Gambaran Karakteristik dan Kualitas Hidup pada Peserta
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) Penderita Hipertensi di
Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe
� Description of the Characteristics and Quality of Life
of Participants in the Chronic Disease Management Program (Prolanis) with
Hypertension at the Muara Satu Health Center, Lhokseumawe City
1)Lutfiatul Khusnia, 2)Harvina Sawitri, 3)Yuziani
1,2,3 Fakultas Kedokteran, Universitas Malikussaleh.
*Email: 1)[email protected] , 2)[email protected],
3)[email protected]
*Correspondence: 1) Lutfiatul Khusnia
DOI: 10.59141/comserva.v3i12.1318 |
ABSTRAK Hipertensi
yang tidak terkontrol memiliki risiko yang tinggi untuk terjadinya
komplikasi. Komplikasi tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup. Program
Pengelolaan Penyakit hipertensi masuk ke dalam Jaminan Kesehatan Nasional
bernama Prolanis dengan tujuan agar pesertanya mencapai kualitas hidup yang
optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik dan
kualitas hidup peserta prolanis penderita hipertensi di Puskesmas Muara Satu
Kota Lhokseumawe. Menggunakan rancangan cross-sectional yang dilakukan pada
bulan Juni 2021-Februari 2022 di Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe.
Sampel ditentukan dengan total sampling dengan jumlah 35 orang. Pengambilan
data dilakukan dengan wawancara terpimpin menggunakan kuesioner WHOQOL-Bref.
Hasil penelitian ini didapatkan mayoritas karakteristik responden adalah
lansia awal (51,4%), jenis kelamin perempuan (91,4%), tidak bekerja (88,6%),
pendidikan Sekolah Dasar (34,3%), dan status kawin (77,1%), serta lama
menderita hipertensi dengan durasi ≤ 5 tahun (45,7%). Derajat
hipertensi terbanyak yaitu hipertensi derajat 1 (40,0%). Kualitas hidup terbanyak
berdasarkan tiap domain yang berada dalam kategori baik yaitu kesehatan fisik
(57,1%), kesejahteraan psikologis (57,1%), dan hubungan lingkungan (51,4%),
sedangkan hubungan sosial terbanyak dalam kategori sedang (42,9%). Perlu
dilakukannya sosialisasi kepada peserta prolanis agar lebih komitmen dan
aktif dalam mengikuti kegiatan prolanis sehingga didapatkan kualitas hidup
yang lebih baik terutama domain hubungan sosial Kata kunci: Hipertensi; Kualitas Hidup; Prolanis |
ABSTRACT
Uncontrolled
hypertension has a high risk of complications. These complications can affect
the quality of life. The Hypertension Disease Management Program is included in
the National Health Insurance named Prolanis with the aim that its participants
achieve an optimal quality of life. The purpose of this study was to describe
the characteristics and quality of life of prolanis participants with
hypertension at the Muara Satu Health Center, Lhokseumawe City. This study uses
a cross-sectional design conducted in June 2021-February 2022 at the Muara Satu
Health Center, Lhokseumawe City. Sampling used a total sampling of 35 people.
Data collection was carried out by guided interviews using the WHOQOL-Bref
questionnaire. The results of this study showed that the majority of
respondents' characteristics were early elderly (51.4%), female gender (91.4%),
not working (88.6%), elementary school education (34.3%), and marital status ( 77.1%), as well as long suffering from hypertension with a
duration of 5 years (45.7%). The highest degree of hypertension was
hypertension grade 1 (40.0%). The highest quality of life based on each domain
is in the good category, namely physical health (57.1%), psychological
well-being (57.1%), and environmental relations (51.4%), while the highest
social relations are in the moderate category (42, 9%). It is necessary to
conduct socialization to prolanis participants so that they are more committed
and active in participating in prolanis activities so that they get a better
quality of life, especially the domain of social relations.
Keywords:
Hypertension;
Quality of Life; Prolanis
PENDAHULUAN
Penyakit
tidak menular yang menjadi permasalahan hampir di seluruh dunia yaitu penyakit
hipertensi. Komplikasi yang diakibatkan karena hipertensi menyebabkan semakin
tingginya kematian usia dini di seluruh dunia (WHO, 2015). Hipertensi
dikenal dengan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg atau
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg �(Chobanian et al., 2003).
Berdasarkan
data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2019 diperkirakan 1,28 miliar orang
dewasa berusia 30-79 tahun di seluruh dunia menderita hipertensi, dua pertiga tinggal
di negara berpenghasilan rendah dan menengah dan diperkirakan 46% orang dewasa
dengan hipertensi tidak menyadari bahwa mereka menderita hipertensi (WHO, 2019). Pada tahun
2015, diperkirakan 1 dari 5 wanita dan 1 dari 4 pria menderita hipertensi (WHO, 2015). Secara
nasional berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 memperlihatkan
bahwa penduduk usia ≥18 tahun dengan tekanan darah tinggi sebesar 34,11%
dengan perempuan sebesar 36,85% lebih tinggi dibandingkan pada pria yaitu
sebesar 31,34 (Kemenkes, 2019a). Sedangkan data
Riskesdas tahun 2013 prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8% (Kemenkes, 2013). Hal tersebut
menunjukkan bahwa adanya peningkatan untuk penderita hipertensi di Indonesia.
Menurut laporan Riskesdas tahun 2018 Provinsi Aceh juga mengalami peningkatan
penderita hipertensi. Tahun 2015 penderita hipertensi di Provinsi Aceh sebesar
21,5% dan meningkat menjadi 26,45% pada tahun 2018, Sedangkan Kota lhokseumawe
memiliki prevalensi hipertensi sebesar 27,43% (Kemenkes, 2019b).
Adanya
peningkatan akan penderita hipertensi setiap tahunnya di Indonesia menjadi
alasan pemerintah membentuk suatu program khusus untuk pengelolaan penyakit hipertensi
yang disebut dengan prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis). kegiatan
prolanis ini dilaksanakan di fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas). Kegiatan
prolanis ini berupa kegiatan promotif dan preventif untuk mencegah timbulnya
komplikasi berlanjut hipertensi (Sekardiani, 2019). Kegiatan
prolanis ini diharapkan agar penderita hipertensi dapat memiliki kualitas hidup
yang baik (Kesehatan, 2014).
Kualitas
hidup merupakan salah satu indikator dalam mengukur status kesehatan masyarakat
(Endarti, 2015). Kualitas
hidup dianggap sebagai suatu pandangan seseorang tentang keadaan mereka didalam
kehidupannya dalam konteks budaya yang berhubungan dengan tujuan dan harapan. (Haraldstad et al., 2019). Kualitas
hidup memeerlukan hubungan yang seimbang didalam kehidupan personal, sosial dan
lingkungan (Anbarasan, 2015).
Kegiatan prolanis
yang dilakukan di Puskesmas Muara Satu selama ini belum ada evaluasi. Sehingga
penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik dan
kualitas hidup pada peserta prolanis penderita hipertensi di Puskesmas Muara
Satu Kota Lhokseumawe.
METODE
Penelitian
ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif agar
diperoleh gambaran berupa karakteristik dan kualitas hidup peserta prolanis
penderita hipertensi. pendekatan penelitian berupa Cross Sectional
dimana pajanan dan dampak dilihat dalam waktu yang bersamaan. Penelitian
dilakukan pada bulan Juni 2021-Februari 2022. Lokasi penelitian dilakukan di
Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe. Metode pengambilan sampel menggunakan total
sampling dengan jumlah 35 orang.
Variabel dalam penelitian ini adalah usia (dewasa akhir, lansia awal,
lansia akhir, dan manula), jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), pekerjaan
(tidak bekerja dan bekerja), pendidikan terakhir (tidak sekolah, SD, SMP, SMA,
perguruan tinggi), status pernikahan (belum kawin, kawin, cerai hidup, dan
cerai mati), lama menderita hipertensi (durasi pendek, sedang, dan Panjang),
derajat hipertensi (normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi
derajat 2), dan kualitas hidup (sangat buruk, buruk, sedang, baik, sangat
baik). Pengumpulan data menggunakan kuesioner karakteristik dan WHOQOL-Bref.
Pengisian kuesioner dilakukan secara wawancara terpimpin. Peneliti memakai
analisis univariat yang digunakan untuk mengetahui gambaran dari masing-masing
variabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data yang didapat
langsung dari responden pertama.
Tabel 1.
Distribusi karakteristik peserta prolanis penderita hipertensi
Karakteristik |
Frekuensi (n=35) |
Persentase (%) |
Usia |
|
|
Dewasa akhir 36-45 tahun |
3 |
8,6 |
Lansia awal 46-55 tahun |
18 |
51,4 |
Lansia akhir 56-65 tahun |
11 |
31,4 |
Manula >65 tahun |
3 |
8,6 |
Jenis Kelamin |
|
|
Laki-laki |
3 |
8,6 |
Perempuan |
32 |
91,4 |
Pekerjaan |
|
|
Tidak bekerja |
31 |
88,6 |
Bekerja |
4 |
11,4 |
Pendidikan Terakhir |
|
|
Tidak sekolah |
0 |
0 |
SD |
12 |
34,3 |
SMP |
11 |
31,4 |
SMA |
9 |
25,7 |
Perguruan tinggi |
3 |
8,6 |
Status Pernikahan |
|
|
Belum kawin |
0 |
0 |
Kawin |
27 |
77,1 |
Cerai hidup |
0 |
0 |
Cerai mati |
8 |
22,9 |
Lama Menderita Hipertensi |
|
|
Durasi pendek 1-5 tahun |
16 |
45,7 |
Durasi sedang 5-10 tahun |
12 |
34,3 |
Durasi Panjang >10 tahun |
7 |
20,0 |
Total |
35 |
100% |
Sumber: Data Primer, 2022
Tabel 1. memperlihatkan kelompok usia terbanyak yaitu kelompok lansia
awal (46-55 tahun) sebanyak 18 responden (51,4%). Distribusi jenis kelamin
kategori perempuan dengan jumlah 32 responden (91,4%). Sebagian besar peserta
prolanis tidak bekerja dengan jumlah 31 responden (88,6%). Pendidikan terakhir
yaitu sekolah dasar (SD) dengan jumlah 12 responden (34,3%). Peserta prolanis
dengan status kawin sejumlah 27 responden (77,1%). Durasi lama menderita
hipertensi banyak dalam kategori durasi pendek dengan jumlah 16 responden
(45,7%).
Tabel 2. Derajat
hipertensi peserta prolanis penderita hipertensi
Klasifikasi |
Frekuensi (n=35) |
Persentase (%) |
Normal |
4 |
11,4 |
Pre-Hipertensi |
9 |
25,7 |
Hipertensi derajat 1 |
14 |
40,0 |
Hipertensi derajat 2 |
8 |
22,9 |
Total |
35 |
100% |
Sumber: Data Primer, 2022
Pada tabel 2. didapatkan bahwa distribusi derajat hipertensi peserta
prolanis lebih banyak pada kategori hipertensi derajat 1 yaitu 14 responden
(40,0%).
Tabel 3. Kualitas
hidup peserta prolanis penderita hipertensi berdasarkan domain kualitas hidup
Kategori |
Kesehatan fisik |
Kesejahteraan
psikologis |
Hubungan sosial |
Hubungan lingkungan |
||||
(n) |
(%) |
(n) |
(%) |
(n) |
(%) |
(n) |
(%) |
|
Sangat buruk |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Buruk |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Sedang |
14 |
40,0 |
9 |
25,7 |
15 |
42,9 |
11 |
31,4 |
Baik |
20 |
57,1 |
20 |
57,1 |
11 |
31,4 |
18 |
51,4 |
Sangat baik |
1 |
2,9 |
6 |
17,1 |
9 |
25,7 |
6 |
17,1 |
Total |
35 |
100% |
35 |
100% |
35 |
100% |
35 |
100% |
Sumber: Data Primer, 2022
Berdasarkan tabel 3. kualitas hidup domain kesehatan fisik sebanyak 20
responden (57,1%) kategori baik, domain kesejahteraan psikologis terdapat 20
responden (57,1%) kategori baik, domain hubungan sosial dengan jumlah 15
responden (42,9%) kategori sedang, dan domain hubungan lingkungan terdapat 18
responden (51,4%) dalam kategori baik.
Pembahasan
1.
Gambaran
Karakteristik Peserta Prolanis Penderita Hipertensi
Karakteristik usia terbanyak adalah kelompok lansia awal (46-55 tahun)
sejumlah 18 responden (51,4%). Usia 40-an menjadi usia yang rentang menderita
penyakit hipertensi (Abdiana, 2019). Hasil proyeksi BPS (Badan Pusat Statistik), pada tahun 2045 lansia
Indonesia diperkirakan akan mencapai seperlima dari seluruh penduduk Indonesia.
Peristiwa ini sebagai akibat dari meningkatnya populasi usia tua dan perubahan
dari penyakit infeksi ke penyakit kronis (BPS, 2020). Distribusi jenis kelamin paling banyak berjenis kelamin perempuan 32
responden (91,4%). Hal ini dikaitkan karena perempuan cenderung lebih peduli
terhadap kondisi lingkungan dan kesehatannya karena kepekaan yang lebih tinggi
terhadap penyakit dan gangguan fisik (Hassanzadeh et al., 2013). Responden pada penelitian ini paling banyak jumlahnya pada kategori
tidak bekerja sejumlah 31 responden (88,6%). Berdasarkan Badan Pusat Statistik
tahun 2020, lansia perempuan lebih cenderung pada kegiatan mengurus rumah
dengan persentase sebesar 48,9%. Produktivitas lansia dalam kegiatan ekonomi
akan berbeda dengan penduduk yang lebih muda. Faktor kesehatan dan kondisi
fisik dapat menjadi penyebab utama dari penurunan produktivitas lansia (BPS, 2020). Pendidikan terakhir terbanyak adalah sekolah dasar dengan jumlah 12
responden (34,3%). Lansia di Indonesia masih didominasi oleh kelompok lansia
yang memiliki latar belakang pendidikan rendah. Rendahnya status pendidikan
diakibatkan karena kurangnya fasilitas pendidikan dan jarak sekolah yang
cenderung jauh (BPS, 2020). Status pernikahan didapatkan bahwa mayoritas peserta prolanis
penderita hipertensi berstatus kawin 27 responden (77,1%). Pernikahan berkaitan
erat dengan kebutuhan fisik maupun mental sehingga dapat mempengaruhi kualitas
hidup seseorang (Wikananda, 2017). Adanya pendamping yang selalu mendukung dapat mengurangi risiko
penyakit dan kematian pada lansia (BPS, 2020). Mayoritas peserta prolanis memiliki lama menderita hipertensi dalam
durasi pendek. Hal ini berhubungan dengan rata-rata usia peserta prolanis yang
masih dalam lansia awal.
2.
Gambaran Derajat
Hipertensi Peserta Prolanis Penderita Hipertensi
Derajat hipertensi peserta prolanis penderita hipertensi didapatkan
kasus hipertensi derajat I sebanyak 14 kasus (40,0%). Derajat hipertensi
meningkat seiring dengan pertambahan usia (Widjaya et al., 2018). Penelitian yang dilakukan (Tamamilang et al., 2019) di Puskesmas Paceda Kota Bitung didapatkan responden yang berusia 46-55
tahun menderita hipertensi derajat 1. Derajat hipertensi dipengaruhi oleh umur
seseorang yang berhubungan dengan adanya perubahan didalam pembuluh darah (Widjaya et al., 2018).
3.
Gambaran Kualitas
Hidup Peserta Prolanis Penderita Hipertensi
Kualitas hidup pada dasarnya tidak dapat digambarkan secara objektif dan
tidak bisa dijelaskan secara pasti (Theodorou et al., 2011). Menurut WHO pengukuran kesehatan fisik, psikologis, sosial, dan
lingkungan merupakan dimensi-dimensi dari kualitas hidup (Anbarasan, 2015).
Hasil penelitian menunjukkan 20 responden (57,1%) peserta prolanis
dengan hipertensi kesehatan fisiknya dalam kategori baik. Kondisi ini didapat
karena peserta prolanis sudah teratur melakukan pengobatan.
Domain kesejahteraan psikologis didapatkan hasil dalam kategori baik
sejumlah 20 responden (57,1%). Penelitian yang dilakukan oleh (Anbarasan, 2015) di Puskesmas Rendang menunjukkan 37 responden (61,7%) dari 60 responden
didapatkan hasil domain kesejahteraan psikologis dalam kategori baik. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh (Qiu et al., 2019) di Cina bahwa seorang dengan hipertensi dapat memiliki kesehatan
psikologis yang baik akibat adanya selfmanagement dan psychological resilience
yang baik. Oleh karena itu, pasien hipertensi dengan tingkat resiliensi
(ketahanan) yang tinggi akan cenderung dapat mengelola gejala dan dapat
meminimalkan efek negatif hipertensi terhadap kesehatan mentalnya (Qiu et al., 2019).
Domain hubungan sosial menunjukkan 15 responden (42,9%) memiliki
hubungan sosial yang sedang. Sama halnya dengan penelitian (Sekardiani, 2019) terhadap 30 responden didapatkan 25 responden prolanis (83,3%) dalam
kategori sedang. Berdasarkan tabel 3, dapat terlihat bahwa domain hubungan
sosial terbanyak dalam kategori sedang tetapi domain hubungan sosial memiliki
jumlah responden dalam kategori sangat tinggi terbanyak dibandingkan dengan
domain lainnya yaitu 9 responden (25,7%). Sehingga� hubungan sosial menjadi domain yang
tidak terlalu mempengaruhi kualitas hidup peserta prolanis penderita hipertensi
sedangkan domain kesehatan fisik menjadi domain yang paling mempengaruhi
kualitas hidup karena hanya 1 responden (2,9%) yang memiliki kategori sangat
baik.
Kualitas hidup domain lingkungan diperoleh 18 responden (51,4%) baik.
Penelitian oleh (Dewi & Sudhana, 2014) di Puskesmas Gianyar 1 dari 58 responden didapatkan 35 lansia (60.3%)
dalam kategori baik. Menurut penelitian (Jacob & Sandjaya, 2018) menunjukkan adanya pengaruh faktor lingkungan dengan kualitas hidup.
Lingkungan yang baik dihasilkan dari tempat tinggal yang bersih dan
terjangkaunya pelayanan kesehatan.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik peserta prolanis
penderita hipertensi mayoritas adalah lansia awal (46-55 tahun), jenis kelamin
perempuan, tidak bekerja, pendidikan SD, dan status kawin, serta lama menderita
hipertensi dengan durasi pendek menempati posisi tertinggi. Gambaran derajat
hipertensi lebih banyak pada kategori hipertensi derajat satu. Distribusi
kualitas hidup menurut domain diperoleh dimensi kesehatan fisik, psikologis,
dan lingkungan diperoleh dalam kategori baik. Domain hubungan sosial didapatkan
dalam kategori sedang.
Saran
untuk Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe agar dapat meningkatkan kegiatan
promosi dan sosialisasi kepada peserta prolanis agar lebih komitmen dan aktif
dalam mengikuti kegiatan prolanis sehingga didapatkan kualitas hidup yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdiana,
A. (2019). Kualitas Hidup Penderita Penyakit Hipertensi Peserta Prolanis Di
Puskesmas Kecamatan Padang Utara Kota Padang. Jurnal Sehat Mandiri, 14(2),
38�47. https://doi.org/https://doi.org/10.33761/jsm.v14i2.109
Anbarasan,
S. S. (2015). Gambaran kualitas hidup lansia dengan hipertensi di wilayah kerja
puskesmas rendang pada periode 27 februari sampai 14 maret 2015. Intisari
Sains Medis, 4(1), 113�124.
https://doi.org/https://doi.org/10.15562/ism.v4i1.57
BPS.
(2020). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Chobanian,
A. V, Bakris, G. L., Black, H. R., Cushman, W. C., Green, L. A., Izzo Jr, J.
L., Jones, D. W., Materson, B. J., Oparil, S., & Wright Jr, J. T. (2003).
The seventh report of the joint national committee on prevention, detection,
evaluation, and treatment of high blood pressure: the JNC 7 report. Jama,
289(19), 2560�2571.
https://doi.org/https://doi.org/10.1001/jama.289.19.2560
Dewi,
P. R., & Sudhana, I. W. (2014). Gambaran kualitas hidup pada lansia dengan
normotensi dan hipertensi di wilayah kerja puskesmas gianyar i periode bulan
november tahun 2013. E-Jurnal Medika Udayana, 3(9), 1�13.
Endarti,
A. T. (2015). Kualitas hidup kesehatan: Konsep, model dan penggunaan. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 7(2), 97�108.
Haraldstad,
K., Wahl, A., Anden�s, R., Andersen, J. R., Andersen, M. H., Beisland, E.,
Borge, C. R., Engebretsen, E., Eisemann, M., & Halvorsrud, L. (2019). A
systematic review of quality of life research in medicine and health sciences. Quality
of Life Research, 28(10), 2641�2650.
https://doi.org/https://doi.org/10.1007/s11136-019-02214-9
Hassanzadeh,
J., Mohammadbeigi, A., Eshrati, B., Rezaianzadeh, A., & Rajaeefard, A.
(2013). Determinants of inequity in health care services utilization in Markazi
Province of Iran. Iranian Red Crescent Medical Journal, 15(5),
363�370. https://doi.org/https://doi.org/10.5812/ircmj.3525
Jacob,
D. E., & Sandjaya. (2018). Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
masyarakat Karubaga district sub district Tolikara propinsi Papua. Jurnal
Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK), 1(69), 1�16.
Kemenkes.
(2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 Penyakit Tidak Menular.
Kemkes.Go.Id.
Kemenkes.
(2019a). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Hipertensi.
Kemkes.Go.Id.
Kemenkes.
(2019b). Laporan Provinsi Aceh Riskesdas 2018 Hipertensi. Kemkes.Go.Id.
Kesehatan,
B. (2014). Panduan Praktis Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis).
Kemkes.Go.Id.
Qiu,
C., Shao, D., Yao, Y., Zhao, Y., & Zang, X. (2019). Self-management and
psychological resilience moderate the relationships between symptoms and
health-related quality of life among patients with hypertension in China. Quality
of Life Research, 28(9), 2585�2595.
https://doi.org/https://doi.org/10.1007/s11136-019-02191-z
Sekardiani,
N. L. P. (2019). Gambaran kualitas hidup peserta prolanis di puskesmas petang 1
kabupaten Badung Bali. Medisains, 16(3), 132�136.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30595/medisains.v16i3.3791
Tamamilang,
C. D., Kandou, G. D., & Nelwan, J. E. (2019). Hubungan antara umur dan
aktivitas fisik dengan derajat hipertensi di kota bitung sulawesi utara. KESMAS,
7(5), 1�8.
Theodorou,
M., Kaitelidou, D., Galanis, P., Middleton, N., Theodorou, P., Stafylas, P.,
Siskou, O., & Maniadakis, N. (2011). Quality of life measurement in
patients with hypertension in Cyprus. Hellenic J Cardiol, 52(5),
407�415.
WHO.
(2015). Hypertension. Who.Int.
WHO.
(2019). Hypertension. Who.Int.
Widjaya,
N., Anwar, F., Sabrina, R. L., Puspadewi, R. R., & Wijayanti, E. (2018).
Hubungan Usia Dengan Kejadian Hipertensi di Kecamatan Kresek dan Tegal Angus,
Kabupaten Tangerang. Jurnal Kedokteran YARSI, 26(3), 131�138.
https://doi.org/https://doi.org/10.33476/jky.v26i3.756
Wikananda,
G. (2017). Hubungan kualitas hidup dan faktor resiko pada usia lanjutdi wilayah
kerja puskesmas tampaksiring I Kabupaten Gianyar Bali 2015. Intisari Sains
Medis, 8(1), 41�49.
https://doi.org/https://doi.org/10.15562/ism.v8i1.112
|
|