Meningkatkan Kemampuan
Motorik Halus Pada Kegiatan Menganyam di Kelompok B (5-6 Tahun) di KB as-Safiiah
Garut
Improving Fine Motor Skills in Weaving Activities in Group B (5-6 Years)
at KB As-Safiiah Garut
1)* Nur Dewi Apipah, 2) Lia kurniawaty,
3) Delina Kasih
123 Universitas
Panca Sakti Bekasi, Indonesia
Email: 1)
[email protected], 2) [email protected], 3)
[email protected]
*Correspondence: Nur Dewi Apipah
DOI: 10.59141/comserva.v4i5.1332 |
ABSTRAK Penelitian ini bermaksud
untuk mengembangkan aktivitas menganyam dalam pelaksanaan kegiatan
pendidikan, meningkatkan kemampuan
gerak jari dan otot tangan siswa,
serta koordinasi visual untuk meningkatkan keterampilan motorik halus. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang termasuk dalam
metode Kemmis dan Mac Taggart dan terdiri dari 4 tahap yaitu observasi,
pelaksanaan, tindakan dan
refleksi, juga dilaksanakan
dalam 2 siklus kegiatan. Selama proses penelitian,
peneliti menggunakan instrumen dengan menggunakan observasi, wawancara,
dokumentasi, catatan anekdot, dan dokumen guru. Subyek penelitian diambil
dari salah satu kelas Kober AS-SAFIIAH yang berjumlah 10 siswa. Penelitian
ini menggunakan kriteria BB, MB, BSH dan BSB sebagai tolak ukur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa upaya peningkatan keterampilan motorik halus
pada kegiatan menganyam sangat berpengaruh: nilai penelitian pada pra siklus
sebesar 35%, Siklus I - 51,6% dan Siklus II - 80%. Dilihat dari data
tersebut, terjadi peningkatan tahapan siklusnya. Kata kunci: Keterampilan Motorik Halus,
Menganyam, Pendidikan Anak Usia Dini |
|
ABSTRACT The aim of this research is to develop weaving methods
in implementing educational activities, improve students' finger and hand muscle
movement abilities, as well as visual coordination to improve fine motor
skills. This research is a type of classroom action research (PTK) which is
included in the Kemmis and Mac Taggart method and consists of 4 stages,
namely observation, implementation, action and reflection, also carried out
in 2 activity cycles. During the research process, researchers used
instruments using observations, interviews, documentation, anecdotal notes
and teacher documents. The research subjects were taken from one of the Kober
AS-SAFIIAH classes, totaling 10 students. This research uses the criteria
values BB, MB, BSH and BSB as benchmarks. The research results showed that
efforts to improve fine motor skills in weaving activities were very
influential: the average value in the initial pre-cycle data was 35%, Cycle I
- 51.6% and Cycle II - 80%. Judging from this data, there is an increase in
the cycle stages. Keywords: Fine Motor Skills, Weaving, Early Childhood Education |
Seseorang tumbuh, berkembang dengan cepat pada tahun-tahun
awalnya; bahkan disebut Anak usia dini merupakan anak yang masih dalam tahap
bermain. Anak-anak baru sekarang mulai menjelajahi dunia di luar keluarga dekat
mereka. karena pertumbuhan kognitif anak kecil sangat luar biasa dan mempunyai
rentang usia yang sangat bermanfaat dibandingkan tahun-tahun berikutnya.
Kadang-kadang disebut �zaman keemasan� karena hanya terjadi satu kali dan tidak
dapat ditiru. Fase ini hanya berlangsung sejak bayi dalam perutnya hingga umur
6 tahun. �Sebaliknya, masa tinggal seorang anak dalam kandungan sejak
pembuahan sampai kelahirannya sampai dengan umur empat tahun Salah satunya
adalah pengembangan pergerakan halus. Pada anak usia dini, pergerakan halus
sangat penting karena dapat merangsang gerakan menggenggam, meremas, memetik,
melipat dan banyak jaringan otot pada anak kecil, sehingga bisa melakukan lebih
banyak tugas. Koordinasi mata-tangan merupakan bagian untuk merangsang
keterampilan motorik halus dan memungkinkan anak berkonsentrasi. Namun
kenyataannya saat ini orang tua tidak mau ambil pusing dengan kelakuan anaknya,
tidak ingin rumahnya berantakan karena anaknya sedang kreatif, tidak ingin
anaknya kotor. mereka terlalu takut untuk bersosialisasi dan bermain dengan
temannya. Padahal, semua aktivitas yang dilarang orang tua merupakan kegiatan
yang mampu merangsang peningkatan gerakan halus anak. Kurniawati, 2017a)
Orang tua dan guru seringkali mengabaikan perkembangan motorik. Hal ini
terutama disebabkan karena mereka belum memahami bahwa program pengembangan
motorik merupakan bagian integral dalam kehidupan anak usia dini, salah satunya
adalah menstimulasi motorik halus anak melalui pembelajaran melalui bermain.
Di sinilah peran guru
dan orang tua dalam mengajarkan perkembangan motorik pada anak menjadi penting
(Rismayanti, 2013). Guru menempati posisi yang sangat strategis dalam
mengembangkan kreativitas siswa (Taher & Munastiwi,
2019). �Keluarga atau orang tua terutama ibu merupakan lingkungan
pertama dan utama bagi anak. Peran ibu dalam membesarkan anak dan pengaruh
stimulasi terhadap anak sangat besar. Interaksi antara anak dan orang tua,
terutama peran ibu, sangat bermanfaat bagi proses tumbuh kembang anak secara
keseluruhan, karena orang tua dapat segera mengenali kelainan pada anaknya.
proses perkembangan dan menjamin terstimulasinya perkembangan anak secara
menyeluruh sedini mungkin� (Rismayanti, 2013).
Kreativitas dan
inovasi dari pihak guru dan orang tua sangat diperlukan untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak tanpa ada batasan atau batasan apa pun. Panduan
yang baik bagi anak agar dapat melakukan aktivitasnya dengan terarah. Selama
proses pembelajaran, peningkatan pergerakan halus anak dapat di laksanakan
dengan berbagai cara. Menurut Mulyani (2016:114)(Ranti dkk., 2023). Media
dilakukan dengan melakukan kegiatan menganyam.
Menganyam merupakan
salah satu kegiatan yang dapat merangsang motorik halus anak. Meski terkesan
rumit, guru dapat melakukan hal ini pada anak dengan menggunakan model
sederhana dan jenis media yang berbeda: misalnya media alami, bahan lepas, atau
media yang aman bagi anak. Dengan cara ini Anda dapat mengembangkan dan
menstimulasi motorik halus anak.
Temuan awal observasi
di Kober As Safiiah adalah keterampilan fisik anak
kurang optimal yang disebabkan oleh kurangnya pembekalan kemampuan motorik
halus anak dalam berbagai hal. Dengan demikian, anak muda masih terus berkembang.dalam aktivitas yang ditujukan untuk motorik
halusnya. Jumlah anak belum berkembang sebanyak 8 dari 10 anak. Oleh karena itu, peneliti lebih tertarik untuk
mengkajinya lebih mendalam, dan mengambil judul �Peningkatan keterampilan
motorik halus pada kegiatan menganyam pada kelompok B di Kober As Safiiah�.
Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada kegiatan menganyam
di kelompok B di Kober As Safiiah. Rumusan masalah
yang mendasari penelitian ini adalah bagaimana proses peningkatan kemampuan
motorik halus anak pada kegiatan menganyam di kelompok B serta apakah kegiatan
menganyam dapat meningkatkan motorik halus anak. Penelitian ini diharapkan
memberikan manfaat dalam pengembangan kompetensi anak, peningkatan pemahaman
guru, dan instansi pendidikan. Manfaat bagi anak adalah bahwa menganyam dapat
meningkatkan koordinasi mata-jari dan konsentrasi, sementara penggunaan bahan
alami membantu mengembangkan keterampilan menganyam. Bagi guru, menganyam dapat
menjadi stimulus untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak, dengan pemanfaatan
bahan alam dan metode pengajaran yang tepat. Selain itu, guru juga dapat
berkembang secara profesional dengan menilai dan meningkatkan metode
pengajaran. Bagi sekolah, penelitian ini dapat mengembangkan program
pembelajaran yang kreatif dan inovatif guna meningkatkan mutu pendidikan.
1. Tempat
Penelitian
dilaksanakan di Kober As Safiiah yang berlokasi di
KP. Ciranca RT/RW 01/07 Desa Padasuka
Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut. Akan dilaksanakan
dua siklus pada semester II tahun ajaran 2023-2024.
2.
Waktu
Siklus 1 berlangsung pada tanggal 22 April hingga
24 April 2024, dan Siklus 2 berlangsung pada tanggal 30 April 2024 hingga 3 Mei
2024. Tema pengajaran yang digunakan peneliti pada kegiatan Siklus 1 adalah
pokok bahasan alam semesta, dengan benda-benda langit sebagai sub temanya.
Benda-benda duniawi digunakan sebagai subtema mata
pelajaran Alam Semesta pada siklus 2. Sepuluh anak kelompok B, usia lima sampai
enam tahun di KB As -Safiiah menjadi objek
penelitian.. Proses penelitian digambarkan pada tabel berikut.
Tabel 2. Perencanaan Pelaksanaan
Kegiatan
No |
Nama kegiatan |
Bulan |
|||||
Maret |
April |
Mei |
Juni |
Juli |
Agus |
||
1 |
Pengamatan awal |
|
|
|
|
|
|
2 |
Persiapan judul |
|
|
|
|
|
|
3 |
Revisi Bab I |
|
|
|
|
|
|
4 |
Bab II Revisi |
|
|
|
|
|
|
5 |
Revisi Bab III |
|
|
|
|
|
|
6 |
Laporan Kemajuan Penelitian Lapangan |
|
|
|
|
|
|
7 |
Revisi Bab IV |
|
|
|
|
|
|
8 |
Revisi Bab V |
|
|
|
|
|
|
9 |
Penulisan artikel |
|
|
|
|
|
|
10 |
Bimbingan belajar dengan guru |
|
|
|
|
|
|
11 |
Ujian sidang |
|
|
|
|
|
|
Jenis penelitian yang
akan peneliti lakukan adalah penelitian tindakan kelas, yaitu proses mengkaji
permasalahan pembelajaran di kelas melalui refleksi diri dengan tujuan
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan melakukan berbagai kegiatan
terencana dalam situasi kehidupan nyata dan menganalisis setiap permasalahan
yang ada. pengaruh. dari pengobatan. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya
kolaborasi antara guru dan peneliti. Kegiatan kolaboratif artinya peran utama
adalah guru dan peneliti adalah pengamat. Peneliti dan pendidik yang
bersangkutan bekerja sebagai tim untuk menyelaraskan pemahaman, menyepakati
masalah, mengambil keputusan, dan mengembangkan kegiatan bersama yang bertujuan
untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan menganyam (Mulyatiningsih, 2012).
Rencana kelas terdiri dari perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi ;
1. Perencanaan
Perencanaan adalah tentang apa yang ingin Anda capai di masa depan dan menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapainya.
2.
Tindakan
Penelitian dilakukan oleh guru di kelasnya
3. Pengamatan
Amati dan catat semua kejadian dan fenomena serta mengacu pada kaidahnya.
4. Refleksi
Jelaskan proses dan dampak tindakan perbaikan. Rencana dan prosedur tindakan. Memberikan uraian tentang tata cara menganalisis hasil penelitian.
D.
Desain Tindakan
Rancangan yang digunakan dalam riset ini yaitu dengan tindakan Kemmis dan MC Taggart yang terdiri dari 4 tahap dan 2 siklus.
Gambar 1. Kemmis dan MC Taggart
1.
Prosedur
a. Pra-siklus
Observasi atau observasi awal dilakukan untuk melihat dan mengamati kondisi pembelajaran di Kober As Safiiyah.
1) Kondisi Siswa dan Pembelajaran di Kelas
2) Bagaimana guru mengajar
3) Sekilas tentang administrasi sekolah mengenai kurikulum
dan penilaian.
b. Siklus 1
1) Perencanaan (penjadwalan)
Pada fase ini peneliti bekerjasama dengan guru untuk menentukan langkah-langkah peneliti yang meliputi (1) Menentukan metode penyajian kegiatan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dengan mendemonstrasikan menganyam menggunakan berbagai media. Menyusun rencana latihan dalam hal kegiatan sehari-hari (DAP). ). (2) Peneliti mempersiapkan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan oleh guru dan siswa. (3) Peneliti sependapat dengan pengamat mengenai pengertian lembar observasi. (4) Peneliti menyiapkan media yang akan digunakan untuk kegiatan perbaikan.
2) Aksi (aksi)
Dalam melaksanakan kegiatan ini, peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai rencana. Kegiatan pelatihan dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. Setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung selama 2 jam.
3) Langkah observasi dan evaluasi
Observasi yang dilakukan peneliti pada saat kegiatan pembelajaran bersama siswa menggunakan observasi motorik halus melalui demonstrasi cara membuat anyama dengan menggunakan berbagai media.
4) Tahap Refleksi
Tahap refleksi merupakan tahap pengolahan data yang diperoleh pada saat observasi guna memperoleh hasil penilaian untuk dianalisis dan disintesis. Hasil analisis digunakan untuk merefleksikan/melakukan perbaikan pelaksanaan kegiatan pada siklus tersebut. Dalam proses refleksi ini seluruh pengalaman, pengetahuan, dan teori pembelajaran yang dipelajari relevan dengan tindakan kelompok yang dilakukan sebelumnya, sehingga menjadi pertimbangan pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya. (Siklus 2) untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran selanjutnya dan meningkatkan kemampuan motorik halus. Lanjutkan siklus 2.
c. Prosedur siklus 2
1. Perencanaan
Peneliti melakukan perbaikan pada kegiatan peningkatan keterampilan motorik halus dengan metode demonstrasi pembuatan web menggunakan berbagai media dengan langkah-langkah sebagai berikut: menetapkan tujuan perbaikan; menyusun rencana kegiatan harian (DAP); persiapan media.
2. Pengamatan
Pada siklus II proses pembelajaran berjalan dengan baik sehingga pengamat sangat membantu dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran.
3. Refleksi
Berdasarkan hasil Siklus 1 peneliti meningkatkan pembelajaran pada Siklus 2. Jika dianggap berhasil, perbaikan pembelajaran dihentikan hingga Siklus 2.
Kreativitas anak pada kelas kelompok B hendaknya meningkat sesuai dengan kriteria keberhasilan kegiatan kelas eksplorasi yang diprediksi. KOBER AS-SAFIIYAH. Dalam menentukan persentase hasil akhir kita sepakati minimal 80%, hal ini disepakati bersama dengan para guru. Jika penelitian ini dianggap berhasil 80% dan jumlah anak bertambah 6 dari 10, maka siklus dihentikan.
a) Keterampilan motorik halus�
Keterampilan motorik anak� merupakan kemampuan dalam menggunakan otot-otot pada jari tangan yang memerlukan koordinasi dan ketangkasan.
b) Menganyam
Menganyam adalah kegiatan menyusun benang lungsi dan benang pakan dengan cara menumpuk potongan-potongan horizontal dan vertikal secara bergantian hingga menyatu.
Pengertian operasional dalam penelitian ini adalah hasil pengamatan terhadap nilai-nilai BB, MB, BS dan BSB yang berhubungan dengan motorik halus, yang dapat dibentuk melalui aktivitas penempatan lungsin dan pakan dengan melapiskan bagian-bagian horizontal dan vertikal secara bergantian hingga mereka bergabung.
Tabel 3. Kisi kisi Instrumen
No |
Aspek |
Indikator evaluasi |
BB |
MB |
BSH |
BSB |
1 |
Kemampuan seorang anak dalam menggunakan otot jari |
|
|
|
|
|
2 |
Ketelitian/ kecermatan |
|
|
|
|
|
3 |
Koordinasi tangan-mata |
Anak dapat memasukkan benang pakan ke dalam lungsi tanpa bantuan, dengan benar mengikuti pola anyaman yang diberikan. |
|
|
|
|
Guru dan ilmuwan akan menggunakan alat ini sebagai pengamat untuk mengamati dan mengevaluasi kegiatan menganyam anak. Dengan menggunakan grid ini, peneliti dapat mengembangkan alat yang terorganisir dan metodis untuk menguji Tingkat keahlian fisik. latihan menganyam anak untuk meningkatkan kemampuan motorik halusnya.
5.
Jenis Instrumen
�Metode
pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian
karena tujuan utama penelitian adalah memperoleh data. Penelitian ini
menggunakan berbagai metode yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi�
(Sugiono 2019, 296). Metode pengumpulan data adalah kegiatan yang dilakukan
sebelum, selama, dan sesudah penelitian. Tujuan pengumpulan data adalah untuk
memperoleh informasi mengenai objek yang diteliti. Metode pengumpulan data yang
akan digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a.
Pengamatan
Observasi adalah proses pengumpulan data untuk mendokumentasikan sejauh mana dampak suatu tindakan membuahkan hasil yang diinginkan. Peneliti melakukan observasi dengan cara pengamatan dan pendokumentasian bagaimana pembelajaran terjadi di kelas dan bagaimana anak berpartisipasi dalam proses tersebut tanpa mengganggu kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan dengan menggunakan catatan lapangan dan lembar observasi yang disusun dalam bentuk checklist. Observasi atau pengawasan dimaksudkan untuk memperoleh data melalui alat indera langsung atau suatu teknik yang dapat digunakan oleh pendidik untuk memperoleh berbagai informasi atau data tentang perkembangan dan permasalahan anak. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode observasi terstruktur. Sujiono menyatakan observasi terstruktur adalah observasi yang disusun secara sistematis mengenai apa yang akan diamati, serta kapan dan di mana. Format penilaian dikembangkan dengan menggunakan instrumen observasi berupa skala penilaian.
Observasi digunakan peneliti untuk memperoleh data yang lebih mendalam tentang keterampilan motorik halus anak. Observasi ini dilakukan peneliti sebelum, selama penelitian, dan setelah melakukan kegiatan menganyam untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Berikut langkah dalam melaksanakan pengamatan:
1) Peneliti menetapkan waktu pertemuan bersama kepala sekolah KB As Safiya KP. Ciranca Rt/Rw 01/07 Desa Padasuka Kecamatan Cibatu
2) Peneliti berkoordinasi dengan guru kelas B.
3) Peneliti mengamati terhadap aktivitas menganyam yang dikerjakan oleh anak - anak Kelas B.
4) Peneliti mengamati usaha anak dalam menyelesaikan tugas yang di berikan oleh guru dalam pengembangan motorik halusnya.
5) Peneliti melaksanakan pengamatan yang berhubungan dengan pergerakan halus pada saat menganyam, kemudian menganalisis anak akan keterkaitan dan yang menjadi hambatan dalam melakukan aktivitas menganayam
b.
Dokumentasi
�Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data
dengan mengumpulkan dan menganalisis dokumen, baik tertulis maupun grafis,
serta dokumen elektronik. Dokumentasi digunakan karena dapat memberikan
gambaran yang jelas tentang subjek penelitian berupa proses dan hasil yang
dicapai melalui pelaksanaan kegiatan pembelajaran melalui menganyam untuk
meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Tujuan dokumentasi adalah untuk
memberikan gambaran akurat tentang apa yang dilakukan anak saat belajar. Gambar
berfungsi untuk mendokumentasikan aktivitas bermakna anak-anak dalam proses
pendidikan, yang menunjukkan keterlibatan anak-anak dalam proses tersebut.
c.
Wawancara
Daftar pertanyaan
dapat dikirimkan kepada responden terlebih dahulu agar dapat dijawab kemudian,
meskipun wawancara pribadi adalah metode utama pengumpulan data. Wawancara
adalah metode yang berguna untuk memverifikasi atau melakukan referensi silang
terhadap materi yang diperoleh sebelumnya. Wawancara mendalam merupakan metode
bertanya dalam penelitian kualitatif. Dengan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara, wawancara mendalam merupakan suatu metode pengumpulan informasi
pribadi untuk tujuan penelitian dan sarana mengajukan pertanyaan kepada
informan atau orang yang diwawancarai yang sudah lama berkecimpung dalam
kehidupan masyarakat. waktu Dari pendapat diatas
penulis dapat memahami bahwa metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan
data dengan melakukan sesi tanya jawab yang terdiri dari pewawancara dan
narasumber untuk memperoleh data yang diperlukan. Metode ini peneliti gunakan
dengan mewawancarai kepala sekolah dan dewan guru di Kelompok B KB As Safiiah untuk memperoleh informasi tentang peningkatan
motorik halus anak melalui menenun.
d.
�Anekdot
Catatan naratif
singkat ini memberi instruktur informasi penting tentang perkembangan anak
dengan menjelaskan perilaku. �Anekdot adalah kisah yang benar dan obyektif
tentang suatu peristiwa yang menjelaskan bagaimana, kapan, dan di mana
peristiwa itu terjadi, serta tindakan dan perkataan anak�. (Bati, 2015:27)
e.
Dokumen
guru/sekolah
Merupakan suatu
instruksi kerja atau alat peraga yang digunakan guru untuk kegiatan mengajar
agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan lebih efisien dan efektif.
���� �Tujuan dari kredibilitas data adalah untuk meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap data, terlepas dari apakah data tersebut dapat dibuktikan atau tidak. Partisipasi yang diperluas, ketekunan, observasi, dan triangulasi digunakan untuk menilai keandalan data.
���� �Keunggulan informasi dalam penelitian ini dinilai melalui pengamatan yang cermat dan triangulasi. Pencarian penafsiran yang berbeda-beda dalam kaitannya dengan proses analitis yang selalu menjadi perhatian, itulah yang dimaksud dengan observasi terus-menerus.
Triangulasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui keandalan informasi yang diperoleh dari suatu penelitian. �Triangulasi sebagai tehnik dalam penggabungan data, triangulasi memiliki 4 tipe yaitu data triangulasi,peneliti,teori�.(Sugiono (2019), 2021)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini
dilakukan di kalangan siswa KOBER AS-SAFIIAH B. Kober yang beralamat di kp Ciranca Rt
01 Rw 07, Desa Padasuka,
Kecamatan Chibatu, Kabupaten Garut. Karena Kober kami
terletak di tengah desa, maka mudah untuk menemukannya. Dari belakang gang.
Kalau mau ke sekolah bisa naik mobil, halamannya cukup luas. Sekolah kami
didirikan pada tahun 2008 atas dasar departemen pendidikan kabupaten.
Kober As Safiiah mempunyai VISI yaitu mewujudkan anak-anak yang kreatipdan berakhlak mulia. Ada juga misinya sebagai
berikut
Sarana dan Prasarana
Kober As Safiiah merupakan bangunan yang terdiri dari
2 ruangan memanjang berukuran 7x14 m serta terdapat halaman sekolah yang luas
sehingga anak-anak merasa senang apabila pembelajaran di laksanakan di luar
kelas. Ada 43 siswa di kelas kami, dibagi menjadi 3 kelompok.
1. Sebelum siklus
Tabel 4. Hasil observasi sebelum
siklus
No |
Nama |
Indikator |
|
|||||
|
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
||
1 |
SUP |
L |
MB |
MB |
MB |
MB |
MB |
MB |
2 |
D.P. |
P |
MB |
MB |
MB |
MB |
MB |
MB |
3 |
M.L. |
L |
BB |
BB |
BB |
BB |
BB |
MB |
4 |
TUAN |
L |
BB |
MB |
BB |
BB |
BB |
BB |
5 |
M.G. |
L |
BB |
MB |
MB |
BB |
MB |
MB |
6 |
Ha |
L |
BB |
BB |
MB |
BB |
BB |
MB |
7 |
Ra |
L |
BB |
BB |
MB |
BB |
BB |
BB |
8 |
Pada |
L |
BB |
MB |
BB |
MB |
BB |
BB |
9 |
Ar |
L |
BB |
BB |
BB |
BB |
BB |
BB |
10 |
Pen |
P |
BB |
BB |
BB |
MB |
BB |
BB |
Persentase jumlah |
|
12 |
15 |
15 |
14 |
13 |
15 |
|
84 |
Informasi
Indikator:
1. Anak-anak dapat memegang kertas anyaman.
2. Anak-anak bisa melipat bahan anyaman.
3. Anak-anak dapat menggerakkan jari-jarinya untuk
menganyam
4. Anak-anak dapat dengan hati-hati menganyam benang lusi dan benang pakan.
5. Anak-anak dapat menggunakan gunting untuk memotong
kertas dan daun.
6. Anak dapat memasukkan benang pakan ke dalam lungsin
tanpa bantuan, dengan mengikuti pola menganyam yang benar.
Berdasarkan hasil
tabel diatas, rata-rata keseluruhan prasiklus adalah 84/(4X10X6)X 100%= 35%. Belum berkembang
�
Berdasarkan hasil
grafik di atas, nilai-nilai sebelum loop terdiri dari
a. Indikator 1: BB 8[3.3] MB 2[0.83]
b. Indikator 2: BB 5[2.08] MB 5[2.08]
c. Indikator 3; BB 5[2.08]MB 5[2.08]
d. Indikator 4; BB 6[2.5]MB 4[1.66]
e. Indikator 5; BB 7[2,91 MB 3[1.25]
f. Indikator 5 ;BB 5[2.08] MB 5[[2.08]
Berdasarkan hasil tabel dan grafik di
atas, kemampuan motorik anak pada prasiklus tidak
berkembang dengan nilai 35%. Hal ini dikarenakan anak kurang mampu atau
kesulitan memasukkan kertas. dasar atas dan bawah. Keterampilan motorik halus
anak berkaitan dengan koordinasi mata, dan jari-jari belum cukup fleksibel
untuk menganyam.
Tabel 5. Hasil observasi siklus I
No |
Nama |
L/P |
Indikator |
|||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
|||
1 |
Sup |
L |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
2 |
D.P. |
P |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
MB |
MB |
3 |
M.L. |
L |
BSH |
BSH |
MB |
MB |
MB |
MB |
4 |
TUAN |
L |
BSH |
MB |
MB |
MB |
MB |
MB |
5 |
M.G. |
L |
BSH |
MB |
MB |
MB |
MB |
MB |
6 |
HF |
L |
BB |
BB |
MB |
MB |
BB |
BB |
7 |
RA |
L |
BSH |
MB |
MB |
MB |
MB |
MB |
8 |
HP |
L |
BB |
BB |
BB |
BB |
MB |
BB |
9 |
AR |
L |
BSH |
MB |
BB |
BB |
MB |
BB |
10 |
AP |
P |
BSH |
MB |
MB |
MB |
MB |
MB |
Persentase jumlah |
|
26 |
20 |
20 |
20 |
20 |
18 |
|
|
124 |
Indikator
1. Anak-anak dapat memegang kertas anyaman.
2. Anak-anak bisa melipat bahan anyaman.
3. Anak-anak dapat menggerakkan jari-jarinya untuk
menganyam
4. Anak-anak dapat dengan teliti menganyam benang lusi dan benang pakan.
5. Anak-anak dapat menggunakan gunting untuk memotong
kertas dan daun.
6. Anak dapat memasukkan benang pakan ke dalam lungsin
tanpa bantuan, dengan mengikuti pola menganyam yang benar.
Berdasarkan hasil tabel diatas, nilai rata-rata seluruh siklus 1 adalah 51,6%.
Berdasarkan hasil
grafik di atas, hal ini menjelaskan
a. Indikator 1 BB=2 MB=0 BSH=8 BSB=0,
b. Indikator 2 BB=2 MB=6 BS=2 BS=0,
c. Indikator 3 BB=2 MB=6 BS=2,
d. Indikator 4 BB=2 MB=6 BSH=2 BSB=0
e. Indikator 5 BB=1 MB=8 BS=1
f. Indikator 6 BB=3 MB=6 BS=1 BS= 0
Berdasarkan hasil tabel dan grafik di
atas, pada siklus I keahlian pergerakan halus anak dapat meningkat dengan
persentase sebesar 51,6%. Hal ini dikarenakan anak diberikan bentuk dan gambar
tenun yang sederhana sehingga dapat menarik perhatian anak. Namun prestasi
tersebut masih kurang karena masih terdapat anak-anak yang mengalami kesulitan
dan belum mandiri.
2. Siklus 2
Tabel 6. Hasil observasi siklus II
Nama |
|
Indikator |
||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
|||
1 |
Sup |
L |
BSB |
BSB |
BSB |
BSB |
BSB |
BSB |
2 |
D.P. |
P |
BSB |
BSB |
BSB |
BSB |
BSB |
BSB |
3 |
M.L. |
L |
BSB |
BSB |
BSB |
BSB |
BSB |
BSB |
4 |
TUAN |
L |
BSB |
BSB |
BSH |
BSB |
BSH |
BSH |
5 |
M.G. |
L |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
6 |
HF |
L |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
7 |
RA |
L |
BSH |
BSH |
MB |
MB |
MB |
MB |
8 |
HP |
L |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
BSB |
9 |
AR |
L |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
10 |
AP |
P |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
Persentase jumlah |
|
34 |
34 |
32 |
32 |
35 |
32 |
|
192 |
Informasi;
1.
Anak-anak
dapat memegang kertas anyaman.
2. Anak-anak bisa melipat bahan anyaman.
3. Anak-anak dapat menggerakkan jari-jarinya untuk
menganyam
4. Anak-anak dapat dengan hati-hati menganyam benang lusi dan benang pakan.
5. Anak-anak dapat menggunakan gunting untuk memotong
kertas dan daun.
6.
Anak dapat
memasukkan benang pakan ke dalam lungsin tanpa bantuan, dengan mengikuti pola
menganyam yang benar.
�Hasil tabel diatas memperoleh rata-rata nilai siklus II sebesar 192/(4x10x6)x 100%= 80%.
Berdasarkan hasil
grafik di atas menjelaskan hal ini
a. Indikator 1 BB=0 MB= 0 BSH=6 BSB=4
b. Indikator 2 BB=0 MB =0 BSH=6 BSB=4
c. Indikator 3 BB=0 MB=1 BSH=6 BSB=3
d. Indikator 4 BB=0 MB= 1 BSH=5 BSB=4
e. Indikator 5 BB=0 MB=1 BSH=5 BSB= 4
f. Indikator 6 BB=0 MB= 1 BS=6 BSB=3
Berdasarkan hasil tabel dan grafik siklus 2 di atas terlihat nilai ketercapaian telah mencapai 80%. Pencapaian ini berkat kerja sama guru yang memberikan pembelajaran menarik sehingga membuat anak senang dan menjadikan anak kreatif dan menarik. Dapat mengerjakan perintah yang guru berikan.
Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil data dan grafik sebelum siklus mempunyai nilai sebesar 35%, siklus 1 - 51,6%, siklus 2 - 80%.
Hasil rekapitulasi penelitian
menjelaskan adanya peningkatan pada setiap siklusnya. Dan capaian pada siklus 2
mencapai kriteria. Penelitian terhenti.
Berdasarkan
informasi yang diberikan, penelitian ini menyimpulkan bahwa kegiatan menganyam
dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di Kober As Safiya,
dengan hasil penilaian yang menunjukkan peningkatan dari 35% pada pra siklus, 51,6% pada siklus I dengan peningkatan 16,6%,
dan 80% pada siklus II, mengalami peningkatan sebesar 28,4% dibandingkan dengan
siklus I. Proses peningkatan motorik halus melalui kegiatan menganyam dilakukan
dalam empat tahap, yaitu perencanaan, implementasi, pengamatan, dan refleksi,
yang membantu meningkatkan kelenturan otot jari dan tangan serta keterampilan
motorik halus, termasuk koordinasi tangan-mata dan konsentrasi. Disarankan agar
guru menggunakan teknik menganyam yang kreatif dan inovatif agar anak merasa
senang dan tidak cepat bosan, serta menggunakan metode menganyam untuk
mendukung perkembangan aspek lain pada anak. Anak diharapkan terus mengalami
peningkatan dalam berbagai aspek perkembangannya, termasuk motorik halus.
Hakim S.N., Sofa M., Febriana S., Rahmat M. dan Devi I.P. (2022). Meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia 5-6 tahun dengan teknik meremas. Aksara: Jurnal Pendidikan Non Formal, 8(3), 1957. https://doi.org/10.37905/aksara.8.3.1957-1966.2022.
Hayati, H. (2019). Meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan pencocokan bentuk dan warna di Kelompok B TK Dharma Vanita Tetebatu. Kepulauan, 1(20), 222�223. https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/nusantara/article/view/306%0A https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/nusantara/article/download/306/252
Kurniasih, S. (2022). Meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui menggambar menyenangkan di Kelompok B Paud Nirmala Bandar Lampung. JP2KG AUD (Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Perawatan, Kesehatan dan Gizi), 1(1), 71�88. https://doi.org/10.26740/jp2kgaud.2020.1.1.71-88
Kurniawati, putri. (2017a). Tanpa nama. Universitas PGRI Nusantara Kediri, 01, 1�7.
Kurniawati, putri. (2017b). Tanpa nama. Di Universitas Nusantara PGRI Kediri (Vol.01).
Mulyatiningsih, E. (2012). Modul Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung Rosdakarya 1�22. staf.uny.ac.id
Neelam Nuroma, Pendik Hanafi dan M. Noor Huda. (2022). Peningkatan keterampilan menganyam anak kelompok B dengan menggunakan bahan daur ulang di TK Dharma Wanita Panggungrejo Tulungagung. Jurnal Penelitian Pendidikan, 1(1), 23�37. https://doi.org/10.55606/jurripen.v1i1.19
Nurul Chotima, H., dan Reza, M. (2019). Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus dengan Metode Demonstrasi Kelompok B PPT Harapan Bangsa Surabaya. 3.
Ranti, R., Nurmalina, N., & Lesmana, M. (2023). Meningkatkan keterampilan motorik halus anak dengan mozaik. Jurnal Pendidikan Lengkap, 1(4), 182�187. https://doi.org/10.37985/jpt.v1i4.235
Sugiono (2019). (2021). Analisis perubahan hemodinamik. STT Disertasi Dirgantara Yogyakarta, 34�50.
Vandi Z.N. & Maillard, F. (2019). Mengkaji kemampuan motorik halus dan kreativitas anak usia dini dengan menggunakan kolase. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 363. https://doi.org/10.31004/obsesi.v4i1.347
Vulansari, Y., dan Khotima, N. (2016). Meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui tenun pita pada kelompok A. Jurnal PAUD Teratai, 5 (1).