Pengaruh Senam Aerobik dan
Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Gejala Premenstrual Syndrome
(PMS) pada Remaja Putri di Puskesmas Cimanggu Kabupaten Pandeglang Tahun 2024
The Effect of Aerobic
Exercise and Progressive Muscle Relaxation Techniques on Reducing Symptoms of
Premenstrual Syndrome (PMS) in Adolescent Girls at the Cimanggu Community
Health Center, Pandeglang Regency in 2024
1)* Sri Ayu Hardiyanti 2) Shinta Mona
Lisca 3)Meinasari Kurnia Dewi
1,2,3 Universitas Indonesia Maju.
*Email: 1) [email protected], 2) [email protected], 3) [email protected]
*Correspondence: 1) Sri
Ayu Hardiyanti
DOI: 10.59141/comserva.v4i1.1329 |
ABSTRAK Premenstrual syndrome (PMS) merupakan
kumpulan gelaja fisik, psikologis, dan emosi terkait dengan siklus menstruasi
yang secara konsisten terjadi selama tahap luteal dari siklus menstruasi
akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus ovulasi dan
menstruasi. Penyebab PMS perubahan hormonal, prostaglandin, diet,
obat-obatan, dan gaya hidup. Dampak Pengaruh dari PMS yaitu mengganggu
aktivitas sehari-hari, mengganggu kualitas hidup dan produktivitas serta
sosial remaja putri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
senam aerobik dan teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan gejala
premenstrual syndrome (PMS) pada remaja putri di puskesmas cimanggu tahun
2024. Hasil penelitian diperoleh yang di berikan intervensi senam aerobik
gejala PMS hilang pada evaluasi ke 2 yaitu 1 hari sebelum menstruasi. Pada
remaja yang di berikan intervensi teknik relaksasi otot progresif gejala PMS
hilang pada evaluasi ke 2 yaitu 1 hari sebelum menstruasi. Terdapat perbedaan
gejala fisik 1 item pada evaluasi hari ke 4 sebelum mestruasi, responden yang
diberikan teknik relaksasi lebih efektif dibandingkan yang diberikan senam
aerobik. Terdapat kesamaan waktu gejala PMS hilang pada hari ke 1 sebelum
menstruasi. Diharapakan dapat mengimplementasikan pemberian senam aerobik dan
teknik relaksasi otot progresif untuk mengurangi gejala PMS pada remaja
putri. Kata kunci: Aerobik, PMS, Relaksasi |
ABSTRACT
Premenstrual
syndrome (PMS) is a collection of physical, psychological, and emotional
symptoms related to the menstrual cycle that consistently occur during the
luteal stage of the menstrual cycle due to hormonal changes associated with the
ovulation and menstrual cycles. Causes of PMS are hormonal changes,
prostaglandins, diet, medications, and lifestyle. The impact of PMS is that it
disrupts daily activities, disrupts the quality of life, productivity and
social life of young women. The aim of this study was to determine the effect
of aerobic exercise and progressive muscle relaxation techniques on reducing
the symptoms of premenstrual syndrome (PMS) in young women at the Cimanggu
health center in 2024. The results of the study were that when given aerobic
exercise intervention, the PMS symptoms disappeared on the second evaluation,
namely 1 day before menstruation. In adolescents who were given progressive
muscle relaxation technique intervention, PMS symptoms disappeared at the
second evaluation, namely 1 day before menstruation. There was a difference in
physical symptoms of 1 item on the 4th day of evaluation before menstruation,
respondents who were given relaxation techniques were more effective than those
who were given aerobic exercise. There is a similarity in the time when PMS
symptoms disappear on the 1st day before menstruation. It is hoped that we can
implement aerobic exercise and progressive muscle relaxation techniques to
reduce PMS symptoms in adolescent girls.
Keywords:
Aerobics,
PMS, Relaxation
PENDAHULUAN
Remaja yakni
penduduk dalam rentang usia 10 sampai dengan 18 tahun (Kemenkes,
2021). Menstruasi yaitu proses
terjadinya pelepasan bagian lapisan dalam pada dinding uterus (endometrium)
yang banyak pembuluh darahnya, menstruasi terjadi selama 5 sampai dengan 7 hari
setiap bulan (Safitri,
2022). Premenstrual syndrome
(PMS) yaitu adanya beberapa tanda gejala fisik dan mental serta emosi yang
berhubungan dengan haid yang secara konsisten terjadi selama tahap luteal dari
siklus haid karena perubahan hormon berkaitan dengan siklus ovulasi dan haid (Daiyah et al.,
2021).
Prevalensi PMS
di Dunia yaitu 48%, angka kejadian PMS tertinggi di Dunia yaitu di negara Iran
sebanyak 98% dan angka kejadian PMS terendah yaitu di negara Perancis sekitar
12%, angka kejadian PMS tertinggi yakni di Asia, bagian Eropa yang terendah. Di
India dilakukan penelitian diperoleh remaja dengan gejala PMS 94,8% dan gejala
sedang sampai berat 65,7%. Angka kejadian PMS di Indonesia tahun 2022 yaitu
80-90%, angka kejadian PMS di Provinsi Banten tahun 2022 yaitu 89% (Banten,
2022). Angka kejadian PMS di
Kabupaten Pandeglang tahun 2022 yaitu 85% (Pandeglang, 2022).
Penyebab PMS
belum diketahui, tetapi PMS bisa disebabkan perubahan hormon prostaglandin,
gaya hidup pada remaja, adanya diet bahkan disebabkan karena obat-obatan.
Pengaruh dari PMS yaitu mengganggu aktivitas sehari-hari, mengganggu kualitas
hidup dan produktivitas serta sosial remaja putri. Dampak PMS pada remaja yaitu
terganggunya kegiatan belajar, penurunan konsentrasi belajar sampai jarang
masuk sekolah, adanya penurunan prestasi, penurunan aktivitas dan motivasi
serta minat remaja putri (NI, 2022).
Penanganan PMS
dapat dengan cara melakukan perubahan gaya hidup, terapi obat dan psikoterapi (Anggraeni,
2018). Penanganan non
farmakologis PMS dapat ditangani yaitu dengan senam aerobik. Senam aerobik
menurut Dr. Kenneth Cooper yaitu beberpa gerakan pada tubuh yang teratur yang
bisa memompa oksigen serta meningkatkan denyut jantung, gerakan dapat diikuti
alunan musik (NI, 2022).
Mengurangi dan
mencegah PMS dapat dengan cara melakukan olahraga secara teratur, mengatur pola
makan, memenuhi nutrisi dengan baik, menjaga berat badan (Mutianingsih
et al., 2022). Olahraga teratur 3-5
kali selama 20-30 menit dilakukan dalam seminggu dengan selang waktu sehari
untuk istirahat. Nyeri PMS dapat dikurangi dengan cara olahraga, jika tidak
melakukan olahraga dapat berakibat meningkatkan keparahan PMS, misalkan adanya tegang,
emosi, dan depresi. Berdasarkan Eryna Rezkiteori (Daiyah et al.,
2021) dengan olahraga atau
aktivitas fisik dapat meningkatkan produksi endorfin, sehingga kadar estrogen
dan steroid menurun, dan dapat memperlancar penyaluran udara bersih pada otot,
kadar kortisol dapat menurun serta akan meningkatkan perilaku psikologi (Daiyah et al.,
2021).
Menurut
penelitian Annisa Farah NI (2020) nilai p 0,000 < 0,05, sehingga ada
pengaruh senam aerobik terhadap tingkat kecemasan mahasiswi S1 Ilmu Keperawatan
saat mengalami PMS di STIKes Bhamada Slawi (NI, 2022). Penenlitian (Anggraeni,
2018) nilai p 0,001 < 0,05,
maka terdapat pengaruh senam aerobik terhadap penurunan gejala PMS pada remaja
putri di SMP Negeri 1 Bangkalan (Anggraeni,
2018).
Penanganan
gejala PMS dapat juga dilakukan secara non farmakologis dengan cara melakukan
teknik relaksasi otot progresif (Siska
Bela Damayanti, 2020). Relaksasi otot progresif
yakni cara peregangan dan relaksasi sekelompok otot dan tertuju pada perasaan
santai. Relaksasi otot progresif bermanfaat menurunkan ketegangan otot,
mengurangi tingkat kecemasan, sehingga setelah melakukan relaksasi otot dapat
meningkatkan konsentrasi, emosi positif terbentuk, menurunkan ketegangan otot,
mengurangi kecemasan, mengurangi nyeri leher dan punggung. Tidak ada
efeksamping pada relaksasi otot progresif, namun gampang melakukannya.
Penelitian (Widyaningrum
& Sari, 2018) diperoleh penelitian
nilai p 0,001< 0,05, disimpulkan adanya Pengaruh teknik relaksasi otot
progresif terhadap perubahan tingkat kecemasan menghadapi PMS pada siswi kelas
7 di SMPN 1 Bendo Kabupaten Magetan (Widyaningrum
& Sari, 2018).
Berdasarkan
data di Puskesmas Cimanggu pada tahun 2022 remaja yang datang ke Puskesmas
untuk konsultasi gejala PMS yaitu sebanyak 32 kasus (Cimanggu, 2022). Pada
tahun 2023 yaitu pada bulan Januari sampai November diperoleh data remaja putri
dengan PMS yang datang ke Puskesmas Cimanggu sebanyak 39 kasus, dapat
disimpulkan terjadi peningkatan kasus PMS pada remaja di Puskesmas Cimanggu
(Cimanggu, 2023).
Berdasarkan
uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang �Pengaruh
Senam Aerobik dan Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Gejala
Premenstrual Syndrome (PMS) pada Remaja Putri di Puskesmas Cimanggu tahun
2024�.
METODE
Metode Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Penelusuran rujukan ilmiah untuk memperoleh konsep teori asuhan
kebidanan berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan studi kasus yaitu studi
langsung penerapan kebidanan berdasarkan Evidance Based.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Cimanggu
Pandeglang pada bulan Januari tahun 2024. Informan
pada penelitian ini yaitu pada 2 orang remaja putri yang mengalami gejala PMS
yang datang berkunjung Puskesmas Cimanggu Pandeglang. Adapun kriteria khusus
(inklusi) yang digunakan pada penelitian ini yaitu remaja putri yang mengalami
gejala PMS dan menandatangani informed consent sebagai bentuk kesediaan menjadi
subjek penelitian dan dapat berkomunikasi dengan baik. Adapun yang menjadi
kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu remaja putri yang mengalami gejala
PMS dengan komplikasi atau adanya kelainan pada rahim.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penurunan gejala PMS pada remaja putri dengan memberikan intervensi
senam aerobik di Puskesmas Cimanggu Pandeglang.�
Pada Responden 1 yang di berikan intervensi
senam aerobik, saat responden awal datang 7 hari sebelum menstruasi� dengan gejala PMS fisik� yaitu kram, nyeri perut, nyeri kepala, nyeri
pada payudara, perut kembung (5 item) dan gejala PMS emosi yaitu mudah
tersinggung, mudah marah dan sensitive (3 item) kemudian setelah dilakukan
intervensi senam aerobik pada hari ke 4 sebelum menstruasi� terdapat penurunan gejala PMS fisik yaitu
nyeri pada payudara, sakit kepala dan nyeri perut (3 item)� dan gejala�
PMS emosi yaitu mudah tersinggung (1 item), evaluasi pada hari ke 1
sebelum menstruasi sudah tidak mengalami gejala PMS fisik maupun emosi (0
item).
Olahraga secara teratur, menjaga berat badan,
dan menjaga pola makan yang dapat mempertahankan kesehatan, status nutrisi,
mencegah atau membantu mengurangi terjadinya premenstrual syndrome. Olahraga
yang teratur adalah olahraga yang dilakukan secara teratur 3-5 kali dalam
seminggu dengan selang waktu sehari untuk istirahat dan durasinya selama 20-30
menit. Olahraga merupakan faktor yang dapat mengurangi rasa sakit akibat
Premenstrual syndrome, sehingga apabila olahraga rendah dapat meningkatkan
keparahan dari Premenstrual syndrome, seperti rasa tegang, emosi, dan depresi.
Sebuah teori menyebutkan dengan adanya olahraga maupun aktivitas fisik akan
meningkatkan produksi endorfin, menurunkan kadar estrogen dan hormon steroid
lainnya, memperlancar transport oksigen di otot, menurunkan kadar kortisol, dan
meningkatkan perilaku psikologi (Daiyah et al.,
2021).
Menurut hasil penelitian terjadi penurunaan
gejala PMS pada responden 1 setelah diberikan intervensi senam aerobik.� Sejalan dengan penelitian Annisa Farah NI
(2020) diperoleh nilai p value 0,000 < 0,05, terdapat pengaruh senam aerobik
terhadap tingkat kecemasan mahasiswi S1 Ilmu Keperawatan saat mengalami
pramenstruasi sindrom di STIKes Bhamada Slawi. (NI, 2022). Penenlitian (Anggraeni,
2018) diperoleh hasil nilai p value 0,001 <
0,05, sehingga ada pengaruh Senam Aerobik terhadap Penurunan Gejala
Pramenstrual Syndrome Pada Remaja Putri Di SMPN 1 Bangkalan (Anggraeni,
2018).
Menurut asumsi peneliti tidak ada kesenjangan
antara penelitian yang dilakukan dengan hasil penelitian terdahulu.
Penurunan gejala PMS pada remaja putri dengan memberikan intervensi
teknik relaksasi otot progresif di Puskesmas Cimanggu Pandeglang.
Pada Responden 2 yang di berikan intervensi
teknik relaksasi otot progresif, saat responden awal datang 7 hari sebelum
menstruasi� dengan gejala PMS fisik yaitu
kram, nyeri perut, nyeri kepala, nyeri pada payudara, perut kembung (5 item)
dan gejala PMS emosi yaitu mudah tersinggung, mudah marah dan sensitive (3
item) kemudian setelah dilakukan intervensi teknik relaksasi otot progresif
pada hari ke 4 sebelum menstruasi�
terdapat penurunan gejala PMS fisik yaitu nyeri kepala dan nyeri perut
(2 item)� dan gejala� PMS emosi yaitu mudah marah (1 item),
evaluasi pada hari ke 1 sebelum menstruasi sudah tidak mengalami gejala PMS
fisik maupun emosi (0 item).
Menurut pandangan ilmiyah relaksasi merupakan
2 perpanjangan serabut otot skeletal, sedangkan ketegangan merupakan
konsentrasi terhadap perpindahan serabut otot. Pembebasan dari ketengangan otot
maupun pikiran senetral mungkin ketika seseorang mengalami ketegangan dan
kecemasan yang bekerja adalah sistem syaraf simpatetis, sedangkan pada waktu
rileks yang bekerja adalah sisitem syaraf parasimpatetis (Rahmawati
& Setyawati, 2016). Teknik ini digunakan untuk mengatasi
kekhawatiran/ kecemasan atau stress melalui pengendoran otot-otot syaraf (Thantawy,
2001).
Relaksasi otot atau relaksasi progresif
merupakan suatu metode yang terdiri peregangan dan relaksasi sekelompok otot,
serta memfokuskan pada perasaan rileks. Manfaat melakukan relaksasi otot
progresif untuk menurunkan ketegangan otot, mengurangi tingkat kecemasan.
Dengan begitu orang yang setelah melakukan relaksasi otot ini dapat
meningkatkan rasa kebugaran dan konsentrasi, membangun emosi positif dan emosi
negatif, dan menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung (Solehati &
Kosasih, 2015).
Sejalan dengan penelitian (Widyaningrum
& Sari, 2018) diperoleh penelitian nilai p 0,001< 0,05,
disimpulkan terdapat Pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap
perubahan tingkat kecemasan menghadapi premenstrual syndrome (PMS) pada siswi
kelas 7 di SMPN 1 Bendo Kabupaten Magetan (Widyaningrum
& Sari, 2018).
Menurut asumsi peneliti tidak ada kesenjangan
antara penelitian terdahulu dan teori dengan penelitian yang dilakukan
sekarang.
Perbandingan antara
pengaruh pemberian senam aerobik dan teknik relaksasi otot progresif terhadap
penurunan gejala PMS pada remaja putri di Puskesmas Cimanggu Pandeglang.
Tabel 1
Perbandingan Antara Responden 1 dan Respodnen 2
Remaja dengan gejala PMS |
Diberikan Intervensi Senam Aerobik
(Responden 1) |
Diberikan Intervensi Teknik Relaksasi Otot
Progresif (Responden 2) |
||||
Sebelum haid hari ke 7 Tanggal 31-01-2024 |
Sebelum
haid hari ke 4 Tanggal 3-02-2024 |
Sebelum
haid hari ke 1 Tanggal 6-02-2024 |
Sebelum haid hari ke 7 Tanggal 01-02-2024 |
Sebelum
haid hari ke 4 Tanggal 04-01-2024 |
Sebelum
haid hari ke 1 Tanggal 07-01-2024 |
|
Jumlah gejala fisik |
5 item |
3 item |
0 item |
5 item |
2 item |
0 item |
Jumlah gejala emosi |
3 item |
1 item |
0 item |
3 item |
1 item |
0
item |
Berdasarkan hasil penelitian terdapat
perbedaan penurunan gejala PMS pada responden 1 yang diberikan senam aerobik
dan responden 2 yang diberikan teknik relaksasi otot progresif.
Terdapat perbedaan waktu penurunan gejala PMS
pada responden yang diberikan intervensi senam aerobik dan teknik relaksi otot
progresif. Pada evaluasi hari ke 4 sebelum menstruasi pada responden yang
diberikan intervensi senam aerobik terdapat penurunan gejala PMS fisik 3 item
dan gejala PMS emosi 1 item, sedangkan pada reponden yang diberikan teknik
relaksi otot progresif ada evaluasi hari ke 4 sebelum menstruasi hanya terdapat
gejala fisik 2 item dan gejala emosi 1 item, maka disimpulkan penurunan gejala
PMS lebih evektif menggunakan teknik relaksasi otot progresif dibandingkan
senam aerobik.
Dari ke-2 responden yang dilakukan penelitian
menggunakan intervensi senam aerobik dan teknik relaksi otot progresif pada
evaluasi hari ke 1 sebelum menstruasi sudah tidak mengalami gejala PMS lagi.
Dapat disimpulkan bahwa semua responden mengalami penurunan gejala PMS mulai
pada evaluasi hari ke 4 sebelum menstruasi dan evaluasi hari ke 1 sebelum
menstruasi.
Penatalaksanaan yang di lakukan peneliti
menjelaskan kepada Nn.A dan Nn.G selama intervensi untuk datang ke Puskesmas
Cimanggu agar dilakukan evaluasi gejala PMS menggunakan lembar observasi dan
dilakukan 2 kali evaluasi yaitu hari ke 4 sebelum menstruasi dan hari ke 1
sebelum menstruasi.
Berdasarkan asumsi peneliti hasil penelitian
yang dilakukan menggunakan intervensi senam aerobik dan teknik relaksasi otot
progresif sejalan dengan beberapa hasil penelitian terdahulu yang menyatakan
ada pengaruh antara pemberian senam aerobik dan teknik relaksasi otot progresif
terhadap penurunan gejala PMS pada remaja putri, dan teknik relaksasi otot
polos lebih evektif dibandingkan senam aerobik untuk mengatasi gejala PMS pada
remaja Putri di Puskesmas Cimanggu tahun 2024.
SIMPULAN
1. Pada remaja yang di berikan intervensi senam aerobik
gejala PMS hilang pada evaluasi ke 2 yaitu 1 hari sebelum menstruasi.
2. 5.1.2 Pada remaja yang di berikan intervensi teknik
relaksasi otot progresif gejala PMS hilang pada evaluasi ke 2 yaitu 1 hari
sebelum menstruasi.
3. 5.1.3
Terdapat perbedaan gejala fisik 1 item pada evaluasi hari ke 4 sebelum
mestruasi, responden yang diberikan teknik relaksasi lebih efektif dibandingkan
yang diberikan senam aerobik. Terdapat kesamaan waktu gejala PMS hilang pada
hari ke 1 sebelum menstruasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni,
N. (2018). Pengaruh Senam Aerobik Terhadap Penurunan Gejala Pramenstrual
Syndrome Pada Remaja Putri Di Smpn 1 Bangkalan. JURNAL ILMIAH OBSGIN: Jurnal
Ilmiah Ilmu Kebidanan & Kandungan P-ISSN: 1979-3340 e-ISSN: 2685-7987, 10(2),
13�23.
Banten, D.
(2022). Profil Dinkes Banten. Serang.
Daiyah, I.,
Rizani, A., & Adella, E. R. (2021). Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan
Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Kejadian Pre-Menstrual Syndrome Pada Remaja
Putri. Jurnal Inovasi Penelitian, 2(7), 2273�2286.
Kemenkes.
(2021). Pentingnya Menjaga Kesehatan Reproduksi Saat Menstruasi.
Mutianingsih,
R., Muliani, S., Supiana, N., Safinatunnaja, B. Q., Munawarah, Z., &
Mawaddah, S. (2022). Penyuluhan kesehatan dalam siklus hidup perempuan.
Penerbit NEM.
Rahmawati,
R., & Setyawati, R. (2016). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap
Premenstrual Syndrome (PMS) pada Remaja Putri Pondok Pesantren Fathul Huda
Kebondalem Purwokerto. Jurnal Penelitian Bimbingan Dan Konseling, 1(1).
Safitri, R.
(2022). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Dismenore pada Remaja
Putri Kelas XI IPA Di SMAN 1 Rantau. Universitas Islam Kalimantan MAB.
Siska Bela
Damayanti, S. (2020). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Stres Remaja Putri Saat Premenstrual Syndrome. Universitas Kusuma Husada.
Solehati,
T., & Kosasih, C. E. (2015). Konsep dan aplikasi relaksasi dalam
keperawatan maternitas. Bandung: PT. Refika Aditama.
Thantawy,
R. (2001). Kamus bahasa Indonesia-Gayo. PT Balai Pustaka.
Widyaningrum,
D. A., & Sari, D. I. P. (2018). Pengaruh teknik relaksasi otot progresif
terhadap perubahan tingkat kecemasan menghadapi premenstrual syndrome (PMS). Jurnal
Keperawatan, 11(1), 9.