Evaluasi Program Tahfizh dalam Mengukur Keberhasilan Menghafal Al-Qur�an di SMPIT Insan Mandiri Greenville Bekasi

 

Evaluation of the Tahfizh Program in Measuring the Success of Memorizing the Al-Qur'an at SMPIT Insan Mandiri Greenville Bekasi

 

1)EE. Junaedi Sastradiharja, 2)Farizal MS, 3)Endang Sutisna

1,2,3Universitas PTIQ Jakarta

 

*Email: 1) [email protected], 2) [email protected], 3) [email protected]

*Correspondence: 1) EE. Junaedi Sastradiharja

 

DOI: 10.59141/comserva.v3i12.1306

 

 

 

 

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan agarmengetahui mengevaluasi program tahfizh dalam mengukur keberhasilan menghafal Al-Qur�an di SMPIT Insan Mandiri Greenville Bekasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus dan alat pengumpulan data menggunakan wawancara, obsevasi dan studi dokumen. Analisis data menggunakan reduksi, penyajian data dan verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan melalu pendekatan kualitatif dengan subjek penelitian yang diwawancarai 4 guru, dan mengamati seluruh peserta didik tahfidz SMPIT Insan Mandiri Greenville Bekasi. Maka disimpulkan bahwa Model evaluasi program Tahfizh Al-Qur�an yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan menghafal Al-Qur�an siswa di SMPIT Insan Mandiri Greenville, adalah menggunakan model evaluasi program CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan Daniel Stufflebeam. Karakteristik evaluasi program tahfizh yang dipergunakan dalam mengukur� keberhasilan menghafal Al-Qur�an di SMPIT Insan Mandiri Greenville adalah valid, reliabel, relevan, representatif, praktis, deskriminatif, spesifik dan proporsional.Kriteria yang dipergunakan dalam mengukur keberhasilan menghafal Al-Qur�an SMPIT Insan Mandiri Greenville adalah menggunakan standar kuantitatif dan kualitatif, yakni: a. Nilai 5 (baik sekali) program wajibdilanjutkan yaitu skor 81 � 100. b. Nilai 4 (baik) program dapat dilanjutkan yaitu skor 61 � 80. c. Nilai 3 (cukup) programdapatdilanjutkan� dengan perbaikan yaitu skor 41 � 60. d. Nilai 2 (kurang) program dilanjutkan dengan��� mengubahstrategi pelaksanaan yaitu skor 21 � 40. e. Nilai 1 (kurang sekali) program tidak dilanjukan yaitu skor < 21.

 

Kata kunci: Evaluasi Program Tahfizh, Mengukur Keberhasilan, Menghafal Al-Qur�an

 

ABSTRACT

This research aims to find out how to evaluate the tahfizh program in measuring the success of memorizing the Al-Qur'an at SMPIT Insan Mandiri Greenville Bekasi. This research uses qualitative case study research methods and data collection tools using interviews, observation and document study. Data analysis uses reduction, data presentation and verification. Based on the results of research that has been carried out using a qualitative approach with research subjects interviewed by 4 teachers, and observing all tahfidz students at SMPIT Insan Mandiri Greenville Bekasi. So it is concluded that the Tahfizh Al-Qur'an program evaluation model used to measure the success of students' memorization of the Al-Qur'an at SMPIT Insan Mandiri Greenville, is using the CIPP (Context, Input, Process, Product) program evaluation model developed by Daniel Stufflebeam. The evaluation characteristics of the tahfizh program used in measuring the success of memorizing the Al-Qur'an at SMPIT Insan Mandiri Greenville are valid, reliable, relevant, representative, practical, descriptive, specific and proportional. Criteria used in measuring the success of memorizing the Al-Qur'an at SMPIT Insan Mandiri Greenville uses quantitative and qualitative standards, namely: a. A score of 5 (very good) means the program must be continued, namely a score of 81 � 100. b. A score of 4 (good) means the program can be continued, namely a score of 61 � 80. c. Score 3 (sufficient) the program can be continued with improvements, namely a score of 41 � 60. d. Score 2 (less) the program is continued by changing the implementation strategy, namely score 21 � 40. e. A score of 1 (very poor) means the program is not continued, namely a score < 21

 

Keywords: Evaluation of the Tahfizh Program, Memorizing the Al-Qur'an

 

 


PENDAHULUAN

Pada era globalisasi saat ini, tantangan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia adalah tuntutan akan kualitas sumber daya manusia yang lebih kompetitif, agar bisa bersaing dengan negara-negara lain. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan peningkatan sumber daya manusia dalam bidang pendidikan, mengingat bahwa pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Dimana melalui pendidikan maka seseorang akan menjadi pribadi yang kaya akan pengetahuan, sehingga mampu bersaing dengan bangsa lain. Dalam upaya meningkatkan pendidikan bagi warga pemerintah Indonesia membentuk berbagai program.

Sumber daya manusia yang unggul merupakan persyaratan utama bagi terwujudnya bangsa dan negara yang maju dimana pendidikan merupakan modal dasar untuk menciptakan SDM yang unggul. Khususnya pada lembaga pendidikan sekolah. Demi pencapaian visi dan misi memerlukan tenaga profesional, tata kerja organisasi dan sumber-sumber yang mendukung baik finansial maupun non finansial. Khususnya guru sebagai tenaga pendidik di sekolah. Kemampuan dan keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di sekolah dan bertanggung jawab atas peserta didik di bawah bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik disebut dengan kinerja guru. Guru sebagai aspek pengampu program tahfizh untuk peserta didik, mulai dari perencanaan, pelaksanaan pembelajaran sampai evaluasi program. Setelah kegiatan selesai dilaksanakan, pasti guru akan melaksanakan evaluasi.

Menurut Briekerhoff evaluasi program adalah suatu proses menemukan sejauh mana tujuan dan sasaran program telah terealisasi, memberikan informasi untuk pengambilan keputusan, membandingkan kinerja dengan standar atau patokan untuk mengetahui adanya kesenjangan dan kualitas. Menurut Tyler evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan sudah terealisasikan. Menurut Suharsimi Arikunto evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan (Ananda & Rafida, 2017). Evaluasi program Menurut Stufflebeam merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yangsangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif keputusan (Arikunto & Jabar, 2009). Evaluasi program penting dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Alasannya adalah dengan masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah ditentukan, apakah program perlu diperbaiki, dihentikan atau diteruskan.

Evaluasi program penting dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Alasannya adalah dengan masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah ditentukan, apakah program perlu diperbaiki, dihentikan atau diteruskan.

Pengajaran Al-Qur�an pada anak merupakan dasar pendidikan Islam pertama yang harus diajarkan ketika anak masih usia dini. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sa�ad Riyadh, barang siapa yang ingin membangun hubungan yang kuat dan dipenuhi kepuasan rasa cinta serta penghormatan antara anak dan Al-Qur�an, hendaknya dia mengawalinya sejak anak berusia dini, sekaligus memberikan perhatian yang besar kepadanya (Mahlawi, 2016).

Adapun belajar Al-Qur�an dapat dibagi dalam beberapa tingkatan, yaitu belajar membacanya sampai lancar dan baik, menurut kaidah-kaidah yang berlaku dalam qira�at dan tajwid, belajar arti dan maksud yang terkandung di dalamnya dan belajar menghafal di luar kepala, sebagaimana yang dikerjakan oleh para sahabat pada masa Rasulullah. Menghafal Al-Qur�an merupakan tugas dan tanggung jawab yang sangat besar dan mulia, setiap orang pasti bisa menghafal tetapi tidak semua orang bisa menghafal dengan baik. problem yang dihadapi oleh orang yang sedang menghafal Al-Qur�an memang banyak dan bermacam-macam mulai dari pengembangan minat, penciptaan lingkungan, pembagian waktu, sampai pada metode menghafal itu sendiri (Sutisna, 2023).

Menghafal Al-Qur�anmerupakan perbuatan yang sangat mulia dan terpuji.� Orang-orang yang mempelajari, membaca dan menghafal Al-Qur�anmerupakan orang-orang yang dipilih oleh Allah Swt, untuk menerima warisan kitab suci Al-Qur�an (Rahmi, 2019). Warisan Rasulullah yang menjadi pedoman dan solusi bagi persoalan yang dihadapi oleh manusia. Menghafal Al-Qur�an juga bukan hanya sekedar ibadah semata, melainkan memiliki banyak manfaat, baik secra fisik maupun psikologis.� Pada konfrensi kedokteran di Riyadh, Tejasen seorang profesor mengemukakan hasil penelitiannya bahwa menghafal Al-Qur�an dapat menambah daya imunitas tubuh dan ditemukan ada korelasi positif antara peningkatan kadar hafalan dengan tingkat kesehatan psikologis (Irsyad & Qomariah, 2017).

Menurut Abuddin Nata, pada dasarnya, kendala atau problem dalam menghafalkan Al-Qur�anterbagi menjadi dua bagian yaitu problem yang berasal dari dalam diri peserta didik dan problema yang berasal dari luar diri peserta didik. Problema dalam diri peserta didik itu sendiri dapat berupa perasaan malas, mudah putus asa, tidak bersemangat dan tidak memiliki motivasi. Sedangkan problema yang berasal dari luar diri peserta didik diantaranya adalah problematika yang berasal dari tenaga pendidik, sarana dan prasarana, waktu, dan aktivtas muroja�ah. Pendidik sebagai pengelola pembelajaran dituntut untuk dapat kompeten dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi pembelajaran untuk memperoleh hasil yang optimal. Tenaga pendidik yang tidak berkompeten terhadap bidangnya dapat menjadi kendala dalam proses pembelajaran termasuk menghafal Al-Qur�an. Mengajarkan dan mengarahkan anak menghafal Al-Qur�anmerupakan hal yang sangat penting dalam hidup ini. Namun, seorang pengajar maupun pendidik juga harus memperhatikan aspek wawasan dan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan yang dapat membantunya dalam menunaikan visi dan misinya dengan cara terbaik. Untuk itulah, seorang pendidik perlu membekali dirinya dengan ketrampilan-ketrampilan, supaya apa yang diajarkan kepada anak-anak tidak menjadi hal yang merugikan atau membahayakan pada psikologi anak secara khusus, dan masyarakat secara umum (Nata, 2016).

Fenomena menarik ditemukan di SMPIT Insan Mandiri Greenville Bekasi. Selain mengajarkan pelajaran umum, sekolah ini juga telah mengembangkan program taḥfīẓhAl-Qur�an. Program taḥfīẓhAl-Qur�an dimasukkan dalam mata pelajaran yang wajib diikuti oleh seluruh siswa. Hal ini menjadi sesuatu yang unik karena dari berbagai sekolah setingkat SMP yang ada di Kabupaten Bekasi, SMPIT Insan Mandiri Greenville Bekasi merupakan salah satu sekolah yang menaruh perhatian besar terhadap pelajaran taḥfīẓh Al-Qur�an. Bahkan dari seluruh sekolah setingkat SMP di kabupaten Bekasi, baru SMPIT Insan Mandiri Greenville Bekasi yang berani menerapkan target peserta didik hafal 30 juz� pada tahun pertama dengan target mutqin kelas VII juz 30, kelas VII juz 29, kelas IX juz 28.

Program taḥfīẓh ini wajib diikuti oleh seluruh siswa dari kelas VII, VIII dan IX. Program ini dilaksanakan dengan 3 jadwal program tahfizh yaitu: Target 3 bulan, Target 6 bulan dan Target 10 bulan. Dengan rincian sebagai berikut:

1.       Target 3 bulan,� terdiri dari 9 pekan dengan target 30 juz, sepekan 3 juz 3 halaman, segari 13 halaman 3 baris, 1 pertemuan 2 halaman 10 baris.

2.       Target 6 bulan, terdiri dari 14 pekan dengan taget 30 juz, 1 bulan 5 juz, sepekan 1 juz 5 halaman, sehari 5 halaman, 1 pertemuan 1 halaman.

3.       Target 10 bulan, targetnya 30 juz, 1 bulan 3 juz, sepekan 15 halaman, sehari 2,5 halaman, dan 1 pertemuan setengah halaman.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis ingin mengungkap secara lebih detil dan mendalam tentang karateristik evaluasi program tahfiz di SMPIT Insan Mandiri Greenville. Penelitian ini diberi judul: Evaluasi Program Tahfizh Dalam Mengukur Keberhasilan Menghafal Al-Qur�andi SMPIT Insan Mandiri Greenville Bekasi.

 

METODE

Penelitian kualitatif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (natural setting). Metode penelitian kualitatif ini memberikan teknik untuk memperoleh jawaban atau informasi mendalam tentang pendapat dan perasaan seseorang (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian case study research (studi kasus) dan bersifat deskriptif. Menurut Denzin dan Lincoln penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang penting untuk memahami suatu fenomena sosial dan perspektif individu yang diteliti. Pendekatan kualitatif juga merupakan yang mana prosedur penelitiannya menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata yang secara tertulis ataupun lisan dari prilaku orang-orang yang diamati.

Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dari individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan (Moleong, 2012). Menurut penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam lingkungan, berinteraksi dengan mereka dan menafsirkan pendapat mereka tentang dunia sekitar (Nasution, 2002). kemudian Nana Syaodih Sukmadinata menyatakan bahwa penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok (Sukmadinata, 2019).

Metode penelitian dan teknik penelitian merupakan komponen yang paling penting dalam penelitian. Metode merupakan keseluruhan langkah ilmiah yang digunakan untuk menemukan solusi atas suatu masalah (Silalahi, 2006). Metode penelitian itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu setiap prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir (Basuki, 2006). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yakni menjelaskan suatu fenomena yang sedang terjadi dengan memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandang, perasaan, aktivitas, perilaku individu atau kelompok orang, kejadian yang sedang dialami oleh individu atau kelompok dalam kehidupannya. Dari definisi di atas, pemahaman secara menadalam mengenai kasus yang akan menjadi objek penelitian yang dapat diperoleh melalui berbagai sumber data, contohnya seperti, hasil penelitian sebelumnya, data dan informasi dari media masa, pengalaman individu seseorang terhadap kasus tertentu, lembaga pemerintah, swasta, organisasi dan data lain hasil browsing dari internet. Metode penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif ini berfungsi sebagai penjelasan yang telah dipaparkan tersebut mengacu kepada konteks, studi kasus juga dapat dilihat sebagai objek penelitian secara holistik. Peneliti menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif deskriptif karena ingin memperoleh data dari peristiwa yang sedang dialami peserta didik selama Evaluasi Program Tahfizh Dalam Mengukur Keberhasilan Menghafal Al-Qur�andi SMPIT Insan Mandiri Greenville Bekasi agar hasilnya valid.

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang di tentukan. Populasi menurut Joko Subagyo adalah obyek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan data (Asrof, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMPIT Insan Mandiri Greenville Bekasiuntuk mengetahui tentang Evaluasi Program Tahfizh Dalam Mengukur Keberhasilan Menghafal Al-Qur�andi SMPIT Insan Mandiri Greenville Bekasi.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2017). Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi, 2006). Teknik pengambilan sampel yaitu responden yang akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini mengacu pada jumlah populasi yang telah ditentukan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probality sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur/anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini mempunyai beberapa macam, salah satunya adalah simple random sampling yang digunakan dalam penelitian ini. Dikatakan Simple random sampling karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila nggota populasi dianggap homogen (Sugiyono, 2015). Sedangkan sampel atau yang disebut dengan informan dalam penelitian� ini adalah kepala sekolah, koordinator tahfizh dan guru sebagai informan utama sebanyak empat orang dan dokumentasi penilaian peserta didik sebagai informasi pendukung

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Program Tahfizh Al-Qur�an di SMPIT Insan Mandiri Greenville

Menurut Ibnu kaldun dalam bukunya Abdullah Nasih Ulwan menyatakan akan pentingnya mengajarkan Al-Qur�an bagi anak-anak karena Al-Qur�an sebagai pondasi dalam menguatkan dan meneguhkan keimanan. Dengan menghafal Al-Qur�an diharapkan terjadi� peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT Sehingga program tahfizh Al-Qur�an menjadi salah satu alternative untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa. Adanya program tahfizh Al-Qur�an sebagai bentuk upaya agar siswa dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menghafal Al-Qur�an sekaligus peningkatan akhlakul karimah (Falah, 2015).

Peranan program tahfizh Al-Qur�an begitu banyak mulai dari mengajarkan siswa bisa membaca dan menghafal Al-Qur�an dan sampai pada akhirnya semua akhlaknya juga didasarkan dalam Al-Quran. Sehingga tahfizh Al-Qur�anakan meningkatkan kualitas manusia dalam semua aspek dan salah satunya aspek akhlak.Program tahfizh� dilaksanakan� dalam rangka mewujudkan misi mensyiarkan agama Islam yaitu menjaga kemurnian Al Qur�an dan mengamalkan isi kandungannya. Program tahfizh ini merupakan program yang pelaksanaannya terintegrasi dengan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar), Program ini dilaksanakan� di Unit TK, SD, SMP (Sutisna, 2023).

Model Evaluasi Program Tahfizh Al-Qur�andi SMPIT Insan Mandiri Greenville.

Model evaluasi program tahfid Al-Qur�an yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan menghafal Al-Qur�an peserta didik di SMPIT Insan Mandiri Greenville, adalah menggunakan model evaluasi program CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan Daniel Stufflebeam.

a.       Evaluasi context

Evaluasi context adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek. Context ini juga membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program. Context dalam penelitian ini meliputi latar belakang sekolah, visi misi dan tujuan Sekolah Islam Terpadu yang telah disesuaikan dengan konsep Sekolah Islam Terpadu yang telah disusun oleh JSIT Indonesia.

Menurut Anwar Sholeh selaku Kepala Sekolah SMPIT IMG evaluasi context di SMPIT IMG adalah evaluasi yang bertujuan untuk membantu mengambil keputusan dalam hal perencanaan. Evaluasi konteks mencakup evaluasi yang berkaitan dengan lingkungan yaitu: kemajuan iptek, nilai dan harapan masyarakat, dukungan pemerintah dan masyarakat, kebijakan pemerintah, landasan yuridis, tuntutan ekonomi, tuntutan globalisasi, tuntutan pengembangan diri serta peluang output untuk sukses. Evaluasi context adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, pupulasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan program.Dari aspek context standar pendidik dan tenaga kependidikan yang meliputi standar mutu Sekolah Islam Terpadu, dan dukungan/partisipasi dari masyarakat. Standar mutu Sekolah Islam Terpadu telah disusun oleh sekelompok pengurus Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia guna untuk meningkatkan mutu Sekolah Islam Terpadu di seluruh Indonesia. Maka dengan adanya standar mutu Sekolah Islam Terpadu ini, bisa dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan Sekolah Islam Terpadu. SMPIT Insan Mandiri Greenvilletelah mengacu pada standar mutu Sekolah Islam Terpadu dalam pelaksanaan standar pendidik dan tenaga kependidikan.

Selanjutnya dijelaskan kembali oleh Asraffun Zu�am Maulana pengajar di SMPIT IMG bahwa Aspek context mencakup masalah yang berkaitan dengan kondisi lingkungan program yang akan dilaksanakan serta relevansi program dengan pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan program. Pada aspek ini akan dilihat sejauh mana kebutuhan program dan tujuan berjalan. Dalam evaluasi context ada dua sub variabel yang akan dibahas yakni kebutuhan program dan tujuan program.

b.       Evaluasi Input

Input merupakan sarana/modal/bahan dan rencana strategis yang ditetapkan untuk mencapai tujuan pendidikan, komponen input meliputi sumber pendanaan, kemampuan hafalan dan latar belakang pendidikan pengajar, dan kemampulan hafalan awal peserta didik. Menurut Ust. Asraffun Zu�am Maulana evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan bagaimana sumber daya yang tersedia harus dipertimbangkan untuk mencapai tujuan suatu program. Aspek input merupakan aspek yang penting dalam pelaksanaan program yaitu sumber pendanaan, pengajar, kualifikasi peserta didik.

c.       Evaluasi Process

Evaluasi proses ini dilakukan dengan mengobservasi pembelajaran dikelas, penulis melihat sendiri bagaimana guru mengajarkan tahfiz dikelas masing-masing guru.Kelas VII (Asraffun Zu�am Maulana ), Kelas VIII (Ahmad Miqdam), dan Kelas IX (Supriyanto)merupakan pengajar yang mengampu kegiatan tahfiz. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dimulai pukul 14.30-15.30. Gurumemulai Kegiatan Belajar mengajar dengan mengucapkan salam dan mengajak peserta didik untuk berdoa bersama. Gurumentalqin setiap peserta didik, dengan minimal 10 ayat. Pada saat itu peserta didik sedang muroja�ah dari surat an-Nas sampai surat adh-Dhuha. Setiap peserta didik menghafal secara bersamaan, setelah membaca secara bersamaan, para peserta didik diminta oleh guruuntuk membaca secara bergantian setiap ayat dengan melanjutkan ayat disetiap surahnya. Setiap peserta didik ditalqin terlebih dahulu, agar bacaan yang akan dihafalkan dapat dihafalkan dengan benar sesuai tajwid dan sesuai dengan nada. Setelah itu peserta didik menghafal secara mandiri dengan diawasi guru Setelah waktu manghafal selesai, gurumemanggil para peserta didik untuk melakukan setoran.

Gurumenutup kegiatan belajar mengajar, dengan memberikan pesan kepada peserta didik untuk murojaah ayat-ayat yang sudah dihafalkan, dan meminta kepada orang tua atau keluarga terdekat untuk menyimak murojaah hafalan peserta didik di rumah. Setelah selesai pembelajaran hafalan, Gurumenutup dengan bercerita tentang kisah sahabat. Guru menutup Pembelajaran dengan salam dan doa bersama.

d.       Evaluasi Product

Sistem penilaian pada program hafalan di SMPIT Insan Mandiri Greenville sesuai dengan standar yang ditetapkan sekolah. Adapun output yang ditargetkan adalah peserta didik dapat menghafalkan minimal � juz per semester (Sutisna, 2023). Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan terhadap hasil kegiatan pembelajaran program hafalan lembaga SMPIT Insan Mandiri Greenvilledenganmenggunakan dokumen yang dalam kegiatan inimendapatkan hasil 82,41%. Ada 75 peserta didik yang mencapai target. Maka dapat diambil persentase (jumlah peserta didik lulus x 100%):91=(75x100%):91=82,41%.

Evaluasi program Tahfizh yang dipergunakan dalam mengukur keberhasilan menghafal Al-Qur�andi SMPIT Insan Mandiri Greenville adalah:

  1. Valid artinya alat evaluasi betul-betul dapat mengukur secara tepat efektivitas program Tahfizh Al-Qur�andi SMPIT Insan Mandiri Greenville Bekasi
  2. Reliabel artinya alat evaluasi program Tahfizh Al-Qur�an handal atau konsisten dalam mengukur keberhasilan program Tahfizh Al-Qur�an di SMPIT Insan Mandiri Greenville Bekasi
  3. Relevan artinya alat evaluasi program Tahfizh Al-Qur�an sesuai dengan komponen, sub komponen dan indikator yang telah ditetapkan.
  4. Representatif artinya alat evaluasi program Tahfizh Al-Qur�an mewakili seluruh aspek program Tahfizh Al-Qur�an
  5. Praktis artinya mudah digunakan dan difahami serta memiliki ciri-ciri mudah dilaksanakan, tidak menuntut sarana yang banyak dan memberi kebebasan dalam mengerjakannya.
  6. Deskriminatif artinya dapat disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan yang ada.
  7. Spesifik artinya disusun dan digunakan khusus untuk program Tahfizh Al-Qur�an.
  8. Proporsional artinya memiliki tingkat kesulitan yang seimbang atau proporsional antara sulit, sedang dan mudah.

Kriteria dalam mengukur keberhasilan menghafal Al-Qur�an di SMPIT Insan Mandiri Greenville

Kriteria yang dipergunakan dalam mengukur keberhasilan menghafal Al-Qur�an SMPIT Insan Mandiri Greenville adalah menggunakan stanadar kuantitatif dan kualitatif, yakni:

a.       Kriteria Evaluasi

Konteks Pelaksanaan program hafalan Al-Qur�andi lembaga tersebut sesuai dengan visi, misi Lembaga SMPIT Insan Mandiri Greenvilledan tujuan program hafalan.

b.       Kriteria Evaluasi Input

1)      Input sumber pendanaan pada lembaga sesuai dengan standar lembaga SMPIT Insan Mandiri Greenville

2)      Input kemampuan hafalan dan latar belakang pendidikan pengajar di lembaga sesuai dengan standar Lembaga SMPIT Insan Mandiri Greenville, yaitu:

a)       Mempunyai hafalan minimal 3 juz

b)      Merupakan lulusan pondok pesantren

3)      Input kualifikasi peserta didik sudah lancar membaca Al-Qur�an.

c.       Kriteria Evaluasi Proses

Kriteria yang dipergunakan dalam mengukur keberhasilan menghafal Al-Qur�an SMPIT Insan Mandiri Greenville adalah menggunakan standar kuantitatif dan kualitatif, yakni:

1).    Nilai 81 �100: kategori �baik sekali atau program wajib dilanjutkan

2).    Nilai 61 � 80 : kategori baik atau program dapat� dilanjutkan

3).    Nilai 41 � 60 : kategori�� cukup� atau�� program� dapat dilanjutkan� dengan perbaikan

4).    Nilai 21 � 40 : kategori� kurang� atau�� program� dilanjutkan dengan� mengubahstrategi pelaksanaan

5).    Nilai�� <21�� : kategori kurang sekali atau program tidak dilanjukan

Kriteria evaluasi proses yaitu pelaksanaan pembelajaran meliputi terdapat kesesuaian proses pembelajaran dengan kurikulum, adanya kesesuaian penyampaian pengajar dalam memberikan materi kepada peserta didik, keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran serta metode pembeajaran yang diberikan pengajar di kelas. pelaksanaan pembelajaran meliputi terdapat kesesuaian proses pembelajaran dengan standar pengelolaan program hafalan, adanya kesesuaian penyampaian pengajar dalam memberikan materi hafalan kepada siswa. Standar pelaksanaan program hafalan SMPIT Insan Mandiri Greenvilleadalah sebagai berikut:

1)      Mendahulukan menghafal juz 30

2)      System hafalan minimal 10 ayat per-pertemuan

3)      Menghafal dengan nada

4)      Muroja�ah ayat yang dihapalkan sebelum melanjutkan

Evaluasi kriteria produk yaitu berupa hasil capaian belajar peserta didik berupa kemampuan hafalan yang ditetapkan oleh lembaga SMPIT Insan Mandiri Greenville, yaitu Peserta didik dapat menghafalkan minimal � juz per semester.

 

SIMPULAN

Berdasarkan temuan hasil penelitian di SMPIT Insan Mandiri Greenville Bekasi sebagaimana telah diuraikan di atas dan mengacu kepada tujuan penelitian, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

�a.            Model evaluasi program tahfidz Al-Qur�an yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan menghafal Al-Qur�an siswa di SMPIT Insan Mandiri Greenville, adalah menggunakan model evaluasi program CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan Daniel Stufflebeam. Hasil evaluasi context pelaksanaan program Tahfidzul Qur�an dikategorikan sangat baik, karena telah memenuhi kriteria evaluasi context yang ada.Hasil evaluasi input dari pelaksanaan program Tahfidzul Qur'an secara keseluruhan menujukan kategori sangat baik. Evaluasi masukan terbagi menjadi beberapa indikator yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan peralatan pendukung, dana atau anggaran, prosedur yang diperlukan, dan strategi.Hasil evaluasi proses dari pelaksanaan program Tahfidzul Qur�an di SMPIT Insan Mandiri Greenville Bekasi secara kesuluruhan mendapatkan kategori sangat baik. Evaluasi proses terbagi menjadi 4 indikator yaitu: kesesuaian pelaksanaan dengan rencana, Kesesuaian pengajar dalam proses penyampaian, pemanfaatan sarana dan prasarana, dan melakukan proses penilaian dan pengawasan.Evaluasi hasil (Output) dari pelaksanaan program Tahfidzul Qur�an di SMPIT Insan Mandiri Greenville Bekasi secara keseluruhan menunjukkan kategori sangat baik. Evaluasi hasil terdiri dari 3 indikator yaitu output yang dicapai dilihat dari tiga ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor), outcome program Tahfidzul Qur'an, dan� manfaat yang telah didapat peserta didik. Dengan demikian, kesimpulan pencapaian hasil keseluruhan pada program Tahfidzul Qur�an dinyatakan dalam kategori baik namun hasilnya belum bisa mencapai maksimal. Oleh karena itu, perlu diadakan pemantauan terhadap hasil yang telah didapatkan. Proses perbaikan dan evaluasi juga harus tetap dilakukan di setiap program yang ada. Program Tahfidzul Qur�an dikatakan layak untuk diteruskan dengan beberapa modifikasi.

�b.            Kriteria yang dipergunakan dalam mengukur keberhasilan menghafal Al-Qur�an SMPIT Insan Mandiri Greenville adalah menggunakan standar kuantitatif dan kualitatif, yakni:

1).    Nilai 81 �100: kategori �baik sekali atau program wajib dilanjutkan

2).    Nilai 61 � 80 : kategori baik atau program dapat� dilanjutkan

3).    Nilai 41 � 60 : kategori�� cukup� atau�� program� dapat����������������������� dilanjutkan� dengan perbaikan

4).    Nilai 21 � 40 : kategori� kurang� atau�� program� dilanjutkan dengan� mengubahstrategi pelaksanaan

5).    Nilai�� <21�� : kategori kurang sekali atau program tidak dilanjukan

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ananda, R., & Rafida, T. (2017). Pengantar evaluasi program pendidikan. Cv. Pusdikra Mitra Jaya.

 

Arikunto, S., & Jabar, C. S. A. (2009). Evaluasi program pendidikan: Pedoman teoretis bagi mahasiswa dan praktisi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

 

Asrof, S. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: ELKAF.

 

Basuki, S. (2006). Metode Penelitian, Jakarta. Wedatama Widya Sastra.

 

Falah, A. (2015). Pemikiran Pendidikan Islam Menurut M. At} Iyah Al-Abra> Syi Dalam Kita> B At-Tarbiyah Al-Isla> Miyyah Wa Fala> Sifatuha. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 10(1).

 

Irsyad, M., & Qomariah, N. (2017). Strategi menghafal Al-Quran sejak usia dini. Annual Conference on Islamic Early Childhood Education (ACIECE), 2, 135�148.

 

Mahlawi, M. (2016). Pendidikan Islam Di Majelis Ta�lim Kelurahan Bangetayu Kulon Genuk Semarang. Fakultas Agama Islam UNISSULA.

 

Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung. Pariwisata Pedesaan Sebagai Alternatif Pembangunan Berkelanjutan (Laporan Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi) Yogyakarta.

 

Nasution, S. (2002). Metode penelitian naturalistik kualitatif. Tarsito.

 

Nata, H. A. (2016). Pendidikan dalam perspektif Al-Qur�an. Prenada Media.

 

Rahmi, Y. (2019). Metode Muraja�ah dalam Menghafal Al-QurAn di Pondok Pesantren Al-Mubarok Tahtul Yaman Kota Jambi. INNOVATIO: Journal for Religious Innovations Studies, 19(1), 65�76.

 

Silalahi, U. (2006). Metode penelitian sosial. Unpar press.

 

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta.

 

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeta.

 

Suharsimi, A. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 120�123.

 

Sukmadinata, N. S. (2019). Metode penelitian pendidikan.

 

Sutisna, E. (2023). Evaluasi program tahfiz Al-Qur�an. Publica Indonesia Utama.

 

 

https://jurnal.syntax-idea.co.id/public/site/images/idea/88x31.png� 2024 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).