Adverbia Temen dan Tenan Sebagai Penanda Kesangatan dan Kesungguhan dalam Bahasa Jawa

 

� Adverbs Temen and Tenan as Markers of Extremeness and Seriousness in Javanese

 

1)* Melvi Ilya Herdiana, 2)Novika Stri Wrihatni

1,2,Universitas Indonesia.

 

*Email: 1) [email protected], 2) [email protected]

*Correspondence: 1) Melvi Ilya Herdiana

 

DOI: 10.59141/comserva.v4i3.1404

 

 

 

 

 

ABSTRAK

Adverbia temen dan tenan dalam bahasa Jawa menunjukkan makna yang sama. Berbagai penelitian terdahulu terbatas pada definisi adverbia temen dan tenan. Penelitian ini menemukan perbedaan adverbia temen dan tenan apabila dilihat dari suatu konstruksi. Tujuan penelitian ini untuk menunjukkan perbedaan adverbia temen dan tenan secara gramatikal serta menunjukkan makna kesangatan dan kesungguhan pada adverbia temen dan tenan. Sumber data penelitian ini berupa novel dan cerkak berbahasa Jawa pada tahun 2000-2020. Dari sumber data tersebut, terdapat permasalahan pada data berupa kalimat yang mengandung adverbia temen dan tenan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan cara penyajian informal, yaitu tanpa menggunakan lambang khusus. Hasil analisis menunjukkan bahwa adverbia temen dan tenan memiliki perbedaan secara gramatikal, tetapi sama-sama dapat digunakan untuk menunjukkan makna kesangatan dan kesungguhan. Makna kesangatan dan kesungguhan pada adverbia temen dan tenan dipengaruhi oleh kelas kata konstituen pendamping dan posisi adverbia temen dan tenan, atau bahkan konteks kalimat sebelum dan sesudahnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adverbia temen dan tenan mengalami ketaksaan sehingga membutuhkan konstituen pendamping atau konteks untuk mengetahui maknanya.

 

Kata kunci: adverbia temen; adverbia tenan; makna kesangatan; makna kesungguhan; konstituen pendamping

 

ABSTRACT

Adverbs temen and tenan in Javanese language shows the same meaning. Various previous studies are limited to the definition of temen and tenan. This research found differences of adverbs temen and tenan viewed from a construction. Purpose of this research to shows differences of adverbs temen and tenan grammatically and shows the meaning of excessive and sincerity in adverbs temen and tenan. Data sources of this research i.e. novel and cerkak in Javanese language at 2000-2020. From these data sources, there are problems in the data, i.e. sentences that contain adverbs temen and tenan. This research uses qualitative methods with an informal presentation, without the use of special symbols. Analysis results of this research shows that adverbs temen and tenan has grammatical differences, but both can be used to shows the meaning of excessive and sincerity. Adverbs temen and tenan excessive and sincerity meaning influenced by the word class of the companion constituents and adverbs temen and tenan position, or even the context of the sentence before and after the adverbs. The conclusion of this research there is ambiguity in adverbs temen and tenan, so requires a companion constituents or context to know its meaning.

 

Keywords: Adverbs temen; adverbs tenan; excessive meaning; sincerity meaning; companion constituents

 

 


PENDAHULUAN

Adverbia merupakan kategori kata yang digunakan untuk menerangkan kategori kata yang lain. Hal itu juga berlaku untuk adverbia dalam bahasa Jawa. Topik penelitian ini adalah adverbia temen dan tenan dalam bahasa Jawa. Adverbia temen dan tenan tidak dapat diketahui maknanya apabila tidak melihat konstruksinya terlebih dahulu. Menurut Wedhawati (2001), adverbia berfungsi untuk memberi keterangan pada sebuah konstruksi. Unsur yang diberi keterangan dapat berupa kata, frasa, maupun klausa. Berdasarkan penelitian terdahulu, kata yang diberi keterangan dengan menggunakan adverbia temen dan tenan sebagai objek penelitian adalah berupa adjektiva predikatif. Oleh sebab itu, contoh yang diberikan pada penelitian terdahulu terbatas pada adverbia predikatif. Berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian ini menunjukkan bahwa adverbia temen dan tenan juga dapat memberikan keterangan pada jenis adjektiva yang lain. Hal itu membuat adverbia temen dan tenan juga dapat berfungsi sebagai adverbia yang lain. Poerwadarminta (1939) menyebutkan bahwa adverbia temen dan tenan dapat memiliki makna kesangatan dan kesungguhan, tetapi tidak menjelaskan perbedaannya.

Sudaryanto (1991) membagi adverbia menjadi adverbia monomorfemis dan adverbia polimorfemis. Adverbia monomorfemis merupakan adverbia yang terdiri dari satu morfem, seperti adverbia temen yang merupakan kata dasar. Menurut Horne (1961), Sudaryanto (1991), Wedhawati (2001), dan Nuryatiningsih (2022), kata temen digunakan sebagai kata penguat yang memiliki makna kesangatan. Sudaryanto (1991) menggunakan kata timen sebagai kata yang memiliki makna kesangatan, sedangkan Wedhawati (2001) menggunakan kata temenan. Sama halnya dengan Sudaryanto (1991), menurut Poerwadarminta (1939) arti kata timen merujuk pada kata temen dan temenan. Sudarmanto (2014) juga menambahkan bahwa kata temen merupakan kata dasar dari kata temenan. Kata temen dapat berarti �sangat�, �jujur�, �tidak palsu�, atau �asli�, sedangkan kata temenan dapat berarti �benar-benar� atau �sungguh�.

Berbagai penelitian terdahulu belum menjelaskan mengenai jenis adjektiva yang diterangkan oleh adverbia temen. Bahkan beberapa penelitian tersebut lebih berfokus pada frasa yang mengandung adverbia temen. Sudaryanto (1991) memberikan contoh frasa yang mengandung adverbia temen seperti akeh temen �sangat banyak� dan adoh temen �sangat jauh�. Adapun pendapat dari Moeliono dan Anton (2017), bahwa adjektiva predikatif digunakan sebagai pelengkap dalam sebuah kalimat. Berdasar pendapat Moeliono dan Anton (2017), maka adjektiva yang diterangkan oleh adverbia temen dalam contoh frasa tersebut dapat menunjukkan fungsi adjektiva predikatif. Dari hal itu, adverbia temen dan tenan dikategorikan sebagai adverbia predikatif. Adverbia lainnya seperti kata tenan juga memiliki makna kesangatan. Menurut Musaa�adah dan Putri (2019), kata tenan merupakan sinkop atau pengurangan dari kata temenan. Pendapat dari Poerwadarminta (1939) menguatkan bahwa kata tenan maknanya sama dari kata temen dan temenan. Wedhawati (2001) dan Jaya (2022) juga menyebutkan bahwa kata tenan dapat digunakan sebagai kata penguat yang memiliki makna kesangatan. Hal itu menyebabkan kata tenan dikelompokkan ke dalam frasa adjektival graduatif yang berada di tingkat kesangatan paling tinggi (eksesif). Pengelompokkan itu berdasar pendapat Wedhawati (2001) yang menyebutkan kata tenan dalam berbentuk frasa, contohnya adoh tenan �benar-benar jauh�. Kata �benar-benar� memiliki makna kesangatan sebagaimana terdapat dalam KBBI. Berdasarkan penelitian terdahulu, untuk mengetahui makna dari adverbia temen dan tenan, diperlukan konstituen lain sehingga adverbia temen dan tenan yang selalu berangkai dengan kata yang lain dapat menjadi adjektiva.

Alias dan Salam (2019) menjelaskan bahwa adjektiva dapat berposisi di sebelah kanan dan kiri kata penguat �sangat� dan �sungguh�, sedangkan kata penguat �sekali�, �benar�, dan �betul� hanya berposisi di sebelah kanan kata adjektiva. Nuryatiningsih (2022) mendukung pendapat bahwa kata tenan dapat melengkapi adjektiva. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa adverbia temen dan tenan tidak hanya memberikan keterangan pada adjektiva. Jenis kelas kata yang lain juga dapat memengaruhi makna dari adverbia temen dan tenan. Penelitian ini menunjukkan pengaruh jenis kelas kata terhadap adverbia temen dan tenan berdasarkan kalimat yang telah disediakan. Kelas kata yang dimaksud merupakan kelas kata konstituen pendamping adverbia temen dan tenan.

Konstituen pendamping adverbia temen dan tenan digunakan untuk melihat makna adverbia temen dan tenan. Hal itu karena dalam penelitian terdahulu berfokus dan terbatas pada definisi frasa atau kalimat yang mengandung adverbia temen dan tenan. Pada penelitian terdahulu, adverbia temen dan tenan selalu berangkai dengan kata yang lain sehingga maknanya bergantung pada kata yang berangkai dengan adverbia temen dan tenan. Untuk menjelaskan makna kesangatan dan kesungguhan, diperlukan konstituen pendamping adverbia temen dan tenan dalam suatu konstruksi. Dari konstituen pendamping adverbia temen dan tenan dalam sebuah konstruksi, terdapat permasalahan terhadap makna adverbia temen dan tenan.

Dalam penelitian ini, permasalahan adverbia temen dan tenan terdapat pada konstruksi berupa kalimat yang diambil dari cerkak (cerita pendek berbahasa Jawa) berjudul Antologi Cerkak: Nalika Rembulan Bunder (2020), yaitu sebagai berikut.

(1)                             Dhuh, kaniaya temen nasibmu! [RB, 2020; hlm 76]

�Duh, tersiksa sekali nasibmu!�

(2)                             Dongane panjenengan kok elek tenan. [RB, 2020; hlm 13]

�Doa Anda kok jelek sekali.�

(3)                             Beja temen priya sing bisa mengku Njenengan, Bu. [RB, 2020; hlm 5]

�Sungguh beruntung pria yang bisa memperistri Anda, Bu.�

(4)                             Lho tenan, lha, mau sampeyan rak krungu dhewe Pak Kepala ngendikan iya. [RB, 2020; hlm 87]

�Lho sungguh, lha, tadi Anda kan mendengar sendiri Pak Kepala membicarakanya.�

 

Empat contoh kalimat di atas menunjukkan bahwa adverbia temen dan tenan dapat digunakan sebagai kata penguat yang memiliki makna kesangatan dan memiliki makna kesungguhan. Kalimat yang mengandung adverbia temen dan tenan memiliki makna kesangatan muncul pada contoh kalimat (1) dan (2), sedangkan kalimat yang menunjukkan adverbia temen dan tenan memiliki makna kesungguhan muncul pada contoh kalimat (3) dan (4). Untuk menunjukkan adverbia temen dan tenan baik yang memiliki makna kesangatan atau kesungguhan, kalimat dapat dilihat dari proses sintaksis karena melibatkan kata, frasa, klausa, maupun kalimat di sebelah kanan dan kiri adverbia temen dan tenan.

Dari empat kalimat di atas, terdapat permasalahan mengenai kemungkinan bahwa adverbia temen dan tenan dapat saling menggantikan atau bersubstitusi. Contohnya pada kalimat �Dhuh, kaniaya temen nasibmu!� [RB, 2020; hlm 76]. Adverbia temen dapat ,digantikan dengan adverbia tenan. Begitu pula pada kalimat �Dongane panjenengan kok elek tenan.� Adverbia tenan dapat digantikan dengan adverbia temen. Substitusi tersebut ternyata tidak dapat dilakukan pada kalimat tertentu, contohnya pada kalimat �Tenan. Aku kandha apa anane� [ST, 2005; hlm 85]. Kata tenan pada kalimat tersebut tidak dapat diganti dengan kata temen. Hal itu dikarenakan perbedaan makna adverbia temen dan tenan apabila konstruksi diubah. Adverbia temen dan tenan memiliki ciri yang berbeda dalam suatu konstruksi, baik yang memiliki makna kesangatan maupun kesungguhan. Adverbia temen dan tenan sama-sama dapat memiliki makna kesangatan dan kesungguhan serta memiliki perbedaan apabila keduanya berangkai di dalam suatu konstruksi.

Perbedaan makna adverbia temen dan tenan dalam suatu konstruksi ini yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu perbedaan adverbia temen dan tenan serta makna kesangatan dan kesungguhan pada adverbia temen dan tenan. Untuk memecahkan permasalahan penelitian, diperlukan konstituen pendamping yang dapat membantu pengelompokkan adverbia temen dan tenan sebagai kata penguat yang memiliki makna kesangatan maupun kesungguhan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilihat posisi adverbia temen dan tenan terhadap konstituen pendamping. Tidak hanya itu, posisi adverbia temen dan tenan juga dapat memengaruhi makna.

Tujuan penelitian ini adalah menunjukkan perbedaan adverbia temen dan tenan secara gramatikal sekaligus menunjukkan makna adverbia temen dan tenan. Tujuan penelitian itu diperoleh melalui dua tahap, yaitu menentukan konstituen pendamping dan menentukan makna adverbia temen dan tenan. Konstituen pendamping adverbia temen dan tenan dapat digunakan untuk mengetahui ciri gramatikal dan makna adverbia temen dan tenan. Ciri gramatikal menunjukkan perbedaan antara adverbia temen dan tenan, sedangkan makna adverbia temen dan tenan dapat sama atau berbeda bergantung pada konstruksinya. Oleh karena itu, baik adverbia temen dan tenan memiliki kemungkinan untuk bersubstitusi atau tidak. Hal itu kemudian membuat makna adverbia temen dan tenan dibagi menjadi makna kesangatan dan makna kesungguhan.

 

METODE

Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif digunakankarena data berupa kalimat yang tersedia diolah secara kualitatif (Sugiyono, 2017). Metode ini bertujuan untuk memperoleh makna dari data yang telah disediakan. Data yang disediakan berupa kalimat dengan sedikit konteks untuk menunjang pemahaman terhadap kalimat tersebut. Dalam penelitian ini, dilakukan studi pustaka untuk mengumpulkan sumber data. Menurut Sugiyono (2017), studi pustaka merupakan data sekunder yang didapatkan melalui perantara. Salah satu sumber data sekunder dapat berupa buku atau novel. Meskipun demikian, sumber data berupa novel digunakan sebagai sumber data utama dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah novel dan cerkak (cerita cekak) pada tahun 2000-2020. Adapun judul novel dan cerkak yang digunakan antara lain adalah Tangan Prakosa (2000), Senthir (2005), Dom Sumurup ing Banyu (2006), Kebacut Tresna (2011), Antologi Cerkak Remaja Taman Putra (2011), dan Nalika Rembulan Bunder (2020). Sumber data tersebut digunakan karena terdapat permasalahan pada adverbia temen dan tenan. Pada dasarnya novel dan cerkak merupakan prosa yang memuat narasi sekaligus dialog. Dalam penelitian terdahulu juga belum ada yang menggunakan sumber data novel maupun cerkak sehingga pemilihan sumber data di dalam penelitian ini adalah untuk menghasilkan kebaruan penelitian.

Kebaruan penelitian ini berupa adverbia temen dan tenan yang sekaligus menjadi alat penentu atau objek penelitian. Penyediaan data adverbia temen dan tenan menggunakan perangkat, yaitu AntConc. Penggunaan AntConc membantu dengan cepat untuk penyediaan data kata temen dan tenan. Untuk melakukan penyediaan data, langkah pertama yang dilakukan adalah menyeleksi kalimat yang mengandung adverbia temen dan tenan. Dalam proses ini, sumber data diubah menjadi dokumen elektronik berformat .txt (text) agar dapat terbaca oleh AntConc. Data berupa kalimat yang mengandung adverbia temen dan tenan dikumpulkan melalui mesin pencarian dalam AntConc kemudian disusun dengan kalimat utuhnya. Apabila ada satu kalimat yang belum jelas, perlu ditambahkan kalimat di sebelah kanan atau kiri kalimat yang mengandung adverbia temen dan tenan. Bahkan jika kalimat yang ditambahkan masih belum dapat digunakan untuk menunjukkan makna adverbia temen dan tenan, maka ditambahkan konteks kalimat di sebelah kanan atau kirinya.

Langkah pertama dalam analisis penelitian ini adalah melihat kalimat berdasarkan fungsi sintaksisnya. Fungsi sintaksis hanya digunakan sebagai alat untuk menentukan konstituen pendamping yang diberikan keterangan oleh adverbia temen dan tenan. Adverbia temen dan tenan tidak selalu berkolokasi di sebelah kanan atau kiri konstituen pendamping. Adverbia temen dan tenan dapat berjarak beberapa kata di sebelah kanan atau kiri konstituen pendamping. Menurut Matthews (1997), konstituen merupakan relasi bersifat sintaksis dalam suatu struktur kalimat. Oleh sebab itu, analisis kedua yaitu menentukan kelas kata konstituen pendamping adverbia temen dan tenan. Hockett (1958) menyebutkan bahwa kelas kata dapat ditentukan dari pangkalnya sehingga dapat menunjukkan perilaku sintaksis tertentu. Dalam penelitian ini, kelas kata konstituen pendamping dianalisis karena dapat memengaruhi makna adverbia temen dan tenan.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adverbia temen dan tenan dapat digunakan sebagai kata penguat yang memiliki makna kesangatan dan kesungguhan. Pernyataan tersebut didukung pendapat dari Poerwadarminta (1939) yang menyebutkan bahwa adverbia temen dan tenan dapat memiliki makna kesangatan dan kesungguhan. Pada berbagai penelitian terdahulu, adverbia temen dan tenan terbatas pada pengertian yang selalu berangkai dengan kalimat lain. Pada penelitian terdahulu juga terbatas pada pengertian adverbia temen dan tenan tanpa penjelasan bagaimana pengertian tersebut didapatkan. Oleh sebab itu, pada penelitian terdahulu jenis kelas kata yang digunakan berbeda-beda. Adverbia temen dan tenan dikelompokkan menjadi adverbia, adjektiva, dan sebagai eksklamasi. Adverbia temen dan tenan juga dikategorikan sebagai adverbia karena memberikan keterangan pada kata yang lain. Di sisi lain, adverbia temen dan tenan selalu berangkai dengan kata lain yang membuat adverbia temen dan tenan dikategorikan sebagai adjektiva.

Adapun pendapat Horne (1961) yang menyebutkan bahwa adverbia temen dan tenan digunakan sebagai eksklamasi karena dapat digunakan untuk menunjukkan ekspresi dalam bahasa Inggris seperti how�!, what�!, what a�!, certainly, dan sure(ly). Adverbia temen dan tenan sebagai eksklamasi biasanya terletak di akhir predikat, contoh padanannya dalam bahasa Inggris antara lain seperti ekspresi What a tall building! dan That building certainly is tall. Terdapat penanda kesangatan yang serupa dengan adverbia temen dan tenan dalam bahasa Inggris Kontemporer menurut Ito dan Tagliamonte (2003), yaitu kata very �sangat�. Bahkan dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa penanda kesangatan tidak memiliki makna kesangatan secara tiba-tiba, tetapi berasal dari kata yang menunjukkan makna

Makna kesangatan dan kesungguhan beserta cirinya pada adverbia temen dan tenan ditunjukkan dalam penelitian ini. Dengan demikian, pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua sub bab, yaitu makna kesangatan pada adverbia temen dan tenan serta makna kesungguhan pada adverbia temen dan tenan. Hasil penelitian diperoleh setelah menentukan fungsi sintaksis kalimat, melihat posisi konstituen pendamping adverbia temen dan tenan, serta menentukan kelas kata konstituen pendampingnya. Fungsi sintaksis kalimat yang mengandung adverbia temen dan tenan hanya digunakan untuk menentukan konstituen pendampingnya. Adapun konstituen pendamping adverbia temen dan tenan digunakan untuk melihat makna kesangatan atau kesungguhan adverbia temen dan tenan. Konstituen pendamping yang sudah ditentukan kemudian dilihat posisi dan kelas katanya. Posisi dan kelas kata konstituen pendamping digunakan untuk melihat makna kesangatan dan makna kesungguhan pada adverbia temen dan tenan. Dari hal itu, ditemukan bahwa adverbia temen dan tenan juga memiliki perbedaan meskipun dikelompokkan makna yang sama. Oleh karena itu, penelitian ini menunjukkan perbedaan adverbia temen dan tenan sebagai penentu sub bab mengenai makna adverbia temen dan tenan.

 

Gramatika

Dalam penelitian ini, ditemukan perbedaan antara adverbia temen dan tenan secara gramatikal. Hal itu berlaku bagi adverbia temen dan tenan yang memiliki makna kesangatan maupun kesungguhan. Hal itu didasari oleh adverbia temen dan tenan yang dapat memiliki makna yang sama. Dalam berbagai penelitian terdahulu belum menjelaskan hal itu, sehingga temuan perbedaan ciri gramatikal dalam penelitian ini disamakan analisisnya dengan analisis makna adverbia temen dan tenan.

Adverbia temen dan tenan dapat ditentukan ciri gramatikalnya apabila berangkai dengan kata yang lainnya. Hal itu karena pengertian adverbia temen dan tenan memerlukan kata lain agar dapat dianalisis. Jadi, apabila selalu berangkai dengan kata yang lainnya, maka adverbia temen dan tenan menjadi bentuk adjektiva. Wedhawati (2001) mengelompokkan kata tenan sebagai frasa adjektival graduatif yang memiliki makna kesangatan dan berada di tingkat kesangatan paling tinggi (eksesif). Kata lain yang digunakan untuk menentukan intensitas konstituen pendamping berturut-turut mulai tingkat kesangatan paling tinggi antara lain adalah tenan �benar-benar�, banget �sangat�, dan rada �agak�. Meskipun demikian, ditemukan bahwa adverbia tenan yang memiliki makna kesangatan hanya digunakan untuk membandingkan dua tindakan yang berbeda. Berikut merupakan contoh kalimat pendukungnya.

 

(5)                    Wah, wah, wah, elok tenan, padha mobilan. Paling ora sepedha motoran. [KT, 2011; hlm 13]

�Wah, wah, wah, bagus sekali, sama-sama (mengendarai) mobil. Paling tidak (mengendarai) sepeda motor.�

(Pada kalimat sebelumnya, diceritakan bahwa pelaku utama S1 merasa heran karena ada yang datang mengendarai mobil dan motor di angkringan langganannya.)

 

Pada contoh kalimat di atas (5), ditemukan bahwa adverbia tenan yang memiliki makna kesangatan digunakan sebagai atribut yang mengisi fungsi predikat. Hal itu dapat terjadi setelah adverbia tenan berangkai dengan adjektiva (5) elok �bagus� sebagai konstituen pendamping sehingga menjadi frasa adjektival. Pada frasa elok tenan �bagus sekali�, adverbia tenan yang berangkai dengan adjektiva merupakan adjektiva komparatif. Menurut Moeliono (2017), adjektiva komparatif digunakan untuk menyatakan �lebih � daripada ��. Pada contoh kalimat (5), komparasi atau perbandingan ditunjukkan berdasarkan kata mobilan �(mengendarai) mobil� dan motoran �(mengendarai) motor�. Oleh karena itu, pada contoh kalimat (5) terlihat bahwa frasa elok tenan �bagus sekali� dapat dikomparasikan dengan adjektiva elok �bagus�. Gambar di bawah dibuat untuk menunjukkan komparasi tersebut.

Gambar 1. Intensitas Kesangatan Adverbia Tenan

 

Pada gambar 1, terlihat bahwa adverbia tenan dapat digunakan untuk membandingkan adjektiva dengan adjektiva yang diberikan kesangatan atau dalam hal ini adalah adjektiva + tenan. Adjektiva yang dibandingkan oleh adverbia tenan memiliki konteks yang sudah divalidasi. Oleh karena itu, adverbia tenan digunakan untuk menegaskan suatu hal yang sudah memiliki penilaian. Hal itu diperkuat dengan ditemukannya adverbia tenan yang dapat digunakan sebagai kata yang mandiri. Berikut contoh kalimat pendukungnya.

 

(6)������� Tenan. Aku kandha apa anane. [ST, 2005; hlm 85]

����������� �Sungguh. Aku berbicara apa adanya.�

 

Dari contoh kalimat (6), ditemukan bahwa adverbia tenan dapat digunakan secara mandiri. Adverbia tenan dapat berdiri sendiri dalam sebuah kalimat dengan tujuan untuk menegaskan sesuatu yang telah dibicarakan pada kalimat sebelumnya. Pada contoh kalimat (6) juga disajikan kalimat berikutnya yang digunakan sebagai pendukung bahwa adverbia tenan pada contoh kalimat tersebut ingin menegaskan sesuatu. Hal itu tidak dapat terjadi pada adverbia temen. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa adverbia temen tidak dapat digunakan sebagai kata yang mandiri. Ditambah bahwa adverbia temen juga memiliki pembanding yang jelas. Pembanding yang digunakan oleh adverbia temen juga merupakan adjektiva. Konteks yang dimaksud dari adjektiva tersebut masih merupakan pendapat pribadi. Berikut merupakan contoh kalimat pendukungnya.

 

(7)������� Wangsulane ora kepengin, banjur nuduhake dhuwit sangu saka sak klambi rong ewu rupiyah! Dhuh Gusti, akeh temen, batinku ngrintih. [RB, 2020; 74]

�Bilangnya tidak ingin, kemudian menunjukkan uang saku dari saku baju, dua ribu rupiah! Duh Gusti, banyak sekali, batinku merintih.�

(Pada kalimat sebelumnya, diceritakan bahwa pelaku utamaS2 ingin memberikan uang saku kepada pelaku keduaS3, tetapi pelaku keduaS3 menolak karena sudah membawa uang saku.)

 

Dari contoh kalimat (7), konstituen pendamping adverbia temen merupakan adjektiva akeh �banyak�. Dalam kalimat sebelumnya, diceritakan bahwa pelaku utamaS2 ingin memberikan uang saku kepada pelaku keduaS3 yang kemudian ditolak oleh pelaku keduaS3 karena sebenarnya sudah membawa uang saku sendiri. Hal itu kemudian membuat pelaku keduaS3 mengeluarkan uang dari sakunya sebanyak dua ribu rupiah. Menurut pelaku utamaS2, nominal tersebut sangat banyak yang ditandai dengan frasa akeh banget �banyak sekali�. Banyak yang dimaksud belum tentu banyak bagi orang lain juga. Bisa jadi menurut orang lain termasuk pelaku keduaS3 nominal tersebut dianggap banyak yang belum di luar batas. Gambar di bawah dibuat untuk menunjukkan komparasi tersebut.

 

Gambar 2. Intensitas Kesangatan Adverbia Temen

 

Pada gambar 2, terlihat bahwa adverbia temen dapat digunakan untuk membandingkan adjektiva dengan adjektiva yang diberikan kesangatan atau dalam hal ini adalah adjektiva + temen. Adjektiva yang dibandingkan oleh adverbia temen memiliki konteks yang belum divalidasi. Oleh karena itu, adverbia temen digunakan untuk menunjukkan pendapat pelaku utamaS2 atas perasaan pribadinya. Hal itu diperkuat dengan adverbia temen pada contoh kalimat berikut.

 

(8)������� Kabeh daklakoni kanthi temen, madhep mantep. [ST, 2005; hlm 38]

����������� �Semua kulakukan dengan sungguh, berpendirian kuat.�

 

Pada contoh kalimat (8), konstituen pendamping adverbia temen adalah kata daklakoni �kulakukan�. Contoh kalimat (8) bertujuan untuk menunjukkan kesungguhan pelaku utama dengan melakukan semuanya. Meskipun demikian, hal yang dilakukan oleh pelaku utama tersebut belum tentu dianggap sungguh-sungguh oleh orang lain. Hal itu didukung dengan adverbia temen yang tidak dapat digantikan oleh adverbia tenan pada contoh kalimat (8). Salah satu penandanya adalah terdapat kata kanthi �dengan� pada contoh kalimat (8). Pada contoh tersebut, ditemukan bahwa kata kanthi �dengan� dapat berangkai dengan adverbia temen, tetapi tidak dapat berangkai dengan adverbia tenan.

 

Makna

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa adverbia temen dan tenan dapat memiliki makna yang sama. Adverbia temen dan tenan dapat digunakan sebagai kata penguat yang memiliki makna kesangatan. Horne (1961), Sudaryanto (1991), Wedhawati (2001), dan Nuryatiningsih (2022) juga sependapat dengan hal itu. Dari analisis yang telah dilakukan, terdapat adverbia temen dan tenan yang memiliki makna kesangatan dalam contoh kalimat berikut.

 

(9)������� Wah, wah, wah, elok tenan, padha mobilan. Paling ora sepedha motoran. [KT, 2011; hlm 13]

�Wah, wah, wah, bagus sekali, sama-sama (mengendarai) mobil. Paling tidak (mengendarai) sepeda motor.�

(Pada kalimat sebelumnya, diceritakan bahwa pelaku atau subjekS4 dari kalimat di atas merasa heran karena ada yang datang mengendarai mobil dan motor di angkringan langganannya.)

 

Konstituen pendamping pada contoh kalimat (9) adalah kata (9) elok �bagus�. Kata elok �bagus� didapatkan setelah kalimat disegmentasi dan ditentukan fungsi sintaksisnya. Kata elok �bagus� merupakan adjektiva yang menempati posisi fungsi predikat. Adverbia tenan pada contoh kalimat di atas digunakan untuk menerangkan kata elok �bagus� sehingga dapat dikategorikan sebagai adverbia predikatif. Kata elok �bagus� dikelompokkan ke dalam adjektiva sesuai dengan ciri-ciri adjektiva. Menurut Wedhawati (2001), adjektiva mengisi fungsi predikat dan juga sebagai modifikator atau pemberi keterangan pada nomina. Adjektiva dapat berangkai dengan kata dhewe �paling�, luwih �lebih�, banget �sangat�, dan rada �agak�.

Pada contoh kalimat (9), konstituen pendamping terletak di sebelah kiri adverbia tenan. Oleh sebab itu, konstituen pendamping yang berposisi di sebelah kiri adverbia tenan dapat digunakan untuk menunjukkan makna kesangatan. Adapun dalam penelitian ini ditemukan bahwa konstituen pendamping yang berposisi di sebelah kiri adverbia tenan berjenis adjektiva tidak hanya digunakan sebagai kata penguat yang memiliki makna kesangatan. Meskipun demikian, berlandaskan beberapa penelitian terdahulu, adverbia tenan dapat memiliki makna kesangatan dan kesungguhan. Dalam contoh kalimat berikut, diperlihatkan adverbia temen dan tenan yang digunakan sebagai kata penguat memiliki makna kesangatan.

 

(10)����� Wangsulane ora kepengin, banjur nuduhake dhuwit sangu saka sak klambi, rong ewu rupiyah! Dhuh Gusti, akeh temen, batinku ngrintih. [RB, 2020; hlm 74]

�Bilangnya tidak ingin, kemudian menunjukkan uang saku dari saku baju, dua ribu rupiah! Duh Gusti, banyak sekali, batinku merintih.�

(Pada kalimat sebelumnya, diceritakan bahwa pelaku utama S5 ingin memberikan uang saku kepada pelaku keduaS6, tetapi pelaku keduaS6 menolak karena sudah membawa uang saku.)

 

(11) ������� Oh, wis suwe tenan! Suwe tenan kita pisah! [DS, 2006; hlm 57]

��������� �Oh, sudah lama sekali! Lama sekali kita pisah!�

(Pada kalimat sebelumnya, diceritakan bahwa pelaku utamaS7 dari kalimat di atas merasa kaget karena kehadiran pelaku keduaS8 yang diajak berbicara. Hal itu karena keduanya sudah sangat lama tidak bertemu.)

 

Pada contoh kalimat (10) dan (11), konstituen pendamping adverbia temen dan tenan berjenis adjektiva, yaitu kata (10) akeh �banyak� dan (11) suwe �lama�. Dengan demikian, kalimat yang mengandung adverbia temen dan tenan dan memiliki makna kesangatan selalu berkolokasi dengan kalimat lain yang konstituennya juga berjenis adjektiva. Pada contoh kalimat (10) dan (11) juga ditemukan bahwa adjektiva digunakan untuk menerangkan kalimat yang mengandung adverbia temen dan tenan dan disebut adjektiva human propensity. Hal itu sesuai dengan konteks kalimat di sebelah kiri dari kalimat yang mengandung adverbia temen dan tenan. Pada contoh kalimat (9), (10), dan (11) terlihat karakteristik manusia atau sifat manusia, antara lain heran dan kaget.

Adverbia temen ke dalam adjektiva human propensity sejalan dengan pendapat (Nuryatiningsih, 2022). Sama halnya dengan Nuryatiningsih (2022), Ito dan Tagliamonte (2003) yang membahas kata penguat memiliki makna kesangatan juga menyebutkan adjektiva human propensity. Menurut Ito dan Tagliamonte (2003), adjektiva human propensity merupakan salah satu adjektiva yang dapat digunakan untuk menguji kata penguat. Oleh sebab itu, adverbia temen dan tenan dapat memiliki makna kesangatan apabila adjektiva konstituen pendampingnya menunjukkan suatu karakteristik atau sifat manusia. Seperti halnya dalam penelitian ini, ditemukan bahwa karakteristik yang digunakan sebagai adjektiva tersebut condong pada perasaan manusia sebagai pelaku utama sehingga menyebabkan makna kesangatan pada adverbia temen dan tenan.

Meskipun demikian, dalam penelitian ini ditemukan bahwa konstituen pendamping adverbia temen dan tenan yang berjenis adjektiva tidak hanya digunakan untuk menunjukkan makna kesangatan. Oleh sebab itu, konstituen pendamping di luar kalimat yang mengandung adverbia temen dan tenan juga digunakan. Berikut merupakan contoh kalimat tersebut.

 

(12)����� Ndadak dikunjara barang. Ribet temen. [RB, 2020; hlm 59]

����������� �Malah dipenjara segala. Ribet sekali.�

(Pada kalimat sebelumnya diceritakan bahwa pelaku utamaS9 merasa heran karena seseorang yang terlibat dalam tabrakan kemudian dipenjara seperti pelaku tindak kriminal.)

 

Pada contoh kalimat (12), konstituen pendamping adverbia temen adalah kata ribet �ribet� yang merupakan adjektiva. Kata ribet �ribet� merujuk pada kata dikunjara �dipenjara� yang dikategorikan sebagai verba. Kata dikunjara �dipenjara� merupakan verba yang bentuk dasarnya adalah nomina, yaitu kunjara �penjara�. Menurut Wedhawati (2001), verba di- yang menerangkan nomina memiliki makna dikenai alat, dalam contoh kalimat di atas adalah �penjara�. Jadi, pada contoh kalimat (12) yang dimaksud adalah �dikenai penjara�. Pada contoh kalimat (12), konteks kalimat di sebelah kirinya juga berjenis verba. Hal itu terlihat pada kejadian tabrakan yang dijadikan sebagai acuan pada contoh kalimat (12). Dari hal itu, ditemukan bahwa adverbia temen dan tenan yang bermakna kesangatan memiliki konstituen pendamping berjenis adjektiva pada kalimat yang sama dan memiliki konstituen pendamping berjenis verba pada kalimat yang lain.

Pada contoh kalimat (9), (10), (11), dan (12) selanjutnya ditemukan bahwa adverbia temen dan tenan merupakan adverbia kausal. Menurut Sirang (2021), adverbia kausal digunakan untuk memberi keterangan pada suatu sebab dari terjadinya suatu hal. Sirang (2021) juga menyebutkan bahwa adverbia kausal muncul sebelum adjektiva, tetapi dalam penelitian ini ditemukan bahwa adverbia kausal yang muncul berposisi di sebelah kanan adjektiva. Perbedaan temuan penelitian dipengaruhi oleh bahasa dan konstruksi yang digunakan dalam penelitian, sehingga ditemukan bahwa perbedaan tersebut menyumbang kebaruan penelitian dalam bahasa Jawa.

Contoh-contoh kalimat atas adalah untuk mengetahui bahwa adverbia temen dan tenan digunakan sebagai penguat yang memiliki makna kesangatan. Pada contoh-contoh kalimat tersebut, dapat diketahui bahwa adverbia temen dan tenan merupakan adverbia yang mengalami ketaksaan. Ambiguitas dapat terjadi pada suatu konstruksi yang mengandung adverbia temen dan tenan karena memiliki lebih dua makna. Alwi (2002) berpendapat bahwa secara sintaksis ketaksaan dapat terjadi apabila terjadi ambiguitas yang disebabkan karena memiliki lebih dari satu makna. Secara gramatikal, Dardjowidjojo (2005) mengkategorikan ketaksaan menjadi ketaksaan sementara dan ketaksaan abadi. Adapun adverbia temen dan tenan dapat dikategorikan sebagai ketaksaan sementara karena sifat ambigunya dapat hilang apabila mendapat bantuan dari konstituen lain yang digunakan untuk menerangkan maknanya. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa konstituen yang digunakan untuk menerangkan adverbia temen dan tenan dapat berada dalam satu kalimat yang sama atau bahkan masih membutuhkan konstituen dari kalimat yang berada di sebelah kanan atau kirinya.

Pada adverbia temen dan tenan, ketaksaan dapat terjadi karena adverbia temen dan tenan menjadi kata penguat yang memiliki makna kesangatan dan kesungguhan. Meskipun demikian, ditemukan bahwa makna kesungguhan yang terdapat pada adverbia temen dan tenan kemudian memungkinkan adverbia temen dan tenan memiliki makna kesangatan. Hal itu sejalan dengan Ito dan Tagliamonte (2003) yang menyebutkan bahwa dalam bahasa Inggris Kontemporer kata penguat tidak terjadi begitu saja. Ito dan Tagliamonte (2003) menunjukkan contoh dengan menggunakan kata very �sangat� yang digunakan sebagai kata penguat dengan makna kesangatan. Kata very �sangat� berasal dari kata true �benar� atau real �nyata� yang menyatakan makna kesungguhan. Hal itu juga terjadi pada adverbia temen dan tenan. Diketahui bahwa pada adverbia temen dan tenan makna kesungguhan tetap dapat digunakan dalam suatu konstruksi. Oleh karena itu, makna kesangatan dan kesungguhan pada adverbia temen dan tenan dapat terjadi tanpa mengubahnya menjadi kata yang lain.

Hal yang terjadi pada adverbia temen dan tenan juga dapat terjadi pada kata really �benar-benar�. Kata really �benar-benar� dapat menjadi kata penguat memiliki makna kesangatan dan kesungguhan. Ito dan Tagliamonte (2003) menjelaskan bahwa sebenarnya makna kesangatan pada kata really �benar-benar� lebih banyak digunakan. Kata really �benar-benar� memiliki makna kesungguhan. Hal itu juga sebenarnya dapat terjadi pada kata very �sangat� dalam kondisi tertentu. Ito dan Tagliamonte memberikan contoh kalimat It was the very patient who called ambulance �Benar pasien itu yang memanggil ambulans�. Dalam kalimat tersebut, konstituen pendamping very �sangat� adalah patient �pasien�. Kata patient �pasien� berjenis nomina sehingga makna kesungguhan pada kata very �sangat� dapat terjadi apabila konstituen pendampingnya berjenis nomina. Hal serupa juga terjadi pada kata really �benar-benar�. Dalam contoh-contoh kalimat yang ditunjukkan oleh Ito dan Tagliamonte (2003), terlihat bahwa konstituen pendamping kata really �benar-benar� yang memiliki makna kesangatan berjenis verba, seperti kata try �mencoba� dan read �membaca�.

Ditemukan bahwa konstituen pendamping berjenis nomina dan verba juga dapat memengaruhi adverbia temen dan tenan memiliki makna kesungguhan. Berikut merupakan contoh kalimatnya.

 

(13)����� Kuwi sing ratu temen ya, bu?! Dudu golekan! [TP, 2000; hlm 11]

����������� �Itu yang (seorang) ratu sungguhan (asli) ya, bu?! Bukan boneka!�

 

(14)����� Urip sing tenan, sejati, bakal ngambah alam Indraloka. [ST, 2005; hlm 68]

����������� �Hidup yang sungguh, sejati, agar menginjak alam Indraloka (surga).�

 

Pada contoh kalimat (13) dan (14), terlihat bahwa konstituen pendamping adverbia temen dan tenan adalah kata (13) ratu �(seorang) ratu� dan kata (14) urip �hidup�. Kata (13) ratu �ratu� berjenis nomina, sedangkan konstituen pendamping (14) urip �hidup� berjenis verba. Oleh sebab itu, apabila konstituen pendamping adverbia temen dan tenan berjenis nomina dan verba maka memiliki makna kesungguhan. Apabila konstituen pendamping adverbia temen dan tenan berjenis nomina dan verba, maka tidak memerlukan konteks kalimat di sebelah kiri dan kanan kalimat yang mengandung adverbia temen dan tenan.

Di samping nomina dan verba, ditemukan bahwa adverbia temen dan tenan juga memiliki makna kesungguhan apabila konstituen pendampingnya berjenis adjektiva, adverbia, partikel, dan interjeksi. Konstituen pendamping adverbia temen dan tenan yang berjenis adjektiva memang dapat digunakan sebagai acuan untuk melihat makna kesangatan sekaligus makna kesungguhan pada adverbia temen dan tenan. Berikut merupakan contoh kalimat yang mengandung konstituen pendamping adjektiva temen dan tenan memiliki makna kesungguhan.

 

(15)����� Durachman temen insap lan banjur gelem mlebu sekolah. [RT, 2011; hlm 132]

����������� �Durachman sungguh insaf dan kemudian bersedia masuk sekolah.�

(Pada kalimat sebelumnya, diceritakan bahwa Durachman sebagai pelaku utamaS10 merasa jera tidak pernah berangkat ke sekolah karena ayahnya sebagai pelaku keduaS11 meninggal. Pelaku keduaS11 meninggal karena terkejut saat mengetahui bahwa pelaku utama sering bolos sekolah dan kemudian sakit berhari-hari.)

 

(16)����� Adhuh, wis kapok tenan aku. [RT, 2011; hlm 16]

����������� �Aduh, sudah jera sungguhan (benar) aku.�

(Pada kalimat sebelum dan sesudahnya, diceritakan bahwa pelaku utamaS12 merasa jera karena dilempari batu oleh pelaku keduaS13.)

 

Pada contoh kalimat (15) konstituen pendamping adverbia temen adalah kata (15) insap �insaf�, sedangkan pada contoh kalimat (16) konstituen pendamping adverbia tenan adalah kata (16) kapok �jera�. Kata (15) insap �insaf� dan (16) kapok �jera� merupakan adjektiva. Diketahui bahwa konstituen pendamping adverbia temen dan tenan yang berjenis adjektiva dapat menyatakan makna kesungguhan apabila mengarah ke suatu sikap. Sikap yang ditunjukkan konstituen pendamping adalah perubahan pada sikap saat ini. Jadi, konstituen pendamping adverbia temen dan tenan yang berjenis adjektiva dapat memiliki makna kesungguhan apabila pelaku utama melakukan suatu sikap pada saat ini yang menerangkan kejadian sebelumnya. Adapun selain konstituen pendamping berjenis nomina, verba, dan adjektiva, ditemukan konstituen pendamping adverbia temen dan tenan dapat berjenis adverbia, partikel, dan interjeksi.

Menurut Wedhawati (2001), partikel merupakan kata tugas yang hanya memiliki fungsi gramatikal. Partikel tidak dapat berderivasi atau diinfleksikan dan tidak memiliki makna leksikal. Interjeksi merupakan kata yang bersifat afektif dan digunakan untuk mengungkapkan perasaan seperti kagum, sedih, heran, jijik, dan sebagainya. Interjeksi dapat dipisahkan dari sebuah kalimat karena bukan merupakan bagian integral kalimat tersebut. Konstituen pendamping adverbia temen dan tenan yang berjenis adverbia, partikel, dan interjeksi bahkan hanya membutuhkan konstituen pendamping beserta adverbia temen atau adverbia tenan saja agar dapat dilihat makna kesungguhannya. Contohnya antara lain seperti pada frasa temen ora �sungguh tidak� [DS, 2006], rak tenan �kan sungguh (benar)� [ST, 2005], dan lho tenan �lho sungguh (benar)� [RB, 2020]. Kata ora �tidak� berjenis adverbia, kata rak �kan� berjenis partikel, dan kata lho �lho� berjenis interjeksi.

Berangkat dari contoh kalimat (15) dan (16), ditemukan bahwa adverbia temen dan tenan yang memiliki makna kesungguhan selalu berhubungan dengan suatu perasaan atau sikap. Sikap yang dimaksud dapat berupa suatu pembuktian kebenaran. Hal itu juga ditemukan dalam contoh kalimat berikut.

 

(17)����� Sapa sing dakpilih bisa nylidhiki dheweke kuwi temen apa palsu. [DS, 2006; hlm 15]

����������� �Siapa yang kupilih bisa menyelidiki sendiri itu sungguh (benar) apa palsu.�

 

(18)����� Oh, ngono sidane? Tenan? Wis yakin? [RB, 2020; hlm 89]

����������� �Oh, begitu jadinya? Sungguh? Sudah yakin?�

 

Pada contoh kalimat (17) dan (18), konstituen pendamping adverbia temen dan tenan adalah kata (17) palsu �palsu� dan (18) yakin �yakin�. Ditemukan bahwa adverbia temen dan tenan dapat diketahui memiliki makna kesungguhan apabila konstituen pendampingnya berhubungan dengan pembuktian kebenaran. Pembuktian kebenaran tersebut mengarah pada suatu pengungkapan, yang dalam contoh kalimat di atas ingin mengungkapkan suatu kebenaran pada hal yang belum terjadi maupun hal yang sudah terjadi. Pada contoh kalimat (17) pelaku utama ingin membuktikan suatu kebenaran, sedangkan pada contoh kalimat (18) pelaku utama ingin memastikan kebenaran suatu hal yang sudah terjadi. Dalam hal ini, selain untuk mengungkapkan suatu kebenaran, pengungkapan dapat berupa kekaguman dan keteguhan.

Apabila dilihat pada contoh kalimat (14), ditemukan bahwa adverbia temen dan tenan dapat memiliki makna kesungguhan apabila terdapat sikap yang berisi nasihat dan larangan. Berikut merupakan contoh kalimatnya.

 

(19)����� Nyambut gawe sing temen, nanging aja ngaya ngangsa-angsa! [TP, 2000; hlm 3]

����������� �Bekerja dengan sungguh, tetapi jangan memaksakan diri!�

 

(20)����� Barang kuwi aja kokbuwang! Tenan. Aja kokjupuk! [ST, 2005; hlm 19]

����������� �Barang itu jangan kamu buang! Sungguh. Jangan kamu ambil!�

 

Pada contoh kalimat (19) dan (20), konstituen pendamping adverbia temen dan tenan adalah kata (19) nyambut gawe �bekerja� dan (20) aja �jangan�. Contoh kalimat (19) bermaksud untuk memberikan nasihat, sedangkan contoh kalimat (20) bermaksud untuk memberikan larangan. Ditemukan dalam kalimat yang lain, adverbia temen dan tenan dapat digunakan untuk memberikan perintah atau bahkan ajakan. Hal itu menjadikan semua bentuk nasihat, larangan, perintah, dan ajakan yang berkolokasi dengan adverbia temen dan tenan dapat digunakan untuk melihat makna kesungguhan pada adverbia temen dan tenan. Diketahui juga bahwa posisi adverbia temen dan tenan terhadap konstituen pendamping dapat menunjukkan makna kesungguhan. Hal lainnya juga ditemukan bahwa adverbia temen dan tenan yang memiliki makna kesungguhan berposisi di sebelah kiri konstituen pendamping. Adverbia temen dan tenan yang memiliki makna kesungguhan adalah berposisi pada awal kalimat atau bahkan berdiri sendiri dalam sebuah kalimat tanpa ada kalimat yang lain. Berikut merupakan contoh kalimatnya.

 

(21)����� Tenan. Aku kandha apa anane. [ST, 2005; hlm 85]

����������� �Sungguh. Aku berbicara apa adanya.�

 

(22)����� Kuwi mau sing gawe Niken lan Sekar katon temen anggone ngrungokna critane simbah. [RB, 2020; hlm 26]

�Itu tadi yang membuat Niken dan Sekar terlihat sungguh dalam mendengarkan cerita nenek.�

 

Pada contoh kalimat (21), ditemukan bahwa adverbia tenan yang berdiri sendiri dalam sebuah kalimat memiliki makna kesungguhan. Hal itu tidak dapat terjadi apabila adverbia tenan diganti dengan adverbia temen. Adverbia temen yang digunakan untuk menggantikan adverbia tenan belum tentu memiliki makna kesungguhan. Hal itu dapat dilihat apabila pada contoh kalimat (21) adverbia tenan diganti dengan adverbia temen, maka perlu konteks kalimat sebelumnya. Kalimat (21) Tenan. Aku kandha apa anane [ST, 2005; hlm 85] tidak dapat diubah menjadi Temen. Aku kandha apa anane. Meskipun demikian, adverbia temen dan tenan pada contoh kalimat (22) dapat saling menggantikan atau bersubstitusi. Kalimat (22) Kuwi mau sing gawe Niken lan Sekar katon temen anggone ngrungokna critane simbah [RB, 2020; hlm 26] dapat menjadi Kuwi mau sing gawe Niken lan Sekar katon tenan anggone ngrungokna critane simbah. Adverbia temen yang diganti dengan adverbia tenan tetap memiliki kesungguhan karena adverbia temen dan tenan berada pada satu kalimat yang sama dengan konstituen pendamping seperti pada kalimat.

 

 

SIMPULAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan makna adverbia temen dan tenan dalam bahasa Jawa. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa adverbia temen dan tenan merupakan adverbia yang sama-sama mengalami ketaksaan atau ambiguitas. Ketaksaan terjadi pada adverbia temen dan tenan karena memiliki makna kesangatan sekaligus makna kesungguhan. Adverbia temen dan tenan memiliki ciri gramatikal yang berbeda meskipun maknanya sama. Adverbia temen dapat berangkai dengan kata kanthi �dengan�, tetapi tidak dapat terjadi pada adverbia tenan. Adverbia tenan dapat menjadi kata yang mandiri, sedangkan hal ini tidak berlaku pada adverbia temen. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa adverbia temen digunakan untuk menunjukkan perasaan atau pemikiran pribadi pelaku utama, sedangkan adverbia tenan dapat digunakan untuk menegaskan suatu hal yang sudah divalidasi secara bersama. Hal itu dapat diketahui dari konstituen pendamping adverbia temen dan tenan, antara lain adjektiva, nomina, verba, adverbia, partikel, dan interjeksi.

Konstituen pendamping adverbia temen dan tenan yang berjenis adjektiva dapat memiliki makna kesangatan atau kesungguhan. Konstituen pendamping adverbia temen dan tenan yang berjenis adjektva membutuhkan konteks kalimat sebelum dan sesudahnya, sedangkan konstituen pendamping yang berjenis nomina, verba, adverbia, partikel, dan interjeksi tidak. Dari temuan tersebut, adverbia temen dan tenan merupakan adverbia klausal karena membutuhkan konteks kalimat sebelum dan sesudahnya. Dapat disimpulkan bahwa konstituen pendamping adverbia temen dan tenan selain adjektiva pasti memiliki makna kesungguhan. Meskipun demikian, analisis yang dilakukan terbatas pada jenis kelas kata konstituen pendamping adverbia temen dan tenan dan posisi adverbia temen dan tenan terhadap konstituen pendamping. Dengan demikian, penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menganalisis fungsi sintaksis kalimat yang terdapat adverbia temen dan tenan, konstituen pendamping adverbia temen dan tenan, serta posisi adverbia temen dan tenan terhadap konstituen pendampingnya lebih dalam lagi.

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Alias, N., dan Salam, R. A. (2019). Kata darjah dan kata penguat dalam dialek Kelantan. Akademika, 89(1 (SI)), 93-107. Retrieved from http://ejournals.ukm.my/akademika/issue/view/1175

 

Alwi, H. (2002). Tata bahasa baku bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

 

Dardjowidjojo, S. (2005). Psikolinguistik pengantar pemahaman bahasa manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

 

Horne, E. C. (1961). Beginning Javanese. New Haven: Yale University Press.

 

Ito, R., dan Tagliamonte, S. (2003). Well weird, right dodgy, very strange, really cool: Layering and recycling in English intensifiers. Language in Society, 32(2), 257-279. Retrieved from https://www.cambridge.org/core/journals/language-in-society/article/abs/well-weird-right-dodgy-very-strange-really-cool-layering-and-recycling-in-english-intensifiers/3D88F9BE63924603C7110C0194A6EC38

 

Jaya, M. S. (2022). Campur kode: berbaurnya ragam bahasa dalam keutuhan konteks dan makna. Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali, 3(1), 10-19. Retrieved from https://www.jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/subasita/article/view/2328

 

Kridalaksana, H. (1993). Kamus linguistik: edisi ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

 

Kushartanti, Yuwono, U., dan Lauder, M. R. (2007). Pesona bahasa. Jakarta: Gramedia.

 

Moeliono, A, M., dkk. (2017). Tata bahasa baku Indonesia edisi keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

 

Musaa'adah, M. Y., dan Putri, A. Y. (2019). Abbreviation forms in Javanese language (bentuk-bentuk abreviasi dalam bahasa Jawa. Leksema, 4(1), 21-27. Retrieved from https://oldjournal.iainsurakarta.ac.id/index.php/leksema/article/view/1485

 

Nuryatiningsih, F. (2022). Relevansi adjektiva human propensity dalam bahasa Jawa sebagai cerminan pandangan hidup manusia Jawa. Deskripsi Bahasa, 5(2), 50-57. Retrieved from https://journal.ugm.ac.id/v3/DB/article/view/5849

 

Poerwadarminta, W. (1939). Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters.

 

Sirang, B. G. (2021). Makna dan posisi adverbia dalam Jugendmagazin. Jurnal Elektronik Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi, 22(2021), 1-15. Retrieved from https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/jefs/article/view/35290

 

Sudarmanto. (2011). Kamus lengkap bahasa Jawa. Semarang: Widya Karya.

 

Sudaryanto. (1991). Tata bahasa buku bahasa Jawa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

 

Sugiyono. (2017). Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

 

Sulistyowati, H., S, M. S., dan Subakti, S. H. (2016). Tingkat Perbandingan Adjektiva dalam Bahasa Jawa. Yogyakarta: Erhaka Utama.

 

Wedhawati, dkk. (2001). Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

 

 

� 2024 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).