Kandungan Fitokimia dan Potensi
Urang Aring (Eclipta Alba L.) Sebagai
Bahan Baku Obat untuk Mengatasi Kebotakan (Hair
Loss)
Article Review:
Phytochemical Content and Potential of Urang Aring (Eclipta Alba L.) as a
Medicinal Raw Material to Treat Baldness (Hair Loss)
1)* Komang
Amelia Syahrani Putri, 2) I Gusti Ngurah Agung Dewantara Putra
1,2,3 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana.
*Email: 1) [email protected], 2) [email protected]
*Correspondence:
1) Komang Amelia
Syahrani Putri
DOI: 10.59141/comserva.v3i12.1284 |
ABSTRAK Tanaman Urang-Aring
(Eclipta alba L.) memiliki genus Eclipta dari famili Asteraceae.
Tanaman ini sejak turun temurun dimanfaatkan sebagai obat tradisional serta
diketahui memiliki berbagai aktivitas farmakologi. Tujuan review ini adalah
untuk membahas manfaat E. alba mengatasi kebotakan dengan meninjau
karakteristik botani, taksonomi, kandungan fitokimia, penggunaan dan
bioaktivitasnya untuk mengatasi kebotakan yang diperoleh dan disusun dari
hasil penelusuran literatur melalui mesin pencarian seperti ScienceDirect,
SpringerLink, Google Sholar dan PubMed kemudian dibahas secara naratif. Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak ethanol, petroleum ether dan fraksi
etil asetat dari ekstrak metanol tanaman ini dilaporkan memiliki aktivitas
meningkatkan pertumbuhan rambut. Banyak studi penelitian melaporkan bahwa
terdapat senyawa fitokimia seperti triterpene, saponin, flavonoid, thiophene,
kumestan, kumarin dan steroid dalam tanaman ini. Wedelolactone dan
β-sitosterol yang masing-masing tergolong sebagai senyawa kumestan dan
steroid dianggap bertanggung jawab dalam aktivitas farmakologinya mengatasi
kebotakan (hair loss). Wedelolactone diketahui memiliki aktivitas
menghambat ekspresi TGF-β1 berakibat pada pemanjangan folikel rambut.
β-sitosterol bekerja sebagai 5α-reduktase inhibitor sehingga
berkontribusi dalam pengobatan alopecia androgenik Kata kunci: Eclipta alba L., hair loss,
fitokimia, wedelolactone, dan β-sitosterol |
ABSTRACT
Urang-Aring
(Eclipta alba L.) belongs to the genus Eclipta from the Asteraceae family. This
plant has been used for generations as a traditional medicine and is known to
have various pharmacological activities. The purpose of this review is to
discuss the benefits of E. alba in overcoming baldness by reviewing its
botanical characteristics, taxonomy, phytochemical content, use and bioactivity
to overcome baldness obtained and compiled from the results of literature
searches through search engines such as ScienceDirect, SpringerLink, Google
Sholar and PubMed and then discussed narratively. The results obtained
indicated that the ethanol extract, petroleum ether and ethyl acetate fraction
of the methanol extract of this plant were reported to have activity in
increasing hair growth. Many research studies report that there are
phytochemical compounds such as triterpenes, saponins, flavonoids, thiophene,
kumestan, coumarins and steroids in this plant. Wedelolactone and
β-sitosterol which are classified as cumestan and steroid compounds
respectively, are considered to be responsible for their pharmacological
activity in treating baldness (hair loss). Wedelolactone is known to have
activity inhibiting TGF-β1 expression resulting in hair follicle
elongation. β-sitosterol works as a 5α-reductase inhibitor thereby
contributing to the treatment of androgenic alopecia..
Keywords:
Eclipta
alba L., hair loss, phytochemistry, wedelolactone, and β-sitosterol
PENDAHULUAN
Beberapa
dekade terakhir penggunaan tanaman herbal seperti fitonutrien dan nutrasetikal
sebagai alternatif pengobatan untuk berbagai jenis penyakit berkembang
sangat cepat. Diperkirakan lebih dari 4 miliar penduduk dunia
(merepresentasikan 80% penduduk dunia) yang hidup di negara-negara berkembang
sangat bergantung dengan penggunaan produk herbal untuk mengatasi masalah
kesehatan (Ekor, 2014). Indonesia
adalah salah satu negara dengan keragaman hayati terbesar di dunia sekaligus
yang memanfaatkan obat-obatan herbal sebagai alternatif terapi untuk mengobati
berbagai jenis penyakit. Tren back to
nature merupakan salah satu faktor pendorong peningkatan penggunaan
obat-obat berbahan alam oleh masyarakat (Ekspor, 2014). Jika
dibandingkan dengan obat sintetis, obat herbal mampu menyediakan alternatif
terapi untuk berbagai jenis penyakit dengan efek samping yang lebih rendah,
biaya rendah, kompatibilitas lebih baik dan akses yang lebih mudah (Yadav et al., 2017).
Eclipta alba (Sinonim : Eclipta prostrata) adalah salah satu
tanaman herbal yang penting dan banyak dimanfaatkan sebagai tanaman obat secara
empiris. Eclipta alba termasuk
kedalam therophyta herba dari famili
tanaman Asteraceae (Liu et al., 2012). Genus Eclipta diturunkan dari bahasa yunani
�Ekeleipta� yang berarti kekurangan, menunjukkan tidak adanya bulu pada achene
dan �alba� yang berarti putih, menunjukkan warna bunga rambut (Khurshid et al.,
2018).
Tanaman ini di Indonesia lebih dikenal sebagai urang-aring yang dapat kita
jumpai tumbuh secara liar atau dibudidayakan (Sherchan et al.,
2021).
Urang-aring dapat tumbuh di negara dengan iklim tropis dan subtropis dengan
ketinggian sampai 1600 m dalam kondisi lingkungan basah dan lembab. Tanaman ini
diketahui memiliki berbagai khasiat, diantaranya anti hepatotoksik, anti
mikotoksin, anti hemoragik, antiproliferative, antioksidan, antitumor,
antihiperglikemia, antimikrobial, antihiperlipidemia, anti-HIV,
immunomodulator, antiinflamasi, antivenom, antiaging, antidementia sampai
antikanker rambut (Khurshid et al.,
2018); (Liu et al., 2012); (Sherchan et al.,
2021); (Xiong et al., 2021); (Yu et al., 2020). Ekstrak etanol
dan petroleum ether E. alba dapat
digunakan secara lokal untuk meningkatkan pertumbuhan rambut. Dimana senyawa
yang diidentifikasi berperan pada efek farmakologi adalah
kumestan, wedelolactone, dimetil wedelolactone dan saponin (Begum et al., 2015); (Kakali Datta et al., 2009). Kandungan
utama dari tanaman ini adalah triterpene, saponin, flavonoid, thiophene,
kumestan, kumarin, dan steroid (Han LiFeng et al., 2013); (Sherchan et al.,
2021); (Xiong et al., 2021).
Tanaman ini memiliki ciri berukuran sedang, tumbuh lurus atau merunduk dengan
percabangan pada nodus. Daun berbentuk kepala tombak, berlawanan dan tidak
bertangkai serta bunga yang berwarna putih rambut (Khurshid et al.,
2018); (Sherchan et al.,
2021).
Hair loss atau kerontokan
rambut merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh berbagai faktor yang
berakibat pada penurunan densitas rambut pada kepala. Siklus pertumbuhan rambut
dibagi dalam beberapa fase yakni, fase anagen atau fase pertumbuhan, fase
katagen atau fase regresi dan fase telogen atau fase istirahat (Hamblin, 2018). Kerontokan
rambut dibagi dalam 2 kategori utama yaitu scarring
dan nonscarring alopecias.
Jenis-jenis scarring alopecia adalah
trauma, yang meliputi luka bakar dan iatrogenik dari operasi plastik, dan
traction alopecia yang disebabkan oleh kepang ketat dan gaya rambut lainnya,
terutama pada wanita dari etnis Afrika. Sedangkan, nonscarring alopecia meliputi "androgenic alopecia" (AGA) , �alopecia areata� (AA) dan �chemotherapy-induced
alopecia� (CIA) (Epstein et al., 2019; (Hamblin, 2018); (Phillips et al., 2017).
AGA
disebabkan oleh perubahan hormon androgen dan varian gen reseptor androgen
(AR). Androgen merangsang pertumbuhan rambut di wajah tetapi menekannya di
pelipis dan puncak kulit kepala. Hormon testosteron diubah menjadi DHT oleh
enzim 5-α-reduktase yang terdiri dari tiga isoenzim yakni, 5α-R1,
5α-R2, dan 5α-R3. Pria dengan AGA memiliki lebih banyak DHT dan
5α-R1 di folikel rambut. AA merupakan penyakit autoimun umum yang
dihasilkan dari kerusakan yang disebabkan oleh sel T pada folikel rambut.
Ciri-ciri dari AA meliputi rambut rontok dari kulit kepala dalam bentuk
bercak-bercak; area botak biasanya berbentuk oval atau melingkar; dan halus
saat disentuh. CIA adalah salah satu efek samping kemoterapi kanker. Kemoterapi
mempengaruhi proliferasi matriks keratinosit bulbus di anagen folikel rambut
yang memproduksi batang rambut. CIA dapat dikenali dengan ciri rambut-rambut
dengan cepat hilang selama kemoterapi. CIA sedang sampai berat disebabkan oleh
anthracyclines (misalnya, doxorubicin), taxanes (misalnya, taxol), serta
senyawa alkilasi (misalnya, siklofosfamid). Diantara ketiga kondisi tersebut,
AGA merupakan jenis alopecia yang paling sering dijumpai, dimana angka
kejadiannya lebih didominasi oleh pria yaitu sebanyak 70%, sedangkan pada
wanita 40%. AGA pada pria dicirikan dengan kerontokan rambut yang dimulai dari
atas pelipis dan puncak, atau mahkota, serta kulit kepala sehingga hanya
menyisakan rambut tipis di sisi dan belakang kepala (Hamblin, 2018).
Meskipun
sudah terdapat artikel review mengenai potensi dan pentingnya penggunaan
tanaman urang-aring bagi kesehatan, kami belum menemukan sumber yang
menjelaskan penggunaan tanaman ini secara lengkap sebagai obat untuk mengatasi
kebotakan (hair loss). Berdasarkan
permasalahan diatas, kami ingin melakukan review artikel berfokus mengenai
manfaat tanaman urang-aring (E. alba)
untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut dengan membahas karakteristik
botani, taksonomi, kandungan fitokimia, dan penggunaan serta bioaktivitas dan
farmakologinya meningkatkan pertumbuhan rambut
METODE
Strategi Pencarian Data
Kami mencari artikel jurnal di beberapa search engine
seperti Google Scholar, PubMed, Science Direct, dan SpringerLink dan dengan
menggunakan keyword �Eclipta alba chemical constituents�, �Eclipta alba
bioactivity on hair loss� dan keyword lain yang relevan. Artikel yang diperoleh
kemudian dilakukan seleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi kemudian
dibahas dalam bentuk narasi.
Kriteria Eksklusi dan
Inklusi
Artikel yang digunakan adalah artikel berbahasa Indonesia
atau Inggris serta berasal dari sumber nasional dan internasional dengan syarat
Open Akses serta tersedia full text. Rentang waktu artikel penelitian yang
digunakan adalah 10 tahun terakhir. Artikel penelitian yang dipilih membahas
mengenai penggunaan dan kandungan fitokimia tanaman Eclipta alba (L.) dengan
uji in vivo serta bioaktivitas dan aktivitas farmakologinya sebagai terapi
rambut rontok. Pengecualian diterapkan untuk sumber artikel dan textbook yang
membahas karakteristik botani, taksonomi, asal, distribusi tanaman, klaim
farmakologi dan kandungan fitokimia dari tanaman urang-aring (Eclipta alba)
serta yang membahas patofisiologi rambut rontok atau kebotakan (hair loss)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Botani
Karakteristik botani tanaman urang-aring adalah
memiliki banyak tangkai, strigose,
tegak (erect) atau bersujud (prostrate) dengan tinggi sampai 60 cm.
Posisi daun berlawanan (opposite),
lonjong (oblong) sampai lanset, sessile hingga subsessile dengan panjang 4-10 cm, lebar 0,8-2 cm. Tepi daun serrate-bergerigi (toothed), gerigi menghadap keatas, kadang-kadang hanya sinuate dan memiliki rambut kasar pada
kedua permukaan daun (Chung et al., 2017); (Feng et al., 2019) ; rambut (Khurshid et al.,
2018); (Sherchan et al.,
2021). Capitulum axillary
atau terminal dengan tangkai bunga (pedicels),
memiliki lebar 6-8 mm. Involucrum
dari daun pelindung berbentuk bulat telur (ovate),
kehijauan dengan rambut ditekuk, tersusun dalam 2 lapisan, lapisan luar sedikit
lebih pendek dari bagian dalam. Dasar bunga (receptacle) mendatar dengan daun bunga (ray flowers) beberapa, pistillate,
lingulate, semuanya atau 2 dentate.
Bunga tubular (disc florets) bersifat
biseksual, tubular dan 4 dentate (Feng et al., 2019). Bunga dapat berwarna putih atau kuning (Chung et al., 2017). Batang berbentuk silindris dengan tonjolan
longitudinal, berdiameter 2-5 mm dengan warna luar coklat kehijauan atau hijau
tua dan agak kasar akibat terdapat rambut pendek (Chung et al., 2017); (Liu et al., 2012). Akar berasal dari titik nodus yang tebal pada
batang, memiliki cabang sekunder berdiameter sekitar 7 mm, berbentuk silindris,
keabu-abuan dan berserat dengan akar tunggang dangkal (Chung et al., 2017); rambut (Khurshid et al.,
2018). Buah kering terbentuk dari 2 karpel yang tidak
pecah dan masing-masing memiliki 1 biji. Biji memiliki panjang 0,2-0,25 cm,
lebar 0,1 cm berwarna coklat tua, berbulu dan tanpa endosperma (Chung et al., 2017). Tanaman ini memiliki rasa yang tajam, pahit
sampai pedas (Mukhopadhyay et
al., 2018).
Gambar 1. (a) keseluruhan tanaman E. alba; (b) buah E. alba; (c-e) bunga dan kuncup E.
alba (Sherchan et al.,
2021) ; (Timalsina &
Devkota, 2021)
Taksonomi
Klasifikasi tanaman E. alba atau E. prostrata
adalah sebagai berikut, kingdom: Plantae; subkingdom: Viridaeplantae;
infrakingdom: Streptophyta; divisi: Magnoliophyta atau Tracheophyta;
subdivisi: Spermatophytina; infradivisi: Angiospermae; kelas: Magnoliopsida;
superordo: Asteranae; ordo: Asterales; famili: Asteraceae/Compositae; genus: Eclipta;
dan spesies: E. prostrata. Nama
prostrata diperoleh dari bahasa latin �prostratus�
karena tumbuh merunduk, sedangkan �alba�
merujuk pada bunga yang berwarna putih (Chung et al., 2017); (Jahan et al., 2014); (Mukhopadhyay et
al., 2018).
Penggunaan Secara Tradisional
E. alba banyak digunakan dalam praktik
pengobatan tradisional salah satunya bertujuan untuk mengatasi rambut memutih
(uban), dan mencegah kerontokan yang berakibat pada kebotakan (hair loss). Ekstrak E. alba mampu meningkatkan pertumbuhan rambut dan minyak yang
diperoleh dari tanaman ini mampu mencegah rambut memutih (uban) prematur (Jahan et al., 2014). Bagian yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan
obat adalah bagian tanaman diatas tanah (herba). Bagian yang dimanfaatkan dapat
berupa daun, batang atau seluruh bagian tanaman diatas tanah untuk membantu
pertumbuhan rambut (Mukhopadhyay et
al., 2018). Untuk mengobati Alopecia areata, sebanyak 20 gram
bagian herba yang dikeringkan direndam dalam 200 mL etanol 75% selama 2-3 hari
dan dioleskan pada kulit, 3 kali sehari dan 2 kali setelah kondisi membaik.
Pada kondisi Alopecia ekstrak E. alba
digunakan 2 kali sehari selama 3 bulan (Feng et al., 2019). Untuk mengobati rambut rontok, ekstrak daun E. alba dicampur dengan susu sapi dan
digunakan 2 kali sehari atau dengan mencampur daun E. alba dengan buah Phyllanthus
emblica (L.), dimaserasi dan direndam dalam minyak. Minyak dihangatkan dan
pada pendinginan sedikit champora dicampurkan dan minyak diaplikasikan pada
kulit kepala. Pada penggunaannya untuk mewarnai rambut digunakan bagian ekstrak
daun segar atau dalam bentuk pasta namun tidak dijelaskan spesifik metode
pengolahannya (Feng et al., 2019); (Jahan et al., 2014). Minyak urang-aring sendiri sudah sejak lama
digunakan di Indonesia sebagai hair tonic
dan dipercaya dapat menjaga rambut tetap hitam dan mencegah kebotakan.
Penggunaan urang-aring dalam mengatasi masalah kepala khususnya rambut juga
disebutkan dalam Ayurveda yakni �Kesya�
yang artinya bermanfaat bagi rambut. Sedangkan dalam bahasa Sansekerta tanaman
ini dikenal sebagai �Bhringraj� atau �Keshraja� yang berarti memiliki efek
yang baik untuk kesehatan rambut (Khurshid et al.,
2018); (Mukhopadhyay et
al., 2018); (Roy et al., 2008).
Senyawa Fitokimia
Terdapat banyak jenis senyawa yang terkandung dalam
tanaman E. alba seperti alkenyne,
alkaloid, cardiac glikosida, flavonoid, kumestan, lipid, polyacetylene,
steroid, saponin, steroidal alkaloid, fitosterol dan triterpene (Chung et al., 2017). Disamping senyawa tersebut yang dianggap sebagai
senyawa utama adalah triterpene, saponin, flavonoid, thiophene, kumestan,
kumarin, dan steroid yang bervariasi tergantung letak geografis tanaman
tersebut tumbuh (Chung et al., 2017); (Feng et al., 2019). Tanaman ini diketahui memiliki senyawa biomarker
wedelolactone, stigmasterol dan caffeic acid yang ditunjukkan pada Gambar 2 (Chung et al., 2017).
Triterpenoid
Tanaman ini mengandung banyak jenis triterpenoid
dan terdapat dalam bentuk glukosida (triterpenoid saponin). Senyawa ini
terdapat pada seluruh bagian tanaman dan bagian aerial tanaman, senyawa
tersebut diantaranya, tipe
β-amyrane : eclalbasaponin (I-VI & XI- XIII), ecliptasaponin
(A-D), echinocystic acid, oleanolic acid, eclalbatin, β-amyrin, ursolic
acid, 3,16,21-trihydroxy-olean-12-en-28-oic acid,
3-oxo-16α-hydroxy-olean-12-en-28-oic acid, β-amyrone, 3β,16β,29-trihydroxy
oleanane-12-ene-3-O-β-D-glucopyranoside, 3,28-di-O-β-D-glucopyranosyl-3β,16β-dihydroxy
oleanane-12-ene-28-oleanic acid, Silphioside B & E, Echinocystic
acid-28-O-β-D-glucopyranoside, Echinocystic
acid-3-O-(6-O-acetyl)-β-D-glucopyranoside, 3-O-(2-O-acetyl-β-D-glucopyranosyl)
oleanolic acid-28-O-(β-D-gluco-pyranosyl) ester,
3-O-(6-O-acetyl-β-D-glucopyranosyl) oleanolic
acid-28-O-(β-D-gluco-pyranosyl) ester, 3-O-(β-D-glucopyranosyl)
oleanolic acid-28-O-(6-O-acetyl-β-D-glucopyranosyl) ester,
3-O-β-D-glucopyranosyl-(1-2)-β-D-glucopyranosyl oleanic-18-ene
acid-28-O-β-D-glucopyranoside;
3β,25-Dihydroxy-23E-lemmaphyl-8,23-diene,
16α-Hydroxy-olean-12-en-3-on-28,21β-olide,
3β-Hydroxy-17-epi-28-norolean-12-en-16-one 3-O-β-D-glucopyranoside
dan 3β-O-(6-O- Crotonyl-β-D-glucopyranosyl)-16α-hydroxy-olean-12-en-28-oic
acid 28-O-β-D- glucopyranosyl ester; tipe
taraxerane : eclalbasaponin (VII-X); tipe
α-amyrane : ursolic acid, α-amyrin; tipe lipine : 28-O-β-D-glucopyranosyl betulinic acid
3β-O-β-D-glucopyranoside (Feng et al., 2019); Han et al., 2013; Kim et al., 2015; Xi et al.,
2014a; Xi et al., 2014b; (Yu et al., 2020).
Gambar 2. Senyawa biomarker E. alba : (a) Wedelolactone, (b) Stigmasterol, (c) Caffeic acid (Kaur et al., 2011) ; (Esp�ndola et al.,
2019); (Vinyagam et al.,
2021).
Flavonoid
Flavonoid yang terdapat pada tanaman ini ada dalam
bentuk flavonol, flavone, flavanone dan isoflavone. Dan dapat ditemukan
mayoritas pada bagian aerial sampai seluruh bagian tanaman. Senyawa-senyawa
tersebut adalah flavonol :
kuersetin, kuersetin-3-O-β-D- glucoside,
kaempferol-7-O-α-D-rhamnoside, kaempferol, kaempferide; flavone : apigenin, acacetin, luteolin,
diosmetin, apigenin-7-O-glucoside, acacetin-7-O-rutinoside, buddleoside,
luteolin-7-O-glucoside, tricetin, skullcapflavone II; flavanone : eriodictyol, hesperetin-7-O-β-D-glucoside; isoflavone : pratensein, orobol,
7-O-methyl orobol-4'-O-β-D-glucopyranoside,
pratensein-7-O-β-D-glucopyranoside, 3�-O-methyl
orobol-7-O-β-D-glucopyranoside, oroboside, orobol-5-O-β-D
glucopyranoside (Feng et al., 2019) ; Han et al., 2013; Kim et al., 2015; Le et al.,
2021; (Li et al., 2018) ; Morel et al., 2017; (Xiong et al., 2021).
Thiophene
Senyawa ini merupakan komposisi esensial dari
tanaman E. alba. Terdapat 3 golongan
thiophene berdasarkan struktur kimianya diantaranya, monothiophene :
2-(penta-1,3-diynyl)-5-(3,4-dihydroxy-but-1-ynyl)-thiophene; dithiophene :
5-(but-3-yne-1,2-diol)-5�-hydroxymethyl-2.2�-bithiophene,
5�-isovaleryloxymethyl-5-(4-iso- valeryloxy-but-1-ynyl)-2,2�-bithiophene,
5-(3�,4�-dihydroxy-1�-butynyl)-2,2�-bithiophene, 5-(3-butene-1-ynyl)-5�-ethoxy
methyl-2,2�-bithiophene, 5-methanol-5�-(3-butene-1-ynyl)-2,2�-bithiophene,
5-aldehyde-5�-(3-butene-1-ynyl)-2,2�-dithiophene; trithiophene : 5-methoxymethyl-2,2�:5�,2�-terthiophene,
5-ethoxymethyl-2,2�:5�,2�-terthiophene, ecliptal, α-formyl-terthienyl,
α-terthienyl, α-terthienyl methanol, 2,2�,5�,2�-terthiophene-
5-carboxylic acid, 5-methoxy-2,2�:5�,2�-terthiophene,
3�-hydroxy-2,2�:5�,2�-terthiophene-3�-O-β-D-glucopyranoside,
3�-methoxy-2,2�:5�,2�-terthiophene, 5-hydroxymethyl-2,2�:5�,2�)-terthienyl
tiglate, 5-hydroxymethyl-2,2�:5�,2�)-terthienyl agelate, 5-hydroxy-methyl-2,2�:5�,2�)-terthienyl
acetate (Feng et al., 2019) ; Kim et al., 2015; (Yu et al., 2020).
Kumarin dan Kumestan
Golongan senyawa kumarin dan kumestan pada tanaman
ini diantaranya, kumarin : psoralen
& isopsoralen; kumestan :
wedelolactone, demethylwedelolactone, isodemethylwedelolactone,
strychnolactone, demethylwedelolactone glukosida (Feng et al., 2019) ; (Li et al., 2018); (Timalsina &
Devkota, 2021).
Steroid
Senyawa steroid yang terdapat pada tanaman E. alba dalam bentuk steroidal alkaloid.
Verazine adalah senyawa utama disamping senyawa- senyawa seperti,
20-epi-3-dehydroxy-3- oxo-5,6-dihydro-4,5-dehydroverazine,
20-epi-25β-hydroxyverazine, ecliptalbine, 20-epi-4β-
hydroxyverazine, 4β-hydroxyverazine, dan 25β-hydroxy verazine.
Steroid lainnya seperti daucosterol, stigmasterol,
stigmasterol-3-O-β-D-glucoside,
3-O-(6-O-palmitoyl-β-D-glucopyranosyl)-stigmasterol dan β-sitosterol
juga terdapat pada tanaman ini. Mayoritas senyawa ini dapat ditemukan pada
bagian daun tanaman E. alba (Feng et al., 2019); (Timalsina &
Devkota, 2021).
Senyawa Lain
Terdapat sebanyak 55 senyawa volatil yang diperoleh
dari bagian aerial tanaman ini. Disamping itu juga terdapat senyawa seperti
sesquiterpene, lakton, terthienyl aldehid, lemak alkohol, polyacetylene dan
asam-asam fenol (Feng et al., 2019).
Hasil-hasil Penelitian
Hasil uji in vivo dilakukan oleh (Mondal et al.,
2016)., Begum et al., Datta et al. dan Regupathi et al. untuk melihat efek peningkatan
pertumbuhan rambut pada beberapa strain mencit. Pada pengujian dengan ekstrak
etanol E. alba (EEEA), dilakukan
dalam bentuk formulasi gel 5 dan 10%, diaplikasikan pada mencit C57/BL6 pada
area dorsal 3 cm2. Pembanding (kontrol positif) digunakan minoxidil
2%. EEEA dan minoxidil diberikan sekali sehari selama 30 hari dengan pengukuran
pada hari ke 10, 20 dan 30. Hasilnya pada pertumbuhan rambut dibutuhkan waktu
inisiasi 11.4�0.66 dan 7.01�0.64 pada masing-masing EEEA 5% dan 10%, untuk
minoxidil 2% dibutuhkan 7.07�0.42. Selanjutnya waktu untuk memenuhi kulit
dengan rambut baru (completion time)
diperoleh 36.0�0.45; 32.4�0.51; 33.0�0.71 untuk masing-masing EEEA 5%, 10% dan
minoxidil 2%. Untuk panjang rambut, EEEA 10% memberikan hasil paling memuaskan
2.8�0.20 mm pada hari ke 30; EEEA 5% : 1.6�0.24 mm dan minoxidil 2% : 2.4�0.20
mm (Regupathi et al., 2017). Pada Mondal et al. kelompok uji juga diberikan ekstrak etanol E. alba dan kelompok kontrol positif diberikan minoxidil 2%. Pertumbuhan
rambut di- amati pada hari ke 10, 20 dan 30 pada semua kelompok. Hasil
pertumbuhan rambut menunjukkan 8.91�0.03 mm, 16.01�0.01 mm dan 21.08�0.03 mm
pada kelompok uji dan 9.23�0.01 mm, 17.63�0.02 mm dan 22.13�0.04 mm pada
kelompok kontrol (minoxidil 2%). Kedua kelompok menunjukkan perbedaan
signifikan dibandingkan kelompok kontrol (Mondal et al.,
2016).
Pada pengujian ekstrak petroleum ether (EPE),
sejumlah ekstrak diberikan kepada kelompok uji dan dibandingkan dengan
minoxidil 2% diberikan secara topikal sekali dalam sehari selama 20 hari. Hasil
diukur dengan memberikan skor 0-8 pada masing-masing tikus. Skor diambil pada
hari ke 0,5,7,12,16,20. Dan densitas rambut diambil pada hari ke 8 dan 16 pada
lokasi yang sama. PEE E. alba
memberikan pertumbuhan rambut secara konstan dari hari ke 8-16. Sedangkan pada
kelompok minoxidil dan kelompok lain kerontokan (rapid hair loss) teramati. Terutama pada kelompok minoxidil terjadi
kerontokan dan penurunan densitas rambut progresif sampai hari ke 16 (Begum et al., 2015). Penelitian Begum et al sebelumnya juga
menunjukkan perbedaan signifikan antara berbagai ekstrak tanaman herbal untuk
meningkatkan pertumbuhan rambut dengan ekstrak metanol E. alba pada mencit (nude
mice) dengan keratinisasi abnormal (Begum et al., 2014).
Pada pengujian fraksi etil asetat (FEA) dari
ekstrak metanol E. alba model mencit
dibuat dalam status alopecia dengan administrasi agen sitostatik alkaylatik,
etoposide dengan dosis 36 mg/kg i.p. untuk 2 spesies mencit (Swiss albino &
C57/BL6). Konsentrasi FEA 1,6 dan 3,2% diaplikasikan dalam bentuk krim topikal.
Hasilnya FEA mampu berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan rambut dan
menurunkan efek chemotherapy-induced
alopecia (CIA) pada kedua strain dibandingkan kelompok kontrol (Datta et al., 2012).
Pengujian ekstrak E. alba pada manusia dilakukan oleh Lee, et al. dengan atau tanpa kombinasi microneedle
therapy system (MTS) pada pekerja kantor usia 20an dan 30an. Pekerja dibagi
3 kelompok (MTS tunggal, Ekstrak E. alba
tunggal dan kombinasi MTS-Ekstrak E. alba),
dengan sekali perawatan 30 menit tiap minggu selama 10 minggu. Pengukuran
dilakukan pada minggu ke 5 dan 10. Hasilnya terapi dengan MTS dengan Ekstrak E. alba menunjukkan hasil paling
signifikan dibanding dengan kelompok lain (Lee et al., 2020).
Farmakologi
Terdapat banyak senyawa fitokimia pada tanaman E. alba, beberapa senyawa yang dianggap
berperan penting dalam pertumbuhan rambut adalah senyawa-senyawa seperti
kumestan, wedelolactone, demethylwedelolactone dan saponin dimana wedelolactone
dan demethylwedelolactone dianggap sebagai molekul utama (Begum et al., 2015), 2015; (Kakali Datta et al., 2009). Wedelolactone dan β-sitosterol pada ekstrak
petroleum ether dianggap sebagai kontributor utama dalam peningkatan
pertumbuhan rambut (Roy et al., 2008). Senyawa β-sitosterol dipercaya membantu
menumbuhkan rambut pada alopesia androgenik (Mukhopadhyay et
al., 2018).
Secara umum signaling pathway yang menjadi target
dari berbagai senyawa fitokimia tanaman herbal dalam mengatasi masalah rambut
rontok yakni mekanisme pensinyalan yang melibatkan VEGF (vascular endothelial growth factor), IGF-1 (insulin-like growth factor-1), FGF-2 (fibroblast growth factor-2), EGF (epidermal growth factor), eNOS (endothelial
nitric oxide synthase), PGE (prostaglandin
E), PGF (prostaglandin F), dan
pathway dari Wnt/β-catenin yang mendorong pertumbuhan rambut serta pathway
yang melibatkan 5α-R (5 alpha
reductase), TGF-β (transforming
growth factor beta), FGF-5 (fibroblast
growth factor-5), dan PGD2 (prostaglandin
D2) yang bekerja menghambat pertumbuhan rambut (Premanand et al.,
2019).
Aktivitas farmakologi dari ekstrak tanaman E. alba untuk meningkatkan pertumbuhan
rambut berkaitan dengan penghambatan ekspresi TGF-β dan inhibisi
5α-R. Transisi anagen-katagen pada siklus rambut didorong oleh beberapa
faktor seperti TGF-β1 dan TGF-β2 yang dikarakterisasi oleh kematian
sel melalui apoptosis pada sel epitel hair
bulb dan sel outer root sheath
(ORS). TGF-β1 juga dikenal sebagai suppressor dari pertumbuhan rambut (Begum et al., 2015), 2015; S. Li et al., 2021). Sebagai marker negatif
dari pertumbuhan rambut. TGF-β terlokalisasi di selubung akar luar folikel
rambut selama akhir fase anagen dan katagen. Keluarga TGF-β memiliki peran
beragam dalam proses aktivasi, proliferasi dan apoptosis. TGF-β1 dapat
meningkatkan proliferasi keratinosit pada tahap awal dan akhir serta
menginduksi apoptosis pada sel keratinosit (S. Li et al., 2021). TGF-β1
yang dapat diinduksi androgen merupakan penginduksi fase katagen dan memediasi
penekanan pertumbuhan rambut. Antagonis TGF-β efektif dalam mencegah
perubahan ke fase katagen terlalu dini dan mempromosikan pemanjangan folikel
rambut secara in vivo dan in vitro (Herman &
Herman, 2016). Diketahui ekstrak petroleum eter dari E. alba secara signifikan mampu
mengurangi ekspresi TGF-β1 pada awal anagen dan transisi anagen-katagen (Begum et al., 2015). Sehingga senyawa inhibitor atau antagonis
TGF-β1 bermanfaat dalam pemanjangan folikel rambut seperti yang terdapat
dalam tanaman E. alba (Herman &
Herman, 2016). Disamping itu senyawa β-sitosterol bekerja
sebagai 5α-reduktase inhibitor. 5α-reductase berperan dalam
sintesis Dihidrotestosteron (DHT). Dengan penghambatan 5α-reductase
maka konversi hormon testosteron menjadi DHT akan terhambat. Penghambatan ini
berkontribusi dalam pengobatan alopesia androgenik (Roy et al., 2008).
SIMPULAN
Ekstrak tanaman Urang-aring (Eclipta alba L.) memiliki potensi sebagai bahan baku alami untuk
mengatasi kebotakan (hair loss),
dibuktikan melalui beberapa pengujian secara in vivo pada mencit. Kandungan senyawa fitokimia wedelolactone,
demethylwedelolactone dan β-sitosterol dilaporkan sebagai senyawa utama
yang berpotensi mengurangi kerontokan pada rambut. Senyawa wedelolactone
bekerja dengan menghambat ekspresi TGF-β1 memperpanjang fase anagen pada
folikel rambut sedangkan β-sitosterol bekerja dengan menghambat enzim
5α-reductase sehingga terjadi penurunan produksi hormon DHT yang berperan
pada alopesia androgenik.
DAFTAR PUSTAKA
Begum, S.,
Lee, M. R., Gu, L. J., Hossain, J., & Sung, C. K. (2015). Exogenous
stimulation with Eclipta alba promotes hair matrix keratinocyte proliferation
and downregulates TGF-β1 expression in nude mice. International Journal
of Molecular Medicine, 35(2), 496�502.
Begum, S.,
Lee, M. R., Gu, L. J., Hossain, M. J., Kim, H. K., & Sung, C. K. (2014).
Comparative hair restorer efficacy of medicinal herb on nude (Foxn) mice. BioMed
Research International, 2014.
Chung,
I.-M., Rajakumar, G., Lee, J.-H., Kim, S.-H., & Thiruvengadam, M. (2017).
Ethnopharmacological uses, phytochemistry, biological activities, and
biotechnological applications of Eclipta prostrata. Applied Microbiology and
Biotechnology, 101, 5247�5257.
Datta, K.,
Rohil, V., Singh, A. T., Mukherjee, A., Bhat, B., & Ramesh, B. (2012).
Eclipta alba Extract with Potential for Reversing Chemotherapy-induced
Alopecia: An Experimental Study in Mice. Sneha Arya, Ubedul Hoda, Rizwana
Parveen, Prabhat Raina, Nidhi B. Agarwal, 48(3&4), 43�64.
Ekor, M.
(2014). The growing use of herbal medicines: issues relating to adverse
reactions and challenges in monitoring safety. Frontiers in Pharmacology,
4, 66193.
Ekspor, W.
(2014). Obat herbal tradisional. Jakarta: Ditjen Pengembangan Ekspor
Nasional, Kementerian Perdagangan.
Esp�ndola,
K. M. M., Ferreira, R. G., Narvaez, L. E. M., Silva Rosario, A. C. R., Da
Silva, A. H. M., Silva, A. G. B., Vieira, A. P. O., & Monteiro, M. C.
(2019). Chemical and pharmacological aspects of caffeic acid and its activity
in hepatocarcinoma. Frontiers in Oncology, 9, 541.
Feng, L.,
Zhai, Y.-Y., Xu, J., Yao, W.-F., Cao, Y.-D., Cheng, F.-F., Bao, B.-H., &
Zhang, L. (2019). A review on traditional uses, phytochemistry and pharmacology
of Eclipta prostrata (L.) L. Journal of Ethnopharmacology, 245,
112109.
Hamblin, M.
R. (2018). Alopecia. In Conn�s Handbook of Models for Human Aging (pp.
751�762). Elsevier.
Han LiFeng,
H. L., Zhao Jing, Z. J., Zhang Yi, Z. Y., Kojo, A., Liu ErWei, L. E., &
Wang Tao, W. T. (2013). Chemical constituents from dried aerial parts of
Eclipta prostrata.
Herman, A.,
& Herman, A. P. (2016). Mechanism of action of herbs and their active
constituents used in hair loss treatment. Fitoterapia, 114,
18�25.
Jahan, R.,
Al-Nahain, A., Majumder, S., & Rahmatullah, M. (2014). Ethnopharmacological
significance of Eclipta alba (L.) hassk.(Asteraceae). International
Scholarly Research Notices, 2014.
Kakali
Datta, K. D., Singh, A. T., Ashok Mukherjee, A. M., Beena Bhat, B. B., Ramesh,
B., & Burman, A. C. (2009). Eclipta alba extract with potential for hair
growth promoting activity.
Kaur, N.,
Chaudhary, J., Jain, A., & Kishore, L. (2011). Stigmasterol: a
comprehensive review. International Journal of Pharmaceutical Sciences and
Research, 2(9), 2259.
Khurshid,
R., Khan, T., Zaeem, A., Garros, L., Hano, C., & Abbasi, B. H. (2018).
Biosynthesis of precious metabolites in callus cultures of Eclipta alba. Plant
Cell, Tissue and Organ Culture (PCTOC), 135, 287�298.
Li, W.,
Pang, X., Han, L.-F., Zhou, Y., & Cui, Y.-M. (2018). Chemcial constituents
of Eclipta prostrata. Zhongguo Zhong Yao Za Zhi= Zhongguo Zhongyao Zazhi=
China Journal of Chinese Materia Medica, 43(17), 3498�3505.
Liu, Q.-M.,
Zhao, H.-Y., Zhong, X.-K., & Jiang, J.-G. (2012). Eclipta prostrata L.
phytochemicals: isolation, structure elucidation, and their antitumor activity.
Food and Chemical Toxicology, 50(11), 4016�4022.
Mondal, S.,
Ghosh, D., Ganapaty, S., & Sushrutha, M. (2016). Preliminary phytochemical
analysis and evaluation of hair growth stimulating potential of ethanol extract
from L.(Asteraceae) leaves in Wistar albino Eclipta alba rats. Asian J.
Pharm. Pharmacol, 2, 121�127.
Mukhopadhyay,
G., Kundu, S., Sarkar, A., Sarkar, P., Sengupta, R., & Kumar, C. (2018). A
review on physicochemical & pharmacological activity of Eclipta alba. The
Pharma Innovation Journal, 7(9), 78�83.
Phillips,
T. G., Slomiany, W. P., & Allison, R. (2017). Hair loss: common causes and
treatment. American Family Physician, 96(6), 371�378.
Roy, R. K.,
Thakur, M., & Dixit, V. K. (2008). Hair growth promoting activity of
Eclipta alba in male albino rats. Archives of Dermatological Research, 300(7),
357�364.
Sherchan,
J., Poudel, P., Sapkota, B., Jan, H. A., & Bussmann, R. W. (2021). Eclipta
prostrata (L.) L. Asteraceae. In Ethnobotany of the Himalayas (pp.
1�19). Springer.
Timalsina,
D., & Devkota, H. P. (2021). Eclipta prostrata (L.) L.(Asteraceae):
ethnomedicinal uses, chemical constituents, and biological activities. Biomolecules,
11(11), 1738.
Vinyagam,
R., Kumar, P., Lee, K. E., Xu, B., Matin, M. N., & Kang, S. G. (2021).
Biological and functional properties of wedelolactone in human chronic
diseases. Phyton, 90(1), 1.
Xiong,
H.-P., Xi, F.-M., Chen, W.-S., Lu, W.-Q., & Wu, Z.-J. (2021). Chemical
constituents of Eclipta prostrata. Chemistry of Natural Compounds, 57,
166�168.
Yadav, N.
K., Arya, R. K., Dev, K., Sharma, C., Hossain, Z., Meena, S., Arya, K. R.,
Gayen, J. R., Datta, D., & Singh, R. K. (2017). Alcoholic extract of
Eclipta alba shows in vitro antioxidant and anticancer activity without
exhibiting toxicological effects. Oxidative Medicine and Cellular Longevity,
2017.
Yu, S.-J.,
Yu, J.-H., Yu, Z.-P., Yan, X., Zhang, J.-S., Sun, J., & Zhang, H. (2020).
Bioactive terpenoid constituents from Eclipta prostrata. Phytochemistry,
170, 112192.