Penggunaan Metode Point
System Berbasis Job Value dalam
Perancangan Sistem Kompensasi Ideal pada UKM XYZ
Use of the Job Value
Based Point System Method in Designing an Ideal Compensation System for XYZ
SMEs
1)* Akmal Nurisnanto Dewatmoko, 2Muhamad
Fadili, 3Muhammad Hasbi Assidik, 4Rayvin Virgiawan, 5Rozak
Uyub Faozan, 6Maharani Sekar Pramesthi, 7Lindawati
Kartika
1,2,3,4,5,6,7 Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB University.
*Email: 1[email protected], 2[email protected],�
4[email protected],
5[email protected],
6[email protected],� 7[email protected]
*Correspondence: 1) Akmal
Nurisnanto Dewatmoko
DOI: 10.59141/comserva.v4i1.1322 |
ABSTRAK Sistem
kompensasi yang optimal merupakan salah satu faktor yang berdampak pada
kepuasan dan kinerja karyawan. Di Kota Bogor, salah satu Usaha Kecil Menengah
(UKM) bernama XYZ belum mengadopsi sistem kompensasi khusus dalam membayar
gaji karyawannya. Oleh karena itu, diperlukan struktur kompensasi ideal yang
dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi kondisi sistem kompensasi, menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhinya, dan menyusun struktur kompensasi ideal untuk UKM XYZ.
Penelitian ini bersifat kuantitatif, dengan analisis data menggunakan
pendekatan deskriptif dan metode Point System berbasis Job Value. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa UKM XYZ belum mengimplementasikan sistem
kompensasi yang ideal bagi karyawan mereka. Faktor-faktor kompensasi yang
diperhitungkan melibatkan Pendidikan, Pengetahuan dan Pelatihan, Pengalaman
Kerja, Kemampuan Fisik, Komunikasi, Kerja Sama, Perencanaan-Koordinasi,
Orientasi Pelayanan Pelanggan, Analisis dan Pemecahan Masalah, serta Tanggung
Jawab Finansial dan Aset Fisik. Sebagai solusi, direkomendasikan agar UKM XYZ
menerapkan sistem kompensasi tumpang tindih (overlapping) untuk mencapai
tingkat upah yang kompetitif dengan UKM sejenis sesuai tingkat kenaikan
inflasi dan UMP Kata kunci: UKM, Struktur kompensasi, metode Point
System, metode overlapping, Job Value |
ABSTRACT
An optimal
compensation system is one of the factors that has an impact on employee
satisfaction and performance. In Bogor City, one of the Small and Medium
Enterprises (UKM) named XYZ has not adopted a special compensation system in
paying its employees' salaries. Therefore, an ideal compensation structure is
needed that can increase employee job satisfaction. The aim of this research is
to identify the condition of the compensation system, analyze the factors that
influence it, and develop an ideal compensation structure for SME XYZ. This
research is quantitative, with data analysis using a descriptive approach and a
Job Value-based Point System method. The research results show that SME XYZ has
not implemented an ideal compensation system for their employees. Compensation
factors taken into account involve Education, Knowledge and Training, Work
Experience, Physical Ability, Communication, Teamwork, Planning-Coordination,
Customer Service Orientation, Analysis and Problem Solving, as well as
Financial Responsibility and Physical Assets. As a solution, it is recommended
that XYZ SMEs implement an overlapping compensation system to achieve
competitive wage levels with similar SMEs according to the rate of increase in
inflation and UMP.
Keywords:
SMEs,
compensation structure, Point System method, overlapping method, Job Value
PENDAHULUAN
Pertumbuhan
ekonomi lokal telah menjadi fokus utama di banyak negara, dengan UKM menjadi
salah satu kendaraan penting dalam perekonomian. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
memainkan peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi negara. Sebagai
penggerak ekonomi yang kuat, UKM berperan besar dalam menciptakan lapangan
kerja, menggerakkan pertumbuhan, dan meningkatkan inklusivitas ekonomi serta
telah diakui secara luas (Judijanto
et al., 2023). UKM dapat memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi mengingat pengaruhnya
terhadap PDB yang mencapai 60,5 persen dan penyerapan tenaga kerja sebesar 96,9
persen dari total penyerapan tenaga kerja nasional (Kemenko Perekonomian,
2022). Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, UKM menyediakan sekitar 97
persen dari total lapangan kerja di Indonesia (Sasongko,
2020). Pertumbuhan UKM terus
meningkat, dimana pada tahun 2019, jumlah UKM meningkat sebesar 1,98 persen
sehingga mencapai angka 65,47 juta unit (Mahdi,
2022). Dari hal tersebut, dapat
dikatakan bahwa UKM mampu membantu mengurangi kesenjangan ekonomi di Indonesia
dengan menjangkau pasar lokal dan memberikan akses pada peluang kerja bagi
masyarakat di suatu wilayah. Kendati demikian, (Zulkarnaen
& Herlina, 2018) berpendapat bahwa untuk
dapat mempertahankan kualitas pekerja/karyawan dan meningkatkan motivasi kerja,
UKM perlu memperkuat sistem kompensasi yang ideal, adil, dan memadai bagi
seluruh� karyawannya.
Sumber daya
manusia merupakan faktor penunjang agar perusahaan tetap bertahan di dalam
persaingan. Kompensasi memegang peranan penting dalam sebuah
organisasi/perusahaan termasuk UKM, dengan sistem kompensasi yang ideal dapat
meningkatkan kinerja karyawan, mempertahankan talenta potensial, dan membantu
UKM mencapai tujuan bisnisnya. Pengertian dari kompensasi sendiri adalah
seluruh imbalan yang diterima para karyawan sebagai pengganti jasa yang telah
mereka berikan. Hal ini menjadi sangat penting dan berarti bagi karyawan,
karena besar kecilnya kompensasi yang diberikan merupakan gambaran dan tolak
ukur terhadap prestasi kerja atau hasil kerja karyawan tersebut (Bayani
& Aisyah, 2023). Selain itu (Napitupulu
et al., 2022), juga menyatakan bahwa
kompensasi merupakan kemampuan dan tanggung jawab sebuah perusahaan untuk
berkontribusi dalam pencapaian karyawan dan sebagai alat untuk mengapresiasi
kinerjanya. Kompensasi yang baik adalah kompensasi yang dengan menerimanya, seorang
karyawan dapat meningkatkan kualitas kinerjanya sehingga menghasilkan kepuasaan
yang tinggi akan lingkungan kerjanya dan meningkatkan produktivitasnya. Hal ini
juga dibuktikan melalui penelitian yang menyatakan bahwa kompensasi memiliki
efek yang positif terhadap kepuasaan kerja karyawan. Sebaliknya, kompensasi
yang buruk akan berpengaruh kepada tingkat kepuasan karyawan dan turnover-nya.
Untuk
memastikan bahwa pengupahan karyawan telah sesuai dengan kebutuhan perusahaan,
perusahaan harus mempertimbangkan produktivitas kinerja karyawan, dinamika
karyawan, dan kebutuhan hidup karyawan. Menurut (Melinia
et al., 2021) pendekatan yang dapat
digunakan oleh perusahaan untuk mengatur pengupahan secara efektif adalah
dengan menerapkan pendekatan 3P (Pay for
People, Pay for Position, Pay for Performance). Namun, UKM seringkali
memiliki keterbatasan sumber daya dalam membangun sistem kompensasi yang ideal.
Keterbatasan data, pengetahuan, dan waktu menjadi kendala utama dalam merancang
sistem yang ideal, kompetitif, dan sesuai dengan kondisi keuangan UKM. Di Kota
Bogor, salah satu Usaha Kecil Menengah (UKM) bernama UKM XYZ belum mengadopsi
sistem kompensasi khusus dalam membayar gaji karyawannya. Oleh karena itu,
perlu dibangun struktur kompensasi ideal yang dapat meningkatkan kepuasan kerja
karyawan. Pemetaan gaji (salary mapping)
dengan metode point system menawarkan
solusi yang dapat digunakan UKM dalam merancang sistem kompensasi ideal. Metode
ini membantu UKM menentukan gaji ideal yang adil dan kompetitif berdasarkan
nilai jabatan (job value) dan kinerja
karyawan.
UKM XYZ
merupakan salah satu UKM yang bergerak di bidang kuliner dan didirikan sejak
tahun 2023 yang berlokasi di Kota Bogor, Jawa Barat. UKM XYZ Bogor ini memiliki
total 20 karyawan dengan tiga belas job
title. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dalam menggaji
karyawannya UKM ini belum menerapkan sistem kompensasi dengan jelas, sehingga
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi sistem
kompensasi, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan menyusun
struktur kompensasi ideal untuk UKM XYZ. Penelitian ini melibatkan wawancara
dengan para karyawan di UKM XYZ sebagai data untuk menganalisis sistem
kompensasi dengan menggunakan metode analisis pemetaan gaji, metode adhered, dan metode overlapping. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat pada UKM XYZ dalam mempertimbangan pembuatan sistem kompensasi sesuai
dengan anggaran UKM sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan perbaikan
bagi keberlanjutan internal UKM XYZ.
Menurut
(Handoko, 2014), pengertian kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para
karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Menurut (Wibowo, 2017), arti
kompensasi adalah kontra prestasi terhadap penggunaan tenaga atau jasa yang
telah diberikan oleh tenaga kerja kepada perusahaan. Menurut Priansa (2014),
kompensasi diartikan sebagai sesuatu hal yang diterima pegawai sebagai penukar
atas kontribusi jasa mereka bagi organisasi. Pegawai sebagai tenaga kerja dalam
perusahaan merupakan sumber daya yang penting karena memiliki kemampuan bakat,
tenaga dan juga kreativitas yang sangat dibutuhkan perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Sebaliknya, sumber daya manusia juga mempunyai berbagai macam
kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan inilah
yang dipandang sebagai pendorong atau penggerak bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu, termasuk bekerja untuk memperoleh imbalan yang sesuai dengan beban
kerja dan kinerja pegawainya.
Berdasarkan
pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kompensasi adalah
pendapatan yang diterima oleh pegawai sebagai balas jasa atas kontribusinya
terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Kompensasi digunakan pegawai dalam
pemenuhan kebutuhan hidupnya, sedangkan dengan kompensasi yang diberikan,
perusahaan berharap pegawai dapat meningkatkan kinerjanya dengan lebih baik
serta tercapainya kepuasan kerja pegawai (Effendy, 2013).
METODE
Jenis dan Sumber Data
Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder
sebagai berikut:
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian
ini merupakan suatu penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk
menguraikan keadaan sebenarnya dan menjawab pertanyaan tentang posisi subjek
penelitian (Jalinus &
Risfendra, 2020). Metode
analisis data statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data yang telah
terkumpul dengan memberikan gambaran atau deskripsi data tersebut guna mencapai
kesimpulan umum. Pemrosesan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan
perangkat lunak Microsoft Excel untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang
dihasilkan (Zuhdi, 2017).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran
Umum UKM
UKM XYZ Bogor merupakan salah satu usaha dengan
skala menengah yang bergerak pada bidang
food and beverage. UKM XYZ tidak hanya menyajikan kopi yang nikmat, tetapi
juga menyajikan berbagai makanan berat dan makanan ringan. Hingga saat ini UKM
ini memiliki 5 outlet, yaitu
berlokasi di Padang, Riau, Payakumbuh, Dramaga, dan Bangkinang Riau.
UKM XYZ Bogor merupakan salah satu cabang XYZ yang
berlokasi di Kec. Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat dan UKM ini sudah berdiri
sejak tahun 2023. UKM jenis cafe
dengan ruangan yang cukup besar ini menawarkan berbagai varian menu minuman dan
makanan serta buka setiap hari pada jam operasional 11.00-23.00 WIB. UKM XYZ
Bogor memiliki total 20 karyawan dengan tiga belas job title. Struktur Organisasi XYZ Bogor ditunjukkan pada bagan
berikut.
Gambar 2 Struktur Organisasi UKM XYZ
Gambaran
Umum Sistem Kompensasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan Manager UKM XYZ Bogor, omzet yang diraih
dalam rerata per bulan pada kisaran Rp250.000.000,00 dengan operasional gaji
karyawan per bulan sebesar Rp47.500.000,00 atau dalam persentase sebesar 19%
dari omzet yang didapatkan. Pemetaan gaji awal untuk setiap jabatan dilakukan
untuk menganalisis sistem kompensasi pada UKM XYZ� dapat dilihat pada Tabel 1.
No. |
Jabatan |
Total
Person |
Grade |
Total
Salary (Rp) |
Actual |
Actual |
Ket |
|||
Min (Rp) |
Average
(Rp) |
Max
(Rp) |
Mid
to Mid |
Spread |
||||||
1 |
Manager |
1 |
IV |
4,000,000 |
4,000,000 |
4,000,000 |
4,000,000 |
21.21% |
0.00% |
KI |
2 |
Head Chef |
1 |
III |
9,900,000 |
3,300,000 |
3,300,000 |
3,300,000 |
43.48% |
0.00% |
KI |
3 |
Head Barista |
1 |
||||||||
4 |
Captain Area |
1 |
||||||||
5 |
Western Chef |
2 |
||||||||
6 |
Nusantara Chef |
2 |
||||||||
7 |
Cook Helper |
2 |
II |
25,600,000 |
2,200,000 |
2,300,000 |
2,400,000 |
43.75% |
9.09% |
KI |
8 |
Senior Barista |
1 |
||||||||
9 |
Junior barista |
2 |
||||||||
10 |
Cashier |
2 |
||||||||
11 |
Waiter |
2 |
I |
8,000,000 |
1,500,000 |
1,600,000 |
1,700,000 |
|
13.33% |
|
12 |
Admin |
1 |
I |
|||||||
13 |
Cleaning Service |
2 |
||||||||
|
Total |
20 |
|
47,500,000 |
|
|
|
|
|
|
Tabel 1 Pemetaan Gaji UKM XYZ Ket: I=Ideal,
KI=Kurang Ideal
Sumber: Data diolah, 2024
Tabel 1 menunjukkan bahwa kondisi penggajian dari
hasil pemetaan gaji untuk setiap jabatan masih tidak sesuai karena masih ada
nilai mid to mid yang lebih besar
dibandingkan nilai spread. Kondisi
ini menunjukkan ketidaksetaraan dalam sistem internal penggajian perusahaan
karena jarak satu level dengan yang lainnya tidak beraturan dan bahkan jauh dan
tidak berhimpitan yang akan menyebabkan potensi kenaikan gaji yang ekstrem
untuk level jabatan tertentu.
Karakteristik
Responden
Penelitian ini melibatkan 20 responden yang
merupakan populasi dari seluruh karyawan UKM XYZ. Responden terdiri atas
jabatan Manager, Head Chef, Head Barista,
Captain Area, Western Chef, Nusantara Chef, Cook Helper, Senior Barista, Junior
Barista, Cashier, Waiter, Admin, Cleaning Service. Berdasarkan hasil
survei, didapat indikator jenis kelamin, pendidikan, dan pengalaman bekerja
sebagai indikator pada karakteristik responden seperti yang terlihat pada Tabel
2.
Tabel 2 Karakteristik Responden
No |
Jabatan |
Jumlah Orang |
Jenis Kelamin |
Pendidikan Terakhir |
Pengalaman Kerja (Tahun) |
|||||||
Pria |
Wanita |
SMP |
SMA |
D3 |
S1 |
<1 |
≥1 |
≥2 |
≥3 |
|||
1 |
Manager |
1 |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
2 |
Head Chef |
1 |
1 |
|
|
|
1 |
|
|
|
1 |
|
3 |
Head Barista |
1 |
1 |
|
|
|
1 |
|
|
|
1 |
|
4 |
Captain Area |
1 |
1 |
|
|
|
1 |
|
|
|
1 |
|
5 |
Western Chef |
2 |
2 |
|
|
|
2 |
|
|
|
2 |
|
6 |
Nusantara Chef |
2 |
2 |
|
|
|
2 |
|
|
|
2 |
|
7 |
Cook Helper |
2 |
2 |
|
|
2 |
|
|
|
2 |
|
|
8 |
Senior Barista |
1 |
2 |
|
|
2 |
|
|
|
|
2 |
|
9 |
Junior barista |
2 |
1 |
|
|
1 |
|
|
|
1 |
|
|
10 |
Cashier |
2 |
1 |
1 |
|
2 |
|
|
|
|
2 |
|
11 |
Waiter |
2 |
1 |
1 |
|
2 |
|
|
|
|
2 |
|
12 |
Admin |
1 |
|
1 |
|
1 |
|
|
|
1 |
|
|
13 |
Cleaning Service |
2 |
2 |
|
2 |
|
|
|
|
|
2 |
|
|
Total |
20 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Data diolah, 2024
Tabel 2 menunjukkan bahwa karakteristik jenis
kelamin didapat sebanyak 17 orang karyawan pria dan 3 orang karyawan wanita.
Karyawan pria mendominasi pekerjaan fisik dan manajer seperti Manager, Head Chef, Head Barista, Captain
Area, Western Chef, Nusantara Chef, Cook helper, dan Cleaning Service. Sedangkan karyawan wanita berada pada pekerjaan
yang tidak melibatkan fisik yang kuat, seperti Cashier dan Staf Admin. Pada karakteristik berikutnya diperoleh
bahwa karyawan UKM XYZ didominasi oleh lulusan SMA/Sederajat dengan jumlah 10
orang. Sedangkan yang memposisikan pada Head
Chef lulusan D3, dan Manager
lulusan S1. Terdapat seorang karyawan lulusan SMP berjumlah 2 orang.
Karakteristik yang terakhir adalah lama pengalaman bekerja karyawan. Diperoleh
bahwa pada posisi Manager, Head chef, dan posisi senior memiliki
pengalaman lebih dari 3 tahun. Pada posisi Cleaning
Service, Waiter, dan Cashier memiliki
pengalaman yang sama yaitu lebih dari 3 tahun. Pada posisi Cook Helper, dan Junior
Barista memiliki pengalaman lebih dari 1 tahun.
Analisis UMK
dan UMP terhadap Gaji Pokok
Gaji pokok dari masing-masing jabatan di UKM XYZ
dibandingkan dengan UMK Kabupaten Bogor sebesar Rp4.579.541 dan UMP Provinsi
Jawa Barat sebesar Rp2.057.495. Hasil analisis perbandingan gaji pokok, UMK dan
UMP tertera pada Gambar 2.
Gambar 3 Struktur Perbandingan Gaji Pokok, UMP Jawa
Barat, dan UMK Kab. Bogor
Grafik perbandingan di atas menunjukkan pada grade
IV, III dan II, yaitu jabatan Cafe
Manajer, Head Chef, Head Barista, Captain Area, Western Chef, Nusantara Chef,
Senior Barista, Cook Helper, Junior Barista atau sebanyak 15 karyawan
memiliki gaji pokok di antara UMK Bogor dan UMP Jawa Barat. Dari grafik
tersebut dapat dilihat bahwa lima orang karyawan atau 25% karyawan dengan
jabatan Waiter, Admin, dan Cleaning
Service masih mendapatkan gaji di bawah UMP dan UMK. Sedangkan sebanyak 75%
karyawan sudah mendapatkan gaji di atas UMP. Namun, seluruh karyawan masih
berada di bawah gaji UMK.
Perancangan
Sistem Kompensasi Ideal
����������� Perancangan sistem kompensasi merupakan aspek yang sangat penting karena
dapat berkontribusi pada peningkatan kinerja dan motivasi karyawan. Evaluasi
jabatan diperlukan dalam menetapkan gaji pokok karyawan, dengan tujuan
menciptakan konsistensi dalam pemberian kompensasi. Menurut Marwansyah (2010),
kepuasan karyawan dan atasan terhadap imbalan yang diberikan merupakan hal yang
harus diperhatikan. Salah satu metode yang bisa digunakan adalah point system. Penulis menjelaskan
tahapan analisis dalam menyusun perancangan sistem kompensasi ideal untuk UKM
XYZ sebagai berikut:
a.
Menetapkan
Compensable Factor
Dalam melakukan evaluasi jabatan, langkah awal yang
diperlukan adalah menetapkan faktor-faktor yang dapat dikompensasikan. Dalam
menetapkan faktor-faktor yang dapat dikompensasikan ini, penulis mengadopsi
pendekatan Hay Profile Method Framework yang
didasarkan pada tiga indikator utama, yaitu know-how,
problem solving, dan accountability (El-Hajji, 2015). Faktor-faktor yang digunakan juga mengacu pada penelitian sebelumnya
oleh (Putri, A. P., Riskita, D. H.,
Fatimatuzzahroh, Zahara, H. A., Rahman, I. Z., & Kartika, 2023). Compensable
Factors yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Compensable
factors yang digunakan UKM XYZ
Cluster (Hay Method) |
Compensable Factor |
Jumlah
Tingkatan |
Sumber |
Know How |
Pendidikan |
4 |
Ontario Public Service Employees Union, 2007 |
Pengetahuan dan Pelatihan |
8 |
NHS Job Evaluation Handbook |
|
Pengalaman Kerja |
5 |
CAAT Job Evaluation Manual |
|
Kemampuan Fisik |
5 |
NHS Job Evaluation Handbook |
|
Problem
Solving |
Komunikasi |
5 |
CAAT Job Evaluation Manual |
Kerjasama |
5 |
Kamus Hay (Potensial) |
|
Perencanaan dan Koordinasi |
4 |
CAAT Job Evaluation Manual |
|
Orientasi Pelayanan Pelanggan |
6 |
Kamus Hay (Potensial) |
|
Analisis dan Problem
Solving |
5 |
CAAT Job Evaluation Manual |
|
Accountability |
Tanggung Jawab Finansial dan Aset Fisik |
6 |
NHS Job Evaluation Handbook |
Sumber: Data diolah, 2024
Tabel 3 menunjukkan bahwa penulis menggunakan
referensi dari Kamus Hay, CAAT Job
Evaluation Manual, NHS Job Evaluation
Handbook, dan Ontario Public Service
Employees Union (2007) dalam menetapkan 10 sub faktor untuk menentukan
Nilai Pekerjaan di UKM XYZ. Faktor-faktor yang bisa dikompensasikan ditetapkan
setelah menganalisis manajer di UKM XYZ, yang telah disesuaikan dengan
kemampuan karyawan yang menjadi kunci dalam menentukan pemberian kompensasi.
Setelah menetapkan compensable factor sebagai faktor dalam pemetaan gaji, langkah
selanjutnya melakukan pembobotan antara compensable
factor satu dengan dengan yang lainnya. Dalam melakukan pembobotan, penulis
menggunakan metode Pairwise Comparison,
yaitu membandingkan satu faktor dengan faktor lainnya. Berikut tabel pembobotan
yang dilakukan terhadap faktor yang ditetapkan pada UKM XYZ.
Tabel 4 Pembobotan Compensable Factors
NO |
JABATAN |
PD |
PDP |
PK |
KF |
KM |
KS |
PDK |
OPP |
APS |
TFA |
Jumlah |
Bobot |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
||||
1 |
Pendidikan (PD) |
1.00 |
0.42 |
0.14 |
4.00 |
0.20 |
0.20 |
5.50 |
0.20 |
4.50 |
6.00 |
22.16 |
0.098 |
2 |
Pengetahuan dan Pelatihan (PDP) |
2.50 |
1.00 |
0.33 |
7.00 |
5.50 |
5.00 |
7.00 |
5.00 |
4.00 |
3.00 |
40.33 |
0.178 |
3 |
Pengalaman Kerja (PK) |
7.00 |
3.00 |
1.00 |
4.50 |
3.00 |
4.50 |
7.00 |
4.00 |
5.00 |
2.00 |
41.00 |
0.181 |
4 |
Kemampuan Fisik (KF) |
0.25 |
0.14 |
0.23 |
1.00 |
0.14 |
0.20 |
0.33 |
0.14 |
0.20 |
0.17 |
2.80 |
0.012 |
5 |
Komunikasi (KM) |
5.00 |
0.18 |
0.33 |
7.00 |
1.00 |
3.50 |
6.00 |
4.50 |
4.00 |
3.00 |
34.52 |
0.153 |
6 |
Kerja sama (KS) |
5.00 |
0.20 |
0.23 |
5.00 |
0.29 |
1.00 |
5.00 |
3.50 |
2.50 |
4.00 |
26.72 |
0.118 |
7 |
Perencanaan dan Koordinasi (PDK) |
0.18 |
0.14 |
0.14 |
3.00 |
0.17 |
0.20 |
1.00 |
0.50 |
0.14 |
0.20 |
5.68 |
0.025 |
8 |
Orientasi Pelayanan Pelanggan (OPP) |
5.00 |
0.20 |
0.25 |
7.00 |
0.23 |
0.29 |
2.00 |
1.00 |
0.29 |
2.00 |
18.26 |
0.081 |
9 |
Analisis dan Problem Solving
(APS) |
0.23 |
0.25 |
0.20 |
5.00 |
0.25 |
0.42 |
7.00 |
3.50 |
1.00 |
2.50 |
20.34 |
0.090 |
10 |
Tanggung Jawab Finansial dan Aset Fisik (TFA) |
0.17 |
0.33 |
0.50 |
6.00 |
0.33 |
0.25 |
5.00 |
0.50 |
0.42 |
1.00 |
14.50 |
0.064 |
|
Total |
226.308 |
1.000 |
Sumber: Data diolah, 2024
Dari data pada Tabel 4, terlihat bahwa sub-faktor
yang memiliki bobot tertinggi adalah Pengalaman Kerja (PK) dengan nilai bobot
sebesar 0,181, sementara sub-faktor dengan bobot terendah adalah Kemampuan
Fisik (KF) yang memiliki nilai bobot sebesar 0,012. Setelah proses pembobotan
selesai, langkah berikutnya adalah menilai setiap jabatan berdasarkan faktor
yang telah ditetapkan untuk menunjukkan tingkat kepentingan setiap sub-faktor
dalam suatu jabatan. Nilai dari faktor pada setiap jabatan dapat ditemukan dalam
Tabel 5.
Tabel 5 Penilaian Faktor Menurut Jabatan
NO. |
JABATAN |
PD |
PDP |
PK |
KF |
KM |
KS |
PDK |
OPP |
APS |
TFA |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
1 |
9 |
10 |
||
1 |
Cafe Manager |
4 |
7 |
4 |
1 |
5 |
5 |
4 |
2 |
4 |
6 |
2 |
Head Chef |
3 |
5 |
3 |
2 |
4 |
4 |
3 |
2 |
4 |
5 |
3 |
Head Barista |
3 |
5 |
3 |
2 |
4 |
4 |
3 |
2 |
4 |
5 |
4 |
Captain Area |
3 |
5 |
3 |
2 |
4 |
4 |
3 |
2 |
4 |
5 |
5 |
Western Chef |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
2 |
1 |
3 |
4 |
6 |
Nusantara Chef |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
2 |
1 |
3 |
4 |
7 |
Senior Barista |
2 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
3 |
2 |
4 |
5 |
8 |
Cook Helper |
2 |
3 |
2 |
3 |
3 |
3 |
3 |
2 |
2 |
3 |
9 |
Junior barista |
2 |
3 |
2 |
3 |
3 |
3 |
2 |
2 |
2 |
2 |
10 |
Cashier |
2 |
3 |
2 |
3 |
3 |
3 |
2 |
3 |
1 |
2 |
11 |
Waiter |
2 |
1 |
1 |
4 |
3 |
3 |
2 |
4 |
1 |
1 |
12 |
Admin |
2 |
3 |
2 |
2 |
2 |
3 |
3 |
3 |
3 |
2 |
����� 13 |
Cleaning Service |
1 |
1 |
1 |
4 |
2 |
3 |
1 |
3 |
1 |
1 |
����������� Sumber:
Data diolah, 2024
Setelah seluruh faktor telah mengalami proses
pembobotan dan penilaian, penulis kemudian melakukan perhitungan Nilai
Pekerjaan (Job Value) untuk setiap
jabatan. Perhitungan Job Value
dilakukan dengan mengalikan bobot dari setiap faktor dengan nilai yang telah
ditetapkan, dan hasilnya adalah nilai total yang menjadi Job Value. Selanjutnya, jabatan-jabatan diurutkan berdasarkan
total Job Value secara descending, dari yang tertinggi hingga
yang terendah.
Tabel 6 Job
Value pada UKM XYZ
Job Tittle |
ΣNxB� (Job
Value) |
|
Cafe Manager |
1153 |
|
Head Chef |
873 |
|
Head Barista |
871 |
|
Captain Area |
871 |
|
Western Chef |
692 |
|
Nusantara Chef |
692 |
|
Senior Barista |
831 |
|
Cook Helper |
577 |
|
Junior Barista |
557 |
|
Cashier |
534 |
|
Waiter |
380 |
|
Admin |
546 |
|
Cleaning Service |
314 |
|
Total
Point |
8891 |
Sumber: Data diolah, 2024
Tabel 6 menunjukan Job Value dari masing-masing jabatan yang ada pada UKM XYZ.
Jabatan yang memiliki Job Value tertinggi
adalah Cafe Manager sedangkan jabatan
dengan Job Value terendah adalah Cleaning Service. Dari hasil Job Value ini dapat diperoleh nilai per point untuk setiap pekerjaan pada UKM
XYZ, dihitung dengan membagi operasional gaji per bulan dengan total Job Value. Sehingga diperoleh nilai satu
point pekerjaan adalah Rp5.343,00.
Langkah selanjutnya setelah memperoleh Job Value untuk setiap jabatan adalah
melakukan perancangan sistem Job Grading
untuk mengklasifikasikan jabatan-jabatan yang ada ke dalam grade. Untuk menentukan grade
pekerjaan, penulis menggunakan metode Given
Grade dengan rumus:
Jarak antar grade
=
Hasil Job
Grading pada UKM XYZ ditunjukkan pada tabel 7.
Tabel 7 Job
Grading dengan Metode Given Grade
Job title/ Compensable factor |
ΣNxB (Job Value) |
Number of People |
Total Point |
Given |
Grade Given |
|
Grade bawah |
Grade atas |
|||||
Cafe Manager |
1075 |
1 |
1075 |
943 |
1075 |
Grade IV |
Head Chef |
850 |
1 |
850 |
717 |
896 |
Grade III |
Head Barista |
850 |
1 |
850 |
|||
Captain Area |
850 |
1 |
850 |
|||
Senior Barista |
831 |
1 |
831 |
|||
Western Chef |
692 |
2 |
1384 |
538 |
717 |
Grade II |
Nusantara Chef |
692 |
2 |
1384 |
|||
Cook Helper |
577 |
2 |
1154 |
|||
Admin |
564 |
2 |
1128 |
|||
Junior Barista |
557 |
2 |
1114 |
|||
Cashier |
555 |
2 |
1110 |
|||
Waiter |
440 |
2 |
880 |
359 |
538 |
Grade I |
Cleaning Service |
314 |
2 |
628 |
Sumber: Data diolah, 2024
Berdasarkan Tabel 7, UKM XYZ memiliki 4 grade. Grade tertinggi diduduki oleh Cafe
Manager dengan nilai 1075 dan grade terendah
diduduki oleh Cleaning Service dengan
nilai 359.
Sistem kompensasi pada UKM XYZ dapat dianalisis
lebih lanjut dengan melakukan pemetaan gaji (Salary Mapping) aktual berdasarkan jabatan setelah dilakukan
pengkategorian jabatan menggunakan Job
Grading.
Tabel 8 Salary
Mapping Aktual UKM XYZ
No |
Jabatan |
Grade |
Total
Person |
Total
Salary (Rp) |
Actual |
Actual |
Ket |
||||
Min (Rp) |
Average
(Rp) |
Max
(Rp) |
Mid
to Mid |
Spread |
|||||||
1 |
Cafe Manager |
IV |
1 |
4,000,000 |
4,000,000 |
4,000,000 |
4,000,000 |
40.351% |
0.00% |
KI |
|
2 |
Head Chef |
III |
4 |
12,300,000 |
2,400,000 |
2,850,000 |
3,300,000 |
42.50% |
37.5% |
KI |
|
3 |
Head Barista |
||||||||||
4 |
Captain Area |
||||||||||
5 |
Senior Barista |
||||||||||
6 |
Western Chef |
II |
11 |
24,800,000 |
1,600,000 |
2,000,000 |
2,400,000 |
25.00% |
50.0% |
I |
|
7 |
Nusantara Chef |
||||||||||
8 |
Cook Helper |
||||||||||
9 |
Junior Barista |
||||||||||
10 |
Admin |
||||||||||
11 |
Cashier |
||||||||||
12 |
Waiter |
I |
4 |
6,000,000 |
1,500,000 |
1,600,000 |
1,700,000 |
0% |
13.3% |
I |
|
13 |
Cleaning Service |
||||||||||
Total |
|
20 |
47,500,000 |
|
|||||||
Sumber: Data diolah, 2023
Dari Tabel 8 dapat dilihat hasil analisis pemetaan
gaji yang menunjukkan bahwa struktur penggajian pada UKM PT. XYZ saat ini
dapat dikatakan belum ideal, hal ini karena nilai mid to mid pada setiap grade
lebih besar dibandingkan nilai spread.
Dikatakan belum ideal karena kondisi tersebut ditunjukkan dengan perbedaan
gaji antara posisi yang lebih tinggi dan lebih rendah tidak terlalu jauh,
bahkan hanya berbeda sedikit. Di sisi lain, terdapat kerangka yang tidak
beraturan dalam persentase nilai spread,
yakni terdapat penurunan dari satu grade
ke grade diatasnya. Ketika
seharusnya dari grade bawah ke grade atas menunjukkan tren kenaikan,
hal ini terlihat pada nilai spread
yang mengalami penurunan sebesar 12,5% pada grade II ke grade III
dan tidak ada kenaikan spread. Hal ini menunjukan bahwa belum terciptanya
keadilan penggajian di dalam UKM ini. Sehingga dari keterangan tersebut, masih
menunjukkan terjadinya ketidakseimbangan dalam struktur gaji. Maka dari itu
perlu dilakukan pembenahan struktur gaji agar dapat dinilai ideal dan adil
bagi setiap karyawan.
Pembenahan struktur gaji dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Pada penelitian ini, diterapkan indikator ideal yang menjadi
acuan pada penentuan nilai spread
pada pembenahan struktur gaji. Indikator pada pembenahan gaji ini berdasar
dari data WorldatWork tahun 2015 (Putri, A. P.,
Riskita, D. H., Fatimatuzzahroh, Zahara, H. A., Rahman, I. Z., & Kartika,
2023), indikator ini ditampilkan pada Tabel 9.
Tabel 9 Indikator Ideal Pembenahan Struktur Gaji
Employee Category |
Expresses as Plus or Minus % of Mid Point |
Spread Minimum to Maximum |
Exempt
managerial and executive |
20% or
higher |
Widest
ranges (50% or more certain circumstances) |
Exempt
professional, administrative
and supervisory |
16,6% -
20,0% |
Wider
ranges (40%-50%) |
Nonexempt
clerical, technical and paraprofessional |
13,0% -
16,6% |
Relatively
narrow range (30%-40%) |
Nonexempt
service and manufacturing |
9,1% to
11,1% |
Narrow
ranges (20-25%) or flat rate |
Sumber: (WorldatWork 2015)
Tahapan pertama pembenahan struktur gaji
menggunakan metode Adhered
(berhimpit). Sistem Adhered dalam
pemetaan gaji merupakan diacukan pada nilai tengah (midpoint) dari rentang gaji untuk jabatannya (Kadir et al.,
2019). Menurut (Arindi et al.,
2023) salah satu langkah dalam penyesuaian gaji
menggunakan metode adhered dengan
cara meningkatkan nilai spread
(rentang gaji). Sistem adhered menawarkan
kepastian, kesederhanaan, dan kesetaraan namun sistem ini kurang memotivasi
karyawan bahkan dapat menyebabkan turnover
karyawan yang cukup tinggi. Hasil dari struktur gaji menggunakan metode adhered �ditunjukkan pada Tabel 10.
Tabel 10 Pembenahan Struktur Gaji Metode Adhered
No |
Jabatan |
Grade |
Total Person |
Total Salary (Rp) |
Actual |
Actual |
Ket |
||||
Min (Rp) |
Average (Rp) |
Max (Rp) |
Mid to Mid |
Spread |
|||||||
1 |
Cafe Manager |
IV |
1 |
4,000,000 |
3,828,552 |
4,977,118 |
6,125,683 |
51.67% |
60.00% |
I |
|
2 |
Head Chef |
III |
4 |
12,643,680 |
2,734,680 |
3,281,616 |
3,828,522 |
35.65% |
40.00% |
I |
|
3 |
Head Barista |
||||||||||
4 |
Captain Area |
||||||||||
5 |
Senior Barista |
||||||||||
6 |
Western Chef |
II |
11 |
25,657,760 |
2,103,600 |
2,419,140 |
2,734,680 |
25.45% |
30.00% |
I |
|
7 |
Nusantara Chef |
||||||||||
8 |
Cook Helper |
||||||||||
9 |
Junior Barista |
||||||||||
10 |
Admin |
||||||||||
11 |
Cashier |
|
|||||||||
12 |
Waiter |
I |
4 |
7,262,600 |
1,753,000 |
1,928,300 |
2,103,600 |
0% |
20.00% |
I |
|
13 |
Cleaning Service |
||||||||||
|
Total |
|
20 |
49,555,040 |
|
||||||
Ket: I=Ideal, KI=Kurang Ideal
Sumber: Data diolah, 2024
Tabel menunjukkan bahwa biaya� rata-rata�
yang� dikeluarkan� oleh perusahaan� dengan�
metode� ini� lebih besar dengan biaya gaji operasional
dengan selisih sebesar Rp2,055,040,00.�
Metode Adhered yang
diterapkan sudah tergolong ideal karena nilai mid to mid tidak melebihi dari spread
yang dicantumkan. ��������
Berikut merupakan ilustrasi pembenahan struktur
gaji menggunakan sistem Adhered (berhimpitan)
yang ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4.�
Pembenahan Struktur Gaji Adhered
Selanjutnya melakukan pembenahan struktur gaji
dengan metode Overlapping (tumpang
tindih). Sistem Overlapping dalam
pemetaan gaji adalah metode yang mengambil rentang gaji yang tumpang tindih di
antara posisi-posisi pekerjaan yang berdekatan (Putri, A. P.,
Riskita, D. H., Fatimatuzzahroh, Zahara, H. A., Rahman, I. Z., & Kartika,
2023). Menurut (Kadir et al.,
2019), metode overlapping
dapat meningkatkan motivasi karyawan karena mereka memiliki potensi untuk
mendapatkan gaji yang lebih tinggi berdasarkan kinerjanya dan memberikan kesan
struktur gaji yang menarik. Hasil dari pembenahan struktur gaji menggunakan
metode Overlapping (tumpang tindih)
ditunjukkan pada Tabel 11.
Tabel 11 Pembenahan Struktur Gaji Metode Overlapping
No |
Jabatan |
Grade |
Total Person |
Total Salary (Rp) |
Actual |
Actual |
Ket |
||||
Min (Rp) |
Average (Rp) |
Max (Rp) |
Mid to Mid |
Spread |
|||||||
1 |
Cafe Manager |
IV |
1 |
4,000,000 |
3,769,231 |
4,900,000 |
6,030,769 |
44.97% |
60.00% |
I |
|
2 |
Head Chef |
III |
4 |
12.716,667 |
2,816,667 |
3,380.000 |
3,943,333 |
27.40% |
40.00% |
I |
|
3 |
Head Barista |
||||||||||
4 |
Captain Area |
||||||||||
5 |
Senior Barista |
||||||||||
6 |
Western Chef |
II |
11 |
26,359,200 |
2,306,957 |
2,653,000 |
2,999,043 |
17.22% |
30.00% |
I |
|
7 |
Nusantara Chef |
||||||||||
8 |
Cook Helper |
||||||||||
9 |
Junior Barista |
||||||||||
10 |
Admin |
||||||||||
11 |
Cashier |
||||||||||
12 |
Waiter |
I |
4 |
7,262,600 |
2,057,495 |
2,263,245 |
2,468,994 |
0% |
20.00% |
I |
|
13 |
Cleaning Service |
||||||||||
|
Total |
|
20 |
51,105,847 |
|
||||||
Ket: I=Ideal, KI=Kurang Ideal
Sumber: Data diolah, 2024
Tabel 11 menunjukkan bahwa biaya rata-rata� yang�
dikeluarkan� oleh perusahaan� dengan�
metode� ini� lebih banyak dengan biaya gaji operasional
dengan selisih sebesar Rp3,605,847,00. Kemudian metode overlapping yang digunakan tergolong ideal karena nilai mid to mid masih berada di bawah nilai spread. Pada Tabel 11 juga menunjukkan
bahwa nilai spread sudah dilakukan
sesuai indikator pembenahan yaitu sebesar 20% pada grade I, kemudian pada tingkatan selanjutnya nilai terus bertambah
(lebih besar), yakni 30% untuk grade
II, 40% untuk grade III, dan 60%
untuk grade IV. Nilai average pada grade terendah (I) ditentukan
berdasarkan penyesuaian nilai rata-rata gaji pada UKM kompetitor di Bogor, yakni sebesar Rp2.300.000. Gaji
minimum ditentukan dengan rumus:
=� �������������������
Kemudian gaji maksimum ditentukan dengan rumus:
= ��������������������
Langkah yang terakhir yaitu menentukan nilai mid to mid dengan rumus:
= �������������������� �
Berikut merupakan ilustrasi pembenahan struktur
gaji menggunakan sistem Overlapping
(Tumpang Tindih) yang ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5 Pembenahan Struktur Gaji Overlapping
Berdasarkan Gambar 5, pembenahan struktur gaji
dengan metode overlapping,
menunjukkan nilai maksimum pada grade
1 berada dalam kisaran gaji grade 2
atau lebih tinggi dari gaji minimum pada grade
2, dan ini berlanjut pada grade yang
lebih tinggi. Maka dari itu, dapat dilihat grafik yang saling tumpang tindih (overlapping) antar tingkatan (grade) jabatan. Dengan metode overlapping yang diterapkan pada
struktur gaji, dapat terjadi kemungkinan seorang karyawan pada grade 1 memperoleh gaji yang terdapat
pada grade 2, dan begitu sebaliknya.
Berdasarkan hasil tersebut untuk memberikan situasi kompensasi yang kompetitif
dengan UKM sejenis, metode overlapping
dipilih untuk direkomendasikan kepada perusahaan sebagai bentuk pembenahan
gaji bagi karyawan. Total gaji pokok baru melalui metode ini sebesar
Rp51,105,857.00 dengan persentase kenaikan gaji baru ini mencapai 7,06%
dibandingkan dengan gaji lama, atau selisih nominalnya sebesar Rp3,605,847.00.
Pemilihan metode overlapping juga
mempertimbangkan kenaikan inflasi 2024 sebesar 2,8% (Badan Pusat Statistik,
2024) ditambah dengan kenaikan UMP Bogor sebesar 3,97%. (Portal Jabarprov,
2023).
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian, maka kesimpulan yang didapatkan mengenai pembenahan gaji
pada UKM XYZ yakni:
DAFTAR PUSTAKA
Arindi, A. C.,
Budiman, F. N. A., Az-Zahra, L. B., Septina, L., Fajriah, N., & Kartika,
L. (2023). Analysis of Compensation Systems Based on Salary Mapping Adhered
and Overlapping Methods in RL SMEs. INVEST: Jurnal Inovasi Bisnis Dan
Akuntansi, 4(1), 186�200.
Bayani, L. N.,
& Aisyah, S. (2023). Analisis Sistem Kompensasi Finansial Langsung dan
Tidak Langsung Terhadap Kinerja Karyawan: Studi Kasus pada PT. Prima Multi
Peralatan Medan. Jurnal Riset Manajemen Dan Akuntansi, 3(1),
9�17.
El-Hajji, M. A.
(2015). The Hay system of job evaluation: a critical analysis. Journal of
Human Resources, 3(1), 1�22.
Jalinus, N.,
& Risfendra, R. (2020). Analisis kemampuan pedagogi guru smk yang sedang
mengambil pendidikan profesi guru dengan metode deskriptif kuantitatif dan
metode kualitatif. INVOTEK: Jurnal Inovasi Vokasional Dan Teknologi, 20(1),
37�44.
Judijanto, L.,
Sandy, S., Yanti, D. R., Kristanti, D., & Hakim, M. Z. (2023).
Pengembangan Usaha Kecil Menengah (Ukm) Berbasis Inovasi Teknologi Untuk
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Lokal. Community Development Journal: Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 4(6), 12500�12507.
Kadir, A.,
AlHosani, A. H., Ismail, F., & Sehan, N. (2019). The effect of
compensation and benefits towards employee performance. Proceedings of the
1st Asian Conference on Humanities, Industry, and Technology for Society,
ACHITS 2019, 30-31 July 2019, Surabaya, Indonesia.
Mahdi, M. I.
(2022). Berapa jumlah UMKM di Indonesia. Dataindonesia. Id.
Melinia, D. F.,
Khairi, M., Awalia, P. S., Sarifah, R. N., & Putri, S. S. D. (2021).
Analisis Perbaikan Sistem Kompensasi Pada Hotel XYZ Menggunakan Metode Adhered
dan Overlapping. Jurnal Syntax Admiration, 2(12), 2275�2290.
Napitupulu, S.
M., Syamila, H., Sibagariang, M. T., Rochman, S. A., & Sihaloho, T. Y.
(2022). Analisis Sistem Kompensasi Berdasarkan Salary Mapping Adhered dan
Overlapping pada UKM GF. COMSERVA: Jurnal Penelitian Dan Pengabdian
Masyarakat, 1(10), 824�834.
Putri, A. P.,
Riskita, D. H., Fatimatuzzahroh, Zahara, H. A., Rahman, I. Z., & Kartika,
L. (2023). Perancangan Sistem Kompensasi Ideal Pada UKM Kedai Kopi XYZ
Menggunaan Metode Point System Berbasis Job Value. Jurnal Manajemen, Bisnis
Dan Akuntansi, 1(1), 1�23.
http://journals.stiedwisakti.ac.id/ojs/index.php/kolegial/article/view/187
Sasongko, D.
(2020). UMKM bangkit, ekonomi Indonesia terungkit.
Zuhdi, A.
(2017). Perancangan Sistem Kompensasi Berbasis Job Value pada PT Tritunggal
Perintis Abadi.
Zulkarnaen, W.,
& Herlina, R. (2018). Pengaruh Kompensasi Langsung dan Kompensasi Tidak
Langsung terhadap Kinerja Karyawan Bagian Staff Operasional PT Pranata Jaya
Abadi Banjaran. Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi (MEA),
2(2), 90�114.