Pengaruh Pemberian
Pupuk Cair Organik Top G2 Terhadap Produksi Bahan Segar dan Bahan Kering serta
Bahan Organik Rumput Gajah
Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott)
� The Effect Of Giving Top G2
Organic Liquid Fertilizer On The Production Of Fresh Matter and Dry Matter and
Organic Matter Of Mini Elephant Grass (Pennisetum purpureum cv. Mott)
1)* Porensyah
Bertha Reku, 2) Stefanus Tany Temu, 3)
Dominggus Benyamin Osa
1,2,3 Fakultas Peternakan Kelautan dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana.
*Email: 1) [email protected],
*Correspondence: 1) Porensyah Bertha Reku
DOI: 10.59141/comserva.v3i12.1288 |
ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di lahan
Perkebunan Belarasa PSE Keusukupan
Agung Ende selama 3 bulan
dari bulan Februari sampai Mei 2023.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk cair organik Top G2 terhadap produksi bahan segar, bahan kering, dan bahan organik rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott). Materi
penelitian berupa rumput gajah mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott) dan pupuk cair organik TOP G2. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diteliti sebagai berikut M0= tanpa perlakuan pupuk cair organik��������������� Top G2 (kontrol),
M1 : 10 ml POC Top G2 /1 liter
air, M2= 20 ml POC Top G2 /1 liter air, M3= 30 ml
POC Top G2/1 liter air. Variabel
yang diukur adalah produksi bahan segar, bahan kering, dan bahan organik. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA). Hasil analisis ragam (ANOVA)� menunjukkan
bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap produksi bahan segar,� bahan kering dan bahan organik� rumput gajah mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott). Disimpulkan bahwa pemberian pupuk cair organik
Top G2 mampu meningkatkan
produksi bahan segar, bahan kering, dan bahan organik rumput gajah mini serta pada perlakuan M3 dengan dosis 30 ml POC Top G2/
1 liter air memberikan respon tertinggi terhadap produksi bahan segar (20,44 BS ton/Ha), bahan
kering (5,04 BK ton/Ha), dan bahan
organik (4,12 BO ton/Ha) rumput
gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott). Kata kunci: Produksi Bahan Segar, Bahan
Kering, Bahan Organik, Pupuk Cair Organik��� Top G2, Rumput Gajah Mini |
ABSTRACT
The
research was conducted in the Belarasa Plantation PSE
Keuskupan Agung Ende for 3 months from February to
May 2023. The purpose of this study was to determine the effect of TOP G2
organic liquid fertilizer on the production of fresh matter, dry matter and
organic matter of mini elephant grass (Pennisetum purpureum cv. Mott). The
research materials consisted of mini elephant grass (Pennisetum purpureum cv.
Mott) and TOP G2 organic liquid fertilizer. The research design used was a
Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatment and 4 replications. The
treatments investigated were as follows M0: without TOP G2 organic liquid
fertilizer treatment (control), M1: 10 ml POC Top G2/1 liter
of water, M2: 20 ml POC Top G2/1 liter of water, M3:
30 ml POC Top G2/1 liter of water. The variables
measured were the production of fresh matter, dry matter and organic matter.
The data obtained were analyzed using analysis of
variance (ANOVA). The results of the analysis of varianc
(ANOVA) showed that the treatment had no significant effect (P>0,05) on the
production of fresh matter, dry matter and organic matter of mini elephant grass.(Pennisetum purpureum cv. Mott). It was concluded that
the application of Top G2 organic liquid fertilizer could increase the
production of fresh matter, dry matter, and organic matter of mini elephant
grass. Treatment M3 with a dose of� 30 ml POC Top G2/1 liter
of water showed the highest response to the production of fresh matter (20,44
FM ton/Ha), dry matter (5,04 DM ton/Ha) and organic matter (4,12 OM ton/Ha) of
mini elephant grass (Pennisetum purpureum cv. Mott).
Keywords:
Fresh Matter Production, Dry Matter, Organic Matter, Top G2
Organic �Liquid Fertilizer, Mini Elephant Grass
PENDAHULUAN
Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kuantitas
maupun kontinuitasnya merupakan faktor yang penting dalam menentukan
keberhasilan usaha peternakan terutama ternak ruminansia. Hal ini disebabkan hampir 90 % pakan ternak ruminansia berasal dari hijauan
dengan konsumsi bahan segar perhari 10-15% dari berat badan, sedangkan sisanya adalah konsentrat dan pakan tambahan (feed �����suplement) (Sirait et al., 2005). Permasalahan
yang sering terjadi dalam peningkatan produksi peternakan adalah pengadaan bahan makanan, terutama pakan hijauan untuk ternak
ruminansia, sehingga seringkali menjadi faktor penyebab rendahnya produktivitas ternak.
Salah
satu jenis pakan unggul yang memiliki
produksi yang cukup tinggi adalah rumput
gajah mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott) dimana rumput
ini banyak disukai oleh ternak ruminansia, tanaman ini mudah ditanam,
bibit mudah didapat, memiliki kualitas nutrisi yang baik untuk ternak.
Rumput ini memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, mampu beradaptasi pada berbagai kondisi lahan, responsif terhadapa pemupukan serta produksi yang tinggi (Sirait et al., 2017).
Produksi hijauan
segar pada rumput gajah
mini tergantung pada umur pemotongan dan musim. Pada kondisi baik satu
rumpun rumput gajah mini biasanya menghasilkan puluhan batang, rumpun anakan yang banyak serta pertumbuhan kembali (regrowth) setelah dipotong sangat cepat namun dengan
bertambahnya umur rasio batang dan daun cepat meningkat
dibarengi oleh menurunnya nilai nutrisi. Rumput gajah mini mempunyai produksi bahan kering 40 sampai 63 ton/ha/tahun, rata-rata kandungan gizi yaitu protein kasar 9,66%, BETN 41,34%, serat kasar 30,86%, lemak 2,24%, abu
15,96% dan TDN 51%, (Kusuma & Sutanto, 2018).
Produksi hijauan pakan pada setiap tempat akan berbeda
menurut daerah atau jenis tanahnya.
Hal ini dipengaruhi oleh kondisi tanah, terutama terkait dengan kesuburannya. Kesuburan tanah ditunjukkan oleh tinggi rendahnya
atau kaya tidaknya unsur hara yang terkandung di dalamnya. Semakin banyak jumlah unsur
hara yang terkandung dalam tanah,
semakin subur tanaman hijauan yang tumbuh diatasnya, yang berarti semakin tinggi pula produksi tanaman yang dihasilkan,
karena zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya terpenuhi. Nitrogen merupakan unsur hara yang digunakan dalam jumlah yang besar untuk sebagian
besar tanaman tahunan, karena nitrogen (N) merupakan
salah satu unsur hara yang
paling penting dalam hal mempengaruhi produksi tanaman termasuk rumput gajah mini. Hasil analisis tanah yang digunakan dalam penelitian
ini sebagai media tanam menunjukkan bahwa tanah tersebut
kekurangan nitrogen, dan termasuk
kategori rendah (0,10%) sehingga perlunya dilakukan pemberian pupuk dengan pupuk
cair organik.
Pupuk organik cair Top G2 adalah pupuk organik cair
yang dirancang dan diformulasi
dengan fermentasi bioteknologi, Top G2 dibuat dari bahan baku
organik pilihan serta melalui penelitian
dan uji efektivitas secara alamiah serta praktek
lapangan. Pupuk organik cair kebanyakan
diaplikasikan melalui daun dapat memberikan
kebutuhan nutrisi tanaman antara lain mengandung C-Organik tinggi, mengandung 14 Unsur hara makro dan mikro essensial yang dibutuhkan tanaman
(Makro:
N, P, K, Ca, Mg, Belerang dan Mikro : Zn, Cu, Mn, Co, Bo,
Mo, Fe, mengandung hormon pengatur tumbuh alami berkualitas tinggi Zeatin/Sitokinin dan Gibbrelin (GA3), mengandung 17 asam amino dan mengandung Asam Organik, Enzim dan Vitamin, Benefical Microbe (mikroba yang bermanfaat), Senyawa bioaktif dll. Pupuk
Top G2 dapat merangsang pertumbuhan dan kualitas kinerja akar tanaman
secara sempurna, meningkatkan produksi tanaman, serta meningkatkan pertumbuhan dan kualitas fisik akar, batang, daun.
Berdasarkan uraian masalah
di atas, dilakukan suatu kajian untuk
mengetahui pengaruh pemberian pupuk cair organik Top G2 terhadap produksi bahan
segar dan bahan kering serta bahan organik
rumput gajah mini (Pennisetum
purpureum cv.Mott).
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
����������� Penelitian dilaksanakan
di lahan Perkebunan Belarasa
PSE Keusukupan Agung �������������������������������������������Ende yang terletak di Jln. Udayana, Kelurahan Onekore, Kecamatan Ende Tengah, Kabupaten
Ende. Penelitian berlangsung
selama 3 bulan (Februari - Mei 2023).
Materi Penelitian
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit
rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott), yang digunakan berupa stek, pupuk yang digunakan adalah pupuk cair organik
Top G2 sebanyak 60 ml, polybag dengan ukuran 50 x 40 cm berwarna
hitam dengan kapasitas 10 kg tanah dan 1 kg feses
sapi, dengan total polybag yang digunakan
adalah 16 polybag, tanah yang digunakan sebanyak 160 kg, feses sapi kering
digunakan sebanyak 16 kg,
dan air.
Alat
����������� Peralatan yang digunakan meliputi sekop, cangkul,
linggis, alat semprot, ember, alat timbangan, oven, karung, gunting, meteran, gayung, kamera, pita ukur, kalkulator, tabel pengamatan dan alat tulis menulis.
Metode Penelitian
����������� Metode penelitian adalah metode eksperimen dengan
�����������������������Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan, sehingga diperoleh 16 unit percobaan. Perlakuan yang diteliti terdiri dari :
M0 = Tanpa pupuk cair
(kontrol)
�M1 = 10 ml pupuk cair TOP G2 / 1
liter air
M2 = 20 ml pupuk cair TOP G2 / 1
liter air
M3 = 30 ml pupuk cair TOP G2 / 1
liter air
Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan
dengan tahapan sebagai berikut :
Sampel tanah diambil dari bukit
cinta kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dari 3 titik masing-masing jarak 5 langkah� dengan
kedalaman 10 cm, kemudian dianalisis di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Nusa Cendana.
Media tanam yang digunakan adalah tanah. Tanah digali lalu dihancurkan dan dibersihkan serta diayak dari material-material setelah itu ditimbang
sebanyak 10 kg dan dilanjutkan
pengisian pada polybag
ukuran 50 cm � 40 cm.
Bibit rumput
gajah mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott) yang digunakan berupa stek yang diperoleh dari UPT Laboratorium Lapangan Terpadu Lahan Kering Kepulauan
Universitas Nusa Cendana.
Ukuran panjang
stek 15 cm. Setiap polybag ditanami
stek rumput gajah mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott) sebanyak 1 stek dengan kedalaman
5 cm, yang ditanam secara tegak dan di bagian pangkal stek tanahnya
ditimbun agar perakarannya dapat kontak langsung
dengan tanah. Jarak tanam antar polybag 75 cm
� 75 cm.
Trimming dilakukan setelah
tanaman rumput gajah mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott) tumbuh dengan
baik yakni 38 hari setelah penanaman
dengan tinggi pemotongan 10 cm di atas permukaan tanah. Trimming bertujuan untuk penyeragaman tanaman.
Pemberiannya pada rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) dengan masing-masing dosis sesuai perlakuan dengan menggunakan alat semprot.
Penyiraman dilakukan
dua kali sehari sebanyak
1150 ml/polybag, yaitu
575 ml pada waktu pagi jam
06.00 WITA dan 575 ml pada waktu sore pukul 17.00 WITA. Kecuali pada saat hujan tidak
dilkukan penyiraman untuk menghindari pembusukan pada stek.
Penyiangan dilakukan
untuk membasmi gulma dan tanaman pengganggu lainnya yang tumbuh di sekitar rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott).
Pemanenan dilakukan
ketika rumput gajah mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott) berumur 45 hari setelah trimming.
Pada saat rumput dipotong, bagian tanaman ditinggalkan 10 cm dari permukaan tanah, setelah selesai pemotongan selanjutnya dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat segar.
Variabel Yang Diamati
Produksi Bahan Segar
Berat segar diperoleh dengan cara menimbang
batang dan daun segera setelah tanaman dipanen pada umur 45 hari setelah
trimming sesuai petunjuk
(Cosgrove & Undersander, 2001).
Produksi Bahan Kering
Setelah berat
segar diketahui, rumput diangin-anginkan atau dikering udarakan
selama 21 hari.
Rumput yang telah diangin-anginkan atau dikering udarakan
ditimbang untuk
mengetahui presentase berat kering udara
dan selanjutnya rumput tersebut dicacah dan digiling dengan menggunakan mesin penggiling hingga halus. Kemudian �diambil 3 gram ditaruh dalam cawan
porselin untuk dimasukkan dalam oven 105℃ untuk dikeringkan selama satu hari
(AOAC, 2005).
% Bahan
Kering =
Setelah nilai
presentasi kering udara dan persentase bahan kering diketahui, selanjutnya hitung
persentase bahan kering yang sebenarnya dengan menggunakan
formula.
% BK Sebenarnya������� = %
Kering Udara x % Bahan Kering Oven 105℃ x 100%
Produksi BK��� = Produksi Bahan
Segar x % Bahan Kering Sebenarnya
Produksi Bahan Organik
Setelah mendapat
bahan kering, sampel digiling halus lalu dimasukkan
dalam cawan untuk diabukan dalam tanur pada suhu 600℃ selama kurang lebih enam
jam selanjutnya sampel dikeluarkan dari tanur dan ditimbang beratnya setelah diketahui berat abunya, dihitung persentase abunya sesuai petunjuk (AOAC, 2005).
Selanjutnya dihitung
kandungan bahan organiknya dengan rumus :
%� Abu =
% BO = 100%� �� %
Abu
Untuk mendapatkan
kandungan produksi bahan organik dihitung menggunakan rumus :
Produksi BO =� % BO x Produksi Bahan Kering
Analisa
Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam / sidik ragam
(analisis of variance / ANOVA).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott)
Data rataan produksi
bahan segar, bahan kering dan bahan organik tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan produksi (kg/polybag) bahan
segar, bahan kering , dan bahan organik� rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott)
Parameter |
Perlakuan |
P |
|||
M0 |
M1 |
M2 |
M3 |
Value |
|
Produksi BS |
0,251�0,32 |
0,401�0,27 |
0,118�0,06 |
0,511�0,49 |
0,389 |
Produksi
BK |
0,082�0,04 |
0,124�0,01 |
0,083�0,04 |
0,126�0,02 |
0,156 |
Produksi
BO |
0,068�0,03 |
0,102�0,018 |
0,067�0,03 |
0,103�0,01 |
0,166 |
Produksi Bahan Segar Rumput Gajah
Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) ��������
Berdasarkan data Tabel 1 terlihat bahwa produksi bahan segar tertinggi yang diperoleh pada penelitian ini terdapat pada perlakuan M3 (30 ml) dengan rataan 0,511 kg/polybag �setara dengan 20,44 ton/Ha diikuti
perlakuan M1 (10 ml) sebesar
0,401 kg/polybag setara dengan 16,04 ton/Ha dan pada perlakuan
M0 tanpa pemupukan pupuk cair organik
Top G2 sebesar 0,251 kg/polybag setara dengan , 10,04 ton/Ha dan yang terendah terdapat pada� perlakuan M2 (20
ml) yakni sebesar 0,118 kg/polybag setara dengan 4,72 ton/Ha. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan pupuk cair organik
Top G2 dengan dosis 30 ml menghasilkan produksi bahan segar rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) cukup tinggi dibandingkan
perlakuan lainnya. Hasil penelitian produksi berat segar ini lebih rendah dibandingkan
dengan hasil penelitian (Missa et al., 2023)) dengan penggunaan pupuk organik cair daun
kelor pada tanah latosol dengan dosis 100 ml menghasilkan produksi bahan segar tertinggi sebesar 625,00 gram/polybag.
Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap produksi bahan segar rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott). (Sutedjo & Kartasapoetra,
1995) mengatakan bahwa
pupuk cair dapat mencukupi tersedianya unsur hara bagi tanaman. Unsur
hara memegang peranan penting dalam metabolisme
tanaman dan penentu kualitas nutrisi tanaman (Schnug, 1990). Pemupukan dapat memberikan produksi bobot segar suatu tanaman menjadi lebih tinggi (Purbajanti, 2013). Peningkatan produksi berat segar pada perlakuan M3 rumput gajah mini ini diduga disebabkan oleh meningkatnya jumlah unsur hara yang tersedia bagi tanaman, sebagaimana
yang dilaporkan oleh (Lakitan, 1996) bahwa pupuk cair berpengaruh
langsung terhadap fisiologi tanaman seperti meningkatkan pertumbuhan tanaman, serta meningkatkan produksi�� tanaman. Sedangkan pada perlakuan M2 terjadi penurunan produksi berat segar rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott). Hal ini diduga karena
kelebihan dosis pupuk cair yang diberikan pada rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott), hal ini sesuai
dengan pendapat (Priangga &
Suwarno & Hidayat, 2013) yang menyatakan bahwa menurunnya produksi bahan segar disebabkan karena kelebihan level yang diberikan
pada tanaman rumput gajah. Oleh karena itu, semakin tinggi
level penggunaan pupuk cair organik Top G2 belum tentu dapat
menjamin peningkatan pertumbuhan dan perkembangan karena setiap tanaman
memiliki kemampuan yang berbeda dalam penyerapan
unsur hara pada tanah (Miftakhurrohmat,
2019).
Produksi Bahan Kering Rumput
Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott)
Berdasarkan data Tabel 1 terlihat bahwa produksi bahan kering tertinggi
yang diperoleh pada penelitian
ini terdapat pada perlakuan M3 (30 ml) dengan rataan 0,126 kg/ polybag setara dengan 5,04 ton/Ha diikuti perlakuan M1 (10 ml) sebesar 0,124 kg/ polybag setara dengan 4,96 ton/Ha dan pada perlakuan
M2 (20 ml) sebesar 0,083 kg/ polybag setara dengan 3,32 ton/Ha, dan yang terendah terdapat
pada perlakuan M0 tanpa pemupukan pupuk cair organik Top G2� sebesar 0,082 kg/ polybag setara dengan 3,28 ton/ Ha. Hal ini menunjukan
bahwa perlakuan pemupukan PC Organik Top G2 dengan dosis 30 ml menghasilkan produksi bahan kering rumput
gajah mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott) yang cukup tinggi.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberi pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap produksi bahan kering rumput
gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott). Secara empiris produksi bahan kering memiliki pola yang sama dengan produksi bahan segar. Hal ini karena produksi bahan kering merupakan
refleksi dari hasil fotosintesis yang ada dalam tubuh
tanaman setelah dikurangi kadar air. Hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil penelitian (Gaba et al., 2023) dengan penggunaan pupuk organik cair daun
kelor (Moringa oleifera) pada tanah bekas tambang
mangan dengan dosis 200 ml menghasilkan produksi bahan kering tertinggi sebesar 90,87 gram/polybag.
Peningkatan produksi bahan kering tanaman
pada perlakuan M3 sesuai dengan pendapat (Bustami et al.,
2012) yang menyatakan bahwa berat kering
tanaman erat hubungannya dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan dalam menyerap hara untuk pertumbuhan dan perkembangan bagian vegetatif tanaman. (Djunaedy, 2009) menyatakan bahwa produksi tanaman biasanya dipengaruhi oleh pertumbuhan vegetatifnya. Jika pertumbuhan vegetatifnya baik dalam hal ini
jumlah daun, maka ada kemungkinan
produksinya akan baik pula. Sedangkan penurunan produksi bahan kering tanaman pada perlakuan M2 diduga karena terjadinya kerusakan dalam stek rumput gajah
mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) yang menyebabkan
akar pada rumput gajah mini tidak berkembang dengan baik dan penyerapan unsur hara yang tidak maksimal sehingga pertumbuhannya menjadi lambat.
Produksi Bahan Organik Rumput Gajah Mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott)
Berdasarkan data pada Tabel 1 terlihat
bahwa produksi bahan organik tertinggi
yang diperoleh pada penelitian
ini terdapat pada perlakuan M3 (30 ml) dengan rataan rataan 0,103 kg/polybag setara dengan 4,12 ton/Ha diikuti perlakuan M1 (10 ml) sebesar
0,102 kg/polybag setara dengan 4,08 ton/Ha dan pada perlakuan M0 tanpa pemupukan pupuk cair organik
TOP G2) yakni sebesar 0,068
kg/polybag setara dengan 2,72 ton/Ha dan yang terendah terdapat pada perlakuan M2 (20
ml) sebesar�
0,067 kg/polybag setara dengan 2,68 ton/Ha. Hal ini menunjukan bahwa perlakuan pemupukan pupuk cair organik
Top G2 dengan dosis 30 ml menghasilkan produksi bahan organik rumput
gajah mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott) cukup tinggi.
Hasil penelitian ini lebih tinggi dari
hasil penelitian (Missa et al., 2023) dengan penggunaan pupuk organik cair daun
kelor pada tanah latosol dengan dosis 100 ml menghasilkan produksi bahan orgsnik tertinggi
sebesar 82,82 gram/polybag.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap produksi bahan organik rumput gajah mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott). Berdasarkan data pada Tabel
1 terlihat bahwa peningkatan penggunaan pupuk cair organik
Top G2 menyebabkan produksi
bahan organik rumput gajah mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott) dari setiap
perlakuan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena komponen zat hara seperti N, P, K yang dibutuhkan tanaman sudah terpenuhi
dengan ditambahkan pupuk cair organik
Top G2. (Savitri et al.,
2013) menyatakan bahwa meningkatnya BO yang terkandung dalam tanaman diakibatkan oleh menurunnya abu (bahan anorganik) yang terkandung dalam tanaman (Dwidjoseputro,
1984). mengatakan unsur hara yang digunakan pada tanaman rumput gajah mini harus memiliki kadar dalam jumlah yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tanaman itu sendiri
agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan berkembang dengan baik.
SIMPULAN
Pemberian pupuk
cair organik TOP G2 dapat meningkatkan produksi bahan segar, bahan kering, dan bahan organik rumput
gajah mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott). Perlakuan M3 dengan dosis 30 ml memberikan respon terbaik terhadap produksi bahan segar (20,44 BS
ton/Ha), produksi bahan kering (5,04 BK ton/Ha)
dan produksi bahan organik (4,12 BO ton/Ha)
rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott).
DAFTAR PUSTAKA
Bustami,
B., Sufardi, S., & Bakhtiar, B. (2012). Serapan hara dan efisiensi
pemupukan phosfat serta pertumbuhan padi varietas lokal. Jurnal Manajemen
Sumberdaya Lahan, 1(2), 159�170.
Cosgrove,
D., & Undersander, D. J. (2001). Evaluation of a Simple Method for
Measuring Pasture Yield. Cooperative Extension, University of
Wisconsin--Extension.
Djunaedy,
A. (2009). Pengaruh Jenis dan Dosisi Pupuk Bokashi Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Kacang Panjang (Vigna sinensis L.). Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi,
2(1), 42�46.
Dwidjoseputro,
D. (1984). Pengantar fisiologi tumbuhan. Penerbit PT Gramedia.
Gaba,
A. N., Osa, D. B., & Temu, S. T. (2023). Pengaruh Level Pupuk Organik Cair
Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Produksi Rumput Odot (Pennisetum
purpureum cv. Mott) pada Tanah Bekas Tambang Mangan: The Effect Of Level
Moringa (Moringan oleifera) Liquid Organic Fertilizer on The Production Odot
Grass (Pennisetum purpureum cv. Mott) in Manganese Mining Land. Jurnal
Peternakan Lahan Kering, 5(2), 287�291.
Kusuma,
L. P., & Sutanto, J. . (2018). Peranan Kerjasama Tim Dan Semangat Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Zolid Agung Perkasa. 3.
Lakitan,
B. (1996). Fisiologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta, 188.
Miftakhurrohmat,
A. (2019). Kesuburan Tanah. Umsida Press, 1�116.
Missa,
D. D. L., Osa, D. B., & Sulistijo, E. D. (2023). Pengaruh Level Pupuk
Organik Cair Daun Kelor terhadap Produksi Rumput Gajah Mini pada Tanah Latosol:
The Effect of Liquid Organic Fertilizer Level of Moringa Leaves on Mini
Elephant Grass Production in Latosol Soil. Jurnal Peternakan Lahan Kering,
5(1), 98�104.
Priangga,
R., & Suwarno & Hidayat, N. (2013). Pengaruh level pupuk organik cair
terhadap produksi bahan kering dan imbangan daun-batang rumput gajah defeliosi
keempat. Jurnal Ilmiah Peternakan, 1(1), 365�373.
Purbajanti,
E. D. (2013). Rumput dan legum sebagai hijauan makanan ternak. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Savitri,
M. V., Sudarwati, H., & Hermanto, H. (2013). Pengaruh umur pemotongan
terhadap produktivitas gamal (Gliricidia sepium). Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan (Indonesian Journal of Animal Science), 23(2), 25�35.
Schnug,
E. (1990). Sulphur nutrition and quality of vegetables. Sulphur in
Agriculture, 14, 3�7.
Sirait,
J., Purwantari, N. D., & Simanihuruk, K. (2005). Produksi dan serapan
nitrogen rumput pada naungan dan pemupukan yang berbeda. Jitv, 10(3),
175�181.
Sirait,
J., Tarigan, A., & Simanihuruk, K. (2017). Rumput Gajah Mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott) sebagai hijauan pakan untuk ruminansia. Wartazoa, 27(4),
167�176.
Sutedjo,
M. M., & Kartasapoetra, A. G. (1995). Petunjuk Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta:
Rineka Cipta.
|
|