Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi di Kota Kupang
(Analysis
factors influencing demand for beef in Kupang City)
� Analysis of Development Inequality Between Regions in
java and bali, Economic Spatial Approach
1)*Maria E. Sere Milo, 2) Matheos F.
Lalus, 3)Obed H.
Nono, 4)Johanes G. Sogen
1,2,3,4 Universitas Nusa Cendana, Kupang, Indonesia
*Email: 1) [email protected]
*Correspondence: 1) Maria
E. Sere Milo
DOI: 10.59141/comserva.v4i4.1379 |
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
permintaan daging sapi dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Penentuan contoh dilakukan
dalam penelitian ada dua tahap (two stage sampling). Pengumpulan
data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara. Analisis data kuantitatif yang digunakan
adalah analisis korelasi dan regresi linear berganda dengan memakai fungsi
Cobb-Douglas. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat lima faktor
yang memiliki hubungan dengan permintaan daging sapi (Y) yaitu pendapatan (X1),
harga daging sapi (X2), harga daging babi (X3), harga
ikan (X5) dan harga tahu tempe (X6). Analisis Regresi
linear berganda menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh sangat nyata
terhadap permintaan daging sapi adalah pendapatan (X1), harga
daging babi (X3) ,harga ikan (X5) dan harga tahu tempe
(X6) bersifat elastis sedangkan harga daging sapi (X2)
terhadap permintaan daging sapi di Kota Kupang bersifat inelastis. Kata kunci: daging sapi, elastisitas, permintaan |
ABSTRACT
This
study aims to analyze the demand for beef and the
factors that influence the demand for beef. The research method used is the
survey method. Determination of examples is carried out in research there are
two stages (two stage sampling). Data collection was carried out by observation
and interview methods. The quantitative data analysis used is correlation
analysis and multiple linear regression using the Cobb-Douglas function. The
results of the correlation analysis show that there are five factors that have
a relationship with beef demand (Y), namely income (X1), beef price (X2), pork
price (X3), fish price (X5) and tempeh tofu price (X6). Multiple linear
regression analysis shows that the factors that have a very real influence on
beef demand are income (X1), pork price (X3), fish price (X5) and tempeh tofu
price (X6) are elastic while beef price (X2) on beef demand in Kupang City is inelastic.
Keywords:
beef, elasticity, demand
PENDAHULUAN
Tujuan utama usaha peternakan adalah untuk meningkatkan populasi, terutama
ternak sapi dan produksi daging, untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, yang
secara tidak langsung meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Mayulu et al., 2010). Untuk mencapai
tujuan ini, akan lebih efisien untuk meningkatkan konsumsi pangan yang
bersumber dari komoditi peternakan antara lain daging (Rusdiana, 2014). Kota Kupang sebagai
Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki tingkat konsumsi daging
yang cukup tinggi dan adanya kecendrungan sebagian konsumen ingin mendapatkan
daging yang berkualitas baik. Penyediaan daging sapi di Kota Kupang umumnya
dari rumah potong yang berada di daerah ini (Usman et al., 2004).
Permintaan masyarakat akan daging sapi meningkat setiap tahun karena jumlah
penduduk yang meningkat dan kesadaran akan pentingnya makanan bergizi seperti daging
sapi (Puradireja et al., 2021). Ternak sapi
adalah salah satu penghasil daging sapi utama di Indonesia.
Masyarakat semakin menyadari pentingnya memenuhi kebutuhan gizi daging hewani,
terutama daging sapi (Setyawati et al., 2018). Hal ini dapat dilihat
dari populasi ternak sapi di Indonesia khususnya Kabupaten Kupang tiap tahunnya
meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT pada tahun
2021 populasi sapi potong di NTT mencapai 1.248.930 ekor (Kadju et al., 2021). Hal ini
menyebabkan tingkat konsumsi daging sapi di Kota Kupang dari tahun ke tahun
mengalami fluktuasi. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kota Kupang pada
tahun 2018 produksi daging sapi berkisar 2.297.700,00 kg, tahun 2019 berkisar 2.277.172,50
kg, tahun 2020 berkisar 2.426.708,28 kg dan tahun 2021 berkisar 2.453.572,21 kg
(Badan Pusat Statistik Kabupaten/Kota, 2022).
Berbagai jumlah barang yang dibeli oleh konsumen di suatu pasar dalam
jangka waktu tertentu pada berbagai kemungkinan tingkat harga, kemungkinan tingkat
pendapatan, atau tingkat harga lain yang terkait erat dengan satu sama lain
disebut permintaan (Soedarso et al., 2019). Hal ini berdasarkan
asumsi bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan, oleh karena itu terciptalah permintaan
barang demi memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Menurut (Rahardja, 2015), permintaan
adalah keinginan konsumen membeli suatu barang
pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu.
Dengan kata lain, permintaan baru hanya dapat terjadi ketika pembeli memiliki kedua
kebutuhan untuk barang tersebut dan kekuatan untuk membeli barang tersebut. Permintaan
yang didukung oleh kekuatan beli disebut permintaan efektif, sedangkan permintaan
yang hanya didasarkan atas kebutuhan disebut permintaan potensial. Pendapatan konsumen dan harga produk yang dikehendaki adalah dua
komponen utama yang mendukung daya beli konsumen (Gunawan,
2017).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan konsumen daging sapi di
Kota Kupang.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
dilakukan
di Kota Kupang tepatnya
di Pasar Oeba dan Pasar Oebobo. Waktu
pelaksanaan penelitian berlangsung selama enam bulan.
Jenis
data yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
Sumber data yang digunakan
adalah data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survey/pengamatan secara langsung
di Pasar Oebobo dan Pasar Oeba, serta wawancara menggunakan daftar pertanyaan kuisioner
yang sudah disiapkan. Sumber data sekunder diperoleh dari instansi Badan Pulsat Statistik
(BPS) Provinsi NTT serta berbagai literatur yang erat kaitannya dengan penelitian ini.
Metode
Penentuan
Contoh
Metode penentuan contoh dilakukan dalam dua tahap (two stage sampling). Tahap pertama yaitu penentuan lokasi
pasar secara purposive pasar contoh
yang diambil adalah pasar yaitu Pasar Oebobo dan Pasar Oeba hal ini dengan pertimbangan
jumlah konsumen daging sapi serta jarak kedua pasar yang dekat. Tahap kedua penentuan
responden contoh secara accidental sampling atau sampel berdasarkan kebetulan konsumen daging sapi yang ditemui dan
dijadikan sebagai responden contoh, sehingga total selama satu bulan menjadi 100 konsumen yang
dibagi pada Pasar Oebobo 50 responden contoh dan Pasar Oeba 50 responden contoh
yang diambil sehingga dihipotesiskan cukup representatif.
Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. a) Metode observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung perilaku konsumen dalam pembelian daging sapi di pasar Oeba dan Oebobo. b) Metode wawancara dilakukan dengan menggunakan kuisoner yang sudah disiapkan untuk memperoleh informasi yang erat kaitannya dengan objek penelitian yang akan dibuktikan dengan hasil dokumentasi seperti pengambilan gambar pada saat melakukan wawancara menggunakan kamera handphone.
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini ditabulasi untuk dilakukan perhitungan rata-rata (X), simpangan baku (SB), dan koefisien variasi (KV),
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi dan regresi menurut (Nana, 1992). Adapun formulasinya
sebagai berikut :
X =
SB =
KV =
Dimana:
Xi = Nilai
rata-rata pengamatan contoh
∑Xi = Jumlah nilai pengamatan contoh
n� =
Jumlah contoh
SB = Simpangan baku
KV = Koefisien variasi
Hubungan antara faktor-faktor yang diidentifikasikan
dengan permintaan (Y) dan antara faktor-faktor yang diidentifikasi (Xi) dilakukan
analisis korelasi dengan menggunakan formulasi sebagai berikut :
r =
dimana :
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah
contoh
Xi = Nilai variabel X pada pengamatan
kel-I (i= 1,2,�.n)
Y = Nilai Variabel Y pada pengamatan kel-I
(i= 1,2,�.n)
Untuk menguji taraf nyata koefisien korelasi
digunakan uji t dengan formulasi :
thit=
dengan
hipotesis :
H0= ρ = 0 artinya tidak ada hubungan
yang erat antara dua peubah
H1= ρ ≠ 0 artinya ada hubungan antara dua peubah
Kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut:��
Jika thitung<ttabel,
maka terima H0 dan tolak H1
Jika thitung>ttabel,
maka tolak H0 dan terima H1
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap permintaan daging sapi dilakukan analisis regresi dengan menggunakan fungsi
Cobb-Douglas sesuai petunjuk, (Harum, 2022). Model fungsi Cobb-Douglas adalah sebagai
berikut
:
Y = a X1b1.X2b2.Xibi...Xnbn.el
Dimana:
Y = Peubah yang dijelaskan (dependent
variabel)
Xi= Peubah yang menjelaskan (independent/elxplantory variabel)
a,b = Besaran diduga
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan regresi tersebut maka, persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakannya. Sehingga diperoleh model sebagai berikut:Log Y = Log a+b1 log X1+ b2 log X2
+ b3log X3 +...bn log Xn..+ el.
Dalam penelitian
ini ada 6 faktor yang diduga
mempengaruhi
permintaan
konsumen dalam membeli
daging sapi. Hubungan dari faktor-faktor
tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
Y = a X1b1.X2b2.X3b3.X4b4.X5b5.X6b6.el
Dimana:
Y� ������� ������������ = Permintaan Konsumen
a ��������� ������������ = Konstanta
b1,b2,b3,b4 ��������������� = Koefisien regresi faktor-faktor yang diidentifikasi
X1���� �������������������������������� = Pendapatan Konsumen
X2 �������������� ����������������������� = Harga Daging
Sapi
X3��������������� ����������������������� = Harga Daging Babi
X4������� ����������� = Harga Daging Ayam
X5������� ����������� = Harga Ikan
X6������� ����������� = Harga Tahu Tempe
Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor
tersebut secara bersama-sama maka dilakukan uji F (Anova) dengan formula :
Fhitung =
Uji F ini dimaksudkan
untuk
menguji
hipotesis:
H0:�1 = �2 =
�3 = �4 = �5 = �6 0 :artinya tidak
ada pengaruh dari faktor-faktor yang diidentifikasi secara bersama-bersama terhadap
permintaan.��
Hi: Mimimal ada salah satul �i≠0
artinya ada pengaruh faktor-faktor yang diidentifikasi terhadap permintaan.
Kaidah pengambilan
keputusan
untuk
menerima
atau menolak
hipotesis
diatas adalah sebagai berikut:
Fhitung ≤ Fa (ν1, ν2) terima
H0
Fhitung˃Fa(ν1, ν2) tolak H0
Selanjutnya koefisien determinasi berganda
(R2) dapat diperoleh dengan rumus :
�R2
= �x 100%
Dimana:����������
JK regresi
= Jumlah
kuadrat
regresi
JK acak� = Jumlah kuadrat
acak
Untuk mengetahui pengaruh dari
faktor-faktor tersebut secara parsial maka dilakukan uji t dengan rumus:
���
�=
Dimana:
bi = Koefisien regresi bi
dimana i : 1, 2, 3....n
sbi = Simpangan baku koefisien
regresi kel-i
Uji ini digunakan untuk menguji
hipotesis:
H0:�i=
0, artinya tidak ada pengaruh
faktor tersebut
terhadap
permintaan
H1:�i≠
0, artinya ada pengaruh
faktor tersebut
terhadap
permintaan
Kaidah pengambilan
keputusan
yaitu:
�Jika thitung≤ t ɑ
/2,(n-2), terima H0
Jika
thitung ˃ t ɑ /2,(n-2), tolak H0
Data yang diperoleh
dianalisis dengan
menggunakan
perangkat
lunak computer
program SPSS versi
25.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identitas Konsumen
Identitas konsumen yang
diperoleh dari penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pekerjaan, dan jumlah anggota keluarga.
�
Umur Konsumen
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata umur konsumen di Kota Kupang adalah 30�7,88 tahun dengan usia
terendah 23 tahun dan rata-rata usia tertinggi 63 tahun (KV=26,26%).
Berdasarkan usia tersebut, maka dapat diketahui bahwa responden yang tergolong
dalam usia kerja produktif adalah sebanyak 95 orang (95%). Dari data yang
diperoleh diketahui bahwa umur konsumen mempengaruhi permintaan responden
masyarakat terhadap daging sapi.
Jenis Kelamin
�Hasil penelitian mengenai identitas responden
menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak
64 orang (64%) sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 36 orang
(36%). Hal ini menunjukkan bahwa di lokasi pasar penelitian, konsumen dan
pembeli daging sapi lebih banyak perempuan daripada laki-laki. Ini mungkin
karena peran wanita sebagai ibu rumah tangga.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan
indikator terhadap kualitas penduduk suatu wilayah tertentu karena tingkat
pendidikan mempengaruhi pengetahuan penduduk, termasuk pengetahuan akan sumber
protein hewani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang peresponden
bervariasi mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi (PT).
�Dari hasil penelitian terdapat 38 (38%)
responden berpendidikan SD, 24 responden (24%) berpendidikan SMP, 32 responden
(32%) berpendidikan SMA/SMK dan 6 responden (6%) tamatan Perguruan Tinggi (PT).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsumen daging sapi masih
berpendidikan sekolah dasar. Ini disebabkan oleh fakta bahwa sebagian besar
responden adalah wirausaha rumah makan yang menggunakan daging sapi sebagai
bahan baku untuk makanan mereka. Ada juga beberapa responden yang membeli
daging sapi untuk acara keluarga, pesta, dan acara lauk di rumah mereka
sendiri.
Pekerjaan
Responden yang melakukan
pembelian daging di Pasar Oebobo dan Pasar Oeba memiliki pekerjaan yang
berbeda-beda. Berdasarkan sebaran kuisoner penelitian, jenis pekerjaan dibagi
menjadi enam bagian meliputi Peternak, Petani, Karyawan Swasta, PNS, Wirausaha dan
lainnya.
Tabel 2 Pekerjaan Responden di Kota Kulpang
Tahun 2023
No. |
Pekerjaan |
Jumlah Responden (orang) |
Persentasel(%) |
|
|
|
|
1 |
Petani |
6 |
6 |
2 |
Karyawan Swasta |
8 |
8 |
3 |
PNS |
1 |
1 |
4 |
Wirausaha |
78 |
78 |
|
|
|
|
5 |
Lainnya |
7 |
7 |
|
|
|
|
|
Total |
100 |
100 |
Sumber: Data primer 2023 (diolah)
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 78 orang (78%)
responden contoh bekerja sebagai wirausaha yang kebanyakan membeli daging sapi untuk kebutuhan bahan baku di rumah makannya
seperti bahan baku untuk pembuatan bakso, gule, rendang, salome dan soto. Lainnya yang dimaksud diatas dari total 100 responden ternyata ada tiga
responden yang mahasiswa/pelajar yang membeli daging yaitu mereka
yang mewakili orang tuanya berbelanja daging dan empat orang ibu rumah tangga yang membeli daging untuk kebutuhan konsumsi di keluarganya.
Jumlah anggota keluarga yang berubah berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah anggota keluarga populasi
adalah 4,04 � 1,13 jiwa dengan KV=27,91%. Jumlah anggota keluarga sangat
berpengaruh terhadap permintaan daging sapi di Kota Kupang. Dari rata-rata
jumlah anggota keluarga populasi menunjukkan bahwa semakin banyak anggota
keluarga maka jumlah konsumsi daging sapi juga ikut meningkat.
Pendapatan�����
Rata-rata pendapatan responden
dalam satu bulan adalah sebesar Rp8.310.000 � 5.936.865. Tingginya pendapatan
mempengaruhi daya beli masyarakat dimana semakin meningkat pendapatan konsumen
maka pengeluaran untuk membeli dan mengkonsumsi daging sapi akan meningkat.
Pembagian kelompok pendapatan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kelompok Pendapatan Berdasarkan Tingkat
Pendapatan Responden di Kota Kupang Tahun 2023
Kelompok Pendapatan
|
Tingkat Pendapatan Responden |
Jumlah Responden
KK(%) |
|||
Terendah (Rp) |
Tertinggi (Rp) |
Rata-Rata(Rp) |
Standard Deviasi (SD) |
||
≤3.500.000 |
1.000.000 |
3.000.000 |
2.166.667 |
717.741 |
88 |
≥3.500.000 |
4.000.000 |
30.000.000 |
�9.147.727 |
5.841.862 |
12 |
�
Sumber:Data Primer 2023 (diolah).
Pendapatan menjadi salah satu indikator
daya beli dan mempengaruhi gaya berbelanja responden. Responden yang memiliki
pendapatan tertinggi rata-rata adalah pemilik rumah makan yang membeli daging
sapi untuk kebutuhan pasokan bahan baku rumah makannya, hal ini menunjukkan
apabila pendapatan meningkat maka responden akan meningkatkan permintaan
terhadap suatu barang yang diinginkan.
Permintaan daging sapi di Kota
Kupang dilakukan di pasar lokal dan depot daging berasal dari Rumah Potong
Hewan dengan pemotongan dilakukan setiap hari. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata permintaan daging sapi per bulan setiap konsumen di Kota Kupang
adalah sebesar 32,43 � 31,18 kg dengan KV=96% (Lampiran 1). Konsumsi daging
sapi per bulan sebesar 32,43 � 31,18 kg menunjukkan variasi konsumsi tertinggi
sebesar 63,61 kg per bulan dan terendah sebesar 1,25 kg per bulan. Harga daging
sapi dijual bervariasi karena pembeli tidak hanya membeli daging sapi di pasar
lokal tetapi juga di depot daging, juga dikenal sebagai kios daging, dan juga
membeli daging sapi dalam bentuk tetelan. Tetelan adalah bentuk penjualan
daging sapi dalam bentuk ditumpuk yang harganya tidak ditetapkan oleh penjual
tapi biasanya dibeli konsumen dengan harga mulai dari Rp25.000 sampai dengan
Rp50.0000. Selanjutnya, harga daging sapi yang dijual di depot daging harganya
mulai Rp90.000 hingga Rp110.000 per kilogram.
Permintaan daging sapi di Kota
Kupang dibagi menjadi dua golongan sesuai dengan pendapatan konsumen. Dari
hasil penelitian menunjukkan konsumen yang berpendapatan per bulan kurang atau
sama dengan Rp3.500.000 rata-rata mengkonsumsi 6,33 � 2,67 kg per bulan dan
konsumen yang berpendapatan lebih besar dari Rp3.500.000 mengkonsumsi daging
sapi sebanyak 36,03 � 31,56 kg per bulan (Lampiran 4).
Jumlah konsumsi daging sapi di
Kota Kupang tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatan konsumen tetapi juga
dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga. Pembagian permintaan daging sapi di
Kota Kupang sesuai dengan kelompok pendapatan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Konsumsi Daging Sapi Per Bulan
Berdasarkan Kelompok Pendapatan di Kota Kupang Tahuln 2023
Kelompok Pendapatan |
Konsumsi Daging Sapi |
Jumlah Responden KK(%) |
||
|
||||
Jumlah (kg) |
Rata-Rata (kg) |
Standar Deviasi (SD) |
||
≤3.500.000 |
76 |
6,33 |
2,67 |
88 |
≥3.500.000 |
3.171 |
36,03 |
31,56 |
12 |
Sumber: Data Primer 2023 (diolah).
���������
Tabel 4 menunjukkan bahwa
konsumsi daging sapi per bulan untuk responden yang berpenghasilan kurang dari
atau sama dengan Rp3.500.000 (88% responden contoh) mengkonsumsi daging sapi
sebanyak 6,33 kg per bulan dengan variasi konsumsi tertinggi sebesar 9 kg dan
konsumsi terendah sebesar 3,66 kg. Responden yang berpenghasilan lebih besar
dari Rp3.500.000 (12% responden contoh) rata-rata mengkonsumsi daging sapi
sebanyak 31,56 kg per bulan dengan variasi konsumsi tertinggi sebesar 67,59 kg
dan konsumsi terendah sebesar 4,47 kg. Hal ini mengartikan bahwa jika
pendapatan responden tinggi maka akan meningkatkan jumlah daging sapi yang
dibutuhkannya.
Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Permintaan Daging Sapi
Hubungan antara faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah permintaan daging sapi di Kota Kupang dapat dilihat
dari koefisien korelasi dan regresi yang diperoleh. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap jumlah permintaan daging sapi di Kota Kupang adalah
Pendapatan (X1), harga daging sapi (X2), harga daging
babi (X3), Harga daging ayam (X4), harga ikan (X5)
dan harga tahu tempe (X6). Hasil analisis korelasi menunjukkan
koefisien korelasi sebagai berikut.
Tabel 5. Koefisien Korelasi dan Tingkat Nyata
antara Permintaan Daging Sapi (Y) dengan Variabel Bebas (Xi) di Kota
Kupang Tahun 2023.
Koefisien Korelasi |
||||||
|
� X1 |
X2 |
X3��������������� |
X4 |
X5 |
X6 |
Y |
0,701** |
-0,406** |
0,314** |
-0,027 |
0,329** |
0,251* |
Sig |
0,000 |
0,000 |
0,001 |
0,793 |
0,001 |
0,012 |
�Sumber:Data Primer,2023 (diolah)
�Keterangan: **sangat
nyata, ��� *nyata
Berdasarkan hasil analisis korelasi (Tabel 5) dapat dilihat bahwa dari
keenam faktor yang diidentifikasi, terdapat empat faktor yang mempunyai hubungan yang sangat nyata dan satu faktor yang mempunyai hubungan nyata dengan jumlah permintaan
daging sapi yakni X1 (Pendapatan konsumen), X2 (harga daging sapi), harga
daging babi (X3), harga ikan mentah (X5)
dan harga tahu tempe (X6). Faktor lain yaitu X4 (harga daging ayam),
memiliki korelasi yang tidak nyata dengan jumlah permintaan daging sapi
sehingga dalam analisis regresi faktor tersebut tidak diikutsertakan.
Korelasi antara pendapatan
(X1) dan jumlah permintaan
daging sapi (Y) adalah korelasi positif dan sangat nyata dimana
r=0,701(P< 0,01). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin meningkat pendapatan maka jumlah
permintaan daging sapi akan meningkat pula dan sebaliknya, ceteris paribus.
Korelasi antara harga daging
sapi (X2) dan jumlah permintaan daging sapi (Y) mempunyai korelasi
negatif dimana r=-0,406(P<0,01). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
meningkat harga daging sapi maka jumlah permintaan daging sapi akan berkurang
dan sebaliknya, ceteris paribus
Korelasi antara harga daging
babi (X3) dan jumlah permintaan daging sapi mempunyai korelasi
positif dimana r=0,314(P< 0,01). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
meningkat harga daging babi maka jumlah permintaan daging sapi akan meningkat
pula dan sebaliknya, ceteris paribus.
Korelasi antara harga ikan
mentah (X5) dan jumlah permintaan daging sapi mempunyai korelasi
positif dimana r=0,329(P<0,01). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
meningkat harga ikan maka jumlah permintaan daging sapi akan pula meningkat dan
sebaliknya, ceteris paribus.
Korelasi antara harga tahu
tempe dan jumlah permintaan daging sapi mempunyai korelasi positif dimana
r=0,251(P<0,01). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin meningkat harga tahu
tempe maka jumlah permintaan daging sapi akan meningkat pula dan sebaliknya, ceteris paribus.
Hasil analisis koefisien
regresi dengan menggunakan aplikasi SPPS
versi 25 diperoleh koefisien regresi sebagai berikut; a =48,340, X1=0,957,
X2=-7,047, X3=0,528, X5=0,128 dan X6=1,333
dengan persamaan regresi yang diperoleh Y= 48,340 X1 0,957 X2
-7,047 X3 0,528 X50,128 X61,333.
Tabel 6. Hasil Analisis Koefisien Regresi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi di Kota Kupang Tahuln
2023.
Modell |
Bi |
t hit |
sig |
(Constant) |
48.340 |
2.840 |
0.006 |
X1 |
0.957 |
8.000 |
0.000 |
X2 |
-7.047 |
-5.234 |
0.000 |
X3 |
0.528 |
0.701 |
0.485 |
X5 |
0.128 |
0.650 |
0.517 |
X6 |
1.333 |
2.543 |
0.013 |
Sumber: Data Primer, 2023.
Berdasarkan hasil uji t (Tabel
6) diketahui bahwa koefisien regresi dari pendapatan (X1), harga
daging babi (X3), harga ikan (X5) dan harga tahu tempe (X6)
berada pada tingkat positif. Sedangkan harga daging sapi (X2) berada
pada tingkat negatif.
Pengaruh Pendapatan (X1) terhadap
Permintaan Daging Sapi
Hasil analisis menunjukkan
bahwa rata-rata pendapatan perbulan konsumen sebesar Rp8.310.000 � 5,936,865
(KV=71,44%). Hasil analisis regresi diperoleh koefisien regresi pendapatan b1=
0,957 yang mengartikan bahwa setiap peningkatan pendapatan konsumen sebesar 1%
maka jumlah permintaan daging sapi akan meningkat pula sebesar 0,957%, ceteris paribus. Sedangkan hasil uji t
diperoleh t-hitung untuk variabel pendapatan sebesar 8,000 dengan nilai
signifikansi 0,000. Nilai signifikansi sebesar 0,000<0,05. Ada kemungkinan
bahwa pendapatan benar-benar memengaruhi permintaan daging sapi. Ini karena ada
hubungan searah antara pendapatan dan permintaan daging sapi: permintaan akan
meningkat jika pendapatan meningkat, dan permintaan akan berkurang jika
pendapatan turun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendapatan merupakan
faktor pembatas terhadap jumlah barang yang diminta. Hasil penelitian ini
ditunjang dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kadju et al.,
2021), mengemukakan bahwa pendapatan berpengaruh
nyata terhadap permintaan daging sapi di Kota Kupang.
Pengaruh Harga Daging Sapi (X2)
terhadap Permintaan Daging Sapi (Y)����
Hasil analisis menunjukkan
bahwa rata-rata harga daging sapi sebesar Rp99. 400 � 4.887 (KV=4,92%) dan analisis regresi diperoleh koefisien
regresi harga daging sapi b2= -7,047. Hal ini mengandung arti bahwa
meningkatnya harga daging sapi sebesar 1% maka jumlah permintaan daging sapi
akan berkurang sebesar 7,047%, ceteris
paribus. Sedangkan hasil uji t diperoleh t-hitung untuk variabel harga
daging sapi sebesar -5,234 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi
sebesar 0,000<0,05. Dapat disimpulkan bahwa harga daging sapi berpengaruh
nyata terhadap permintaan daging sapi. Hal ini menunjukkan bahwa daging sapi
merupakan barang substitusi (pengganti) sehingga apabila harga daging sapi naik
maka konsumen dapat menggantinya dengan produk lainnya. Hasil penelitian ini
ditunjang dengan penelitian yang dilakukan oleh (Dharmastuti, 2016), mengemukakan bahwa
variabel harga daging sapi berpengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi di
Kota Surakarta.
Pengaruh Harga Daging Babi (X3) terhadap Permintaan Daging
Sapi (Y)
Hasil
analisis menunjukkan bahwa rata-rata harga daging babi sebesar Rp89.400 � 8,827
(KV=9,87%). Hasil analisis regresi diperoleh koefisien regresi harga daging
babi b3=0,528 yang mengartikan bahwa meningkatnya harga daging babi
sebesar 1% maka jumlah permintaan daging sapi akan meningkat pula sebesar
0,528%, ceteris paribus. Sedangkan
hasil ulji t diperoleh t-hitung untuk variabel harga daging babi sebesar 0,701
dengan nilai signifikansi 0,485. Nilai signifikansi sebesar 0,485>0,05.
Dapat disimpulkan bahwa harga daging babi berpengaruh tidak nyata terhadap
permintaan daging sapi, yang artinya semakin tinggi harga daging babi tidak
berpengaruh terhadap permintaan daging sapi.
Pengaruh Harga Ikan (X5) terhadap Permintaan Daging Sapi (Y)
Hasil
analisis menunjukkan bahwa rata-rata harga ikan sebesar Rp38.650 � 12,224
(KV=31,63). Hasil analisis regresi diperoleh koefisien regresi harga ikan b5=0,128
yang mengartikan bahwa setiap peningkatan harga ikan sebesar 1% maka jumlah
permintaan daging sapi akan meningkat pula sebesar 0,218%, ceteris paribus. Sedangkan hasil ulji t diperoleh t-hitung untuk
variabel harga ikan sebesar 0,650 dengan nilai signifikansi 0,517. Nilai
signifikansi sebesar 0,517>0,05. Dapat disimpulkan bahwa harga ikan berpengaruh
tidak nyata terhadap permintaan daging sapi, yang artinya semakin tinggi harga
ikan tidak berpengaruh terhadap permintaan daging sapi.
Pengaruh Harga Tahu Tempe (X6) terhadap Permintaan Daging
Sapi (Y)
Hasil
analisis menunjukkan bahwa rata-rata harga tahu tempe sebesar Rp22.675 � 2,957
(KV=13,04). Hasil analisis regresi diperoleh koefisien regresi harga tahu tempe
b5=1,333 yang mengartikan bahwa setiap peningkatan harga tahu tempe
sebesar 1% maka jumlah permintaan daging sapi akan meningkat pula sebesar
1,333%, ceteris paribus. Sedangkan
hasil uji t diperoleh t-hitung untuk variabel harga tahu tempe sebesar 2,543
dengan nilai signifikansi 0,013. Nilai signifikansi sebesar 0,013<0,05.
Dapat disimpulkan bahwa harga tahu tempe berpengaruh nyata terhadap permintaan
daging sapi. Hasil penelitian ini ditunjang dengan penelitian oleh (NN, 2012), bahwa variabel harga
tahu tempe berpengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi di Kota Bandar
Lampung.
Analisis
varians atau analisisis ragam untuk mengetahui apakah jumlah permintaan daging
sapi (Y) independen atau tidak dari pendapatan (X1), harga daging
sapi (X2), harga daging babi (X3), harga ikan (X5)
dan harga tahu tempe (X6) dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Analisis
Varians Regresi Jumlah Permintaan Daging Sapi (Y) atas Faktor-Faktor yang
Berpengaruh di Kota Kupang.
Sumber Keragaman
|
Jumlah Kuadrat
|
Derajat Bebas
|
Kuadrat Tengah |
F |
sig |
Regresi |
67.663 |
5 |
13.533 |
32,120 |
0,000b |
Galat |
39.603 |
94 |
0.421 |
|
|
Total |
107.266 |
99 |
|
|
|
Sumber: Data Primer, 2023 (diolah)
Berdasarkan
hasil analisis varians diketahui bahwa Fhitulng=32,120(P< 0,01)
dan bersifat sangat nyata. Hal ini mengartikan bahwa naik turunnya permintaan
daging sapi (Y) secara bersama-sama oleh faktor pendapatan (X1),
harga daging sapi (X2), harga daging babi (X3), harga
ikan (X5), dan harga tahu tempe (X6) dalam bentuk
berpangkat Cobb-Douglas bersifat sangat nyata. Dengan demikian maka hipotesis
nol (H0) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh dari faktor-faktor
yang diidentifikasi terhadap jumlah permintaan daging sapi ditolak atau
hipotesis alternatifnya (H1) diterima. Dapat disimpulkan bahwa
persamaan regresi yang diperoleh: Y= 48,340 X1 0,957 X2 -7,047
X3 0,528 X50,128 X61,333 sangat nyata/signifikan dapat digunakan
untuk meramalkan rata-rata permintaan daging sapi (Y) apabila faktor pendapatan
(X1), harga daging sapi (X2), harga daging babi (X3),
harga ikan (X5) dan harga tahu tempe (X6) diketahui.
Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh koefisien determinasi berganda (R2)
sebesar 0,631. Hal ini berarti telrdapat 63% faktor-faktor berpengaruh terhadap
permintaan daging sapi yang dapat diterangkan oleh fungsi permintaan dengan
faktor pendapatan (X1), harga daging sapi (X2), harga
daging babi (X3), harga ikan (X5) dan harga tahu tempe (X6)
secara bersama-sama sedangkan 37% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak
disertakan atau dilibatkan seperti harga daging ayam dan faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam analisis ini.
Elastisitas
pendapatan (X1) terhadap permintaan daging sapi adalah sebesar
0,957. Karena elastisitas pendapatan >1 maka dapat dikatakan bahwa
pendapatan bersifat elastis. Jika pendapatan naik sebesar 1% maka permintaan
daging sapi akan naik sebesar 0,957%. Hasil ini ditunjang dengan penelitian
Chalidin M, Zullkarnain L. & Mitra M.L.(2020), mengemukakan bahwa
pendapatan bersifat elastis terhadap permintaan daging sapi.
Elastisitas
harga daging sapi (X2) terhadap permintaan daging sapi sebesar
-7,047. Karena elastisitas permintaan >1 maka dapat dikatakan bahwa
permintaan daging sapi bersifat inelastis. Jika harga daging sapi naik sebesar
1% maka permintaan daging sapi akan turun sebesar 7,047%. Hasil ini ditunjang
dengan penelitian Andini R. dkk (2013), mengemukakan bahwa harga daging sapi
bersifat inelastis terhadap permintaan daging sapi.
Hasil
analisis juga memberikan informasi mengenai elastisitas harga daging babi (X3),
harga ikan (X5) dan harga tahu tempe (X6) terhadap
permintaan daging sapi masing-masing sebesar 0,528, 0,128 dan 1,333. Artinya
daging babi, ikan dan tahu tempe merupakan barang substitusi dari daging sapi.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
maka dapat disimpulkan bahwa : Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging
sapi di Kota Kupang adalah pendapatan, harga daging sapi, harga daging babi,
harga ikan dan harga tahu tempe dengan angka koefisien determinasi berganda (R2)
sebesar 63%.
DAFTAR
PUSTAKA
Dharmastuti,
D. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi di
Kota Surakarta. Agrista, 4(3).
Gunawan,
K. (2017). Strategi Pemasaran Dalam Meningkatan Usaha Para Anggota Baitul Maal
Wat Tanwil. Iqtishadia: Jurnal Kajian Ekonomi Dan Bisnis Islam STAIN Kudus,
10(2), 234�257.
Harum,
S. (2022). Analisis Produksi Kopi Di Indonesia Tahun 2015-2020 Menggunakan
Metode Cobb-Douglass. Growth: Jurnal Ilmiah Ekonomi Pembangunan, 4(2),
101�108.
Kadju,
F. Y. D., Hartono, B., & Nugroho, B. A. (2021). Analisis Nilai Tambah pada
Usaha Se�TM i Sapi di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Agrimor,
6(3), 108�113.
Mayulu,
H., Sunarso, S., Sutrisno, I., & Sumarsono, S. (2010). Kebijakan
pengembangan peternakan sapi potong di Indonesia. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian, 29(1), 124352.
Nana,
S. (1992). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Tarsito. Bandung.
NN,
N. Y. E. (2012). Analisis Permintaan Daging Sapi Oleh Konsumen Rumah Tangga di
Kota Bandar Lampung. Digital Library.
Puradireja,
R., Herlina, L., & Arief, H. (2021). Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan daging sapi di Provinsi Lampung. J Pemikir Masy Ilm
Berwawasan Agribisnis, 7, 1439�1448.
Rahardja,
P. (2015). Pengantar Ilmu Ekonomi, Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: LPFE.
Rusdiana,
A. (2014). Manajemen Operasi. Pustaka Setia.
Setyawati,
N. W., Aryani, N. A., & Ningrum, E. P. (2018). Stres Kerja Dan Disiplin
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis (JRMB)
Fakultas Ekonomi UNIAT, 3(3), 405�412.
https://doi.org/10.36226/jrmb.v3i3.158
Soedarso,
S., Rahayu, S., & Hilman, I. (2019). Ekonomi Dan Bisnis Berbasis Syariah
Di Era Globalisasi.
Usman,
S., Suharyo, W. I., Soelaksnono, B., Toyamah, N., & Mawardi, M. S. (2004).
Keuangan Mikro untuk Masyarakat Miskin: Pengalaman Nusa Tenggara Timur. Jakarta:
Semeru.
|
� 2024 by the authors. Submitted for possible open access publication
under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license
(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |