Pembentukan �Pondok
Paru Sehat� Sebagai Pusat Edukasi
dan Deteksi Dini Penyakit
Paru Obstruktif Kronis,
Asma, dan Tuberkulosis di Kelurahan
Dukuh Kupang Kota Surabaya
� Establishment of "Healthy Lung Center"
as an Education and Early Detection Facility for Chronic Obstructive Pulmonary
Disease, Asthma, and Tuberculosis in Dukuh Kupang District, Surabaya City
1)* Farida Anggraini
Soetedjo, 2)Muzaijadah Retno Arimbi, 3Nur
Khamidah, 4)Johanes Aprilius
Falerio Kristijanto
1,2,3,4 Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya, Indonesia.
*Email: 1) [email protected]
*Correspondence: 1)Farida
Anggraini Soetedjo
DOI: 10.59141/comserva.v4i3.1391 |
ABSTRAK The Forum of International Respiratory Societies melaporkan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, dan tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab utama kematian dan disabilitas di dunia. Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2018 menunjukkan
prevalensi ketiga penyakit tersebut masih tinggi, sedangkan penelitian terbaru melaporkan bahwa masih banyak
kasus PPOK, asma, dan TB
yang tidak terdeteksi (underdiagnosed).
Riskesdas 2018 juga melaporkan
bahwa rata-rata penderita
penyakit tersebut berada pada kelompok usia produktif dan lansia. Upaya promotif, preventif, dan deteksi dini dini masih
menjadi kunci utama dalam menurunkan
angka mortalitas dan morbiditas serta meningkatkan kualitas hidup. Oleh karena itu, pengabdian kepada masyarakat melalui pembentukan �Pondok Paru Sehat� bertujuan sebagai sarana edukasi dan deteksi dini PPOK, asma, dan TB di Kelurahan Dukuh Kupang Kota Surabaya. Mitra ini
dipilih karena memiliki jumlah penduduk usia produktif dan lansia mencapai 11.775 individu yang berisiko menderita ketiga penyakit tersebut. Selain itu, Kelurahan Dukuh Kupang dipilih sebagai wujud pelaksanaan tri dharma Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (FK
UWKS) terhadap masyarakat
sekitar. Kegiatan ini melibatkan Departemen Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu
Kesehatan Masyarakat FK UWKS serta sebagai implementasi Mata Kuliah / Blok Respiratory System (RS) oleh mahasiswa semester 4 FK UWKS. Edukasi
dilakukan dengan pemaparan materi oleh dosen FK UWKS dan dilanjutkan skrining PPOK melalui kuesioner skor PUMA yang disediakan oleh Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia (PDPI), kuesioner CAPTURE,
dan pemeriksaan Peak Expiratory Flow Rate
(PEFR) / Arus Puncak Ekspirasi (APE) untuk mengestimasi fungsi paru, sedangkan skrining asma dan TB dilakukan melalui kuesioner. Kata kunci: PPOK; asma; tuberkulosis |
ABSTRACT
The
Forum of International Respiratory Societies reports that chronic obstructive
pulmonary disease (COPD), asthma, and tuberculosis (TB) are still the main
causes of death and disability in the world. In Indonesia, the 2018 Basic
Health Research (Riskesdas) shows that the prevalence
of these three diseases is still high, while the latest research reports that
there are still many cases of COPD, asthma, and TB that are not detected
(underdiagnosed). Riskesdas 2018 also reported that
the average person suffering from this disease is in the productive age group
and the elderly. Promotional, preventive, and early detection efforts are still
the main keys to reducing mortality and morbidity rates and improving quality
of life. Therefore, establishing the "Pondok
Paru Sehat" community service aims to educate and detect COPD, asthma, and
TB in the Dukuh Kupang
Sub-District, Surabaya City. This sub-distric was
chosen because it has a population of productive age and the elderly, reaching
11,775 individuals who are at risk of suffering from these three diseases.
Apart from that, Dukuh Kupang
Sub-District was chosen to implement the tri dharma of the Faculty of Medicine,
Wijaya Kusuma Surabaya University (FK UWKS) towards the surrounding community.
This activity involves the Department of Internal Medicine and Public Health
Sciences of FK UWKS, and the Respiratory System Subject implementation by
4th-semester students of FK UWKS. Education was carried out through presenting
material by FK UWKS staff and continued with COPD screening through the PUMA
score questionnaire provided by the Indonesian Lung Doctors Association (PDPI),
the CAPTURE questionnaire, and Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) examination to
estimate lung function. In contrast, asthma and TB screening was carried out
through questionnaires.
Keywords:
COPD; asthma;
tuberculosis
PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK), asma, dan tuberkulosis (TB) merupakan tiga penyakit paru-paru
yang memberikan beban besar pada kesehatan masyarakat di Indonesia (Triasih et al., 2023). Ketiganya
memiliki dampak signifikan terhadap kualitas hidup penderitanya, serta membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius. Namun, di beberapa kelurahan atau desa, terutama di daerah yang kurang terpapar informasi kesehatan, pengetahuan dan kesadaran tentang penyakit-penyakit ini masih sangat rendah. Selain itu, penelitian terbaru melaporkan bahwa masih banyak
kasus PPOK, asma, dan TB
yang tidak terdeteksi (underdiagnosed)
(Kaaffah et al., 2023). Oleh karena
itu, pengabdian masyarakat melalui penyuluhan dan deteksi dini sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan pencegahan ketiga penyakit ini.
Dinas
Kesehatan Kota Surabaya melalui Profil
Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2017 dan 2019 melaporkan bahwa PPOK dan asma menjadi Kelompok
Penyakit Tidak Menular
(PTM) utama yang mengalami peningkatan angka kejadian (DOMINGGA, 2019). Bersaamaan
dengan hal tersebut, Kota Surabaya menjadi penyumbang kasus TB tertinggi di Provinsi Jawa Timur,
mencapai 8.144 penderita
per Februari 2023.
Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) adalah salah satu penyakit paru-paru
kronis yang menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia (Ho et al., 2019). Menurut
data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 200 juta orang di dunia menderita
PPOK, dengan 3 juta kematian setiap tahunnya terkait dengan penyakit ini (Doiron et al., 2019). Di Indonesia, prevalensi PPOK mencapai sekitar 3,7% dari populasi dewasa berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun
2018 (Riskesdas, 2018). Faktor risiko
utama PPOK di Indonesia termasuk
tingginya prevalensi merokok dan polusi udara. Di Kota Surabaya, prevalensi
PPOK cukup tinggi karena faktor-faktor tersebut, ditambah dengan paparan polusi dari kendaraan
bermotor dan industri.
Asma
adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran pernapasan yang mempengaruhi sekitar 235 juta orang di dunia, menurut WHO (Hsu et al., 2016). Di
Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi asma mencapai sekitar
2,4% dari populasi (Riskesdas, 2018). Faktor lingkungan
seperti polusi udara dan alergen memainkan peran penting dalam kejadian
asma. Di Surabaya, peningkatan
polusi udara dan kondisi lingkungan yang kurang mendukung meningkatkan risiko dan prevalensi asma. Kesadaran masyarakat tentang manajemen asma masih perlu
ditingkatkan untuk mengurangi dampak penyakit ini.
Tuberkulosis adalah
salah satu penyakit menular paling mematikan di
dunia, dengan sekitar 10 juta kasus baru
dan 1,5 juta kematian setiap tahunnya, berdasarkan laporan WHO tahun 2020 . Indonesia adalah salah satu dari lima negara dengan beban TB tertinggi di dunia, dengan sekitar 845.000 kasus baru setiap
tahunnya (Antaria, n.d.). Di Kota Surabaya, TB tetap menjadi masalah
kesehatan utama, dengan ribuan kasus
dilaporkan setiap tahun. Faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, sanitasi yang buruk, dan stigma sosial menghambat upaya penanggulangan TB di kota ini.
Menurut opendata.surabaya.go.id dan Sensus Penduduk 2020, Kelurahan Dukuh Kupang Kota Surabaya memiliki jumlah penduduk usia produktif dan lansia masing-masing 9.673 dan 2.102 jiwa.
Tingkat pendidikan tertinggi
mayoritas masyarakat Kelurahan Dukuh Kupang adalah SMA dan tidak sekolah. Secara ekonomi, masyarakat Dukuh Kupang memiliki tingkat ekonomi menengah, sehingga mendapatkan akses kesehatan bukan menjadi prioritas masyarakat. Data ini menunjukkan bahwa minimnya edukasi dan akses ke layanan
kesehatan berkontribusi terhadap peningkatan PTM (PPOK
& asma) dan penyakit menular (TB) (Y. Zhao et al., 2023). Berdasarkan
observasi lapangan, hingga saat ini
belum ditemukan adanya pusat layanan
edukasi dan deteksi dini mengenai ketiga
penyakit paru tersebut. Upaya promotif, preventif, dan deteksi dini dini masih
menjadi kunci utama dalam menurunkan
angka mortalitas dan morbiditas serta meningkatkan kualitas hidup (Ambrosino & Bertella, 2018). Oleh karena
itu, pengabdian kepada masyarakat melalui pembentukan �Pondok Paru Sehat� bertujuan sebagai sarana edukasi dan deteksi dini PPOK, asma, dan TB di Kelurahan Dukuh Kupang Kota Surabaya.
METODE
Kelurahan Dukuh
Kupang dipilih sebagai wujud pelaksanaan
tri dharma Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (FK UWKS) terhadap
masyarakat sekitar. Kegiatan ini melibatkan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Kesehatan
Masyarakat FK UWKS serta sebagai
implementasi Mata Kuliah /
Blok Respiratory System (RS) oleh mahasiswa
semester 4 FK UWKS. Edukasi dilakukan
dengan pemaparan materi oleh dosen FK UWKS dan dilanjutkan skrining PPOK melalui kuesioner skor PUMA yang disediakan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), penggunaan Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) / Arus Puncak Ekspirasi
(APE) untuk mengestimasi fungsi paru, dan kuesioner CAPTURE (COPD Assessment
in Primary Care to Identify Undiagnosed
Respiratory Disease and Exacerbation Risk) (Martinez et al., 2017). Skrining asma dilakukan menggunakan Asthma Screening Questionnaire, sedangkan skrining TB dilakukan melalui kuesioner yang diadaptasi dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (Shin et al., 2010).
Solusi permasalahan yang akan dilakukan fokus dalam prioritas
masalah utama mitra, yaitu PPOK, asma, dan TB serta dilaksanakan berdasarkan bukti ilmiah. Mitra mengalami kekurangan edukasi dan akses layanan kesehatan mengenai ketiga penyakit sistem pernafasan tersebut sehingga tidak mengimplementasi upaya promotif dan preventif. Solusi
yang dibutuhkan adalah memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan knowledge,
attitude, practice (KAP) dan upaya deteksi dini melalui
pembentukan �Pondok Paru
Sehat�. Pemberian edukasi menjadi kunci utama
dalam meningkatkan KAP dan deteksi dini dapat
membantu penderita mendapatkan akses ke layanan kesehatan
dengan segera (Kaaffah et al., 2023). Dalam pengabdian ini, yang dimaksud produktif adalah kelompok usia produktif
pada masyarakat umum yang rentan mengalami ketiga penyakit paru tersebut.
Tahapan pelaksanaan
dibagi menjadi Five
Levels of Prevention sesuai dengan
Ilmu Kesehatan Masyarakat:
Primary
Prevention
Primary
prevention meliputi health promotion dan specific protection
yang akan dilakukan melalui edukasi oleh Dosen FK
UWKS kepada masyarakat Kelurahan Dukuh Kupang. Edukasi akan berfokus pada definisi, gejala, faktor risiko, dan cara pencegahan dari PPOK, asma, dan TB. Selain
itu, penyampaian materi dibantu oleh mahasiswa semester 4
FK UWKS yang akan mendapat
Blok RS dan sudah mendapat materi
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
(KIE).
Secondary
Prevention
Pada secondary
prevention dilakukan early diagnosis &
prompt treatment melalui anamnesa,
pengisian kuesioner, dan pemeriksaan PEFR. Deteksi dini kasus PPOK dan asma juga dilakukan dengan pengukuran fungsi paru menggunakan alat PEFR, sedangkan pada kasus TB menggunakan anamnesa dan
pemeriksaan fisik. Kegiatan pada tahap ini juga melibatkan mitra, dosen, dan mahasiswa.
Tertiary
Prevention
Disability
limitation dan rehabilitation
pada tertiary prevention dilakukan melalui edukasi untuk melatih kekuatan otot pernafasan penderita PPOK dan asma. Selain
itu, penderita asma juga mendapat edukasi mengenai guided asthma self-management. Pada pasien TB, diberikan edukasi mengenai Perilaku Hidup Bersih Sehat
(PHBS).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengabdian telah berhasil dilaksanakan di Kantor Kelurahan Dukuh Kupang Kota Surabaya pada Juli 2024 dengan
peserta mencapai 15 orang
yang mayoritas berusia lebih dari 50 tahun.
Kegiatan diawali dengan melakukan pengisian kuesioner skrining PPOK, asma, dan TB serta pemeriksaan PEFR/APE (Gambar
1). Pemeriksaan PEFR/APE dilakukan
oleh tim mahasiswa FK UWKS didampingi dengan dokter spesialis paru yang merupakan dosen FK UWKS (Gambar 2). Setelah
pengisian kuesioner dan pemeriksaan PEFR/APE, dilakukan penyuluhan dan KIE mengenai PPOK,
asma, dan TB oleh tim dokter spesialis paru dari FK UWKS (Gambar 3).
Gambar 1. Pengisian kuesioner peserta pengabdian masyarakat didampingi dengan mahasiswa FK UWKS.
Gambar 2. Pemeriksaan PEFR/APE dilakukan oleh mahasiswa FK UWKS dengan pendampingan dosen FK UWKS sebagai dokter spesialis paru.
Gambar 3. Penyuluhan mengenai PPOK, asma, dan TB oleh dosen FK UWKS yang juga sebagai dokter spesialis paru.
Analisis hasil skor PUMA menunjukkan rata-rata peserta memiliki skor PUMA ≥ 6. Skor ini mengindikasikan tingginya kecurigaan individu terseut mengalami PPOK (Au-Doung et al.,
2022). Selain itu, kami juga melakukan analisis PEFR/APE dengan hasil rata-rata 293 L/menit yang artinya kurang dari nilai
normal (320 � 550 L/menit). Data ini
mengindikasikan bahwa masih banyak individu
di Kelurahan Dukuh Kupang Kota Surabaya yang mengalami
kejadian undiagnosed atau
underdiagnosis. Kegiatan diakhiri
dengan pengisian kuesioner kepuasan.
Berdasarkan Dinas Kesehatan Kota Surabaya, wilayah Dukuh Kupang pada tahun 2023 memiliki penderita penyakit pada sistem pernafasan sebanyak 6.378 individu dengan rata-rata 531 penderita
per bulan. Permasalahan mitra dapat dibagi
menjadi tiga penyakit paru tersering:
PPOK, asma, dan TB. Penyakit
paru obstruktif kronis adalah penyakit
inflamasi kronis pada paru yang menyebabkan obstruksi jalan nafas ditandai dengan keterbatasan aliran udara serta
kerusakan jaringan. Proses peradangan kronis ini terjadi karena
pajanan partikel atau gas berbahaya termasuk polusi udara dalam waktu
lama. Faktor risiko PPOK meliputi
pajanan dari lingkungan dan pekerjaan (occupational
exposure) (Ambrosino &
Bertella, 2018). Namun, merokok merupakan penyebab paling umum PPOK (Ambrosino &
Bertella, 2018). Berdasarkan Badan Pusat
Statistik (BPS), jumlah perokok aktif di Kota Surabaya
pada kelompok usia produktif dan lansia mencapai 21.28%, tingginya angka ini akan
menyebabkan peningkatan perokok pasif juga. Oleh karenanya, masih banyak individu yang berisiko mengalami PPOK. Penelitian menunjukkan bahwa upaya promotif
dan preventif seperti edukasi berhenti merokok penting dilakukan untuk meningkatkan KAP masyarakat terhadap PPOK serta menurunkan angka kejadiannya (L. Zhao & Zhao,
2023). Selain upaya tersebut, deteksi dini PPOK dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan alat tiup sederhana
yang dikenal dengan
PEFR/APE untuk mengetahui fungsi paru (Thorat et al.,
2017). Namun, masih banyak masyarakat
yang belum mengetahui hal ini.
Asma didefinisikan sebagai kelainan pada saluran nafas akibat
inflamasi kronis dan bermanifestasi sebagai episode mengi, sesak nafas
/ dada, dan batuk berulang.
Hal ini terjadi karena respons berlebihan dari bronkus dan obstruksi saluran nafas. Banyak penelitian menunjukkan bahwa gejala asma
berulang yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kesulitan tidur, kelelahan di siang hari, dan ketidakhadiran di sekolah atau tempat kerja
sehingga membatasi aktivitas sehari-hari dan mengganggu kualitas hidup penderita (Hsu et al., 2016). Asma juga dikaitkan dengan peningkatan beban layanan kesehatan
yang signifikan dan dapat menyebabkan kematian. Guided
asthma self-management (manajemen mandiri asma) dapat
mengendalikan asma dengan optimal (Farnesi et al.,
2019). Namun, implementasi manajemen ini tergantung pada KAP penderita terhadap asma. Manajemen mandiri meliputi pengendalian lingkungan (menghindari pencetus seperti hewan peliharaan),
penerapan perilaku sehat (tidak merokok),
kepatuhan terhadap pengobatan asma, dan terapi mandiri ketika mengalami serangan asma (eksaserbasi akut) (Farnesi et al.,
2019). Oleh karena itu, mengingat adanya peningkatan prevalensi asma, perlu dilakukan sosialisasi dan deteksi dini guna meningkatan
KAP penderita asma yang
pada akhirnya dapat mencapai manajemen mandiri asma yang optimal dan pengurangan beban layanan kesehatan.
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang dapat dicegah dan disembuhkan, namun tetap menjadi masalah
kesehatan masyarakat di
Indonesia. Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia,
negara ini harus bebas TB pada tahun 2035, sedangkan saat ini Indonesia menempati peringkat kedua dalam jumlah kasus
TB aktif terbanyak di dunia
(Kaaffah et al.,
2023). Global TB Report 2022 melaporkan
969.000 penderita TB di Indonesia pada tahun 2021, hampir 44%-nya berada di Jawa Timur dengan Kota Surabaya memegang kasus TB terbanyak. Dalam epidemiologi TB, faktor-faktor penentu sosial kesehatan dalam suatu komunitas meliputi kemiskinan, kepadatan penduduk, kondisi perumahan yang tidak memadai, dan kekurangan gizi memiliki peran yang penting dalam patogenesis
TB (risiko paparan, waktu diagnosis, pengobatan, dan kerentanan terhadap TB) (Kaaffah et al.,
2023). Sejalan dengan hal tersebut,
di negara dengan pendapatan
rendah-menengah, layanan kesehatan yang tidak memadai, keseidaan obat terbatas, kasus yang tidak terdiagnosis (underdiagnosed), dan kurangnya pelaporan kasus juga berkontribusi terhadap masalah kesehatan masyarakat ini (Hogan et al., 2020). Oleh karenanya, TB merupakan penyakit sosial yang memerlukan keterlibatan masyarakat. Penelitian menunjukkan bahwa pertukaran informasi kesehatan di antara masyarakat dapat digunakan sebagai sarana menyebarkan informasi dan mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesadaran Masyarakat
(Kaaffah et al.,
2023). Selain itu, meningkatkan pemahaman tentang cara penularan
termasuk KAP terhadap TB dapat berpotensi mengurangi kesalahpahaman masyarakat yang akan mengurangi stigmatisasi dan meningkatkan deteksi dini (Pengpid &
Peltzer, 2019).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil
kegiatan dapat disimpulkan bahwa perlu dilakukan kerja sama dari
berbagai sektor untuk menangani underdiagnosed
dari PPOK, asma, dan TB. Kegiatan ini juga menunjukkan bahwa upaya deteksi dini
ketiga penyakit tersebut dapat dilakukan melalui pengisian kuesioner dan pemeriksaan PEFR/APE oleh mahasiswa
dan dosen FK UWKS yang kompeten
di bidangnya. Pada wilayah Kelurahan
Dukuh Kupang Kota Surabaya masih banyak individu
yang tidak terdiagnosis dengan PPOK atau asma atau TB dikarenakan
kurangnya edukasi serta rendahnya upaya deteksi dini.
DAFTAR PUSTAKA
Ambrosino,
N., & Bertella, E. (2018). Lifestyle interventions in prevention and
comprehensive management of COPD. Breathe, 14(3), 186�194.
Antaria,
A. (n.d.). Tuberculosis control In Indonesia Theory And Research.
Au-Doung,
P. L. W., Wong, C. K. M., Chan, D. C. C., Chung, J. W. H., Wong, S. Y. S.,
& Leung, M. K. W. (2022). PUMA screening tool to detect COPD in high-risk
patients in Chinese primary care�A validation study. Plos One, 17(9),
e0274106.
Doiron,
D., de Hoogh, K., Probst-Hensch, N., Fortier, I., Cai, Y., De Matteis, S.,
& Hansell, A. L. (2019). Air pollution, lung function and COPD: results
from the population-based UK Biobank study. European Respiratory Journal,
54(1).
DOMINGGA,
M. (2019). PENGEMBANGAN BASIS DATA PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN DI DINAS
KESEHATAN KOTA SURABAYA. Universitas Airlangga.
Farnesi,
B.-C., Ducharme, F. M., Blais, L., Collin, J., Lavoie, K. L., Bacon, S. L.,
McKinney, M. L., & Pelaez, S. (2019). Guided asthma self-management or
patient self-adjustment? Using patients� narratives to better understand
adherence to asthma treatment. Patient Preference and Adherence,
587�597.
Ho,
T., Cusack, R. P., Chaudhary, N., Satia, I., & Kurmi, O. P. (2019).
Under-and over-diagnosis of COPD: a global perspective. Breathe, 15(1),
24�35.
Hogan,
A. B., Jewell, B. L., Sherrard-Smith, E., Vesga, J. F., Watson, O. J.,
Whittaker, C., Hamlet, A., Smith, J. A., Winskill, P., & Verity, R. (2020).
Potential impact of the COVID-19 pandemic on HIV, tuberculosis, and malaria in
low-income and middle-income countries: a modelling study. The Lancet Global
Health, 8(9), e1132�e1141.
Hsu,
J., Qin, X., Beavers, S. F., & Mirabelli, M. C. (2016). Asthma-related
school absenteeism, morbidity, and modifiable factors. American Journal of
Preventive Medicine, 51(1), 23�32.
Kaaffah,
S., Kusuma, I. Y., Renaldi, F. S., Lestari, Y. E., Pratiwi, A. D. E., &
Bahar, M. A. (2023). Knowledge, attitudes, and perceptions of tuberculosis in
Indonesia: a multi-center cross-sectional study. Infection and Drug
Resistance, 1787�1800.
Martinez,
F. J., Mannino, D., Leidy, N. K., Malley, K. G., Bacci, E. D., Barr, R. G.,
Bowler, R. P., Han, M. K., Houfek, J. F., & Make, B. (2017). A new approach
for identifying patients with undiagnosed chronic obstructive pulmonary
disease. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, 195(6),
748�756.
Pengpid,
S., & Peltzer, K. (2019). Knowledge, attitudes, and practices regarding
tuberculosis in Timor-Leste: results from the demographic and health survey
2016. Journal of Preventive Medicine and Public Health, 52(2),
115.
Riskesdas.
(2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018.
Shin,
B., Cole, S. L., Park, S.-J., Ledford, D. K., & Lockey, R. F. (2010). A new
symptom-based questionnaire for predicting the presence of asthma. J
Investig Allergol Clin Immunol, 20(1), 27�34.
Thorat,
Y. T., Salvi, S. S., & Kodgule, R. R. (2017). Peak flow meter with a
questionnaire and mini-spirometer to help detect asthma and COPD in real-life
clinical practice: a cross-sectional study. NPJ Primary Care Respiratory
Medicine, 27(1), 32.
Triasih,
R., Setyowireni, D., Nurani, N., & Setyati, A. (2023). Prevalence,
management, and risk factors of asthma among school-age children in Yogyakarta,
Indonesia. Journal of Asthma and Allergy, 23�32.
Zhao,
L., & Zhao, Q. (2023). Knowledge, attitude, and practice toward disease
prevention among a high-risk population for chronic obstructive pulmonary
disease: A cross-sectional study. International Journal of Nursing Sciences,
10(2), 238�244.
Zhao,
Y., Xu, S., Zhang, X., Wang, L., Huang, Y., Wu, S., & Wu, Q. (2023). The
Effectiveness of Improving Infectious Disease�Specific Health Literacy Among
Residents: WeChat-Based Health Education Intervention Program. JMIR
Formative Research, 7, e46841.