temen, maka perlu konteks kalimat sebelumnya.
Kalimat (21) Tenan. Aku kandha apa
anane [ST, 2005; hlm 85] tidak dapat diubah menjadi Temen.
Aku kandha apa anane. Meskipun demikian, adverbia temen dan tenan
pada contoh kalimat (22) dapat saling menggantikan atau bersubstitusi. Kalimat
(22) Kuwi mau sing gawe Niken lan Sekar katon temen anggone
ngrungokna critane simbah [RB, 2020; hlm 26] dapat menjadi Kuwi mau sing
gawe Niken lan Sekar katon tenan anggone ngrungokna critane simbah.
Adverbia temen yang diganti dengan adverbia tenan tetap memiliki
kesungguhan karena adverbia temen dan tenan berada pada satu
kalimat yang sama dengan konstituen pendamping seperti pada kalimat.
SIMPULAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan makna
adverbia temen dan tenan dalam bahasa Jawa. Dalam penelitian ini,
ditemukan bahwa adverbia temen dan tenan merupakan adverbia yang
sama-sama mengalami ketaksaan atau ambiguitas. Ketaksaan terjadi pada adverbia temen
dan tenan karena memiliki makna kesangatan sekaligus makna kesungguhan.
Adverbia temen dan tenan memiliki ciri gramatikal yang berbeda
meskipun maknanya sama. Adverbia temen dapat berangkai dengan kata kanthi
�dengan�, tetapi tidak dapat terjadi pada adverbia tenan. Adverbia tenan
dapat menjadi kata yang mandiri, sedangkan hal ini tidak berlaku pada adverbia temen.
Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa adverbia temen digunakan untuk
menunjukkan perasaan atau pemikiran pribadi pelaku utama, sedangkan adverbia tenan
dapat digunakan untuk menegaskan suatu hal yang sudah divalidasi secara
bersama. Hal itu dapat diketahui dari konstituen pendamping adverbia temen dan
tenan, antara lain adjektiva, nomina, verba, adverbia, partikel, dan
interjeksi.
Konstituen pendamping adverbia temen dan tenan
yang berjenis adjektiva dapat memiliki makna kesangatan atau kesungguhan.
Konstituen pendamping adverbia temen dan tenan yang berjenis
adjektva membutuhkan konteks kalimat sebelum dan sesudahnya, sedangkan
konstituen pendamping yang berjenis nomina, verba, adverbia, partikel, dan
interjeksi tidak. Dari temuan tersebut, adverbia temen dan tenan
merupakan adverbia klausal karena membutuhkan konteks kalimat sebelum dan
sesudahnya. Dapat disimpulkan bahwa konstituen pendamping adverbia temen dan
tenan selain adjektiva pasti memiliki makna kesungguhan. Meskipun
demikian, analisis yang dilakukan terbatas pada jenis kelas kata konstituen
pendamping adverbia temen dan tenan dan posisi adverbia temen
dan tenan terhadap konstituen pendamping. Dengan demikian, penelitian
selanjutnya dapat dilakukan dengan menganalisis fungsi sintaksis kalimat yang
terdapat adverbia temen dan tenan, konstituen pendamping adverbia
temen dan tenan, serta posisi adverbia temen dan tenan terhadap
konstituen pendampingnya lebih dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Alias,
N., dan Salam, R. A. (2019). Kata darjah dan kata penguat dalam dialek
Kelantan. Akademika, 89(1 (SI)), 93-107. Retrieved from
http://ejournals.ukm.my/akademika/issue/view/1175
Alwi, H. (2002). Tata bahasa baku bahasa Indonesia.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Dardjowidjojo, S. (2005). Psikolinguistik pengantar
pemahaman bahasa manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Horne, E. C. (1961). Beginning Javanese. New
Haven: Yale University Press.
Ito, R., dan Tagliamonte, S. (2003). Well weird, right
dodgy, very strange, really cool: Layering and recycling in English
intensifiers. Language in Society, 32(2), 257-279. Retrieved from
https://www.cambridge.org/core/journals/language-in-society/article/abs/well-weird-right-dodgy-very-strange-really-cool-layering-and-recycling-in-english-intensifiers/3D88F9BE63924603C7110C0194A6EC38
Jaya, M. S. (2022). Campur kode: berbaurnya ragam
bahasa dalam keutuhan konteks dan makna. Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan
Bahasa Bali, 3(1), 10-19. Retrieved from
https://www.jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/subasita/article/view/2328
Kridalaksana, H. (1993). Kamus linguistik:
edisi ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Kushartanti, Yuwono, U., dan Lauder, M. R. (2007). Pesona
bahasa. Jakarta: Gramedia.
Moeliono, A, M., dkk. (2017). Tata bahasa baku
Indonesia edisi keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Musaa'adah, M. Y., dan Putri, A. Y. (2019).
Abbreviation forms in Javanese language (bentuk-bentuk abreviasi dalam bahasa
Jawa. Leksema, 4(1), 21-27. Retrieved from
https://oldjournal.iainsurakarta.ac.id/index.php/leksema/article/view/1485
Nuryatiningsih, F. (2022). Relevansi adjektiva human
propensity dalam bahasa Jawa sebagai cerminan pandangan hidup manusia Jawa. Deskripsi
Bahasa, 5(2), 50-57. Retrieved from
https://journal.ugm.ac.id/v3/DB/article/view/5849
Poerwadarminta, W. (1939). Baoesastra Djawa.
Batavia: J.B. Wolters.
Sirang, B. G. (2021). Makna dan posisi adverbia dalam
Jugendmagazin. Jurnal Elektronik Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi,
22(2021), 1-15. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/jefs/article/view/35290
Sudarmanto. (2011). Kamus lengkap bahasa Jawa.
Semarang: Widya Karya.
Sudaryanto. (1991). Tata bahasa buku bahasa Jawa.
Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sugiyono. (2017). Metode penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Sulistyowati, H., S, M. S., dan Subakti, S. H. (2016).
Tingkat Perbandingan Adjektiva dalam Bahasa Jawa. Yogyakarta: Erhaka
Utama.
Wedhawati, dkk. (2001). Tata Bahasa Jawa Mutakhir.
Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
|
|