Pengaruh Suasana Caf�, Kualitas Pelayanan, dan Kualitas Makanan� Terhadap
Loyalitas Pelanggan �dengan Kepuasan Pelanggan� Sebagai Variabel Mediasi pada Goodfella
Caf�� Tanjung Morawa
The Influence of Caf�
Atmosphere, Service Quality, and Food Quality on Customer Loyalty with Customer
Satisfaction as a Mediating Variable at Goodfella Caf� Tanjung Morawa
1)* Muhammad Syahrin Asman, 2)
Elfitra Desy Surya
1,2Program Pascasarjana, Universitas Pembangunan Panca Budi, Medan.
*Email: 1) [email protected]
*Correspondence: 1) Muhammad
Syahrin Asman
DOI: 10.59141/comserva.v4i1.1326 |
ABSTRAK Bisnis kafe menjadi salah satu industri yang berkembang pesat di Indonesia, terutama di kota-kota besar. Kafe tidak
hanya menawarkan produk makanan dan minuman, tetapi juga konsep dan suasana yang menarik bagi pengunjung. Di tengah pesatnya perkembangan bisnis kafe, Goodfella Cafe di
Tanjung Morawa, Sumatera Utara, menghadapi
tantangan dari persaingan yang ketat dan fluktuasi omset penjualan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengaruh suasana kafe, kualitas pelayanan, dan kualitas makanan terhadap loyalitas pelanggan, dengan memediasi variabel kepuasan pelanggan. Metode penelitian ini menggunakan data primer dari 199 responden yang merupakan konsumen Goodfella
Cafe Tanjung Morawa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa suasana kafe, kualitas pelayanan, dan kualitas makanan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Selain itu, kepuasan pelanggan juga memediasi hubungan antara variabel-variabel tersebut dengan loyalitas pelanggan. Hal ini menunjukkan pentingnya menciptakan suasana kafe yang menarik, memberikan pelayanan berkualitas, dan menyajikan makanan berkualitas tinggi untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan. Temuan ini memberikan wawasan yang penting bagi manajemen Goodfella Cafe
dan pemilik usaha kafe lainnya untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dan memperkuat posisi mereka di pasar. Dengan memperbaiki dan meningkatkan faktor-faktor tersebut, diharapkan Goodfella Cafe dapat
menarik lebih banyak pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan lama, sehingga meningkatkan omset penjualan mereka. Kata kunci: Suasana Kafe, Kualitas Pelayanan, Kualitas Makanan, Loyalitas Pelanggan, Kepuasan Pelanggan |
ABSTRACT
The caf�
business has become one of the rapidly growing industries in Indonesia,
especially in big cities. Caf�s not only offer food and beverages but also
concepts and atmospheres that appeal to visitors. Amidst the rapid development
of the caf� business, Goodfella Cafe in Tanjung Morawa,
North Sumatra, faces challenges from intense competition and fluctuating sales
turnover. This study aims to explore the influence of caf� atmosphere, service
quality, and food quality on customer loyalty, with customer satisfaction
mediating the variables. The research method employs primary data from 199
respondents who are consumers of Goodfella Cafe Tanjung Morawa.
The research findings indicate that caf� atmosphere, service quality, and food
quality have a positive and significant influence on customer loyalty.
Furthermore, customer satisfaction also mediates the relationship between these
variables and customer loyalty. This underscores the importance of creating an
attractive caf� atmosphere, providing quality service, and offering
high-quality food to enhance customer satisfaction and loyalty.These findings provide valuable insights for
the management of Goodfella Cafe and other caf� owners to improve customer
experience and strengthen their position in the market. By improving and
enhancing these factors, it is hoped that Goodfella Cafe can attract more new
customers and retain existing ones, thereby increasing their sales turnover.
Keywords:
Caf�
Atmosphere, Service Quality, Food Quality, Customer Loyalty, Customer Satifaction
PENDAHULUAN
Bisnis kafe merupakan salah satu bisnis yang berkembang pesat di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Kafe tidak hanya
menawarkan produk berupa minuman dan makanan, tetapi juga menawarkan konsep dan suasana yang menarik bagi para pengunjung. Kafe menjadi tempat
yang cocok untuk bersantai, bekerja, belajar, atau berkumpul
bersama teman-teman. Kafe juga menjadi bagian dari gaya
hidup masyarakat urban yang
modern dan dinamis.
Perkembangan usaha kafe di Indonesia cukup pesat dalam beberapa
tahun terakhir. Hal ini terlihat dari
banyaknya kafe dan coffee
shop yang bermunculan di berbagai
kota di Indonesia.���
Menurut riset yang dilakukan oleh Toffin Indonesia bersama Majalah Mix pada Agustus
2019 (Danang, 2019), jumlah kedai kopi di Indonesia mencapai lebih dari 2.950 gerai, meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun 2016 yang hanya sekitar 1.000 gerai menunjukkan bahwa bisnis kafe
dan coffee shop memiliki potensi
yang besar di Indonesi. Kafe memiliki berbagai
fungsi, seperti tempat nongkrong, tempat berkumpul, tempat bekerja, dan tempat bersantai. Kafe juga menjadi tempat yang sangat diterima oleh masyarakat Indonesia karena memiliki suasana yang nyaman dan menyenangkan. Selain itu, Kafe juga menjadi tempat yang cocok untuk menghabiskan
waktu bersama teman atau keluarga
sambil menikmati kopi atau makanan ringan.� Perkembangan usaha kafe di Indonesia juga didukung oleh perkembangan teknologi. Saat ini, banyak Kafe dan coffee shop
yang sudah menggunakan teknologi untuk mempermudah transaksi dan meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Selain itu, Kafe juga memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan bisnis mereka dan menjangkau lebih banyak pelanggan. Dengan begitu, peluang bisnis kafe di Indonesia semakin terbuka lebar dan menjanjikan. Data menunjukkan bahwa pertumbuhan usaha kuliner di Indonesia sangat
pesat dalam beberapa tahun terakhir. Berikut adalah �data yang menunjukkan
pertumbuhan usaha kuliner di Indonesia:
Gambar 1. 1� Pertumbuhan Usaha Kuliner Di Indonesia
Sumber : Data Industri Riset
Salah
satu kafe yang cukup populer di Indonesia adalah Goodfella Cafe. Goodfella Cafe merupakan
sebuah kafe yang mengusung konsep industrial dengan nuansa hitam
dan kayu. Kafe ini menyediakan berbagai macam menu minuman dan makanan yang lezat dan berkualitas, seperti kopi, teh, jus, smoothies,
mocktail, pasta, pizza, burger, steak, salad, dan lain-lain. Kafe ini juga menyediakan
fasilitas seperti wifi gratis, colokan listrik, musik live, dan area parkir yang luas. Goodfella Cafe berlokasi di Jalan Tirta Deli Limau
Manis Kecamatan Tanjung Morawa,
Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Meskipun Goodfella Cafe memiliki
produk dan pelayanan yang baik, namun kafe
ini juga menghadapi persaingan yang ketat dari kafe-kafe lain yang ada di sekitarnya. Beberapa kafe pesaing
yang berlokasi tidak jauh dari Goodfella Cafe antara lain adalah Kopi Kenangan, Starbucks, Excelso,
dan Coffee Toffee. Kafe-kafe ini juga menawarkan produk dan pelayanan yang tidak kalah menarik
dan berkualitas dengan
Goodfella Cafe. Oleh karena itu,
Goodfella Cafe harus mampu mempertahankan dan meningkatkan loyalitas pelanggannya agar dapat bertahan dan berkembang di tengah persaingan yang ketat.
Pendapatan Goodfela
Cafe masih berada di bawah rata-rata pendapatan usaha penyedia makan minum berskala
menengah besar di
Indonesia. Menurut laporan dari katadata.co.id (Rizaty, 2022) pada tahun 2020,
rata-rata pendapatan usaha penyedia makan minum berskala menengah besar di Indonesia mencapai 3,6 miliar per tahun. Namun, Goodfela
Cafe belum mencapai angka tersebut. Sementara itu dalam
beberapa bulan terakhir terjadi penurunan omset penjualan yang diperoleh oleh GoodFella Cafe Tanjung morawa.� Hal ini ditunjukan dalam tabel penjualan makan/minum di GoodFella Caf� sebagai� berikut
:
Gambar 1. 2 Target Dan Realisasi Penjualan GoodFella Cafe
Sumber : GoodFella Caf� Tanjung Morawa
Data
ini menunjukkan fluktuasi dalam omset penjualan Goodfella Cafe selama periode tersebut. Meskipun ada bulan di mana omset penjualan mendekati� target bulanan,
ada juga bulan di mana omset penjualan berada di bawah target.
Trend
penurunan omset penjualan di GoodFella Cafe terjadi karena persaingan industri kafe yang sangat ketat dan perubahan pola konsumsi masyarakat disamping adanya pandemi covid 19. Persaingan industri kafe yang sangat ketat perlu diimbangi
dengan inovasi agar mampu menarik pengunjung.
Industri kafe merupakan industri yang terus menerus berkembang
di Indonesia dalam beberapa
tahun terakhir. Persaingan bisnis yang semakin ketat saat
ini dipicu oleh perubahan pola masyarakat kota yang gemar makan dan minum di luar dan jumlah penduduk Indonesia yang meningkat.�
Untuk mengatasi penurunan omset penjualan di Goodfella Cafe, Manajemen
perlu memperhatikan� faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggan untuk mengunjungi bisnis yang dimiliki. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah suasana kafe yang nyaman (Cafe
Atmosphere), kualitas pelayanan
(service quality) yang ramah dan profesional, variasi menu yang menarik dan lezat (food
quality), dan kepuasan serta
loyalitas pelanggan. Kesuksesan suatu perusahaan bergantung pada kepuasan pelanggan, yang merupakan faktor kunci dalam kelangsungan
bisnis. Pemilik dan manajer bisnis bertujuan utama untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, mengingat preferensi mereka terus berubah
seiring dengan perubahan zaman. Oleh karena itu, diharapkan bahwa para pengusaha dapat mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang yang muncul sesuai dengan
kondisi tersebut. Menurut penelitian oleh Pragita dan rekan (Pragita, A. A., Fauzi, A., & Kumadji, 2013) , tren konsumen di masa depan menunjukkan bahwa pelanggan akan memiliki harapan yang tinggi, termasuk mengantisipasi kualitas yang lebih baik, beragam
pilihan, lingkungan yang nyaman, serta layanan
yang luar biasa.
Dengan demikian, untuk mencapai kepuasan pelanggan yang mengunjungi sebuah kafe, ada sejumlah
strategi yang bisa diterapkan,
termasuk menyediakan layanan berkualitas tinggi dan menciptakan suasana kafe yang menarik dan nyaman. Saat ini, aktivitas berbelanja telah berkembang menjadi lebih dari sekadar
transaksi, melainkan telah menjadi bentuk
rekreasi atau hiburan. Karena itu, pelanggan tidak hanya menilai kualitas
layanan, tetapi juga kemampuan sebuah kafe untuk menciptakan
suasana yang menarik secara kreatif.
Levy
& Weitz (Levy, M., & Weitz, 2012) menggambarkan suasana Kafe� sebagai kombinasi dari berbagai elemen seperti tata letak, warna, pencahayaan, suara, aroma, display, dan struktur
yang dapat mencerminkan pemikiran konsumen. Berman &
Evan� (Berman, B., & Evans, 2018) membagi unsur-unsur suasana toko menjadi beberapa bagian, termasuk interior umum, eksterior toko, tata letak toko, dan display interior. Oleh karena
itu, bagi pelaku bisnis ritel
dan pemasar, penting untuk memperhatikan suasana toko karena dapat menciptakan perasaan nyaman bagi pikiran pelanggan
dan mendorong mereka untuk kembali lagi.
Menurut penelitian
Sambara et al. (Sambara, J., Tawas, H. N., Samadi, R. L., Ratulangi,
2021), selain menciptakan kepuasan konsumen, suasana dalam sebuah
toko memiliki peran yang penting bagi kesuksesan
bisnis karena membentuk lingkungan yang nyaman sesuai dengan
preferensi konsumen, mendorong mereka untuk tinggal lebih
lama di dalam toko. Temuan ini sejalan dengan
hasil studi Hidayat (Hidayat, 2020), yang menunjukkan bahwa suasana kafe� berkontribusi positif terhadap kepuasan konsumen, menandakan bahwa semakin baik suasana
kafe , semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan oleh konsumen. Namun, penelitian oleh Wardhana & Sitohang (Wardhana, F. A., & Sitohang, 2021) menyimpulkan bahwa suasana toko tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen.
Meskipun suasana kafe� penting, kepuasan konsumen tidak hanya bergantung
pada faktor tersebut. Kualitas pelayanan juga memiliki peran krusial. Pelayanan yang baik adalah bagian
dari penilaian konsumen terhadap pengalaman yang mereka dapatkan, di mana layanan yang berkualitas tinggi diharapkan oleh konsumen untuk merasa puas.
Menurut Susiladewi (Susiladewi, 2020), kualitas pelayanan mencakup upaya untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen serta cara penyampaian yang sesuai dengan preferensi
mereka. Ini melibatkan interaksi antara pegawai dan pelanggan. Pelayanan yang baik memiliki potensi untuk menarik pelanggan
dan mendorong pembelian berulang, sehingga meningkatkan tingkat kepuasan konsumen.
Selain
memberikan kepuasan kepada konsumen, suasana kafe dapat
menjadi faktor penentu dalam membangun
loyalitas konsumen. Sebagaimana yang disorot dalam studi sebelumnya
oleh Takwim et al. (Takwim, L., Asmala, T., & Johan, 2022), suasana kafe memiliki dampak
positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen. Namun, penelitian yang berbeda oleh
Kurniawan et al.(Kurniawan, A., Lukitaningsih, A., & Hutami,
2023a)� menunjukkan bahwa suasana kafe
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen. Selain itu, kualitas pelayanan juga merupakan variabel penting dalam menentukan
loyalitas konsumen, seperti yang didemonstrasikan
oleh penelitian Santoso (Santoso, 2019) . Namun, penelitian oleh Trianah et al. (Trianah, L., Pranitasari, D., & Marichs, 2017) menunjukkan bahwa meskipun kualitas pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas konsumen, dampaknya tidak signifikan.
Menurut Ishak & Luthfi� (Ishak, A., & Luthfi, 2011), loyalitas konsumen adalah fenomena yang mendorong pembelian berulang. Pendapat dari Arlan (Arlan, 2006) mendukung ide ini dengan menekankan
bahwa loyalitas konsumen memberikan keuntungan bagi perusahaan, karena pelanggan yang loyal cenderung bertindak sebagai promotor yang efektif. Oleh karena itu, membangun dan memelihara pelanggan yang loyal menjadi tujuan utama bagi bisnis
untuk menjaga kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang
(Foster, 2008) . Loyalitas ini timbul dari
pemenuhan kebutuhan konsumen yang lebih baik dibandingkan dengan alternatif produk atau layanan
(Yuliana, 2017). Dengan demikian, menjalin interaksi positif dengan konsumen menjadi kunci penting
dalam membangun dan mempertahankan loyalitas mereka.
Para
pelaku bisnis menyadari bahwa konsumen selalu menginginkan suasana kafe dan layanan berkualitas yang dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi mereka. Ini dilakukan untuk membedakan bisnis mereka dari
yang lain. Selain menjadi pembeda,
suasana kafe� dan kualitas layanan juga mampu menciptakan kepuasan tersendiri bagi konsumen yang datang, seperti yang disoroti dalam penelitian oleh Dermawan
& Suryawardani (Dermawan, N. W., & Suryawardani, 2019) yang menunjukkan bahwa keduanya memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen.
Kepuasan pelanggan merupakan faktor penting dalam mencapai
loyalitas konsumen(Ramdhani, H., Daryanto, A., & Rifin, 2015b) . Perusahaan yang secara
konsisten memenuhi kepuasan pelanggan memiliki keunggulan kompetitif yang kuat di pasar. Pelanggan yang puas cenderung loyal, melakukan pembelian berulang, dan bersedia membayar lebih untuk produk
atau layanan (Siagian, H. E., Wahono, R., & Erlita, 2020) .Tingkat kepuasan pelanggan bergantung pada sejauh mana produk memenuhi harapan mereka. Jika produk memenuhi atau bahkan
melampaui harapan, maka kepuasan akan
tercapai. Namun, jika tidak sesuai,
kepuasan sulit dicapai. Meskipun dalam penelitian oleh Gautama et
al.(Gautama, V., Meitha, S., & Hidayat, 2012)� yang dikutip oleh Molle et al.(Molle, M., Mandey, S., & Kojo, 2019)� menunjukkan bahwa kepuasan konsumen tidak secara signifikan
memengaruhi loyalitas, namun secara umum,
kepuasan konsumen tetap menjadi faktor
yang penting dalam membentuk loyalitas.
Kepuasan pelanggan memiliki peran yang krusial tidak hanya
sebagai faktor penentu loyalitas pelanggan, tetapi juga sebagai penghubung antara suasana kafe dan kualitas layanan dalam memengaruhi
loyalitas pelanggan (Ramdhani, H., Daryanto, A., & Rifin, 2015a). Temuan ini didukung oleh studi Fatimah (Fatimah, 2021)� yang menemukan bahwa kepuasan pelanggan bertindak sebagai mediator antara kualitas layanan dan loyalitas pelanggan. Namun, penelitian oleh Novianti et al. (Novianti, 2018) menunjukkan bahwa kualitas layanan secara tidak langsung memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen melalui kepuasan pelanggan. Di sisi lain, dalam penelitian oleh Kurniawan et al.(Kurniawan, A., Lukitaningsih, A., & Hutami,
2023b) , kepuasan konsumen dianggap sebagai mediator dalam hubungan antara suasana toko dan loyalitas pelanggan.
Kualitas makanan memainkan peran yang signifikan dalam membentuk loyalitas konsumen, yang sering dimediasi oleh tingkat kepuasan pelanggan. Penelitian telah menunjukkan bahwa konsumen cenderung menjadi lebih setia
terhadap restoran atau merek makanan
yang menyajikan makanan dengan kualitas yang konsisten dan memuaskan. Ketika konsumen merasakan bahwa makanan yang mereka nikmati memenuhi atau bahkan
melebihi harapan mereka, ini meningkatkan
tingkat kepuasan mereka. Sebagai hasilnya, mereka cenderung kembali untuk membeli makanan
di tempat yang sama secara berulang-ulang, dan bahkan dapat menjadi
duta merek yang setia, merekomendasikan tempat tersebut kepada orang lain. Sebagai contoh, penelitian oleh Kurniawan
et al.(Kurniawan et al., 2022)� menemukan bahwa kepuasan pelanggan memediasi hubungan antara kualitas makanan dan loyalitas konsumen di industri restoran. Hasil studi ini menyoroti pentingnya
memprioritaskan kualitas makanan sebagai strategi untuk membangun loyalitas konsumen yang kuat dalam industri
makanan dan minuman.
Dengan memperbaiki
dan meningkatkan faktor-faktor
tersebut, Goodfella Cafe dapat
menarik lebih banyak pelanggan baru dan mengembalikan pelanggan lama yang mungkin telah beralih ke
tempat lain. Dengan demikian, omset penjualan di Goodfella Cafe
dapat meningkat kembali.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih komprehensif dalam memahami bagaimana pelanggan merespons berbagai elemen yang ada dalam pengalaman mereka di kafe. Melalui penelitian ini, diharapkan perusahaan dapat memahami cara terbaik
untuk memenuhi harapan dan preferensi pelanggan, sehingga mempertahankan loyalitas dan meningkatkan tingkat kepuasan secara signifikan memperluas pangsa pasar, dan mencapai keberhasilan jangka panjang..
METODE
Metode penelitian adalah cara� utama
yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah
yang telah dirumuskan. Agar
peneliti dapat berjalan dengan baik dan lancar, penulis akan membuat
penelitian yang bersifat kuantitatif.
Menurut Rusiadi,
(Rusiadi, 2013) penelitian
kuantitatif adalah penelitan yang bertujuan untuk mengetahui derajat hubungan dan pola/bentuk pengaruh
antar dua variabel atau lebih, dimana
dengan penelitian ini maka akan
dibangun suatu teori yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Penelitian
ini membahas pengaruh variabel bebas (Suasana Kafe, Kualitas Pelayanan, Kualitas Makanan, dan Harga) terhadap variabel terikat (Loyalitas Pelanggan ) melalui variabel
mediasi (kepuasan pelanggan dan kebahagiaan pelanggan) serta variabel moderasi (gender).
Penelitian ini
dilakukan di lokasi GoodFella Cafe Jalan Raya Medan Tanjung Morawa
Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
Waktu Penelitian
Tabel 3. 1 Waktu Penelitian
No |
Kegiatan |
Sept 2023 |
Okt 2023 |
Nop 2023 |
|||||||||
1 |
Seminar Proposal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
Perbaikan Proposal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
Pengumpulan Data |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4 |
Pengolahan Data |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
Penulisan Tesis |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6 |
Perbaikan Tesis |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7 |
Sidang Meja Hijau |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah pengujian hipotesis.� Penelitian pengujian hipotesis (Sugiyono, 2016)� adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk menguji hubungan antara variabel-variabel tertentu dalam suatu populasi. Penelitian ini didasarkan pada teori-teori yang ada dan mengajukan hipotesis yang kemudian diuji melalui pengumpulan
data empiris. Metode statistik
digunakan untuk menganalisis data dan menguji kebenaran atau kevalidan hipotesis yang diajukan.
����������� Penelitian ini
bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen (suasana kafe , kualitas layanan,
kualitas makanan, dan harga) terhadap variabel dependen (loyalitas pelanggan), serta menguji peran
variabel mediasi (loyalitas pelanggan dan kebahagiaan pelanggan ) serta variabel moderasi (gender) dalam hubungan tersebut. Dalam penelitian ini, digunakan metode survei dan analisis statistik untuk mengumpulkan dan menganalisis
data guna menguji hipotesis yang diajukan.
Menurut Sekaran (Sekaran, 2016), populasi
dalam konteks penelitian adalah kumpulan semua individu, objek, atau peristiwa yang memiliki karakteristik atau atribut yang sama dan relevan dengan masalah penelitian yang ditentukan. Sedangkan Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2016), populasi
merupakan keseluruhan subjek atau objek
penelitian yang memiliki karakteristik tertentu yang ingin dikaji atau
dijadikan sampel dalam penelitian. Populasi bisa berupa
individu, kelompok, organisasi, wilayah, atau elemen lain yang menjadi fokus penelitian. Namun Menurut Creswell (Cresswel, 2008), populasi
adalah kelompok yang didefinisikan oleh karakteristik tertentu dan memiliki potensi untuk memberikan
data yang relevan terkait dengan masalah penelitian. Populasi sering kali lebih besar daripada sampel yang diambil untuk penelitian.
Menurut Kerlinger dan Lee (Kerlinger, F. N., Lee, H. B., & Bhanthumnavin, 2000), populasi
merupakan kumpulan semua individu, kasus, atau objek
yang memiliki karakteristik
atau atribut yang ditetapkan dan relevan dengan tujuan penelitian.
Berdasarkan pengertian
populasi dari berbagai sumber referensi, dapat disimpulkan bahwa populasi dalam konteks penelitian adalah keseluruhan individu, kelompok, atau objek yang memiliki karakteristik atau atribut yang relevan dengan masalah penelitian yang ditetapkan. Populasi dapat berupa kumpulan
semua subjek yang ingin dikaji atau
dijadikan sampel dalam penelitian, dan populasi sering kali lebih besar daripada
sampel yang diambil. Penting bagi peneliti
untuk memahami dan mendefinisikan populasi dengan jelas agar penelitian dapat dilakukan secara representatif dan dapat ditarik kesimpulan yang valid.
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah pengunjung� yang datang berkunjung�� melakukan pembelian baik secara take out maupun dine in di GoodFella Caf� serta telah berkunjung
ke Goodfella caf� minimal 1 kali dalam
1 tahun terakhir.
Sampel Penelitian
Sugiyono (Sugiyono, 2016)� mendefinisikan sampel sebagai sebagian dari populasi
yang digunakan sebagai objek penelitian untuk mewakili keseluruhan populasi. Sementara itu Sekaran (Sekaran, 2016) mengartikan
sampel sebagai sejumlah unit yang dipilih dari populasi yang lebih besar, yang dijadikan sebagai subjek penelitian untuk memperoleh informasi yang mewakili karakteristik populasi secara keseluruhan. Dan Arikunto (Arikunto, 2010) menjelaskan
bahwa sampel merupakan sebagian dari populasi yang dipilih dengan tujuan memperoleh informasi yang mewakili karakteristik populasi secara umum.
Berdasarkan definisi-definisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian
dari populasi yang dipilih sebagai objek penelitian. Sampel digunakan untuk mewakili karakteristik populasi secara keseluruhan. Pengambilan sampel dilakukan dengan tujuan memperoleh
informasi yang relevan dan representatif dari populasi yang lebih besar. Definisi-definisi tersebut menekankan pentingnya pengambilan sampel yang baik untuk memastikan kevalidan dan generalisabilitas hasil penelitian
Menurut Hair dkk. dalam Apriana
D (Apriana, D., & Suryanto, 2010), ada
suatu pedoman umum yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel minimal dalam penelitian. Pedoman ini menyatakan bahwa jumlah sampel
minimal sebaiknya 5 hingga
10 kali jumlah indikator
yang digunakan dalam penelitian. Misalnya, jika penelitian menggunakan 10 indikator, maka jumlah sampel
minimal yang disarankan adalah
antara 50 hingga 100 responden. Sehingga Jumlah sampel yang akan diambil dalam
penelitian ini adalah:
5 x Jumlah
Indikator
5 x (5 + 5 + 8 + 4 + 5
+ 5 + 2)
= 5 x 24
= 120 Orang
Jadi dengan rumus diatas
nilai n diperoleh hasilnya adalah 120 orang , sehingga dalam penelitian ini peneliti harus
mendapatkan data dari sampel minimal berjumlah 120� sampel atau lebih. Karena itu, beberapa kriteria
sampel akan dipilih untuk penelitian
ini:
1. Pria dan wanita yang menjadi konsumen di Goodfella Caf� Tanjung Morawa.
2. Konsumen
yang setidaknya telah melakukan pembelian sebanyak 1 kali dalam 1 tahun terakhir di Goodfella Kafe.
Variabel penelitian
adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut
(Sugiyono, 2016).� Berdasarkan judul tesis penelitian
ini terdiri dari tiga variabel
bebas (independent variabel ) yakni: suasana kafe /caf� atmosphere (X1) , kualitas
pelayanan/service quality (X2), kualitas makanan/food quality (X3).� Serta variabel terikat (dependen variabel) adalah loyalitas pelanggan/customer
loyalty (Y) . Untuk� variabel
mediasi adalah kepuasan konsumen /customer satifaction (Z)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis permodelan ketimpangan
pembangunan yang terjadi antar wilayah di Jawa dan Bali menggunakan
Indeks Theil dengan pendekatan dekomposisi one-stage
dan two-stage. Selanjutnya dari permodelan tersebut dilakukan perhitungan untuk mengetahui ketimpangan pembangunan. Baik antar wilayah (between)
maupun dalam wilayah (whitin). Struktur wilayah
pada one-stage dibagi menjadi
tiga bagian. Yang menjadi struktur unit analisis yakni region-provinsi. Sementara, untuk pendekatan two-stage hirarki wilayah menjadi tiga bagian yakni
region-provinsi-kabupaten/kotamadya.
Adapun hasil analisis
Indeks Theil menggunakan
data PDRB periode 2011-2022 disajikan
pada gambar dibawah ini.
Gambar 1 : Nilai Indeks
Theil, 2011-2022
Sumber� : Data Olahan Penulis
Berdasarkan Gambar 2 bahwa terdapat
ketimpangan pembangunan antar wilayah, yang mana untuk perhitungan one-stage berada
pada angka 0.405 hingga
0.194 dan pada two-stage berada pada 0.607 hingga 0.391 untuk waktu 2011-2022. Selanjutnya,
trend nilai ketimpangan pembangunan yang terjadi antar wilayah mengalami kenaikan untuk kedua pendekatan perhitungan. Kenaikan trend tersebut terjadi sejak tahun 2019. Dari hasil analisis ini menyatakan bahwa adanya proses divergensi yang terjadi di pulau Jawa dan Bali selama periode analisis. Permodelan yang diteliti ini mengindikasikan terjadinya proses divergensi sesuai dengan teori
asumsi Neo-Klasik yang mulanya pembangunan sebuah negara sedang berkembang cenderung mengalami peningkatan. Lalu
proses tersebut sampai pada
tingkat ketimpangan puncak, jika pembangunan
terus berlanjut maka ketimpangan pembangunan secara berangsur menurun. Kesimpulannya bahwa pada umumnya di negara berkembang mengalami ketimpangan pembangunan yang cukup tinggi.
Selanjutnya, berdasarkan periode
penelitian, perhitungan dekomposisi one-stage menyatakan bahwa sumber ketimpangan
pembangunan antar wilayah berpusat pada kelompok wilayah bagian ketiga yakni
Wilayah Jawa Timur dan Wilayah Bali. Selanjutnya, mengacu pada nilai Produk Domestik Regional Bruto,
Wilayah Jawa Timur memiliki nilai
PDRB yang tinggi. Dan berdasarkan
pada penelitian
Gambar 2 : Dekomposisi Theil One-Stage
Sumber� : Data Olahan Penulis
�� Pada analisis
lebih dalam dari dekomposisi Theil one-stage
pada gambar 3 ini yakni berkontribusi dari pembentuk ketimpangan antar region (between)
dan dalam region (within). Berdasarkan
gambar 3 adapun yang memberikan kontribusi pada
wilayah within yang bergerak menurun
210,8% menjadi 146,9%. Sedangkan
untuk antar region between bergerak naik dari 110,8% menjadi 46,9%. Hal ini disebabkan oleh ketimpangan pembangunan masih tertinggi untuk bagian region within (dalam
wilayah). Menurut
Gambar 3 : Dekomposisi Theil Two-Stage
Sumber� : Data Olahan Penulis
Selanjutnya, pada gambar 4 yakni Dekomposisi Theil Two Stage
merupakan analisis untuk menilai kontribusi
dari dekomposisi Theil
two-stage. Pada analisis ini
terdapat komponen nilai baru yakni
within provinsi yang merupakan
kontribusi ketimpangan yang
bermula dari dalam provinsi atau antar kabupaten/kotamadya. Umumnya, hasil dari analisis
two-stage terbagi menjadi tiga komponen. Hasil between
region mengalami kenaikan dari 56,6% menjadi 31,3%. Hasil antar kedua between provinsi mengalami penurunan dari 106,2% menjadi 98%. Sementara itu, hasil komponen
ketiga mengindikasikan bahwa nilai kontribusi
within provinsi memiliki kecenderungan menurun dari 50,5% menjadi 33,3%.
Berdasarkan hasil pengolahan dengan permodelan dekomposisi theil Indeks, bahwa Pulau Jawa dan Bali
merupakan wilayah region yang mengalami
ketimpangan pembangunan
yang sangat tinggi. secara spasial, daerah tetangga mempengaruhi ketimpangan pembangunan dengan daerah lainnya.
Yang dibuktikan dengan penelitian dari tingkat Provinsi maupun tingkat Kabupaten
SIMPULAN
Berdasarkan metode Indeks Theil tahap satu dan dua, terfokus pada wilayah Jawa dan Bali masih
terjadi ketimpangan pembangunan baik ditingkat Provinsi maupun kabupaten/kota, terkhususnya di wilayah
region Jawa Timur dan Bali. Adapun trend pada ketimpangan
ini cenderung mengalami peningkatan (convergen). Sehingga teori Hypotesa Neo-klasik sejalan terhadap penelitian ini. Dan ketimpangan dalam wilayah (Whitin Region) memiliki
nilai ketimpangan yang tinggi yakni 210% - 146% dari tahun 2019 �2022. Sedangkan dari tahap kedua 47% - 46%.
Hasil ini dapat memanfaatkan
oleh pemangku kebijakan dalam pengambilan keputusan baik dari tingkat provinsi
maupun tingkat kabupaten/kota. Dengan penetapan regulasi tentang pembangunan daerah, maka ketimpangan pembangunan (terkhusunya wilayah
Jawa Timur dan Bali) dapat diminimalisir
terjadinya ketimpangan. Dan
instansi terkait dapat melakukan kerjasama dalam pengembangan kawasan yang dianggap jadi kawasan
strategis agar dapat menjaga stabilitas dan mobilitas barang, dengan cara peningkatan
kualitas infrastuktur baik dari tingkat
kota maupun kabupaten. Adapun saran dari penilitan ini adalah
dapat menggabungkan regresi spasial dan metode three stages.
DAFTAR PUSTAKA
Apriana,
D., & Suryanto, R. (2010). Analisis hubungan antara belanja modal,
pendapatan asli daerah, kemandirian daerah dan pertumbuhan ekonomi daerah. Journal
of Accounting and Investment.
Arikunto.
(2010). Metode Penelitian. Bumi Aksara.
Arlan,
T. R. (2006). Brand Trust Dalam Konteks Karakteristik Merek, Karakteristik
Perusahaan Dan Pelanggan Merek. Jurnal Manajemen, 6.
Berman,
B., & Evans, J. (2018). Retail Management. Pearson Education Inc.
Cresswel,
J. W. (2008). Educational Research planing, Planing, Conducting and
Evaluating Quantitatif and Qualilatif Research. Pearson Education Inc.
Danang,
S. (2019). Hasil Riset: Kedai Kopi di RI Bertambah 2.000 Dalam 3 Tahun.
Detik Finance.
Dermawan,
N. W., & Suryawardani, O. S. (2019). Pengaruh Store Atmosphere, Kualitas
Produk, Dan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen Di Seniman Coffee
Studio. E-Journal Agribisnis Dan Agrowisata, 8(1), 1�10.
Fatimah,
N. (2021). Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Dengan
Kepuasan Pelanggan Sebagai Variabel Intervening Pada Hana Ramen Karawang. . .
Jurnal Manajemen & Bisnis Kreatif, 6.
Foster,
B. (2008). Management Retail. (Alfabeta, Ed.
Gautama,
V., Meitha, S., & Hidayat, A. (2012). ). Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap
Kepuasan Pelanggan Dalam Membentuk Loyalitas Pelanggan Di Papaya Fresh Gallery
Margorejo Surabaya. . . Jurnal Ilmiah Mahasiswa, 1.
Hidayat,
S. (2020). No Titl). Pengaruh Harga Dan Store Atmosphare Terhadap Kepuasan
Konsumen Pada Cafe Dreamblack Coffe Mojokerto. e. Journal Of Busines And
Management, 3, 173�186.
Ishak,
A., & Luthfi, Z. (2011). Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas:
Studi Tentang Peran Mediasi Swething Cost. Jurnal Siasat, 1.
Kerlinger,
F. N., Lee, H. B., & Bhanthumnavin, D. (2000). Foundations of behavioral
research: The most sustainable popular textbook by Kerlinger & Lee (2000).
131�144.
Kurniawan,
A., Lukitaningsih, A., & Hutami, L. T. (2023a). Kualitas Makanan, Store
Atmospahre Terhadap Loyalitas Konsumen Dengan Kepuasan Konsumen Sebagai
Variabel Intervrening. Jurnal Ekonomi Keuangan Dan Bisnis Syraiah, 5.
Kurniawan,
A., Lukitaningsih, A., & Hutami, L. T. (2023b). Pengaruh Kualitas Makanan,
Store Atmospahre Terhadap Loyalitas Konsumen Dengan Kepuasan Konsumen Sebagai
Variabel Intervrening. Jurnal Ekonomi Keuangan Dan Bisnis Syraiah, 5.
Kurniawan,
A., Lukitaningsih, A., & Hutami, L. T. H. (2022). Pengaruh Kualitas
Makanan, Store Atmosphere Terhadap Loyalitas Konsumen Dengan Kepuasan Konsumen
Sebagai Variabel Intervening. Al-Kharaj : Jurnal Ekonomi, Keuangan
& Bisnis Syariah, 5(1), 355�370.
https://doi.org/10.47467/alkharaj.v5i1.1215
Levy,
M., & Weitz, B. (2012). Retail Management. Mcgraw-Hill.
Molle,
M., Mandey, S., & Kojo, C. (2019). Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap
Loyalitas Konsumen Pada Royal Resto And Function Hall Di Kota Ternate. . .
Jurnal Emba, 7, 871�880.
Novianti,
E. & D. (2018). Kepuasan Pelanggan Memediasi Pengaruh Kualitas Pelayanan
Dan Promosi Terhadap Loyalitas Pelanggan. . . Junal Ilmiah Manajemen, 8(1),
90-108.
Pragita,
A. A., Fauzi, A., & Kumadji, S. (2013). No Title. Jurnal Profit, 7.
Ramdhani,
H., Daryanto, A., & Rifin, A. (2015a). Kepuasan Sebagai Variabel Antara
Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan Dan Persepsi Nilai Terhadap Loyalitas
Konsumen Pada Restoran Baru. Jurnal Ilmu Konsumen, 8(2), 115� 124.
Ramdhani,
H., Daryanto, A., & Rifin, A. (2015b). Kepuasan Sebagai Variabel Antara
Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan Dan Persepsi Nilai Terhadap Loyalitas
Konsumen Pada Restoran Baru. Jurnal Ilmu Konsumen, 8(2), 115� 124.
Rizaty,
M. A. (2022). Rata-Rata Pendapatan Usaha Makan Minum di 10 Provinsi Ini
Tertinggi Nasional. Https://Databoks.Katadata.Co.Id/.
Rusiadi.
(2013). Metode Penelitian Manajemen, Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan,
Konsep, Kasus dan Aplikasi SPSS, Eviews, Amos, dan Lisrel. USU Press.
Sambara,
J., Tawas, H. N., Samadi, R. L., Ratulangi, U. S. (2021). Analisis Pengaruh
Store Atmosphere Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Cafe. Jurnal Emba, 9(4),
126�135.
Santoso,
J. B. (2019). Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Dan Harga Terhadap
Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen (Studi Pada Konsumen Geprek Bnsu Rawamangun). Jurnal
Akuntansi Dan Manajemen, 16.
Sekaran,
U. & R. B. (2016). Research Methods For Business: A Skill Building
Approach. Salemba Empat.
Siagian,
H. E., Wahono, R., & Erlita, M. (2020). Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan
Store Atmosphare Terhadap Kepuasan Konsumen Di Bravo Resto. Jurnal Syntax Idea,
2(2). Jurnal Syntax Idea, 2(2).
Sugiyono.
(2016). Metode Penelitian. Alpabet.
Susiladewi.
(2020). Pengaruh Harga, Promosi Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Konsumen Di Caf� Kupi Datu Banjarbaru. Jurnal Komunikasi Bisnis Dan
Manajemen, 7(2), 45�6.
Takwim,
L., Asmala, T., & Johan, A. (2022). Pengaruh Kualitas Layanan Dan Store
Atmosphare Terhadap Customer Loyalty. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan,
4.
Trianah,
L., Pranitasari, D., & Marichs, S. Z. (2017). ). Pengaruh Kualitas Produk
Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Dan Loyalitas Pelanggan
(Studi Kasus Pada Pelanggan D�besto Mangun Jaya 2 Tambun Selatan). Jurnal
Stei Ekonomi, 26(1), 106�122.
Wardhana,
F. A., & Sitohang, F. M. (2021). Pengaruh Porduk, Harga, Tempat Dan Store
Atmosphare Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada Warkop Bnepadang Sidoarjo. . .
Jurnal Ilmudan Riset Manajemen, 10.
Yuliana,
Y. (2017). Upaya Membangun Loyalitas Konsumen Melalui Pendekatan Kualitatif
Pada Kualitas Produk Dan Kualitas Pelayanan Di Fakultas Ekonomi Al-Washliyah
Medan. . . Jurnal Penelitian Pendidikan Humaniora, 2.