Analisis Pemasaran Ternak Ayam
Broiler Di Kecamatan Ende Selatan Kabupaten Ende
� Marketing Analysis of Broiler Chickens in South
Ende District, Ende Regency
1)* Iin Zulfatia Imansari, 2Matheos
F. Lalus, 3Maria R. Deno Ratu, 4Ulrikus R. Lole
1,2,3,4 Fakultas Peternakan, Kelautan dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana.
*Email: 1) [email protected]
*Correspondence: 1) Iin Zulfatia Imansari
ABSTRACT
The research
objectives were to analyze marketing channel pattern, marketing margin,
farmer�s share, and marketing efficiency of broiler. The research method
applied was a survey method. Qualitative data were analyzed based on approachment of descriptive analysis to evaluate the
broiler�s marketing channel pattern. Then, quantitative data were analyzed to
evaluate the marketing margin, farmer�s share, and marketing efficiency. The
result showed that there were three marketing channel patterns of broiler existed
in the research site as follow: 1) channel I: farmers � final consumers, 2)
channel II: farmers � wholesalers � retailers, and 3) channel III: farmers �
retailers � final consumers. The marketing margin on marketing channel I is at
IDR5,000 and on Marketing channel II is IDR5,000. Further, the farmer�s share
at the channel I was 100%, at the channel II was 92%, and at the channel III
was 93%. The marketing efficiency at the channel I was 0%, at the channel II
was 12.3%, and at the channel III was 7.8%.
Keywords:
efficiency,
farmer�s share, and marketing margin
PENDAHULUAN
Usaha ternak ayam broiler menghasilkan ternak ayam hidup siap potong. Ayam hidup
siap potong tersebut dipasarkan oleh peternak sebagai produsen kepada konsumen melalui pedagang. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ende
melaporkan bahwa pada tiga tahun terakhir yaitu dalam periode 2019-2021, jumlah
populasi ternak ayam broiler adalah sebagai berikut: pada tahun 2019 sebanyak
203.464 ekor, pada tahun 2020 meningkat menjadi 204.419 ekor, dan pada tahun
2021 meningkat lagi menjadi 216.275 ekor. Hal ini berarti pada tahun 2020-2021,
terjadi peningkatan populasi ayam broiler sebanyak 5,8%.
Salah satu sentra produksi ayam broiler di Kabupaten Ende adalah Kecamatan
Ende Selatan dengan total populasinya sebanyak 26.295 ekor atau 50% dari total
populasi ayam broiler di Kabupaten Ende (Badan Pusat Statistik Kabupaten Ende, 2020). Ternak ayam broiler siap potong dari
kecamatan tersebut dan wilayah lainnya di Kabupaten Ende dipasarkan di Pasar
Mbongawani yang terletak di Kelurahan Mbongawani,
Kecamatan Ende Selatan, Kota Ende. Adapun Pasar Mbongawani merupakan pusat
perdagangan masyarakat khususnya di Kota Ende.
Aktivitas pemasaran ayam broiler di �pasar Mbongawani Kecamatan Ende
Selatan dilakukan untuk menyalurkan ayam broiler dari
produsen ke konsumen. Dewasa ini aktivitas pemasaran ayam broiler
semakin meningkat karena pertambahan jumlah penduduk, kesadaran akan manfaat
makanan bergizi, peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat, pertumbuhan
usaha makanan (warung dan restoran) berbasis daging ayam, mobilitas penduduk
berkaitan dengan aktivitas ekonomi dan pariwisata. Aktivitas pemasaran tersebut
selanjutnya menciptakan peluang usaha di bidang peternakan, khususnya dalam
sistem distribusi ayam broiler. Aktivitas sistem distribusi ayam broiler
melibatkan beberapa lembaga pemasaran seperti pedagang besar, pedagang
pengumpul, dan pedagang pengecer. �
Permasalahannya adalah dalam saluran pemasaran ayam broiler di Kecamatan
Ende Selatan masih kurang mengedepankan efisiensi pemasaran. Faktor penyebabnya
antara lain adalah lokasi pasar yang jauh dari pusat produksi sehingga
mengakibatkan banyak lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya serta biaya
pemasaran yang tinggi. Permasalahan lainnya yang kerap kali timbul adalah
pembagian harga yang tidak adil dari harga yang dibayar konsumen akhir kepada
semua pihak yang terlibat dalam kegiatan produksi dan pemasaran. Ketidakadilan
pembagian harga ini diakibatkan oleh kekuasaan penetapan harga pada
lembaga-lembaga pemasaran tertentu. Permasalahan tersebut menjadi dasar
pertimbangan dilakukannya penelitian ini.
METODE
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kecamatan Ende Selatan Kabupaten Ende selama enam bulan
dimulai dari perencanaan penelitian sampai pada pertanggungjawaban skripsi. Waktu penelitian untuk pengambilan data di lapangan
adalah selama satu bulan. Tahapan pengambilan data penelitian ini telah
dilaksanakan pada tanggal 1 Mei - 1 Juni 2023.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survei. Populasi penelitian ini adalah peternak, pedagang, dan konsumen ayam broiler yang berada di Kecamatan Ende Selatan
Kabupaten Ende. Pengambilan contoh dilakukan secara sensus, karena populasi peternak berjumlah 30 orang. Sedangkan, penentuan pedagang contoh baik
pedagang pengumpul, pedagang besar, maupun pedagang
pengecer dilakukan secara snowball
sampling, yaitu dengan cara mengikuti alur pemasaran hingga produk sampai
ke konsumen dengan menelusuri saluran pemasaran ternak ayam broiler di daerah
penelitian dan responden pedagang
diikuti berdasarkan informasi dari peternak.
Jenis Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam� penelitian ini adalah data kualitatif� dan� data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data berupa angka atau
statistik yang dapat diukur secara obyektif dan rasional serta dapat dianalisis
(biasanya akan dihitung jumlah total, rata-rata, standar deviasi, dan koefisien
variasi dari setiap variabel) seperti: biaya pemasaran, harga penjualan, harga di tingkat konsumen, dan identitas responden. Data kualitatif adalah data yang bukan berupa
angka-angka tetapi merupakan hasil dari interpretasi konsep data. Data
kualitatif berfungsi untuk menerjemahkan data mentah ke dalam uraian dan
penjelasan yang lebih mudah dipahami, seperti: pola saluran pemasaran, margin
pemasaran, farmer�s share,
serta efisiensi pemasaran , dan identitas responden.
Berdasarkan sumbernya, jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu
data yang bersumber dari hasil wawancara langsung dengan responden yang
terlibat secara langsung dalam penelitian ini. Data sekunder adalah data yang
berasal dari laporan atau hasil penelitian orang lain atau insntansi lain yang
diperoleh peneliti dariberbagai sumber. Data sekunder misalnya data populasi ternak ayam broiler lima tahun
terahir dan kondisi umum daerah penelitian dari Badan Pusat Statisti (BPS)
serta Dinas Peternakan, dsb.
Metode Analisis Data
Metode analisis data dilakukan untuk data
kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif akan dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu untuk
mengkaji pola saluran pemasaran ayam broiler dan analisis kuantitatif untuk mengetahui jumlah margin pemasaran, farmer�s share, dan efisiensi
pemasaran. Margin pemasaran, farmer�s share, dan efisiensi pemasaran diuraikan
sebagai berikut:
a.
Margin Pemasaran (Marketing margin)
Margin pemasaran dihitung menggunakan rumus
menurut (Sudiyono, 2004) dan (Mandak et al.,
2017)
di mana :
Mp: Margin Pemasaran (Rp)
Hk:� Harga
jual ayam broiler (Rp)
Hp: Harga beli ayam broiler (Rp)
b.
Farmer�s
Share (fs) dihitung menggunakan rumus:
di mana :
����������� FS:
Farmer�s Share
����������� Pf
: Harga di tingkat petani peternak (Rp/ekor)
����������� Pp:
Harga di tingkat konsumen (pedagang perantara) (Rp/ekor)
i. Keuntungan Pemasaran ( Marketing Profit)
Untuk menghitung bagian yang diterima petani
digunakan rumus:
di mana :
Mp: Marketing Profit
P: Perbedaan harga jual di tingkat masing-masing
lembaga pemasaran
C: Biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing
lembaga tataniaga
Pr: Harga jual di tingkat pedagang pengeceran
ii.
Efisiensi Pemasaran dihitung menggunakan rumus:
di mana :
Ep: Efisiensi pemasaran (%)
Bp: Total biaya pemasaran (Rp/ekor)
Np: Total nilai produk yang dipasarkan (Rp/ekor)
Jika �e� kurang dari 5% berarti system tataniaga
sudah efisien, dan sebaliknya jika nilai �e; lebih besar dari 5% berarti sistem
tataniaga belum efisien dilihat dari segi pembiyaan menurut (Soekartawi, 2002).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh
seseorang. Karakteristik peternak, pedagang besar dan pedagang pengecer dapat
dilihat dari tujuh aspek yakni umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah
tanggungan keluarga, mata pencaharian, pengalaman usaha ternak ayam broiler,
serta jumlah kepemilikan ternak. Ketujuh aspek tersebut masing-masing diuraikan
sebagai berikut:
Umur Responden
(Nurdiyansah
et al. 2020) menyatakan bahwa faktor
umur dan pengalaman beternak merupakan hal yang dapat mempengaruhi kinerja peternak dalam menjalankan usahanya. (Putri 2013) mengemukakan bahwa produktivitas seseorang dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh tingkat umur produktif
yaitu 15−55 tahun, sedangkan umur yang tidak produktif berada di bawah 15 tahun dan di atas 55 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur
petani peternak di Kecamatan Ende Selatan berkisar
pada 32-50 tahun sebanyak 66,67%, sedangkan sisanya sebanyak 33,33%
adalah peternak dengan usia >50 tahun. (Hadini
et al.2017)
menyatakan bahwa umur
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang baik kemampuan fisik maupun pola pikir
dan tingkah laku dan mencapai umur pensiun
atau tidak produktif pada saat mencapai usia tertentu
misalnya 55 tahun, 60 atau 65 tahun (Fathoni,
2004) dan (Maryam
et al.2016). Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa kelompok umur pedagang besar dan pedagang pengecer termasuk dalam
usia produktif dengan persentase 100%. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang besar dan pedagang pengecer berada pada kategori usia produktif
sehingga lebih cenderung mempunyai kelebihan baik dari segi stamina, fisik, serta tingkat
kecerdasan dan kreativitas dibandingkan dengan seseorang dengan usia non produktif.�
Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin seseorang merupakan salah satu karakteristik yang dapat
berpengaruh dalam usaha dan pemasaran ternak ayam broiler. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa petani peternak, pedagang besar, dan pedagang pengecer di
Kecamatan Ende Selatan 100% berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa dalam usaha dan pemasaran ternak ayam broiler di Kecamatan
Ende Selatan mayoritas dilaksanakan oleh laki-laki.
Tingkat Pendidikan Responden
(Pande et al. 2020) menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak merupakan latar belakang keadaan peternak yang dapat mempengaruhi tingkat pengelolaan usaha ayam broiler. Tingkat pendidikan dapat pula menjadi salah satu faktor dalam menentukan
keberhasilan usaha budidaya ayam broiler di kalangan peternak. (Muamaroh 2013) menyatakan
bahwa pendidikan merupakan salah satu upaya penting dan efektif yang dilakukan untuk mengubah pola pikir seseorang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
petani peternak pada daerah penelitian dikategorikan tergolong baik karena sebagian
besar petani peternak tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA). Pendidikan petani peternak
terbanyak adalah dengan tingkat pendidikan SLTA 53,33% (16 orang) dan yang terendah adalah tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yaitu 46,56% (14 orang) . Dilihat dari persentase tingkat pendidikan pedagang besar dan pedagang pengecer paling banyak adalah yang berpendidikan SLTA yakni sebanyak 85,71% dibandingkan
dengan yang berpendidikan
SLTP sebanyak 14,29%. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan
sangat menentukan pengambilan
keputusan dalam memulai usahanya.
Pekerjaan
Petani peternak dan pedagang harus memiliki pekerjaan yang dapat
menghasilkan uang untuk mencukupi berbagai macam kebutuhan rumah tangga
misalnya untuk makan, membayar biaya pendidikan anak dan kebutuhan lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) menjadikan usaha
peternakan ayam boriler sebagai salah satu pekerjaan utama. Para peternak di Kecamatan Ende Selatan melakukan 12
kali siklus produksi ayam broiler. Masa pemeliharaan ayam broiler dalam satu
periode produksi rata-rata selama 30 hari. Masa pemeliharaan ayam broiler
terhitung sejak DOC dating dan dimasukkan ke dalam kandang hingga masa panen.
Panen ayam dilakukan mulai ayam umur 28 hari hingga berumur 30 hari.
Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga merupakan variabel yang cukup berperan dalam
memotivasi petani peternak dan pedagang untuk berusaha dengan giat mengingat
erat kaitannya dengan beban tanggungan yang dipikul dan beban ekonomi rumah
tangga petani peternak dan pedagang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani peternak ayam broiler di Kecamatan
Ende Selatan adalah 4,80�1,19 orang dengan koefisien variasi (KV)
sebesar 24,71%. Hal ini menunjukkan bahwa 43,3% peternak memiliki tanggungan
keluarga sebanyak 1−4 orang, sedangkan 56,67% peternak memiliki
tanggungan keluarga >5 orang. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga pedagang
besar adalah 5�1,63 orang dengan koefisien variasi (KV) sebesar 32,6%,
sedangkan rata-rata jumlah tanggungan keluarga pedagang pengecer adalah
5,27%�1,56% orang dengan koefisien variasi (KV) sebesar 29,40%. Keberadaan
anggota keluarga merupakan suatu beban bila dipandang dari sudut konsumsi,
namun jika dipandang dari sudut potensi tenaga kerja keberadaan anggota keluarga
dapat menunjang usaha ternak ayam broiler yang sedang dijalankan. Kesimpulannya
bahwa pada umumunya peternak, pedagang besar dan pedagang pengecer memiliki
jumlah tanggungan keluarga yang >5 orang, sehingga berpotensi menjadi sumber
tenaga kerja keluarga.
Pengalaman Usaha
Pengalaman
beternak diukur berdasarkan lama bekerja pada kegiatan tersebut. Pertambahan
usia selalu akan diikuti oleh meningkatnya pengalaman seseorang dalam berbagai
aspek kehidupan termasuk pengalaman pekerjaan yang ditekuni. Semakin lama
seseorang menekuni pekerjaan maka semakin meningkat pula pengetahuan,
keterampilan, dan pengalamannya dalam melaksanakan pekerjaan tersebut. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
pengalaman usaha petani peternak ayam broiler di Kecamatan Ende Selatan adalah
4,77�1,72 tahun dengan
koefisien variasi (KV) sebesar 35,99%. Rata-rata pengalaman usaha di tingkat
pedagang besar adalah 11,14�5,55 tahun, sedangkan rata-rata pengalaman usaha di
tingkat pedagang pengecer adalah 6,45�1,63 tahun dengan koefisien variasi (KV)
sebesar 25,33%. (Khoirunnisa, 2008)
menyatakan bahwa lama usaha dan pengalaman dalam berusaha akan memberikan
indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap manajemen
pemeliharaan ternak yang lebih baik.
Jumlah Kepemilikan Ternak
Jumlah kepemilikan ternak merupakan banyaknya ternak yang dipelihara oleh petani peternak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata
jumlah ternak ayam broiler yang dimiliki petani peternak di Kecamatan Ende Selatan adalah
3,29�6 ST dengan koefisien variasi (KV) 182,38%. Dilihat dari jenis
kelamin ternak ayam broiler, dari total kepemilikan tersebut terdapat 69,74% ternak jantan dan 82,56% ternak betina. Jika dilihat dari kelompok umur
terdapat ternak dewasa 52,72%, 28,63% ternak muda dan 18,65% ternak anak.
Analisis
Tampilan Pemasaran
Analisis
tampilan pasar digunakan untuk melihat berapa margin pemasaran pada setiap
saluran pemasaran. Untuk mengetahui tampilan pasar ternak ayam broiler di
Kecamatan Ende Selatan dilakukan dengan analisis margin pemasaran, farmer�s share, biaya pemasaran dan
efisiensi pemasaran. Analisis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Margin
Pemasaran
�Margin
pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar konsumen akhir. (Ballo dan Lalus 2021) mengemukakan bahwa margin
pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayarkan di tingkat konsumen (pedagang
perantara) dengan harga yang diterima di tingkat petani peternak. (Syahril R,
dan Noviar 2020) menyatakan bahwa margin pemasaran merupakan perbedaan
harga yang dikeluarkan oleh konsumen akhir dengan harga yang diterima oleh
peternak. Hasil analisis tentang distribusi margin dalam pemasaran ayam broiler
di Kecamatan Ende Selatan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel
1. Distribusi Margin pada setiap
peserta pasar dalam Pemasaran ternak ayam broiler di Kecamatan Ende Selatan
tahun 2023
No Saluran |
Status |
Rata-rata Harga Beli
(Rp/ekor) |
Rata-rata Harga jual (Rp/ekor) |
Margin (Rp/ekor) |
1 |
Peternak |
|
56.000 |
- |
1 |
Konsumen Ternak
Ayam Broiler |
56.000 |
|
|
Total |
|
|||
11 |
Peternak |
|
60.000 |
|
11 |
Pedagang Besar |
60.000 |
65.000 |
|
Konsumen Ternak
Ayam Broiler |
65.000 |
|
||
Total |
|
5.000 |
||
111 |
Peternak |
|
65.000 |
|
111 |
Pedagang Pengecer |
65.000 |
70.000 |
|
111 |
Konsumen Ternak
Ayam Broiler |
75.000 |
|
|
Total |
|
5.000 |
Sumber: Data primer 2023 (diolah).
Berdasarkan
Tabel 1 dapat diketahui bahwa margin pemasaran Saluran Pemasaran I sebesar Rp5.000.-/ekor dan pada Saluran Pemasaran II sebesar Rp5.000.-/ekor. Perbedaan harga dalam penelitian ini dihitung dengan
cara harga jual dikurangi dengan harga beli
ayam broiler. (Ilahude 2013) menyatakan bahwa margin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli akhir.
Biaya pemasaran menurut (Rasyaf,
2009) adalah
keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh peternak untuk keperluan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan penjualan hasil produksi sampai ke tangan konsumen
akhir, besar kecilnya biaya pemasaran tergantung dari panjang pendeknya
jalur pemasaran. Biaya pemasaran ternak ayam broiler di Kecamatan Ende
Selatan dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Biaya pemasaran ternak ayam broiler di Kecamatan Ende
Selatan tahun 2023
Saluran Pemasaran |
Lembaga
Pemasaran |
Biaya
Pemasaran (Rp/ekor) |
|
|
II |
Pedagang
Besar: |
|
|
|
|
Biaya Penampungan |
400.000 |
|
|
|
Biaya
Pakan |
300.000 |
|
|
|
Biaya
Kesehatan |
100.000 |
|
|
|
Total |
800.000 |
|
|
III |
Pedagang
Pengecer |
|
|
|
|
Biaya Penampungan |
500.000 |
|
|
|
Biaya Pakan |
60.000 |
|
|
|
Biaya
Kesehatan |
25.000 |
|
|
|
Total |
585.000 |
|
|
Sumber: Data primer 2023 (diolah).
Tabel 2 menunjukkan bahwa saluran
pemasaran yang terlibat adalah peternak, pedagang besar dan pedagang pengecer.
Pada Saluran Pemasaran II, biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar adalah
biaya penampungan, biaya pakan dan biaya kesehatan. Total biaya pemasaran yang
dikeluarkan pada pedagang besar yaitu Rp800.000.-
dan total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer yaitu Rp585.000.-
Keuntungan Pemasaran
Keuntungan pemasaran (marketing profit) merupakan selisih harga
yang dibayarkan ke produsen dan harga yang diberikan oleh konsumen. Keuntungan merupakan
selisih antara hasil penjualan dengan harga pokok produk yang dijual
dan biaya-biaya lainnya.
Keuntungan pemasaran ayam broiler di Kecamatan Ende Selatan dapat dilihat pada
tabel 3.
Tabel 3 menunjukkan bahwa keuntungan yang diterima oleh pedagang besar
adalah Rp64.989/ekor sedangkan keuntungan yang diterima oleh pedagang pengecer
sebesar Rp74.992/ekor. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan yang diterima oleh
pedagang pengecer lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang diterima oleh
pedagang besar.
Tabel 3. Keuntungan lembaga pemasaran
ayam broiler di Kecamatan Ende Selatan Kabupaten Ende
No |
Uraian |
Perbedaan harga jual |
Biaya pemasaran |
Keuntungan |
II |
Pedagang Besar |
65.000 |
800.000 |
64.989 |
III |
Pedagang Pengecer |
75.000 |
585.000 |
74.992 |
Total |
|
140.000 |
1.385.000 |
139.981 |
Sumber: Data primer 2023 (diolah).
Farmer�s Share
Farmer�s share
merupakan perbandingan antara harga yang diterima oleh peternak dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen, dan umumnya dinyatakan dalam persentase. Besar kecilnya farmer�s
share ditentukan oleh panjang
saluran pemasaran dan besarnya harga jual yang dibayarkan oleh konsumen. (Asmarantaka 2014) menjelaskan bahwa
jika farmer�s share > 50% maka
pemasaran dinyatakan efisien, jika farmer�s share < 50% maka
pemasaran belum efisien. Farmer�s share pada masing-masing saluran pemasaran ternak ayam broiler di Kecamatan Ende Selatan dapat dilihat pada Tabel 4.
No |
Uraian |
Peternak |
Pedagang Besar |
Pedagang Pengecer |
Konsumen Ternak
Ayam Broiler |
||
1 |
Harga beli (Rp/ekor) |
- |
- |
- |
56.000 |
||
2 |
Harga jual
(Rp/ekor) |
56.000 |
- |
- |
- |
||
3 |
Margin pemasaran |
- |
- |
- |
- |
||
4 |
Biaya pemasaran
(Rp/ekor) |
- |
- |
- |
- |
||
5 |
Farmer�s share |
100% |
- |
- |
- |
||
1 |
Harga beli
(Rp/ekor) |
- |
60.000 |
- |
65.000 |
||
2 |
Harga jual
(Rp/ekor) |
60.000 |
65.000 |
- |
- |
||
3 |
Margin pemasaran |
|
5.000 |
- |
- |
||
4 |
Biaya pemasaran (Rp/ekor) |
- |
800.000 |
- |
- |
||
5 |
Farmer�s share |
92% |
- |
- |
- |
||
1 |
Harga beli
(Rp/ekor) |
- |
70.000 |
- |
75.000 |
||
2 |
Harga jual
(Rp/ekor) |
70.000 |
75.000 |
- |
- |
||
3 |
Harga jual
(Rp/ekor) |
- |
5.000 |
- |
- |
||
4 |
Biaya pemasaran
(Rp/ekor) |
- |
585.000 |
- |
- |
||
5 |
Farmer�s share |
93% |
- |
- |
- |
||
Tabel 4. Farmer�s Share Saluran I, II dan III
Sumber: Data primer 2023 (diolah).
Tabel 4 menunjukkan
farmer�s share pada Saluran Pemasaran
I, di mana peternak melakukan
penjualan langsung kepada konsumen ternak ayam broiler sehingga memiliki persentase tertinggi, karena dalam proses pemasaran tersebut tidak ada biaya
yang dikeluarkan, sehingga hasil penjualan seutuhnya diterima oleh peternak. Hal ini sama seperti hasil
penelitian Hadini et al.
(Hadini et al., 2017) yang menyatakan bahwa
Saluran Pemasaran I peternak menjual langsung ayam broiler ke konsumen akhir
dengan harga yang disepakati bersama. Konsumen akhir pada saluran
ini adalah rumah tangga yang berada di sekitar peternakan dengan jumlah pembelian 2-3 ekor untuk kebutuhan
sehari-hari atau ketika melaksanakan pesta pernikahan atau aqiqah, membutuhkan
ayam broiler 50-100 ekor. Saluran Pemasaran I merupakan saluran pemasaran terpendek yang melibatkan peternak dan konsumen akhir, di mana konsumen akhir datang langsung ke peternak, dengan
harga rat-rata Rp31.000/ekor.
Saluran pemasaran ini lebih efisien
jika dibandingkan dengan Saluran Pemasaran II dan III, karena pemasaran ayam broiler langsung ke konsumen
akhir sehingga tidak melalui perantara
dan harga diperoleh lebih rendah. Pada Saluran Pemasaran II juga masih terlihat efisien dengan farmer�s share sebesar 92%. Walaupun saluran pemasaran II memiliki nilai efisiensi terendah namun pemasarannya tetap efisen karena
nilai farmer�s share-nya
> 50%, sedangkan pada saluran
pemasaran III memiliki nilai efisiensi sebesar 93%.
Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran adalah seberapa besar biaya yang dikelurakan dalam kegiatan pemasaran untuk menunjang hasil yang bisa didapatkan dari kegiatan tersebut.
(Lalus et al.2018) menegaskan bahwa efisiensi pemasaran merupakan tolok ukur atau produktivitas
proses pemasaran dengan membandingkan sumberdaya yang digunakan terhadap keluaran yang dihasilkan selama proses pemasaran. Efisiensi saluran pemasaran ayam broiler di Kecamatan Ende Selatan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Efisensi pemasaran pada masing-masing saluran
pemasaran ternak ayam broiler di Kecamatan Ende
Selatan 2023
Saluran |
Uraian |
Total Nilai (Rp/ekor) |
Total Biaya Pemasaran (Rp/ekor |
Efisiensi Lembaga
Pemasaran (%) |
|
I |
Peternak |
56.000 |
- |
0 |
|
|
Konsumen ayam
broiler |
|
|
|
|
II |
Peternak |
60.000 |
- |
- |
|
|
Pedagang besar |
65.000 |
800.000 |
12,3 |
|
|
Konsumen ayam
broiler |
- |
- |
- |
|
III |
Peternak |
70.000 |
- |
- |
|
|
Pedagang pengecer |
75.000 |
585.000 |
7,8 |
|
|
Konsumen ayam
broiler |
- |
- |
- |
|
Sumber: Data primer 2023 (diolah).
Tabel 5 menunjukkan bahwa saluran pemasaran ayam broiler di Kecamatan Ende
Selatan sudah efisien yaitu sebesar 12,3% dan 7,8%. Saluran pemasaran yang efisien memiliki nilai farmer�s share di atas 50%,
semakin besar nilai farmer�s share semakin efisien saluran pemasaran tersebut, yang berarti perbedaan harga jual di peternak
dengan harga yang diterima konsumen tidak terlalu berbeda
jauh. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Nurhayati (2002) bahwa hasil
peternakan ditinjau dari bagaimana harga yang diterima peternak dikatakan efisien apabila harga jual >40% dari harga di tingkat
konsumen
SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Margin pemasaran Saluran
pemasaran I sebesar Rp5.000/ekor dan pada Saluran Pemasaran II sebesar
Rp5.000/ekor. Biaya pemasaran hanya terdapat pada Saluran Pemasaran II dan III
dimana Saluran Pemasaran II lebih besar dari Saluran Pemasaran III. 2. Tingkat farmer�s share pada Saluran Pemasaran I
memiliki persentase tertinggi (100%) dengan indeks efisien 0%, Saluran
Pemasaran II (92%) dengan indeks efisien 12,3%, dan Saluran Pemasaran III (93%)
dengan indeks efisien 7,8%.
3. Saluran pemasaran ternak ayam broiler di Kecamatan Ende
Selatan sudah efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Asmarantaka, R. W. (2014). Pemasaran
Agribisnis (Agri marketing). PT Penerbit IPB Press.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Ende. (2020).
Ballo, V.J.,� dan M. F. L. (2021). Analisis pemasaran
ternak babi hidup penggemukan di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Jurnal
Peternakan Lahan Kering, 3(3), 1728�1740.
Fathoni, A. H. (2004). Manajemen
sumberdaya manusia. PT Rineka.
Hadini, H.A, L. O. B., Aka, R., &
Syamsudin. (2017). Pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap konsumsi pangan asal
ternak kota Kendari. Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, 4(2),
62�71.
Ilahude, M. A. (2013). Analisis sistem
pemasaran kopra di Kabupaten Gorontalo (Suatu Studi di Kecamatan Limboto).
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo.
Khoirunnisa. (2008). Analisis permintaan
daging ayam broiler konsumen rumah tangga di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok.
Lalus, M. . (2018). Pemasaran
Produk-produk pertanian. Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana.
M. Maryam, M. B., & Astati, P. (2016). Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penentu Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong
(Studi Kasus Desa Otting Kab. Bone). Ilmu dan Industri Peternakan.
Mandak, Y., Rorimpandey, B., Waleleng, P.
O. ., & Oroh, F. N. . (2017). Analisis Margin Pemasaran Ayam Broiler Di
Pasar Tradisional Kota Manado. Zootec, 37(1), 70�79.
Muamaroh. (2013). Latar belakang rendahnya
kesadaran orangtua terhadap pendidikan anak perempuan. Educational
Psychology Journal, 2(1), 35�42.
Nurdiyansah, I., Suherman, D., &
Putranto, H. D. (2020). Hubungan Karakteristik Peternak dengan Skala
Kepemilikan Sapi Perah di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Buletin
Peternakan Tropis, 1(2), 64�74.
Pande. D.W, N, Suparta,� dan M. A. (2020). Pengaruh perilkau peternak
plasma terhadap kinerja usaha kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli. Jurnal
Manajemen Agribisnis., 8(1).
Putri, A. D., & Setiawina, N. D.
(2013). Pengaruh umur, pendidikan, pekerjaan terhadap pendapatan rumah tangga
miskin di desa bebandem. Ekonomi Pembangunan, 2(4), 173�180.
R, Y., Syahril, & Noviar, H. (2020).
Analisis perkembangan farmer�s share dan marketing margin padi di Indonesia
Tahun 2010-2020. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis., 37(1), 90�97.
Rasyaf, M. (2009). Panduan Beternak Ayma
Petelur. Penebar Swadaya.
Soekartawi. (2002). Prinsip dasar
ekonomi pertanian teori dan aplikasi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sudiyono, A. (2004). Pemasaran Pertanian.
UMM Press.