Pengaruh Pemberian Larutan Kulit� Faloak
(Sterculia
quadrifida) Terhadap Glukosa Darah,
Urea Darah, Total Protein dan Albumin Ayam Broiler
� The Effect of Giving Faloak Bark Solution (Sterculia quadrifida)
on Blood Glucose, Blood Urea, Total Protein and Albumin of Broiler Chickens
1)* Marselina Inul, 2)Franky
M. S Telupere, 3)Jonas Frits Theedens,� 4)Ni
G. A. Mulyantini
1,2,3,4 Universitas Nusa Cendana. Indonesia
*Email: 1) [email protected]
*Correspondence: 1) Marselina
Inul
DOI: 10.59141/comserva.v4i3.1393 |
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh dari pemberian larutan kulit faloak dalam air minum terhadap profil darah ayam broiler. Penelitian
menggunakan metode eksperimen
dengan RAL (rancangan acak lengkap) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Setiap ulangan menggunakan 5 ekor ayam. Perlakuan
yang diberikan adalah R0=
tanpa larutan kulit faloak dalam air minum, R1= 1 ml larutan kulit faloak/l air minum, R2= 1,5 ml larutan kulit faloak/l air minum, R3= 2 ml larutan kulit faloak/l air minum. Variabel yang diteliti adalah kadar glukosa darah, total protein darah, urea dan albumin. Hasil sidik
ragam memperlihatkan bahwa penambahan larutan kulit faloak berpengaruh nyata (P0,05) terhadap total protein darah, namun
berpengaruh tidak nyata (P0,05) terhadap kadar glukosa darah, kadar
urea dan kadar albumin. Hasil analisis pemberian larutan kulit faloak
terhadap total protein darah yang berada dalam kisaran normal hanya sampai
pada 1,5 ml/l air minum dan total protein darah dengan pemberian 2 ml/l air
minum melebihi kisaran normal, sementara untuk glukosa, urea, dan albumin
darah tertap dalam kisaran normal. Disimpulkan bahwa pemberian larutan kulit
faloak hingga 2 ml/l air minum dapat memperbaiki profil darah ayam broiler. Kata kunci: Faloak, Glukosa darah, Total protein darah,
Urea darah, Albumin |
ABSTRACT
This study aims to
examine the effect of administering faloak bark
solution in drinking water on the blood profile of broiler chickens. The
research used an experimental method with RAL (completely randomized design)
consisting of 4 treatments and 5 replications. Each replication used 5
chickens. The treatment given was R0= without faloak
bark solution in drinking water, R1= 1 ml faloak bark
solution/l drinking water, R2= 1.5 ml faloak bark
solution/l drinking water, R3= 2 ml faloak bark
solution/l water drink. The variables studied were blood glucose levels, total
blood protein, urea and albumin. The results of variance showed that the
addition of faloak bark solution had a significant
effect (P<0.05) on total blood protein, but had no significant effect
(P>0.05) on blood glucose levels, urea levels and albumin levels. The
results of the analysis of administering faloak bark
solution on total blood protein which was within the normal range only reached
1.5 ml/l of drinking water and total blood protein with administration of 2
ml/l of drinking water exceeded the normal range, while for glucose, urea and
albumin blood remained within the normal range. It was concluded that
administering faloak bark solution up to 2 ml/l of
drinking water could improve the blood profile of broiler chickens
Keywords:
Faloak, Blood glucose, Total blood protein, Blood urea, Albumin
PENDAHULUAN
Kesehatan ternak adalah salah satu penyebab yang mempengaruhi usaha peternakan ayam broiler sebagai sumber penghasil protein hewani.
Parameter yang digunakan sebagai
menunjukan kesehatan pada tubuh ternak salah satunya adalah Profil darah, seperti
glukosa darah, urea darah, total protein darah dan
albumin. Fungsi darah secara umum sebagai
transportasi komponen tubuh ternak seperti
oksigen, kelenjar endokrin, metabolisme, nutrisi, karbondioksida, hormon dan imun pada tubuh.
Suhu lingkungan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi profil darah, dimana temperatur
lingkungan tinggi dapat mengganggu proses metabolisme dan hemeostasis tubuh ayam, yang menyebabkan terganggunya beberapa fungsi organ tubuh ternak sehingga
ayam mengalami stres. Tekanan stres dapat mengganggu
konsumsi pakan yang mengakibatkan perubahan kondisi fisiologis tubuh ternak seperti
kadar protein plasma, kadar
albumin dan kadar glukosa darah. Komponen kimia darah seperti
protein plasma, glukosa darah
dan albumin menjadi faktor penunjuk bahwa ternak mengalami stres karena faktor
lingkungan, sehingga komponen tersebut sangat penting untuk diketahui kadarnya (Mushawwir dan Latipudin, 2011).
Indonesia yang
memiliki kondisi suhu dan juga kelembaban yang tinggi sangat cocok untuk pengembangbiakan mikroorganisme
yang dapat mengganggu ketahanan tubuh ternak (Sumarsono, 2008). Ayam broiler sangat mudah terserang penyakit serta mudah mengalami stres, hal tersebut
berdampak pada rendahnya produksi ternak. Munculnya berbagai jenis kasus tersebut,
maka diperlukan pemberian antibiotik guna untuk memperbaiki daya tahan tubuh
ayam broiler. Antibiotik
yang digunakan pada ternak ayam yang produknya dikonsumsi oleh manusia dapat menimbulkan resistensi untuk ternak dan menghasilkan residu antibiotik yang berbahaya bagi konsumen Nelzi et al. (2011), sehingga
perlu dicari alternatif antibiotik yang alami.
Salah satu bahan antibiotik
alami yang bisa digunakan yaitu faloak (Sterculia quadrifida) yang kini dimanfaatkan oleh masyarakat NTT sebagai obat tradisisonal. Masyarakat memanfaatkan kulit faloak untuk pengobatan berbagai jenis penyakit (Ranta
et al., 2012). Namun, penelitian
dan bukti ilmiah tentang pemanfaatan faloak sebagai pengganti antibiotik khususnya untuk ternak ayam broiler belum ditemukan. Kulit batang faloak
mengandung senyawa kimia antara lain flavonoid,
terpenoid, tanin, saponin dan alkaloid (Siswadi
dan �Saragih, 2018). Kemampuan kandungan flavonoid dan saponin sebagai
antioksidan dapat memperbaiki kadar kadar glukosa darah
(Panjuantiningrum, 2009).
Merujuk pada permasalahan diatas,
sehingga telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian larutan kulit faloak (Sterculia quadrifida) terhadap glukosa darah, urea darah, total protein dan albumin ayam
broiler. Takaran terbaik
pemberian larutan kulit kayu faloak
belum diketahui karena penelitian ini baru dilakukan pertama kali, sehingga mengikuti takararan pemberian EM-4 pada ayam. Penelitian Djaya dan Hidayat (2014) pemberian
probiotik (EM-4) sebagai pengganti antibiotik dengan takaran 1 cc/l air.
Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian
larutan kulit faloak (Sterculia quadrifida) terhadap glukosa darah, urea darah, total protein dan albumin ayam
broiler.
METODE
Tempat dan
Waktu
Penelitian
ini telah dilaksanakan di kandang ternak unggas lahan
kering Peternakan
Universitas Nusa Cendana dan berlangsung selama 35 hari, dari bulan Maret hingga bulan
April 2023.
Materi Penelitian
Ternak
Ternak ayam broiler yang digunakan yaitu ternak umur
1 hari jenis strain CP 707 berjumlah 100 ekor, produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia.
Ransum
Penelitian
Menggunakan
ransum komersial BR1 dari umur 1-21 hari dan BR2 dari umur 22-35 hari, produksi PT. Wonokoyo Jaya Corp.
Kandungan nutrisi yang terdapat pada ransum penelitian tertera pada tabel berikut :
Tabel 1.
Kandung pada ransum
Kandungan Nutrisi |
BR1 |
BR2 |
Energi |
3100 Kkal/kg |
3100 Kkal/kg |
Protein |
21% |
19% |
Lemak |
3-7% |
3-8% |
Kalsium |
0,9-1,1% |
0,9-1,1% |
Pospor |
0,6-0,9 |
0,6-0,9% |
Sumber : PT. Japfa Comfeed,2013
Kandang
Menggunakan
kandang sistem liter ukuran 8x4 meter. Kemudian dibuat petak dengan
jumlah 20 petak dan ukuran petak masing-masing kandang 50x60 cm, lengkapi setiap petak kandang
dengan lampu, tempat pakan dan tempat air minum.
Alat dan Bahan
Bahan
yang digunaka yaitu serbuk faloak, air dan aquades. Sedangkan peralatan yaitu tempat pakan, lampu,
tempat air minum, termometer suhu ruangan, gelas ukur, pengaduk, panci, kompor, kain flanel, ember, gayung, timbangan manual dan timbangan digital merk
Vanstar ǀ Digital ǀ Electronic Kitchen Scale ǀ SF-400.
Metode Penelitian������
Mengggunakan metode percobaan atau metode eksperimental
dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 5 ekor ternak
ayam. Perlakuan yang dimaksud adalah :
R0: Tanpa penambahan larutan kulit faloak
dalam air minum
R1: 1 ml
larutan kulit faloak/l air minum
R2: 1,5
ml larutan kulit faloak /l air minum
R3: 2 ml
larutan kulit faloak /l air minum
Pemberian larutan kulit faloak
pada air minum diberikan setiap hari secara
terus-menerus (ad
libitum) pada ternak ayam
periode grower yaitu dari umur
2-4 minggu.
Prosedur Penelitian
Persiapan Kandang Penelitian
Kandang dibersihkan dan semua peralatan kandang termasuk tempat pakan dan tempat minum dicuci,
kemudian disteril dengan menggunakan larutan antiseptic. Setelah
itu, dilakukan penebaran serbuk kayu sebagai
litter atau
alas kandang yang telah didisinfektan dan memasang alat penerang bagi
ternak.
Pembuatan Ekstrak Kulit Kayu Faloak
Kulit faloak dicuci menggunakan air besih, kemudian dipotong menjadi bagian yang kecil-kecil. Hasil potongan di sebar dan dikeringkan dibawah sinar matahari. Kulit faloak yang sudah kering diserbuk dengan menggunakan mesin penyerbuk lalu diayak hingga mendapatkan
serbuk halus.� Metode pembuatan larutan kulit faloak
dilakukan dengan menimbang serbuk kulit faloak sebanyak
10 g, masukan kedalam wadah yang telah disiapkan dan masukan pelarut aquades 20 ml lalu di aduk, kemudian
tambahkan aquades hingga 100 ml. Selanjutnya dipanaskan pada panci yang telah disiapkan dengan suhu 90�C selama 30 menit dan aduk setiap 5 menit.
Setelah dipanaskan selama 30 menit campuran diangkat, diperas dengan menggunakan kain flanel dan ditambahkan air secukupnya pada ampas hingga peroleh
100 ml larutan kulit faloak (Kurung, 2022).
Variabel
Penelitian����
Variabel yang diamati yaitu :
1.
Glukosa
Pemeriksaan glukosa
darah dilakukan dengan menyiapkan tabung sampel sebanyak
yang dibutuhkan, diisi reagen glukosa dengan takaran 5 ml serta isi reagen
standar pada 1 tabung.
Sampel plasma darah ditambahkan
sebanyak 0,02 ke dalam tabung yang telah diisi reagen glukosa
lalu diamkan selama 20 menit. Sambungkan spektrofotometer dengan layar monitor kemudian masukan reagen standar. Membaca absorban larutan standar dengan panjang gelombang 546 nm, dilakukan pula
pada sampel yang juga didiamkan
selama 20 menit dengan panjang gelombang yang sama.
2.
Urea
Pemeriksaan urea darah dengan menyiapkan
tabung sebanyak sampel, lalu diisi
dengan reagen urea 5 ml dan
1 tabung berisi reagen standar. Sampel plasma darah ditambahkan sebanyak 0,02 ke dalam tabung yang berisi reagen-reagen lalu diamkan selama 20 menit. Sambungkan spektrofotometer dengan layar monitor kemudian masukan reagen standar. Membaca absorban larutan standar dengan panjang gelombang 546 nm, dilakukan hal yang serupa pada sampel yang telah didiamkan selama 20 menit pada panjang gelombang yang sama.
3.
Total Protein
Analisis protein total dengan menggunakan uji biuret. Membuat
pereaksi biuret dengan larutan standar protein. Pipetkan pereaksi biuret ke dalam satu tabung
standar, satu tabung blanko dan 60 tabung reaksi dengan
takaran 8 ml masing-masing tabung,
lalu tambahkan 100μL dalam larutan standar
protein, tambahkan aquades
50dalam tabung blanko
dan 100μL dalam sampel tabung plasma. Selama 30 menit semua tabung di
homogen dan didiamkan pada suhu kamar dan dibaca serapannya pada panjang
gelombang 540 nm.
4.
Albumin
Kadar albumin dianalisis dengan menggunakan teknik pewarnaan bromkresol hijau dan dibuatkan larutan bromkresol hijau (BCG), untuk penetapan kadar protein plasma total maka, standar albumin dilarutkan sama dengan larutan standar. Larutan BSG dipipetkan kedalam tabung reaksi sebanyak
62 tabung yaitu satu tabung blank dan satu tabung standar
sebanyak 10 ml masing- masing tabung,
kemudian ditambahkan dengan 50�L aquades dalam tabung blanko,
tambah dengan 50�L standar albumin dalam tabung standar dan ditambah dengan 50�L sampel plasma dalam tabung sampel. Tabung dihomogenkan, selama 10 menit didiamkan pada suhu kamar, gunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 628 nm untuk membaca serapnya.
Prosedur Pengambilan
Sampel
Objek penelitian
yang disiapkan satu ekor, dipilih secara
acak dari setiap ulangan untuk analisis profil darah. Mengambil sampel darah dari
setiap ekor ayam pada akhir penelitian. Sampel darah diambil pada bagian vena
pectoralis yang telah dibersihkan
dengan menggunakan alkohol
70%, lalu diambil
menggunakan jarum suntik sebanyak 2 ml dan ditampung
menggunakan tabung EDTA yang mengandung
anti koagulan, kemudian dimasukkan dalam Cool Box dan
diantar ke laboratorium.
Analisis Data��
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
ANOVA (Analisis Of Variance) sesuai dengan RAL (Rancangan Acak Lengkap) untuk mengetahui pengaruh perlakuan dari parameter yang diukur, jika terdapat pengaruh
perlakuan yang nyata maka akan dilanjutkan
dengan menggunakan uji lanjut
Duncan (Stell dan
Torrie, 1994).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh pemberian larutan kulit faloak terhadap
glukosa darah, urea darah, total protein dan albumin ayam
broiler disajikan pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Rataan Glukosa
Darah, Urea Darah, Total Protein Dan Albumin
Parameter |
Perlakuan |
|
|||
R0 |
R1 |
R2 |
R3 |
P |
|
Glukosa darah |
164,5264,57 |
217,3044,76 |
215,6626,36 |
210,428,51 |
0,184 |
Urea darah Total protein |
4,241,93 |
5,864,65 |
3,420,54 |
4,280,85 |
0,518 |
4,200,77a |
4,210,66a |
5,250,67ab |
5,861,23b |
0,019 |
|
Albumin |
1,430,14 |
1,330,12 |
1,290,09 |
1,390,16 |
0,343 |
Ket : superskrip yang berbeda
pada baris yang sama, menunjukan perbedaan
yang nyata (P0,05)
Pengaruh Perlakuan Terhadap Rataan Glukosa Darah (mg/dl) Ayam
Broiler
Berdasarkan Tabel 2 rataan kadar
glukosa setiap kelompok perlakuan R0, R1, R2, R3
masing-masing 164,5264,57 mg/dl, 217,3044,76 mg/dl, 215,6626,36 mg/dl, 210,428,51 mg/dl. Perlakuan R0 adalah
kadar terendah dengan kadar 164,5264,57. Sedangkan kadar glukosa tertinggi adalah perlakuan R1 dengan
pemberian larutan kulit faloak yaitu 217,3044,76 mg/dl. Hasil sidik ragam
memperlihatkan bahwa pengaruh dari pemberian
larutan kulit faloak berpengaruh tidak nyata (P0,05) terhadap total glukosa darah ayam. Hal ini bisa dilihat pada
perlakuan R0 kadar glukosanya lebih rendah dibandingkan setelah diberi
perlakuan R1 kadar glukosa meningkat, namun setelah diberi perlakuan R2 dan R3
kadar glukosa lebih rendah dari R1 disebabkan karena senyawa flaovonoid dan
saponin yang terkandung dalam dalam kulit faloak berpengaruh pada penurunan
kadar glukosa darah. Hasil penelitian menunjukan pemberian larutan kulit faloak
hingga 2 ml tidak meningkatkan kadar glukosa darah. Hal tersebut
diduga karena kadar glukosa darah
ayam broiler cenderung dipertahankan dalam kisaran normal.
Berdasarkan penelitian tersebut
kadar glukosa darah masih dalam
batasan yang normal 164,5264,57 sampai dengan 217,3044,76, karena kadar glukosa darah ayam berkisar sekitar 156-330 mg/dl (Scanes et al., 2004). Sedangkan menurut� Hazelwood (2021) menyajikan kadar glukosa darah yang normal pada ayam ternak ayam
broiler berkisar antara
180-250 mg/dl.
Kadar glukosa darah
yang rendah dapat diindikasikan ternak ayam kekurangan energi, hal tersebut
disebabkan karena rendahnya konsumsi pakan serta energi
yang dibutuhkan ayam dalam keperluan homeostatis tubuh saat ayam mengalami
stress energi tidak tercukupi karena banyak telah digunakan
untuk metabolisme tubuh, sehingga mengakibatkan kadar glukosa menurun
(Batara et al., 2017). Glukosa darah dibutuhkan ayam untuk pembentukan energi saat mengalami stres akibat cekaman
panas, sementara glukosa dalam darah
kadarnya harus dipertahankan
tetap (Elfawati et al,.
2019). Hal tersebut sesuai pernyataan
Poedjiadi dan Supriyanti (1994) meskipun ayam sedang stres akibat
cekaman panas, namun beberapa sintesis mekanisme pembentukan glukosa dalam tubuh akan
menyebabkan kadar glukosa relatif normal.
Pengaruh Perlakuan Terhadap Rataan Urea Darah (mg/dl) Ayam Broiler
Pada Tabel 2 menjelaskan bahwa
perlakuan R0 yaitu tanpa pemberian kulit faloak dalam
air minum dengan total rataan plasma urea 4,241,93 mg/dl. Total rataan plasma urea tertinggi adalah pada perlakuan R1
5,864,65 mg/dl yaitu dengan pemberian larutan kulit faloak sebanyak 1 ml/l
air minum. Sedangkan total rataan plasma urea terendah pada perlakuan R2 3,420,54 mg/dl yaitu dengan pemberian kulit faloak sebanyak 1,5 ml/l air
minum. Namun pada perlakuan R3 yaitu dengan pemberian larutan kulit faloak
sebanyak 2 ml/l air minum plasma urea mengalami peningkatan dengan total rataan
4,280,85 mg/dl. Menurut Tanuwiria (2007) salah satu pununjuk
yang akurat terhadap kesehatan organ hati ternak ayam adalah
urea nitrogen, dimana salah satu
indikasi yang menunjukan adanya kerusakan sel-sel hati adalah
penurunan kadarnya. Hasil sidik ragam menunjukkan
bahwa pemberian larutan kulit faloak
dalam air minum berpengaruh tidak nyata (P0,05) terhadap urea plasma ayam broiler.
Penelitian ini memperlihatkan
bahwa kadar urea darah ayam yang diberi larutan kulit faloak masih
dalam kisaran normal, sama seperti penelitian Nurazizah et al. (2020) menyatakan
pemberian ekstrak buah mengkudu pada ayam sentul yang disuplementasi Cu dan Zn terhadap
kadar urea darah masih dalam kisaran
normal yaitu 5,47-7,36 mg/dl. Buah
mengkudu juga mengandung senyawa saponin dan flavonoid sama seperti
faloak yang fungsinya sebagai anti jamur dan anti bakteri (Ilyas, 2008).
Konsentrasi jumlah urea yang terdapat
dalam plasma darah tergantung tingkat katabolisme dari asam amino di hati adalah urea nitrogen darah. Urea
yang diproduksi dari hati, didistribusikan menuju ginjal untuk disaring/filtrasi dan dieksresikan melalui urin (Murray et al., 2009).
Pengaruh Perlakuan Terhadap Rataan Total Protein Darah (g/dl) Ayam Broiler
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan rataan
total protein terendah dicapai
oleh perlakuan R0 (tanpa pemberian larutan kulit faloak), kemudian diikuti oleh perlakuan R1 (pemberian larutan kulit faloak
sebanyak 1 ml) , perlakuan R2 (pemberian larutan kulit faloak
sebanyak 1,5 ml) dan perlakuan
R3 (pemberian larutan kulit faloak sebanyak
2 ml) masing-masing dengan total 4,200,77 g/dl, 4,210,66 g/dl, 5,250,67 g/dl, 5,861,23 g/dl.
Hasil sidik ragam menunjukan bahwa pengaruh penambahan larutan kulit faloak
dalam air minum berpengaruh nyata (P0,05) terhadap total protein plasma ayam. Hal tersebut dapat dilihat
dari peningkatan kadar total protein darah dari setiap kelompok perlakuan,
yaitu semakin tinggi kadar pemberian larutan kulit faloak maka kadar total
protein juga cendrung meningkat. Hasil uji Duncan menunjukan bahwa perlakuan R2
dan perlakuan R3 tidak berbeda nyata begitu pula perlakuan R1 dan R2. Hasil
yang diperoleh menunjukan bahwa walaupun ada peningkatan total protein dengan
pemberian larutan kulit faloak, namun pemberian larutan kulit faloak
sampai 1,5 ml masih berada dalam kisaran
normal.
Kisaran normal kadar total protein plasma pada ayam adalah 4.0-5.2 g/dl (Swenson dan Dukes,
1984). Sedangkan dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Sugiharto et al. (2017) menyatakan bahwa untuk umur ayam 42 hari , kisaran normalnya adalah 2.14-3.12 g/dl , sehingga dalam penelitian ini rataan kadar
total protein pada perlakuan R0, R1, R2 masih dalam kisaran
normal, namun pada perlakuan
R3 kadar total protein melebihi
kisaran normal. Adanya perbedaan
ini kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya kandungan senyawa kimia yang ada dalam kulit faloak.
Walaupun peningkatan ini tidak terlalu
tinggi, hasil penelitian ini jauh lebih
baik dari yang ditemukan oleh Amin dan Zuhrawaty (2017), yaitu protein plasma ayam broiler
yang diberikan tepung daun kelor� dengan total berkisar antara 7,02-7,50 g/dl,
dan kadar total protein tersebut
lebih tinggi dibanding yang dinyatakan (Swenson dan Dukes,
1984). Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam daun kelor
seperti flavonoid, tanin,
alkaloid, dan saponin Putra et al. (2016) sama seperti kandungan
yang terdapat pada kulit faloak.�������
Berbagai hal yang mempengaruhi
total protein plasma seperti pakan,
status nutrisi, umur, keseimbangan air, keseimbangan
hormonal tiap spesies, suhu tubuh dan stres yang mempengaruhi kesehatan ayam (Kaneko et al., 1997). Stres yang dialami
ternak akibat cekaman panas akan
menyebabkan ternak kehilangan cairan tubuh, sehingga protein sangat penting untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh ayam. Aktivitas
protein total meningkat ketika
mendapat cekaman panas (Mardani et al., 2015).
Pengaruh Perlakuan Terhadap Rataan Albumin Darah (g/dl) Ayam Broiler
Berdasarkan Tabel 2, kadar albumin pada perlakuan R0 (tanpa pemberian larutan kulit faloak) mempunyai
rataan 1,430,14 g/dl. Pada perlakuan R1 dan R2 kadar albumin menurun yaitu dengan
total rataan 1,330,12 g/dl dan 1,290,09 g/dl, sedangkan pada perlakuan R3 kadar albumin meningkat dengan
total rataan 1,390,16g/dl. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian larutan kulit
faloak berpengaruh tidak nyata (P0,05) terhadap kadar albumin.
Kisaran kadar albumin normal pada ayam
antara 1.06-1.39 gr/dl (Owosibo et al.,
2013). Berdasarkan hasil penelitian kadar albumin pada perlakuan R0 tanpa pemberian larutan kulit faloak lebih
dari kadar normal, namun pada perlakuan lain dengan pemberian larutan kulit faloak
kadar albumin masih terdapat dalam kisaran normal. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Widhyari dan Esfandiari (2011) tentang profil
protein total, albumin dan globulin pada ayam yang diberi kunyit, bawang putih dan Zinc (Zn), yang menyatakan bahwa kadar albumin tertinggi 1.45 �
0.17 g/dl dan terendah 1.25 � 0.06 g/dl. Bawang putih mengandung flavonoid sama dengan kulit kayu
faloak.
Albumin adalah senyawa
yang disintesis di hati (Murray et al., 2009). Fungsi hati yang baik dapat meningkatkan
sintesis protein sehingga meningkat juga kadar albumin. Metabolisme protein yang meningkat
akan diikuti dengan kadar total protein plasma
meningkat, termasuk
albumin. Kadar albumin yang menurun dapat memberikan efek yang besar pada protein plasma.Walaupun hasil penelitian ini tidak berpengaruh nyata terhadap kadar albumin, namun terlihat pada kelompok perlakuan R3 kadar albumin lebih tinggi dari
kelompok perlakuan R1 dan
R2.
Cekaman panas mengakibatkan
ternak mengalami stres, sehingga keseimbangan hormonal dan status fisiologis
ayam akan terganggu. Peningkatan kadar albumin merupakan salah satu indikator bahwa ayam sedang
stres. Ayam akan mengeluarkan lebih banyak CO2 akibat stres panas yang akan menyebabkan kehilangan banyak cairan dalam tubuh
akibat tekanan osmotik dalam mempertahankan
cairan plasma yang terganggu
karena cekaman panas, sehingga kadar albumin akan meningkat untuk menjaga tekanan osmotik dan homeostatis tubuh ternak (Rahardja, 2017). Fungsi Albumin berfungsi menjaga tekanan osmotik dalam darah
untuk mempertahankan cairan
plasma darah dan homeostatis
dalam tubuh ternak (Widhyari dan Esfandiari,
2011).
SIMPULAN
Pemberian larutan kulit kayu
faloak untuk ayam broiler hingga 2 ml/l air minum meningkatkan kadar total protein darah sampai melebihi
kisaran normal, namun untuk
kadar glukosa darah, urea darah dan albumin masih berada dalam
kisaran normal. Disimpulkan
bahwa pemberian larutan kulit faloak
hingga 2 ml/l air minum dapat memperbaiki profil darah ayam
broiler.
DAFTAR PUSTAKA
Amin,
M., & Zuhrawaty, N. A. (2017). Kadar Total Protein Plasma pada Ayam Broiler
yang Diberi Substitusi Fermentasi Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) Dalam
Pakan. Jurnal Ilmiah, 1(3), 499�503.
Batara,
V., Tasse, A. M., & Napirah, A. (2017). Efek Pemberian Minyak Kelapa Sawit
Terproteksi dalam Ransum terhadap kadar Glukosa dalam Darah Ayam Kampung Super.
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, 4(1), 44�48.
https://doi.org/10.33772/jitro.v4i1.2723
Djaya,
M. S., & Hidayat, M. I. (2014). Penampilan Ayam Pedaging yang diberi
Probiotik (EM-4) Sebagai pengganti Antibiotik. Jurnal Sains Dan Terapan
Politeknik Hasnur, 3(1), 28�34.
Elfawati,
E., Abbas, M. H., Rusfidra, R., & Yuniza, A. (2019). Physiological
Characteristics of Sumatera�s Organic Chicken that was Raised in Cool and Hot
Climate Regions. International Journal of Agricultural Sciences, 3(1),
17�22. https://doi.org/10.25077/ijasc.3.1.17-22.2019
Hazelwood,
R. L. (2021). Carbohydrate Metabolism. Cold Spring Harbor Perspectives in
Biology, 13(1), 1�15. https://doi.org/10.1101/cshperspect.a040568
Ilyas,
M. (2008). Daya Hambat Ekstrak Buah Mengkudu terhadap Pertumbuhan Candida
albicans. Journal of Dentomaxillofacial Science, 7(1), 7�12.
https://doi.org/10.15562/jdmfs.v7i1.188
Kaneko,
J. J., Harvey, J. W., & Bruss, M. L. (1997). Clinical Biochemistry of
Domestic Animals, 5th ed. In Academic Press San Diego, Calofornia.
https://doi.org/10.1016/B978-012396305-5/50032-4
Kurung,
I. N. (2022). Efek Antihiperglikemik Kombinasi Dekokta Kulit Batang Faloak dan
Metformin pada Mencit yang Terinduksi Glukosa. In Universitas Sanata Darma.
Mardani,
W., Mushawwir, A., & Latipudin, D. (2015). Profil Protein Total Dan
Trigliserida Darah Ayam Petelur Fase Layer Pada Temperature Humidity Index Yang
Berbeda. Jurnal Ilmu Ternak Dan Veteriner, 1(1), 1�6.
Murray,
R. K., Granner, D. K., & Rodwel, V. W. (2009). Biokimia Harper. In Edisi
27 Penerbit Jakarta EGC. https://doi.org/10.4308/hjb.17.1.27
Mushawwir,
A., & Latipudin, D. (2011). Beberapa Parameter Biokimia Darah Ayam Ras
Petelur Fase Grower dan Layer dalam Lingkungan �Upper Zonathermoneutral.� Jurnal
Peternakan Indonesia, 13(3), 191�198.
https://doi.org/10.25077/jpi.13.3.191-198.2011
Nelzi,
F., Nilawati, & Toni, M. (2011). Ilmu Ternak Unggas. In Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh.
Nurazizah,
N., Nabila, A. I., Adriani, L., Widjastuti, T., & Latipudin, D. (2020).
Kadar Kolesterol, Urea, Kreatinin Darah dan Kolesterol Telur Ayam Sentul Dengan
Penambahan Ekstrak Buah Mengkudu yang Disuplemmentasi Cu dan Zn. Jurnal
Nutrisi Ternak Tropis Dan Ilmu Pakan, 2(1), 9�18.
https://doi.org/10.24198/jnttip.v2i1.25833
Owosibo,
A. O., Odetola, O. M., Odunsi, O. O., Adejinmi, O. O., & Lawrence-Azua.
(2013). African Journal of Agricultural Research Growth, Haematology and Serum
Biochemistry of Broilers Fed Probiotics Based Diets. African Journal of
Agricultural Research, 8(41).
Panjuantiningrum,
F. (2009). Pengaruh Pemberian Buah Naga Merah (hylocereus polyrhizus) terhadap
Kadar Glukosa Darah Tikus Putih yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Teknologi
Pangan.
Poedjiadi,
A., & Supriyanti, F. M. T. (1994). Dasar-dasar Biokimia. In Biokimia
(p. 427). UI Press.
Putra,
I. W. D. P., Dharmayudha, A. A. G. O., & Sudimartini, L. M. (2016).
Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L) di
Bali. Indonesia Medicus Veterinus, 5(5), 464�473.
Rahardja,
D. P. (2017). Lingkungan dan Bentuk Kehidupan. Masagena Press Makasar.
Ranta,
F., Nawawi, D., Pribadi, E., & Syafii, W. (2012). Aktivitas Anticendawan
Zat Ekstraktif Faloak (Sterculia comosa Wallich). Jurnal Ilmu Dan Teknologi
Kayu Tropis, 10(1), 60.
Scanes,
G. C., G, B., & M, E. E. (2004). Poultry Science. 4th Edition.
Published.. Pearson Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey.
Siswadi,
& Saragih, G. S. (2018). Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Kulit Batang
Faloak (Sterculia quadrifida R.Br) Pada Tikus Sprague-Dawley. Traditional
Medicine Journal, 23(2), 127�134.
Stell,
R. G. D., & Torrie, J. H. (1994). Prinsip Dan Prosedur Statistika :
Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1�26.
Sugiharto,
S., Yudiarti, T., Isroli, I., Widiastuti, E., & Putra, F. D. (2017).
Intestinal Microbial Ecology and Hematological Parameters of Broiler Fed
Cassava Waste Pulp Fermented with Acremonium Charticola. Veterinary World,
10(3), 324�330. https://doi.org/10.14202/vetworld.2017.324-330
Sumarsono,
H. O. P. (2008). Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Sembung (Blumea balsamifera)
dalam Ransum terhadap Perfoma Ayam Broiler. In Skripsi. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor.
Swenson,
M. J., & Dukes, H. H. (1984). Dukes Physiology of Domestic Animals.
Tanuwiria,
U. H. (2007). Efek Suplementasi Kompleks Mneral-Minyak dan Mineral-Organik
dalam Ransum terhadap Kecernaan Ransum, Populasi Mikroba Rumen dan Performa
Domba Jantan. Seminar Nasional AINI VI, 326�334.
Widhyari,
S. D., & Esfandiari, A. (2011). Profil Protein Total, Albumin dan Globulin
pada Ayam Broiler yang Diberi Kunyit, Bawang Putih dan Zinc (Zn). Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia, 16(3), 179�184.