Analisis Usaha Jagal Sapi di Rumah Potong Hewan Kecamatan Langke Rembong Kabupaten Manggarai

 

Analysis Of Cattle Butcher Business In Ruteng Slaughterhosuse Langke Rembong District Regency Of Manggarai

 

1)*Elisabet Ekaristi, 2)Johanes G. Sogen, 3)Ulrikus R. Lole, 4)Maria R.D. Ratu

Universitas Nusa Cendana

 

*Email: [email protected]

*Correspondence: Elisabet Ekaristi

 

DOI: 10.59141/comserva.v3i12.1277

 

 

 

 

 

ABSTRAK

Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui besarnya pendapatan para jagal sapi di RPH Ruteng dan mengetahui kelayakan usaha jagal sapi tersebut. Pengambilan contoh dilakukan secara acak sederhana terhadap 6 orang jagal sapi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancaradan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif berupa analisis pendapatan dan analisis kelayakan usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan tunai yang diperoleh tiap jagal adalah Rp43.893.644/tahun dan secara finansial diperoleh nilai R/C = 1,29 dan B/C= 0,29. Disimpulkan bahwa usaha jagal sapi di RPH Ruteng telah menghasilkan pendapatan bagi para jagal dan keluarganya dan secara finansial layak untuk diusahakan dan dikembangkan pada masa yang akan datang.

 

Kata kunci: biaya, kelayakan usaha, pendapatan, sapi potong, usaha jagal

 

ABSTRACT

A research has been carried out to determine the income of cattle butchers at the Ruteng slaughterhouse and to determine the feasibility of the cattle slaughtering business. Sampling was carried out by simple random sampling of 6 cattle slaughterers. The data collection methods used were observation, interviews and documentation studies. The data analysis method used is descriptive analysis in the form of income analysis and business feasibility analysis. The research results show that the average cash income obtained by each butcher is IDR 43,893,644/year and financially the value obtained is R/C = 1.29 and B/C = 0.29. It was concluded that the cattle slaughter business at the Ruteng RPH had generated income for the butchers and their families and was financially feasible to operate and develop in the future.

 

Keywords: costs, business feasibility, income, beef cattle, slaughtering business

 

 


PENDAHULUAN

Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat di Kabupaten Manggarai menyebabkan kebutuhan akan bahan pangan juga meningkat termasuk daging sebagai sumber protein dalam memenuhi gizi (Bora, 2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk di Kabupaten Manggarai pada tahun 2020 sebanyak 312.855 orang dan dan meningkat pada tahun 2021 menjadi 315.041 orang. Bertambahnya jumlah penduduk ini juga menyebabkan permintaan akan bahan pangan sumber protein meningkat. Salah satu sumber protein hewani yang sering dijumpai adalah daging sapi (Rusdi & Suparta, 2016).

Daging sapi adalah salah satu jenis sumber protein hewani dengan permintaan paling banyak di Kabupaten Manggarai walaupun harganya cenderung mahal. Pada tahun 2020 Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai mencatat ada sekitar 1.792 ekor ternak sapi yang dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) Ruteng dan sekitarnya. Pada tahun 2021 jumlah pemotongan sapi meningkat sebesar 83% menjadi 2.081 ekor dimana sebanyak 1.734 ekor sapi yang dipotong di RPH dan 347 ekor atau 17% yang dipotong di luar RPH. Produksi daging sapi yang tercatat di RPH Kecamatan Langke Rembong Kabupaten Manggarai adalah sebanyak 187.272 kg. Sementara itu BPS Provinsi NTT tahun 2021 mencatat bahwa produksi daging sapi untuk Kabupaten Manggarai adalah 300.343,57 kg.

Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam pembangunan pertanian. Sektor ini memiliki peluang pasar yang baik, dimana permintaan akan hasil ternak terutama daging tiap tahun semakin meningkat (Maesya & Rusdiana, 2018). Semakin meningkatnya pertambahan penduduk dan pendapatan penduduk maka permintaan akan produk-produk peternakan juga akan meningkat. Hal ini juga didasarkan oleh kesadaran manusia akan pentingnya mengkonsumsi makan dengan protein tinggi (Ningrum, 2018). Subsektor peternakan memiliki peranan penting dalam menopang perekonomian regional maupun nasional. Masalah peternakan ini sudah tidak dapat dinomorduakan karena hal tersebut akan dominan ikut menentukan kelangsungan hidup suatu negara ataupun bangsa (Saragih, 1998).

Usaha pemotongan sapi di RPH Ruteng Kecamatan Langke Rembong diatur oleh pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai. Namun tidak dapat dipungkiri masih ada kasus-kasus pemotongan ternak sapi yang dilakukan di luar RPH. Ternak sapi yang dipotong di luar RPH biasanya tidak untuk dijual bebas di pasar, warung-warung atau rumah makan. Pemotongan yang dilakukan di luar RPH tersebut biasanya digunakan untuk acara-acara tertentu seperti acara adat perkawinan atau lainnya seperti acara sambut baru dan upacara kematian (Nuryanti, 2022).

Usaha pemotongan ternak sapi di RPH dilakukan oleh jagal sapi. Jagal yang ada di RPH Ruteng sudah dibuat jadwal untuk melakukan pemotongan dari hari Senin sampai Jumat. Usaha pemotongan sapi tersebut merupakan subsistem kegiatan agribisnis pengelolahan (Suryanto, 2006). Biasanya sapi-sapi yang dipotong di RPH Ruteng sangat jarang berasal dari Kota Ruteng sendiri. Ternak sapi yang akan dipotong didatangkan dari luar Kecamatan Langke Rembong seperti dari Kecamatan Reo ataupun didatangkan dari Kabupaten Manggarai Timur dan Manggarai Barat. Ternak sapi yang dibeli dari peternak oleh jagal tidak ditimbang bobot hidupnya untuk menentukan harganya melainkan ditentukan berdasarkan penampilan eksterior. Para pedagang jagal pada umumnya sangat mahir dalam memperkirakan berat daging sapi di luar tulang, kulit dan jeroannya sehingga bisa memperkirakan harga per ekor dengan baik yang bisa menghasilkan keuntungan yang besar. Pada umumnya seorang jagal sapi memerlukan modal atau input yang relatif besar dalam menjalankan usahanya, terutama untuk pengadaan sapi yang akan dipotong. Tidak hanya itu biaya lain yang dibutuhkan seorang jagal dalam menjalankan usahanya adalah biaya untuk membayar tenaga kerja dan biaya retribusi RPH (Firdiansyah, 2022).

Sapi yang digiring ke RPH untuk dipotong melalui beberapa tahapan penting yakni proses pemotongan, pengulitan, pelayuan sampai menjadi potongan komersial daging segar atau karkas serta hasil ikutannya. Produk-produk yang dihasilkan oleh seorang� jagal setelah melakukan usaha pemotongan sapi berupa daging, tulang, jeroan dan kulit yang akan dijual dan memperoleh keuntungan (Rosyidi, 2017). Jagal selaku lembaga distribusi daging sapi berperan sebagai produsen karena sebagai pelaku dalam menjalankan usaha pemotongan ternak sapi.

Pelaku usaha jagal memerlukan pasar sebagai tempat untuk menjual produknya. Jagal di RPH Ruteng sudah memiliki pelanggan tetap biasanya dari warung dan rumah makan lalu sebagian produk yang tidak dibeli akan dijual di pasar. Untuk kulit sapi biasanya akan dibeli oleh tempat usaha yang menjual kerupuk kulit sapi.

Jumlah ternak sapi yang dipotong di RPH tiap harinya disesuaikan dengan banyaknya permintaaan konsumen. Ketersediaan daging sapi di masyarakat juga ditentukan dengan pasokan ternak sapi. Jika terjadinya kelangkaan pada ternak sapi maka ketersediaan daging sapi juga terbatas, hal ini menyebabkan meningkatnya harga daging sapi yang ada di pasar. Untuk saat ini harga daging sapi di Manggarai sekitar Rp120.000,00/kg dan untuk tulang sapi Rp50.000,00/kg. Harga ini bisa saja naik jika permintaan akan daging sapi terus bertambah sementara ketersediaan ternak sapi berkurang. Jika permintaaan akan daging sapi menurun maka hal ini menyebabkan pendapatan jagal dan peternak juga akan ikut menurun. Seperti yang kita ketahui bahwa saat wabah Covid-19 dimana perekonomian yang turun menyebabkan permintaan akan bahan pangan khususnya bahan pangan sumber protein menurun. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah pemotongan dan rendahnya pendapatan jagal.

 

METODE

Metode penentuan contoh dilakukan dengan penentuan jagal yang dilakukan secara sensus karena hanya ada 6 jagal di RPH Ruteng Kecamatan Langke Rembong Kabupaten Manggarai.

Jenis data berdasarkan sumbernya terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara dan observasi dan metode pengumpulan data sekunder dilakukan dengan dokumentasi. Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Teknik observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung kondisi dari lingkungan peternak babi yang diamati untuk mendukung hasil wawancara dengan responden. Dokumentasi, teknik atau metode pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan (Kotler & Amstrong, 2018). Data yang dikumpulkan dengan teknik ini berupa dokumen-dokumen mengenai analisis pendapatan dan kelayakan usaha yang diteliti, sedangkan data sekunder seperti data populasi ternak diperoleh dari lembaga atau instansi-instansi yang terkait serta dari studi Pustaka (Sugiyono, 2017).

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dimulai dengan data primer yang terkumpul diolah dan ditabulasi melalui pemilahan. Analisis data dilakukan secara matematis, merujuk pada aspek-aspek perhitungan pendapatan usaha.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identitas Responde

Karakteristik jagal dalam penelitian ini meliputi beberapa aspek yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan baik formal maupun non formal, pekerjaan (pokok dan tambahan), tanggungan keluarga, pengalaman usaha, tujuan usaha dan hari potong. Di samping aspek-aspek tersebut, ada pula aspek lain yaitu tanggungan keluarga, pengalaman usaha, tujuan usaha dan hari potong.

Umur

Fakta lapangan menunjukkan bahwa 16,7 % jagal di RPH Ruteng berada pada klasifikasi umur produktif 1 dan 16,7% juga berada pada klasifikasi umur produktif II dan paling banyak pada usia produktif III yaitu 66,7%.Rata-rata umur jagal di RPH Kecamatan Langke Rembong Kabupaten Manggarai yaitu 53,33 � 14-48 tahun dengan KV= 27%. Hal ini mengindikasikan bahwa 73% para jagal sapi di RPH Ruteng berumur 38,85-67,81 tahun, sedangkan 27% jagal di RPH Ruteng berumur <38 tahun atau >67 tahun. Berdasarkan gambaran ini dapat dikatakan bahwa usia para jagal sapi di RPH Ruteng termasuk dalam kelompok usia produktif.

Jenias Kelamin

Jenis kelamin para jagal di RPH Ruteng Kecamatan Langke Rembong Kabupten Manggarai adalah 100% laki-laki. Hal ini dikarenakan untuk menjalankan usaha pemotongan ternak di RPH Ruteng harus memerlukan tenaga yang kuat. Pekerjaan jagal sapi di RPH Ruteng dimulai dari memindahkan sapi dengan cara digiring dari kandang penampungan� menuju tempat pemotongan dan siap disembelih, namun untuk menyembelih seekor sapi tidaklah mudah karena dengan ukuran yang� besar, sapi biasanya akan melakukan perlawanan maka dibutuhkan beberapa orang untuk menarik ekornya agar sapi tetap tenang.

Tingkat Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66,7% para jagal di RPH Ruteng berpendidikan SMP ke bawah, sedangkan 33,3% jagal berpendidikan SMA ke atas. Tingkat pendidikan para jagal masih rendah karena masih ada yang menempuh pendidikan di bawah 12 tahun di bangku sekolah.

Pekerjaan Utama

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pekerjaan pokok para jagal di RPH Ruteng berbeda-beda. Ada 50% para jagal melaporkan bahwa pekerjaan pokoknya sebagai tukang potong sapi (jagal) sementara 33,3% memiliki pekerjaan pokok sebagai petani dan 16,7% para jagal memiliki pekerjaan pokok sebagai wirasasta.

Pekerjaan Sampingan

Hal ini juga dilakukan oleh para jagal yang ada di RPH Ruteng Kecamataan Langke Rembong Kabupaten Manggarai. Pekerjaan tambahan yang dilakukan oleh jagal di RPH Ruteng bervariasi yakni 66,7% sebagai petani, dan masing-masing 16,7% sebagai pedagang dan wiraswasta.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan jumlah tanggungan keluarga para jagal sapi bervariasi dimana 50% di antaranya memiliki tanggungan keluara paling sedikit 3 orang sedangkan yang tanggungannya 2 orang sebanyak 33,3% dan sisanya 16,7% hanya memiliki tanggungan keluarga 1 orang saja.

Tujuan Usaha

Setiap usaha yang dilakukan oleh seseorang pasti memiliki tujuan tertentu. Hal demikian juga berlaku untuk para jagal sapi di RPH Ruteng dimana tujuan usaha tersebut adalah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha jagal sapi yang dilakukan di RPH Ruteng memiliki dua tujuan pokok yakni 1) sebagai sumber penghasilan pokok (66,7%) dan 2) sebagai sumber penghasilan tambahan (33,3%).

Pengalaman Usaha

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman menjalankan usaha jagal sapi di RPH Ruteng adalah 31,83 tahun (SD= 16,70 dan KV=55%) dengan kisaran 2 tahun sampai 50 tahun. Hal ini menggambarkan bahwa pengalaman usaha pemotongan sapi di RPH Ruteng adalah 15-48 tahun. Namun ada juga jagal sapi yang berpengalaman di atas rentang tersebut yang dapat dilihat pada koefisien variasi 55% tersebut. Dengan perkataan lain, ada jagal sapi di RPH Ruteng memiliki pengalaman usaha berkisar di atas 48 tahun yaitu 50 tahun dan di bawah 15 tahun yaitu baru 2 tahun.

Hari Potong

Hari potong di RPH Ruteng sudah dijadwalkan secara baik berdasarkan kespakatan para jagal dan pengelola dalam hal ini Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai. Setiap jagal memiliki satu hari potong yang sudah diberi izin dari Dinas Peternakan. Hari potong di RPH Ruteng berlangsung dari hari Senin sampai Sabtu.

Pemanfaatan Sumberdaya Pemotongan Ternak Sapi

Ternak sapi yang akan dipotong di RPH Ruteng Kecamatan Langke Rembong Kabupaten Manggarai pada umumnya berasal dari wilayah Kabupaten Manggarai seperti ternak sapi yang didatangkan dari Kecamatan Cibal, Satar Mese dan daerah lain sekitar Kecamatan Langke Rembong. Namun ada juga sapi potong tersebut didatangkan dari luar daerah Kabupaten Manggarai seperti Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai Timur bahkan dari Kabupaten Ngada.

Ternak Sapi

Ternak sapi yang dipotong di RPH Ruteng adalah sapi jantan sebanyak 1.349 ekor/tahun dengan rata-rata pemotongan 112 ekor/bulan sedangkan jumlah pemotongan sapi betina adalah 327 ekor/tahun dengan rata-rata pemotongan 27 ekor/bulan. Sapi betina yang dipotong tersebut adalah betina afkir yang sudah berumur ≥8 tahun. Jenis ternak sapi yang dipotong di RPH Ruteng lebih banyak didominasi oleh ternak sapi Bali.

Jumlah Pemotongan Ternak Sapi

Pemotongan ternak sapi yang dilakukan di RPH Ruteng dalam kurun waktu satu tahun (Mei 2023 sampai dengan April 2024) berjumlah 1.676 ekor dengan rata-rata pemotongan per bulannya 139,67 (SD=15,01 ; KV=10,74%). Sapi jantan yang dipotong di RPH selama satu tahun adalah 1.349 ekor atau 80,49% dari total sapi yang dipotong di RPH Ruteng. Rata-rata sapi jantan yang dipotong tiap bulan adalah 112,42 (SD= 15,07; KV= 13,41%). Selanjutnya pemotongan sapi betina selama satu tahun yaitu 327 atau 19,51% dari jumlah sapi yang dipotong selama satu� tahun di RPH Ruteng dengan jumlah pemotongan per bulannya adalah 27,25 �2,53 ekor (KV=9,27%).

Hasil Pemotongan Ternak Sapi di RPH

Pemotongan ternak sapi di RPH Ruteng pada bulan Mei 2022 sampai April 2023 menghasilkan daging sebanyak 87.724,13 kg dengan rata-rata daging yang dihasilkan dalam setiap bulan adalah 7.310,34 kg. Tidak hanya daging produk lain yang dijual dari hasil pemotongan ternak sapi di RPH Ruteng yaitu tulang 111.672,65kg dengan rata-rata tulang yang dihasilakan tiap bulannya yaitu 9.306,05 kg, sedangkan hasil lain seperti kepala, jeroan, kulit dan kaki dijual utuh setiap ekor sapi.

Tenaga Kerja

Jam kerja di RPH Ruteng dimulai pada pukul 5 pagi dan akan selesai pada pukul 10 pagi. Adapun jumlah jam kerja para tenaga kerja di RPH Ruteng sebesar 3.75 HKP. Gaji yang diterima dari setiap jagal adalah Rp200.000/hari/orang. Dihitung dalam HKP gaji yang diterima para tenaga kerja yang dibayar oleh jagal di RPH Ruteng yaitu Rp3.750.000. Berdasarkan upah yang diterima oleh tenaga kerja sangat tinggi dibanding UMR Kabupaten Manggarai pada tahun 2023. Hal tersebut upah tersebut sangat tinggi jika dibandingkan dengan dengan UMP Kabupaten Manggarai yang dilaporkan Badan Pusat Statistika yaitu sebesar Rp2.123.994/bulan.

 

Biaya, Penerimaan, Pendapatan Usaha Pemotongan Ternak Sapi di Rph Ruteng

No

Deskripsi

Tunai (Rp)

Persentase

1

BIAYA OPERASIONAL

1. Biaya Tetap

Penyusutan

196.666

Total biaya tetap

196.666

0,13

2. Biaya Variabel

Pembelian ternak

145.562.500

97,34

Tenaga kerja

1.375.000

0,92

Plastik

200.000

0,13

Pakan

291.666,70

0,20

Retribusi

1.518.055

1,02

Transportasi

600.000

0,40

Total biaya variabel

149.547.222

99,87

Biaya total(1+2)

149.743.888

100,00

2

PENERIMAAN

Penjualan daging 7.310,34 Kg @Rp100.000

121.839.062

62,92

Penjualan jeroan 138,67 kumpul@ Rp150.000

3.466.666

1,79

Penjualan tulang 9.306,[email protected]

62.015.361

32,03

Penjualan kepala 138,67 unit @Rp200.000

138.666

0,07

Penjualan kulit 138,67unit @Rp60.000

1.555.555

0,80

Penjualan kaki 138,67 unit @ Rp50.000

4.622.222

2,39

Total penerimaan

193.637.532

100,00

3

PENDAPATAN

43.893.644

4

Analisis Kelayakan Finansial

R/C

1,29

B/C

0,29

Sumber: Data primer (diolah), 2023.

Biaya

Biaya tetap dalam usaha jagal sapi di RPH Ruteng Kecamatan Langke Rembong yaitu biaya penyusutan peralatan. Biaya penyusutan peralatan dihitung menggunakan metode garis lurus dimana biaya penyusutan tiap tahun sama. Besarnya biaya tetap yang dikeluarkan jagal adalah sebesar Rp196.250. Selain biaya tetap biaya lain yang dikeluarkan adalah biaya variable. Biaya variabel dalam usaha jagal sapi di RPH Ruteng meliputi biaya pembelian ternak, biaya tenaga kerja, biaya pakan, biaya retribusi, biaya transport, biaya plastik. Dari hasil penelitian biaya variabel yang paling banyak dikeluarkan oleh jagal adalah biaya pembelian ternak yaitu 98% dari total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp148.781.239.

Penerimaan
����������� Penerimaan yang diterima oleh jagal di RPH Ruteng Kecamataan Langke Rembong dari hasil penjualan produk usaha jagal sapi potong seperti daging, tulang, kaki, kepala, jeroan, dan kulit dengan rata-rata yaitu sebesar Rp194.485.534/tahun/jagal. Penerimaan dari hasil penjualan produk pemotongan sapi paling banyak diterima dari hasil penjualan daging yaitu� 62% dari total penerimaan jagal sapi. Besarnya penerimaan lebih kecil dari hasil penelitian Bagja dkk., 2013 di Kota Semarang yang melaporkan bahwa besarnya penerimaan yang diperoleh jagal sapi yaitu Rp266.719.438/tahun/jagal.

Pendapatan

Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi. Tinggi rendahnya pendapatan akan sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi yang dicapai. Jumlah pendapatan atau laba sangat tergantung pada jumlah penerimaan dan besarnya biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi (Basra Pasau & Lien Damayanti, n.d.). Pendapatan usaha jagal sapi di RPH Ruteng Kecamataan Langke Rembong yaitu sebesar Rp43.893.644/tahun/jagal yang diterima para jagal secara tunai. Total pendapatan jagal dalam penelitian ini lebih besar dari pendapatan jagal dalam penelitian

Kelayakan Finansial

Dalam menjalankan sebuah usaha perlu perlu dilakukan analisis kelayakan finansial dari usaha yang dijalankan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan layak secara finansial atau tidak, sehingga usaha tersebut dapat dijalankan terus. Untuk menilai apakah usaha pemotongan ternak sapi yang dilakukan di RPH Ruteng Kecamatan Langke Rembong diusahakan oleh peternak layak secara finansial maka dilakukan analisis dan perhitungan yang sesuai dengan kriteria kelayakan yang berlaku. Kriteria yang digunakan dalam analisis kelayakan usaha pemotongan sapi di RPH Ruteng Kecamatan Langke Rembong Kabupaten Manggarai adalah kriteria investasi berupa perhitungan R/C dan B/C.

Salah satu kriteria kelayakan usaha yakni dengan melihat nilai R/C ratio yang merupakan perbandingan antara total biaya produksi dengan total penerimaan selama usaha tersebut berlangsung. Kriteria yang digunakan dalam analisis ini adalah apabila nilai R/C lebih besar dari satu maka usaha dikatakan untung dan layak untuk dijalankan karena besarnya penerimaan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Nilai R/C lebih kecil dari satu maka usaha dikatakan merugi dan tidak layak untuk dijalankan karena besarnya penerimaan lebih kecil dari pada biaya yang dikeluarkan. Nilai R/C sama dengan nol maka� usaha pemotongan ternak sapi di RPH Ruteng mengalami break even point atau titik impas usaha karena total penerimaan sama dengan total biaya yang dikeluarkan.

Selanjutnya kelayakan usaha dapat dilihat dari perbandingan antara keuntungan yang diterima dengan total biaya yang dikeluarkan yang dikenal dengan B/C ratio. Nilai B/C yang diperoleh yaitu 0,29. Nilai B/C yang diperoleh lebih besar dari nol yang berarti usaha pemotongan ternak sapi yang dijalankan para jagal di Kecamatan Langke Rembong secara finansial disebut menguntungkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sofyan (2003) yang menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan layak dan memberi manfaat apabila nilai B/C > 0, semakin besar nilai B/C maka manfaat atau keuntungan yang diperoleh semakin besar pula

 

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1.      Usaha pemotongan ternak sapi yang dilakukan di rumah potong hewan Ruteng Kecamataan Langke Rembong Kabupaten Manggarai memberikan pendapatan tunai sebesar Rp43.893.644/tahun bagi para jagal sapi .

2.      Usaha pemotongan ternak sapi di rumah potong hewan Ruteng Kecamatan Langke Rembong secara finansial layak dan menguntungkan dimana nilai R/C lebih besar dari satu dan nilai B/C lebih besar dari nol.

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Basra Pasau, M. A., & Lien Damayanti, M. A. (n.d.). Analisis Pendapatan dan Kelayakan USAha Keripik Ubikayu pada Industri Pundi Masdi Kota Palu. Tadulako University.

 

Bora, I. F. R. (2023). Urgensi Asupan Gizi, Makanan Sehat, dan Pola Hidup Sehat dalam Konteks Stunting BALITA di Kabupaten Manggarai. Jurnal Lonto Leok Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 69�82.

 

Firdiansyah, M. W. (2022). Retribusi rumah potong hewan Kabupaten Lamongan berdasarkan Pasal 8 Perda No 8 Tahun 2015 tinjauan Maslahah Mursalah: Studi di rumah potong Hewan Lamongan. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

 

Kotler, P., & Amstrong, G. (2018). Principles of Marketing. Edisi 15 Global Edition. Pearson.

 

Maesya, A., & Rusdiana, S. (2018). Prospek pengembangan usaha ternak kambing dan memacu peningkatan ekonomi peternak. Agriekonomika, 7(2), 135�148.

 

Ningrum, S. N. J. E. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi di indonesia. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ï¿½.

 

Nuryanti, D. M. (2022). Dinamika Pengetahuan, Realisasi Kebijakan dan Skenario Pengembangan Teknopark Sagu Palopo. Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin.

 

Rosyidi, D. (2017). Rumah potong hewan dan teknik pemotongan ternak secara islami. Universitas Brawijaya Press.

 

Rusdi, M. D., & Suparta, M. (2016). Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi di Kota Surabaya. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 1(2), 283�300.

 

Saragih, B. (1998). Agribisnis berbasis peternakan.

 

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeta.

 

Suryanto, B. (2006). Profitabilitas Usaha Jagal Sapi Di Kabupaten Pati Propinsi Jawa Tengah [TheProfitability of Cattle-Slaughtering Business in Pati Regency Central Java Province]. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis, 3(31), 184�189.

 

 

 

https://jurnal.syntax-idea.co.id/public/site/images/idea/88x31.png� 2024 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).