Pengaruh Kombinasi Pengencer Modifikasi Air Kelapa Muda-Sitrat Terhadap Kualitas Spermatozoa Babi Landrace

 

� The Effect Of The Combination Of Modified Diluent, Young Coconut Water-Citrate On The Quality Of Landrace Pig Spermatozoa

 

1)* Marina Y. Jelita, 2Kirenius Uly, 3Agustinus 4R. Riwu, 5Petrus Kune

1,2,3,4,5 Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan Kelautan dan Perikanan-Universitas Nusa.

 

*Email: 1) [email protected]

*Correspondence: 1) Marina Y. Jelita

 

DOI: 10.59141/comserva.v4i1.1325

 

 

 

 

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi pengencer modifikasi air kelapa muda-sitrat terhadap kualitas spermatozoa babi landrace. Materi penelitian adalah semen segar yang diperoleh dari satu ekor babi landrace umur 2 tahun. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan yakni: (P0) AKM 100%, (P1) AKM 75% + Sitrat 25%, (P2) AKM 50%+ Sitrat 50%, (P3) AKM 25% + Sitrat 75%, (P4) Sitrat 100%, setiap perlakuan ditambahkan Ekstrak Daun Kelor/EDK sebesar 1 %. Semen yang telah diencerkan disimpan pada suhu 18-20. Evaluasi semen setelah pengenceran dilakukan setiap 8 jam terhadap motilitas, viabilitas, abnormalitas dan daya tahan hidup spermatozoa. Data penelitian dianalisis dengan Analysis of Variance (Anova) dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi modifikasi pengencer AKM 50% + Sitrat 50% (P2) mempunyai kualitas terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya, yaitu dengan presentase motilitas 46,401,52%, viabilitas 45,004,63%, abnormalitas 8,290,72%, dan daya tahan hidup 44,90 jam. Dapat disimpulkan bahwa kombinasi pengencer modifikasi air kelapa muda-sitrat mampu memberikan pengaruh terbaik terhadap kualitas spermatozoa babi landrace.

 

Kata kunci: Air Kelapa Muda, Sitrat, Ekstrak Daun Kelor, Semen babi landrace

 

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of the combination of modified young coconut water-citrate diluent on the quality of spermatozoa in landrace pigs. The research material was semen obtained from two 2 year old landrace pigs. This study used a completely randomized design (CRD) method consisting of 5 treatments and 5 replications, namely: (T0) Young coconut water (YCW) 100%, (T1) YCW 75% + Citrate 25%, (T2) YCW 50%+ Citrate 50%, (T3) YCW 25% + Citrate 75%, (T4) Citrate 100%, every treatment add Moringa Leaf Extract (MLE) 1 %. The diluted cement is stored at a temperature of 18-20℃. Evaluation of semen after dilution is carried out every 8 hours for motility, viability, abnormalities and survival of spermatozoa. Research data was analyzed using Analysis of Variance (Anova) and continued with the Duncan test. The research results showed that the combination of modified YCW 50% + Citrate 50% (P2) had the best quality compared to other treatments, namely with a motility percentage of 46.40 � 1.52%, viability of 45.00 � 4.63% , abnormality 8.29 � 0.72%, and survival 44.90 hours. It can be concluded that the combination of modified Young Coconut Water-citrate has a good effect on the quality of landrace pig spermatozoa

 

Keywords: Young Coconut Water, Citrate, Moringa Leaf Extract/MLE, Semen of landrace pigs

 

 


PENDAHULUAN

Inseminasi buatan, sering juga disebut dengan kawin suntik, merupakan teknik yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas ternak dan kualitas genetik. Kualitas semen yang digunakan mempengaruhi keberhasilan program IB. Untuk menjaga kualitas semen dan memungkinkan penggunaannya dalam jangka waktu yang lama, semen cair harus disimpan. Hal ini dapat dicapai dengan menambahkan bahan pengencer yang berfungsi sebagai buffer terhadap cold shock, sumber energi bagi sperma, dan sarana perlindungan terhadap kontaminasi bakteri (Rizal dan Thahir, 2016).

Dalam proses pengenceran semen, air kelapa muda dan natrium sitrat sering digunakan sebagai bahan pengencer. Sitrat berfungsi sebagai penyangga untuk menjaga kestabilan pH (Bohlooli et al., 2012) serta air kelapa sebagai sumber energi (Merel, 2016). Kuning telur dan antibiotik merupakan komponen tambahan yang menjadikan kedua bahan tersebut sebagai pengencer sederhana yang mampu memenuhi kebutuhan hidup sperma selama penyimpanan in vitro (Akhtar et al., 2007; Kullaksiz et al., 2010; Lemma, 2011). Karbohidrat seperti fruktosa, glukosa, dan sukrosa yang terkandung pada air kelapa mampu memenuhi kebutuhan hidup sperma. Oleh karena itu, penggunaan air kelapa mampu meningkatkan kualitas sperma (Sulabda dan Puja, 2010). Selama proses penyimpanan sperma, fruktosa diperlukan sebagai sumber energi, dan air kelapa adalah salah satu bahan pengencer alternatif yang mengandung fruktosa. Namun, penggunaan air kelapa dalam jumlah yang lama dapat menyebabkan pH turun (Berlina, 2004) sehingga dibutuhkan penambahan bahan pengencer yang mengandung buffer untuk mempertahankan pH normal, dan salah satu bahan pengencer yang berfungsi untuk mempertahankan pH adalah natrium sitrat. Natrium sitrat selain berfungsi sebagai buffer juga memiliki fungsi untuk mengurai butir-butir lemak kuning telur. Penggunaan larutan sitrat sebagai pengencer semen seringkali dikombinasikan dengan kuning telur, hal ini dikarenakan karakteristik sifat semen babi yang mudah mengalami cekaman dingin (cold shock). Kandungan lesitin dan lipoprotein pada kuning telur berfungsi melindungi integritas selubung lipoprotein sel sperma dan mencegah cekaman dingin (Garner dan Hafez, 2000).

Lama penyimpanan dapat mempengaruhi kualitas semen cair yang disebabkan oleh ketersediaan energi yang semakin berkurang, tekanan osmotik terganggu, umur sperma yang semakin bertambah, dan pH semen yang semakin berkurang sehingga menyebabkan proses metabolisme sperma terganggu hingga menyebabkan penurunan motilitas, viabilitas, dan menyebabkan presentase abnormalitas yang tinggi.

Hayati et al. (2006) menyatakan bahwa semen akan mengalami proses metabolisme selama penyimpanan. Selama proses metabolisme tersebut, salah satu zat yang dihasilkan adalah peroksida lipid. Karena kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi, sperma dari ternak babi rentan terhadap spesies oksigen reaktif (ROS), yang dapat menyebabkan kerusakan morfologis sperma dan mengurangi motilitas (Situmorang et al., 2000). Untuk mengatasi masalah ini, bahan pengencer yang mengandung zat antioksidan harus ditambahkan ke dalam pengencer. Antioksidan memiliki kemampuan untuk menangkal radikal bebas, yang dapat meningkatkan kualitas sperma dengan mencegah radikal bebas merusak membran plasma sel sperma selama preservasi sperma (Sittepu et al., 2018), sehingga dapat mempertahankan kualitas sperma. Menurut Kumala et al. (2016), senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun kelor mampu mengikat radikal bebas. Perbaikan kualitas semen yang diencerkan dengan penambahan ekstrak daun kelor dilaporkan pada pengenceran semen/sperma sapi (Sokunbi et al., 2015) juga pada sperma babi landrace (Fafo et al., 2016).

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pengencer air kelapa muda yang dikombinasikan dengan sitrat modifikasi terhadap kualitas sperma babi landrace.

 

 

METODE

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 minggu di Laboratorium Yayasan Williams dan Laura Delsa Oelnasi, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. Materi penelitian menggunakan semen segar dari satu ekor babi jantan Landrace berusia 2 tahun yang sehat dengan organ reproduksi normal. Pengencer yang digunakan terdiri dari kombinasi air kelapa muda dan sitrat modifikasi. Metode yang diterapkan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan lima ulangan: AKM 100% (P0), AKM 75% + Sitrat 25% (P1), AKM 50% + Sitrat 50% (P2), AKM 25% + Sitrat 75% (P3), dan Sitrat 100% (P4). Setiap perlakuan ditambahkan 1% ekstrak daun kelor dan 20 ml kuning telur. Pengenceran dan penyimpanan semen dilakukan di dalam tabung berlabel dan disimpan dalam kotak berisi es pada suhu 18�C. Setiap delapan jam, dilakukan pengamatan hingga motilitas sperma mencapai 40%.

Tahap evaluasi semen meliputi penilaian makroskopis, seperti volume, bau, pH, warna, dan konsistensi, serta penilaian mikroskopis yang mencakup konsentrasi sperma, motilitas, viabilitas, dan abnormalitas sperma. Semen yang dievaluasi dan berkualitas baik kemudian diencerkan dengan pengencer yang berbeda, disimpan, dan dievaluasi kembali. Analisis data dilakukan menggunakan ANOVA dan uji Duncan dengan perangkat lunak SPSS 22.0 for Windows. Data yang dikumpulkan meliputi motilitas, viabilitas, dan abnormalitas sperma, yang dihitung dalam persen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai pengencer terhadap kualitas semen babi selama penyimpanan.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Semen Segar

Sangat penting untuk mengevaluasi semen segar sebelum dijadikan semen cair karena kualitas semen berfungsi sebagai dasar untuk menentukan apakah semen tersebut cocok digunakan dalam pengenceran. Tabel 1 menampilkan karakteristik semen babi yang diperoleh dari lima kali penampungan.

 

Tabel 1. Karakteristik semen segar babi Landrace.

Karaktelristik Selmeln

Rataan

Elvalulasi makroskopis

 

Volulmel (mL)

165,00 �14,14

Warna

Pultih sulsul

Kosistelnsi

Elncelr

pH

6,52 �0,16

Elvalulasi mikroskopis

 

Koselntrasi (10⁶ sell/mL)

252,60 �18,30

Motilitas (%)

78,00 �2,74

Viabilitas (%)

92,18 �5,27

Abnormalitas (%)

3,89 �1,01

 

Dalam penelitian ini, jumlah rata-rata semen yang diperoleh selama penampungan per ejakulasi adalah 165,00 � 14,14 ml (berkisar antara 160-200 ml). Temuan ini konsisten dengan pendapat Garner dan Hafez (2000) yang menyatakan bahwa jumlah semen babi per penampungan bisa mencapai 150-400 ml, tetapi bertentangan dengan hasil penelitian Ax et al. (2000) yang menunjukkan bahwa volume semen dapat mencapai 200-250 ml. Berbagai faktor, seperti jenis ternak, metode penampungan, umur ternak, pakan, lingkungan, dan kesehatan reproduksi ternak jantan, dapat mempengaruhi volume dan konsentrasi semen. Warna semen yang digunakan dalam penelitian adalah putih susu encer. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Garner dan Hafez (2000) maupun Johnson et al. (2000), bahwa pada umumnya semen segar memiliki warna putih susu dengan konsistensi encer. Derajat keasaman atau pH semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6,52 � 0,16, yang termasuk dalam kategori normal (6,4-7,8) menurut Garner dan Hafez (2000).

Evaluasi semen secara mikroskopis pada penelitian ini memperoleh nilai motilitas 78,00 � 2,74%, dan semen yang digunakan masih tergolong berkualitas baik karena nilai motilitas yang baik berkisar antara 50-80% (Garner dan Hafez, 2000). Persentase viabilitas yang didapatkan dalam penelitian ini adalah 92,18 � 5,27%, yang lebih besar dari 87,28 � 1,71% yang ditemukan oleh Tamoels (2014). Persentase viabilitas spermatozoa sering kali dipengaruhi oleh konsentrasi, nilai pH, dan motilitas. Berdasarkan hasil penelitian terhadap nilai abnormalitas, dinyatakan bahwa semen yang digunakan berkualitas baik karena memiliki tingkat abnormalitas rendah dengan rataan 3,89 � 1,01%. Menurut Ax et al. (2000), nilai abnormalitas spermatozoa yang baik adalah kurang dari 10%. Konsentrasi spermatozoa dalam penelitian ini adalah 252,60 � 18,30 sel/mL. Konsentrasi spermatozoa yang diperoleh sesuai dengan Garner dan Hafez (2000) serta Sumardani et al. (2008) yang menyatakan bahwa konsentrasi spermatozoa yang baik berkisar antara 200-300 juta sel/ml. Perbedaan jumlah konsentrasi spermatozoa dapat dipengaruhi oleh perbedaan jenis ternak sebagai sumber semen, umur pejantan, genetik, lingkungan, dan pakan (Johnson et al., 2000).

 

Pengaruh Perlakuan Terhadap Motilitas Spermatozoa

Pengamatan motilitas spermatozoa merupakan syarat utama dalam menentukan kualitas semen. Kemampuan spermatozoa bergerak secara progresif (maju ke depan) menjadi patokan yang menentukan kemampuan spermatozoa dalam membuahi ovum atau sel telur. Feradis (2010) menyatakan bahwa spermatozoa yang baik adalah spermatozoa yang mampu bergerak secara progresif, sedangkan spermatozoa yang bergerak melingkar dan mundur menandakan adanya cold shock. Rata-rata nilai motilitas spermatozoa babi Landrace dari penelitian ini untuk masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.

 

Tabel 2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Motilitas Spermatozoa (%)

 

Jam

Ke.

 

 

 

Perlakuan

%

 

 

 

Nilai P

P0

P1

P2

P3

P4

0

78,002,74�

78,002,74�

78,002,74�

78,002,74�