Model Pembinaan Program Tahfidz
Al-Qur�an di Institut PTIQ Jakarta
Tahfidz Al-Qur'an Program
Development Model at the PTIQ Institute Jakarta
1)Akhmad
Shunhaji, 2) Susanto, 3) Farichin
1,2,3 Universitas PTIQ dan PKU Masjid Istiqlal Jakarta.
*Email: 1) [email protected], 2) [email protected], 3) [email protected]
*Correspondence:
1) Akhmad Shunhaji
DOI: 10.59141/comserva.v3i12.1272 |
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
proses implementasi pemenuhan program tahfidz Qur�an dan standardisasi serta
hambatan dalam upaya pemenuhan program tahfidz dan standardisasi di Institut
PTIQ Jakarta. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Objek penelitian adalah kegiatan pembinaan Qur�ani.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Data kemudian direduksi, dianalisis kemudian disimpulkan, Dalam proses pelaksanaan model-model tahfidz
al-Qur�an di Ma�had dan di kampus Institut PTIQ Jakarta, baik ketua Lembaga
Tahsin,Tahfidz al-Qur�an,ketua ma�ahad PTIQ besrta para musyrif,mudabbir dan
para semua para dosen tahfidz al-Qur�an beserta seluruh stakeholder yang
telah berupaya membina dan memotivasi seluruh mahasiswa untuk mencapai target
hafalan al-Qur�an yang telah ditentukan oleh semua fakultas baik tahfidz
terbatas maupun tahfidz penuh Dalam
menghafal dan menjaga hafalan Qur�an pada dasarnya mengulang-ulang bacaan dan
mengulang-ulang hafalan yang sudah hafal itu bagian dasar dan pokok dalam
menghafal dan menjaga hafalan al-Qur�an. Serta ketekunan, keistiqamahan dalam menghafal Qur�an dan menjaga hafalan
Qur�an serta mengatur waktu dengan waktu kuliah memanfaatkan waktu luang
dijam-jam istirahat kuliah untuk mengulang-ulang hafalan ataupun menghafal
hafalan yang baru secarakonsistenkuncidasardalammenghafal al-Qur�an. Kata kunci metode, model, hafalan Al-Qur'an |
ABSTRACT
This
study aims to determine the implementation process of fulfilling the Quran
memorization and standardization program as well as the obstacles to the
memorization and standardization program at the PTIQ Jakarta Institute. In this
study the authors used a type of qualitative research with a case study
approach. The object of research is Qur'anic development activities. Methods of
data collection is done by interview, observation, and documentation. The data
was then reduced, analyzed and then concluded. In the process of implementing
models of memorizing the Qur'an at Ma'had and at the PTIQ Jakarta Institute
campus, both the head of the Tahsin Institute, Tahfidz al-Qur'an, the head of
the PTIQ ma'had along with the Musyrif, Mudabbir and all the lecturers who
memorize the Al-Qur'an and all stakeholders who have tried to foster and
motivate all students to achieve the target of memorizing the Al-Qur'an which
has been determined by all faculties both limited memorization and full
memorizationIn memorizing and maintaining the memorization of the Qur'an,
basically repeating the reading and repeating the memorization that has been
memorized is the basic and fundamental part of memorizing and maintaining the
memorization of the Qur'an. And perseverancein memorizing the Qur'an and
keeping the memorization of the Qur'an as well as managing time with college time
to make use of free timein hours Lecture breaks to repeat memorization or
memorize new ones consistently are the basic key in memorizing the Qur'an.
Keywords:
methods, models,
memorization of the Qur'an
PENDAHULUAN
Menghafal
al-Qur�an bukan merupakan suatu ketentuan hukum yang harus dilakukan oleh orang
yang memeluk agama Islam (Susianti, 2016). Oleh karena
itu menghafal al-Qur�an tidak mempunyai syarat-syarat yang mengikat sebagai
ketentuan hukum (Batu Bara, 2019). Syarat-syarat
yang harus ada dimiliki oleh serang calon penghafal al-Qur�an adalah
syarat-syarat yang berhubungan dengan naluri insaniyah semata. Sehingga Ada beberapa kondisi yang berbeda-beda yang
dialami oleh setiap santri dalam menghafal Alquran selain ingin meraih julukan
sebagai penghafal Alquran 30 juz, namun juga setiap santri menggunakan strategi
dan metode yang berbeda (Lalan, 2019). Faktor penghambat dan pendukung yang dialami� oleh setiap santri berbeda pula, hal tersebut
dapat pula memengaruhi hasil capaian dalam menghafal al-qur�an karena ada santri yang mampu menghafal banyak
dalam kurun waktu yang sedikit dan� ada
pula yang sebaliknya (Arini & Widawarsih, 2021).
Faktor
penghambat dalam menghafal al-Qur�an dapat berasal dari santri itu sendiri maupun dari
faktor orang lain maupun lingkungan, sesuai dengan pendapat Wiwi Alawiyah Wahiddalambukunyha�Cara Cepat
bisa Menghafal al-Quran� menyebutkan bahwa terkadang problem dalam menghafal
al-Qur�an juga timbul dari diri sang penghafal itu sendiri. Problem-problem
tersebut di antaranya: Tidak
menguasai makhraj huruf dan tajwid, Tidak sabar, Tidak sunguh-sungguh, Tidak
menghindari dan menjauhi maksiat, Tidak banyak berdoa, Tidak beriman dan
bertakwa, Berganti-ganti mushaf al-Quran, Ujub dan riya� dan� dua penyakit ini mendapat perhatian serius
dari para ulama, khususnya ahli al-Quran. Sifat ujub dan riya� adalah senyawa
batil yang mampu menghanyutkan ayat-ayat suci yang telah terpatri di jiwa.
Keduanya sering kali ditanamkan setan kala penghafal al-Quran memulai tampil di
hadapan publik ataupun �Rajin bermusabaqah�. Karena banyak penghafal Alquran
yang terjerumus oleh sifat ujub dan riya (Asriyani & Darmawansya, 2023).
Faktor lingkungan mulai dari sarana dan prasarana
juga sangat berpengaruh untuk menghambat bagi penghafal al-Qur�an seperti
ruangan menghafal yang sangat sempit, kamar istirahat atau kamar tidur yang
terlalu banyak orangnya, tidak dipisahnya ruangan setoran hafalan antara satu
dengan yang lainnya, udara yang sangat panas atau udara yang sangat dingin,
tidak adanya tempat penyimpanan khusus al-Qur�an, tempat wudlu yang tidak
memadai, toilet yang tidak memadai, kamar mandi yang tidak memadai dan
sebagainya (Farichin, 2023).
Kurangnya waktu tatap muka� dengan Mudabir atau Mushrif serta dosen
dengan mahasiswa untuk setoran hafalan baik setoran yang baru ataupun setoran
hafalan yang lama juga sangat berpengaruh pada keberhasilan mahasiswa dalam
mencapai target hafalan. Selain itu, kurangnya Mudabbir, Musyrif dan Dosen
Tahfid juga menghambat dalam proses menghafal al-Qur�an. Idealnya untuk satu
mudabir, satu musrif atau satu dosen tahfid itu seharusnya hanya menangani
sepuluh mahasiswa untuk setoran hafalan mengulang (murajaah) karena setoran
murajaah itu bisa sampai setengah juz sama dengan lima belas menit kalau dibaca
tartil. Sementara itu,� kalau untuk
setoran hafalan, idealnya satu Dosen Tahfid menangani dua puluh orang karena
sekali setoran hafalan hanya satu halaman atau dua halaman dengan model setoran
dua orang-dua orang dalam setoran (Farichin, 2023).
Faktor lainnya yang menghambat al-Qur�an adalah
mahasiswa terlalu aktif dalam organisasi baik organisasi skala daerah maupun
organisasi skala nasional karena kesibukannya dalam organisasi menjadi tidak
ada lagi waktu untuk menghafal al-Qur-an baik menghafal hafalan baru maupun
murajaah (Delpitri et al., 2019). Banyaknya jumlah mata kuliah yang harus diambil,
dipahami dan dikuasi�� juga berpengaruh
terhadap hafalan al-Qur�an.� Lingkaran
pertemanan dengan teman yang bukan satu profesi juga menghambat hafalan
al-Qur�an atau proses dalam menghafal al-Qur�an karena mereka tidak mengerti
dunia menghafal al-Quran dan menjaga hafalan dimana perlu meluangkan waktu
untuk mengulang-ulang hafalan (murajaah) baik hafalan yang baru maupun hafalan
yang lama.
Penerimaan mahasiswa baru yang tidak selektif
artinya menerima mahasiswa baru yang bacaan al-Qur�anya masih belum standar
bacaan yang baik dan benar bahkah menerima mahasiswa yang bacaaannya dibawah
standa,� misalnya calon mahasiswa yang
masih belajar Iqra bahkan huruf-huruf arab pun masih belum hafal dan baru bisa
membaca al-Qur�an dengan huruf latin. Menurut penulis kondisi-kondisi tersebut
menjadi persoalan� bahkan hambatan serius
dalam menghafal al-Qur�an apalagi anak tersebut masuk dalam perguruan tinggi
bukan atas kemauannya sendiri.
Indikasi-indikasi permasalahan di atas tidak jauh
berbeda dengan yang dialami oleh mahasiswa PTIQ baik yang sudah pernah khatam
ataupun yang masih dalam proses menghafal al-Qur�an. Hal ini menjadi dasar PTIQ
membuat sistem baru dengan mengalihfungsikan dari asrama mahasiswa (mahasiswa
baru dan lama dalam satu komplek/bangunan) menjadi Ma�had Darul Qur�an yang
mengkhuskan tahfidz dan bahasa bagi semua mahasiswa PTIQ dalam dua semester
(satu tahun) dan tidak diperbolehkan keluar asrama untuk bersosialisasi dengan
masyarakat dan tidak juga dicampur dengan mahasiswa-mahasiswa lama. Peralihan
program asrama menjadi Ma�had Darul Quran adalah suatu evaluasi strategi untuk
pencapaian belajar. Menurut Winardi Karshi Nisjar dalam bukunya yang
berjudul Manajemen� Strategi mengatakan
bahwa evaluasi strategi adalah usaha-usaha untuk memonitor hasil-hasil dari
perumusan (formulasi) dan penerapan (implementasi) strategi termasuk mengukur
kinerja organisasi, serta mengambil langkah-langkah perbaikan jika diperlukan (Kurniawati, 2017).
Kebijakan dan misi perpindahan asrama ke Ma�had
Darul Qur�an tidak terlepas dari strategi PTIQ untuk mengatasi� mahasiswa dalam proses menghafal al-Qur�an 30
juz dan untuk mencapai target hafalan al-Qur�an secara sempurna, sebagaimana
tujuan misi awal berdirinya PTIQ yaitu menjadi sarjana yang hafidz Qur�an. Maka
dalam tulisan ini mencoba menguraikan bagaimana model pembinaan Tahfidz
Al-Qur�an di Institut PTIQ Jakarta sehingga mahasiswa Institut PTIQ Jakarta
berhasil mencapai sarjana Strata Satu (S1) sesuai target dan tidak pindah
tahfidz dari tahfidz Qur�an penuh 30 juz ke tahfidz al-Qur�an terbatas yaitu 4
juz.
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan studi kasus. Metode penelitian yang digunakan adalah model penelitian kualitatif, penelititerjun langsung ke
lapanganmelakukan observasi dan melakukan interpretasi data dan pencapaian
pemahaman melalui data atau gambar. Adapun metode pengumpulan data
dalam penelitian ini� adalah pertama
observasi, kedua
wawancarayang tidak terstruktur (non structural intervew).Wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara baku yang susunan pertanyaanya tidak ditetapkan sebelumnya
(Moleong, 2012). Ketiga, dokumentasi yaitu
suatu cara yang dipergunakan� untuk
mengumpulkan data dengan jalan mengambil bahan-bahan yang berasal dari
data-data mengenai tugas dan fungsi para dosen dan para mudabbir. Sumber data� yang dijadikan sebagai pokok penelitianadalahdata
primer yang didapat
dari observasi dan wawancara dengan orang-orang yang berkaitan dan para ahli
dibidangnya seperti beberapa� para
mahasiswa Institut PTIQ Jakarta, sejumlah mudabir, para dosen tahfiz, ketua
LPTIQ Institut PTIQ Jakarta, para dekan serta Purek dan Rektor atau para
pengambil kebijakan di Institut PTIQ Jakarta, tulisan-tulisan orang khususnya
alumni Institut PTIQ Jakarta secara khusus baik yang berkaitan dengan tahfiz
Qur�an ataupun kritikan-kritikan dan masukan dari alumni maupun dari masyarakat
sekitar pada umumnya. Dari data yang didapatselanjutnyadianalisis
nantinya dirangkum secara deskriptif untuk membantu menemukan keaslian dan
kebenaran yang sesungguhnya yang�
diungkapkan oleh subjek penelitian sendiri sesuai dengan kenyataan yang
terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran Tahfidz al-Qur�an di Institit
PTIQJakarta
Al-Qur�an dan tahfiz
memiliki kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat dunia,karena tahfiz
al-Qur�an termasuk fadhukifayah, jika masyarakat dunia ini tidak ada
yang yang tahfiz Qur�an maka berdosalah semua. keotentikan Qur�an
bisa terjaga dengan adanya para penghafal al-Qur�an.
Al-Qur�an sebagai sumber
akidah,sumber nilai,sumber pahala, jalan pahala, sumber etika,moral,sumber
perekat persatuan, sumber integrasi sosial dan sumber alat kontrol sekaligus
sebagai sumber hidayah bagi manusia dalam menjalankan hidup dimuka bumi ini agar
apaapa yang dilakukan dan dikerjakan bermanfaat bagi generasi penerus
atau selanjutnya menjadi orang yang bermanfaat tentunya harus memenuhi
syarat-syarat tertentu.
Institut PTIQ Jakarta
menyiapkan mahasiswa-mahasiswa yang kedepannya menjadi orang-orang yang
bermanpaat dengan cara membentuk mahasiswa-mahasiswa yang Qur�ani, yang
intelektual dan berakhlak Qur�ani dengan cara memasukan kurikulum tahfiz yaitu
kurikulum� khusus sebagai syarat untuk
mengikuti UTS, UAS dan sekaligus syarat untuk mendapatkan gelar Stratasatu.
Titik poin keberhasilan
mahasiswa institut PTIQ Jakarta apabila dapat menguasai salah satu diantara
tiga syarat: Pertama dapat membaca al-Qur�an dengan standar makhraj
yang baik dan dapat menerapkan hukum tajwid walaupun belum menguasai ilmu
tajwid seluruhnya serta dapat mencapai target hafalan yang telah ditentukan
oleh pihak fakultas disetiap semesternya. Kedua dapat membaca al-Qur�an sesuai
makharijul hurufnya serta mengetahui hukum bacaan-bacaan (tajwid) dan memenuhi
target hafalan disetiap semesternya yang telah ditentukan oleh fihak fakultas.
Ketiga dapat membaca al-Qur�an dengan mahir sesuai standar makharijul huruf dan
menguasai tajwid serta dapat mencapai target hafalan disetiap semesternya
dengan tepat waktu bahkan sebelum batas waktu yang ditentukan sudah seslesai
target yang ditentukan oleh pihak fakultas.
Mahasiswa bisa dikatakan
berhasil dalam menghafal Qur�an di Institut PTIQ Jakarta apabila mahasiswa
tersebut benar-benar murni memulai menghafal Qur�an dari awal di PTIQ tidak
mengulang hafalan Qur�an yang sebelumnya sudah pernah hafal dan khatam Qur�an dari
pesantren atau dari pendidikan formal yang ada tahfidz Qur�an.������������������������������
Keberhasilan tahfidz
Qur�an di Institut PTIQ Jakarta sangat menentukan mahasiswa dalam mencapai dan
memperoleh gelar Stratasatu, �Karena punya target
empat juz dalam semester sehingga mereka dituntut untuk menghafal dan
memelihara hafalan apabila mahasiswa tersebut lebih dulu sukses
tahfidz maka tidak menutup kemungkinan akan lebih cepat dan tepat waktu dalam
mencapai gelar Starat Satu.
Kunci utama untuk
mencapai dan mendapatkan gelar Starasatu
di Institut PTIQ Jakarta terlebih dahulu sukses dalam tahfidz Qur�an. Ada
beberapa pokok penting untuk� membantu
mempercepat hafalan Qur�an bagi pendidikan formal seperti di PTIQ Jakarta,
diantara pokok-pokok penting tersebut adalah:
a. Disiplin dalam menghafal
Qur�an, baik disiplin secara mandiri maupun disiplin secara kelompok atau
secara organisasi. Disiplin secara mandiri: mempunyai
jadwal sendiri yang tertulis secara rinci waktu untuk menghafal dan
mengulang-ulang hafalan baik hafalan tambah yang akan disetorkan maupun
mengulang hafalan yang telah disetorkan (murajaah). Disiplin secara
kelompok artinya mematuhi dan menjalankan peraturan yang telah ditetapkan oleh
ma�had dan peraturan kampus PTIQ.
b. Mempunyai waktu khusus
untuk menghafal dan waktu khusus untuk mengulang hafalan, berapa jam untuk
menghafal dan berapa jam untuk mengulang hafalan,berapa hari,berapa minggu dan
berapa bulan terjadwal secara rinci dan tertulis. 3. Mempunyai komunitas teman-teman
yang serius dalam menghafal dan mengulang hafalan Qur�an.
Keberhasilan mahasiswa
dalam menghafal al-Qur�an bisa dilihat apabila memenuhi syarat sebagai berikut,
diantaranya yaitu: Bacaannya bagus,makharijul khurufnya jelas, bacaannya
sesuai dengan hukum bacaan tajwid, Mengerti dan paham ilmu
tajwid, tartil dan mampu membaca al-Qur�an dengan bacaan yang benar
fasih serta lancar (Farichin,
2023).
Model Menghafal Al-Qur�an dan Menjaga Hafalan Al-
Qur�anInstitut PTIQ
Jakarta
Institut PTIQ Jakarta dan
LTTQ serta Ma�had Daru al-Qur�an PTIQ Jakarta sebagai lembaga khusus yang
menangani langsung perihal tahsin al-Qur�an dan tahfidz al-Qur�an secara
langsung atau tidak langsung tidak mengharuskan pada mahasiswa ketika menghafal
al-Qur�an dan menjaga hafalan al-Qur�an menggunakan model tertentu karena
mahasiswa mempunyai model-model tersendiri dan juga tidak ada ketentuan dan
praturan di Institut PTIQ Jakarta untuk menggunakan model tertentu dalam
menghafal al-Qur�an dan menjaga hafalan.
Hal senada juga
disampaikan oleh Ahmad Furqani bahwa ketua Ma�had, para musyrif dan para
mudabbir begitupun para dosen tahfidz al-Qur�an tidak menentukan model
dalam menghafal al-Qur�an dan menjaga hafalan al-Qur�an baik menjaga hafalan
yang baru dihafal maupun hafalan yang sudah lama, namun ketua LTTQ dan ketua
ma�had beserta para dosen sering memberi motivasi dengan mengumpulkan mahasiswa
untuk selalu menyetorkan hafalan atau menambah hafalan al-Qur�an secara
kontinyu dan menyetorkan hafalan yang lama supaya tidak hilang hafalannya.
Berdasarkan hasil
wawancara dengan Ahmad Dahuri sebagai ketua Ma�had Darul Qur�an Institut PTIQ
Jakarta bahwa kemampuan membaca al-Qur�an mahasiswa-mahasiswa institut PTIQ
Jakarta tidak sama ia menyatakan tidak sedikit calon-calon mahasiswayang belum
bisa mengetahui huruf-huruf hijaiyyah dan atau belum mengetahui (syakal)tanda
baca al-Qur�an (seperti, fathah, kasrah, dhomah, fathatain,kasratain,
dhommatain, sukun). Dan ada juga yang belum lancar dalam membaca
al-Qur�an termasuk belum menguasai hukum-hukum bacaan al-Qur�an yaitu ilmu
tajwid seperti hukum nun mati,mim mati dan tanda baca seperti waqaf
(tempat berhenti ketika membaca al-Qur�an yang sesuai dengan hkum tajwid).
Hal tersebut dikuatkan
oleh Syahrir Ali Basa, Dosen Tahfidz PTIQ bahwa calon-calon mahasiswa Institut
PTIQ Jakarta masih banyak yang belum bisa membaca al-Qur�an
secara mahir (membaca al-Qur�an dengan lancar sesuai kaidah-kaidah hukum
tajwid),namun demikian calon-calon mahasiswa
tersebut tetap diterima sebagai mahasiswa dengan alasan mahasiswa tersebut
serius akan menghafalkan al-Qur�an dan mau dibimbing.
Sementara itu berdasarkan
wawancara dengan Ahmad Ali Hanafi mahasiswa semester V fakultas tarbiyah
strategi dalam menghafal al-Qur�an dan menjaga hafalan al-Qur;an di Institut
PTIQ Jakarta adalah dengan menggunakan cara mengulang�ulang hafalan al-Qur�an baik
hafalan yang baru maupun hafalan yang lama. Menyetorkan hafalan-hafalan
al-Qur�an yang baru maupun yang lama kepada dosen tahfidz yang telah ditunjuk
oleh pihak fakultas karena setiap fakultas dosen tahfidnya berbeda-beda.
Biasanya setoran tahfidz di hari Jum�at, Sabtu dan hari minggu. Sementara hari
Jum�at untuk setoran tambahan atau setoran hafalan yang baru dan hari Sabtu dan
Minggu untuk setoran hafalan yang lama atau untuk melancarkan hafalan-hafalan
yang sudah lama. Untuk setoran hafalan yang baru biasanya hanya satu halaman
sekali setor secara� online dan untuk
setoran hafalan yang lama biasanya seperempat juz (1/4 juz) atau lima halaman
dengan standar al-Qur�an pojok al-Qur�an yang terdiri dari 18 baris yaitu
al-Qur�an yang sudah ditetapkan oleh pihak kampus untuk menghafal dan
sebagaimana al-Qur�an pegangan yang untuk menghafal di pondok pesantren baik
pesantren moderen maupun pesantren salaf.
Institut PTIQ Jakarta dan
Ma�had Qur�an PTIQ Jakarta sangat berkaitan erat karena keduanya dalam satu
yayasan program-program pengajaran dan mata kuliah saling berkaitan yaitu untuk
menyuksekan tahfidz. Dalam pembinaan progranm tahfidz di Ma�had Qur�an PTIQ
Jakarta para mahasiswa diwajibkan untuk menghafal dan menyetorkan hafalannya
kepada para pembimbing tahfidz (mudabbir) masing-masing sesuai jadwal
yang ditentukan oleh LTTQ. Dalam program tersebut ada hari-hari tertentu bagi
mahasiswa untuk menyetorkan hafalan baik hafalan yang baru yaitu hafalan
tambahan maupun hafalan mengulang ( murajaah) dalam sepekan mahasantri hanya
dua kali menyetorkan hafalan yaitu hari Jumat dan Sabtu selain hari jum�at dan
sabtu tidak diwajibkan menyetorkan hafalan Qu�an.
Program tahfidz di kampus
Institut PTIQ Jakarta sangat berbeda dengan yang di Ma�had karena mahasiswa
sudah terpisah-pisah tempatnya ada yang tinggal di kos, kontrakan dan ada juga
yang bertempat di mushala dan di masjid sebagai muadzin atau sebagai imam belum
lagi kegiatan -kegiatan mahasiswa baik di Organisasi Daerah (Orda)� maupun Orda pada skala� Nasional. Karena itu� para mahasiswa sudah tidak terkontrol dengan
baik, waktu setoran hafalan di kampus pun dibatasi, hanya satu kali dalam
sepekan yaitu memilih diantara tiga hari yang sudah ditentukan yaitu hari
Jum�at, Sabtu dan Minggu.
Strategi mahasiswa dalam
menghafal berbeda-beda sebagaimana pendapat mahasiswa diatas bahwa strategi
menghafal kebayakan sudah dibawa ketika mereka masih di pesantren tahfidz
sebelum meraka kuliah di Institut PTIQ Jakarta (Bariah, 2021). Secara umum mereka mulai menghafal harus baca Qur�an� berulang-ulang secara baik dan benar, bacaannya
benar-benar standar bacaanya baik makhrjanya dan hukum bacaannya
yaitu tajwid.
Menurut penulis program
tahfidz di kampus harus ditambah harinya atau setiap hari kerja harus ada dosen
tahfidz yang selalu ada dan siap untuk menerima setoran hafalan para mahasiswa.
Disini para dosen tahfidz dijadwal antara dosen satu dengan dosen lainnya dan
untuk jadwal menerima setoran dan disiapkan tempat dan ruangan khusus supaya
lebih kondusif. Mengulang-ulang bacaan yang belum lancar sampai benar-benar
lancar bacanya dan benar secara hukum bacaan baru dihafal ayat demi ayat lalu
merangkai dengan ayat berikutnya hingga sampai satu halaman dan seterusnya.
Tidak ada metode khusus
menghafal Qur�an yang dikeluarkan oleh pihak PTIQ yang berbentuk buku khusus
panduan menghafal bagi mahasiswa PTIQ Jakarta. PTIQ Jakarta hanya memberikan
panduan cara menghafal secara umum, itupun ada di buku Pedoman Tahfidz Institut
PTIQ Jakarta dimana isi buku tersebut tidak secara rinci menjelaskan metode
menghafal dan menjaga hafalan al-Qur;an. Dalam menghafal dan menjaga hafalan
Qur�an pada dasarnya tidak ada model dan cara�
khusus supaya mudah dan cepat untuk hafal karena pada dasarnya
mengulang-ulang bacaan dan mengulang-ulang hafalan yang sudah hafal itu bagian
dasar dan pokok dalam menghafal dan menjaga hafalan al-Qur�an.
Ketekunan, keistiqamahan
dalam menghafal Qur�an dan menjaga hafalan Qur�an serta mengatur waktu dengan
waktu kuliah memanfaatkan waktu luang dijam-jam istirahat kuliah untuk
mengulang-ulang hafalan ataupun menghafal hafalan yang baru secara kontinyu dan
saling menyimak dan memperdengarkan hafalan Qur�an kepada mahasiswa lain (Hamhij, 2023). Model menghafal di Institut PTIQ Jakarta sama dengan menghafal di
pesantren pesantren tidak ada model khusus harus memakai model buku tertentu
atau yang dikeluarkan oleh pihak Kampus maupun fakultas masing -masing
mahasiswa mempunyai model-model masing-masing.
Sistem pembelajaran
tahfidz dan penerapannya seperti penulis awancara dengan mahasiswa Muhammad
Habibullabiba dimana seorang mudabir meneria setoran dengan psisi para
mahasiswa duduk didepannya memanjang berbaris berdesakan menunggu giliran
menyetorkan hafalan sedangkan setoran hafalan tidak ada standar banyak dan
sedikitnya sehingga menunggu lama dan hafalan denganSuasana
yang ramai dan tidak teratur dalam menunggu giliran setoran hafalan al-Qur�an
menjadi hafalan menjadi buyar dan pada akhirnya bayak yang salah ketika setoran
hafalan Qur�an di depan mudabbir.
Kendala dan hambatan Penerapan Program Tahfidz di
Institut PTIQ Jakarta
Kemampuan manusia yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya dalam menerima informasi, baik
dalam situasi formal ataupun non formal.Kecerdasan manusia yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lainnya yang pada akhirnya mencapai tujuan yang berbeda
beda.Pendampingan khusus kepada mahasiswa yang lemah dan lambat dalam hal
menghafal al-Qur�an adalah bagian dari keharusan yang wajib dilakukan
ditempat-tempat pendidikan baik formal maupun non formal demi untuk mengejar
ketertinggalan.
Pendampingan khusus
kepada mahasiswa-mahasiswa yang lemah dalam mengingat� hafalan al-Qur�an atau cepat lupa dalam
hafalan al-Qur�an adalah suatu kewajiban yang harus diterapkaan dan dijalankan
ddalam wilayah ma�had atupun didalam kampus. Adanya target pasti untuk semua
mahasisswa bisa berhasil mencapai hafalan yang sempurna baik tahfidz penuh
maupun tahfidz terbatas dalam waktu satu tahun,hingga mendapatkan sahadah,
dengan tujuan ketika sudah tidak di Ma�had hanya tinggal kulianya saja.
Anomali masyarakat dan
orang tua yang sangat besar� untuk
memasukan anaknya di Institut PTIQ Jakarta suapaya menjadi sarjana yang hafidz
al-Qiur�an dimana orang tua tidak mempersiapkan tahsin al-Qur�an sebelum masuk kuliah
di Institut PTIQ Jakarta menjadi kendala tersendiri bagi Institut PTIQ Jakarta.
Penerimaan mahasiswa yang tidak selektif dalam tes baca al-Qur�an dimana
mahasiswa yang masih belajar iqra,belum bisa membaca al-Qur�an bahkan masih
belum hafal huruf arab dapat masuk di Institut PTIQ Jakarta menjadi kendala
tersendiri. Serta lulusan-lulusan sekolah umum baik sekolah negeri maupun
sekolah umum swasta yang dapat masuk di Institut PTIQ Jakarta juga menjadi
kendala tersendiri dalam pelajaran tahfidz al-Qur�an.
Secara umum kita
menemukan dan mengalami� hambatan
menghafal al-Qur�an di PTIQ itu pertama seleksi syarat menghafal al-Qur�an
bacaannya sudah bagustapi yang masuk PTIQ baik yang bacaannya yang
sudah bagus atau belum bagus bahkan yang belum bisa baca al-Qur�an seluruhnya
masuk PTIQ seluruhnya bisa diterima jadi tidak hanya standardisasi bacaan harus
seperti baru diterima di PTIQ tidak ada,bacaan al-Qur�annya bagus atau tidak
bagus bahkan belum bisa diterima saja.
Kendalaselanjutnyabanyaknya antrian ketika
akan menyetorkan hafalan al-Qur�an dan tidak dibatasi dalam setoran hafalan
berapa halaman yang harus disetorkan dalam satu kali setoran menjadi tidak
kondusif dan akhirnya jenuh, harusnya ada batasan berapa yang harus disetorkan
setiap setoran hafalan jadi akan lebih kondusif dan sisa waktu dari menunggu
untuk setoran bisa untuk mengula-ulang hafalan lama.
Mahasiswa yang terlalu
lama untuk mengantri setoran hafalan Qur�an akan berakibat hafalan yang tadinya
sudah lancar akan menjadi tidak lancar karena terpengaruh lamanya waktu
mengantri yang mengakibatkan tidak lagi kosentrasi pada hafalan Qur�an dan pada
akhirnya hafalan yang sudah dipersiapkan secara matang untuk disetorkan dengan
diperdengarkan kepada dosen jadi tidak lancar.
Menurut Syahrir hambatan
dalam tahfidz di PTIQ Jakarta diantaranya pertama lingkungan, lingkungan yang
ramai karena sarana dan prasarana yang kurang memadai diantara sarana yang
kurang memadai yaitu satu kamar yang seharusnya ditempatin untuk dua orang mahasantri
dihuni lebih dari dua orang bahkan sampai
empat orang bahkan lebih.
Tidak ada ruangan khusus
yang cukup luas untuk setoran hafalan Qur�an baik ruangan tunggu untuk
mahasiswa ketika menunggu giliran untuk menyetorkan hafalan baik kepada
musyrif, mudabir ataupun dosen yang seharusnya ruangan untuk dosen,musyrif dan
mudabir harus cukup luas begitupun ruang tunggu untuk mahasiswa. yang
kedua waktu, waktu yang diberikan untuk menyetorkan bagi mahasiswa cukup
sedikit satu minngu hanya dua hari.
Setiap peserta didik diberikan
tahapan yang jelas untuk menyetorkan hafalan al-Qur`an mereka.
Satu tahap biasanya minimal
satulembar. Dosen kemudianmendengarkandenganseksamahasilhafalan yang disetorkan oleh peserta
didik. Ada banyak kekurangandalambacaan dan hafalan
yang kurang lancer ditemukan.
Pada tahap ini dosen tahfidz harus focus untuk mendeteksi
kesalahan dalam membaca hak huruf
seperti makharijulkhuruf
(Tempat keluarnya
khuruf) dan panjangpendeknyabacaan,
sertawaqafdanwashal (Tanda berhenti dan tandabacaterus) (Purnamasari et al., 2022).
SIMPULAN
Pembinaan tahfidz al-Qur'an� di Institut PTIQ Jakarta dilaksanakan di
Ma�had Darul Qur�an dan di kampus Institut PTIQ Jakarta. Tidak
ada metode khusus menghafal Qur�an yang dikeluarkan oleh pihak PTIQ yang
berbentuk buku khusus panduan menghafal bagi mahasiswa PTIQ Jakarta. Dalam
menghafal dan menjaga hafalan Qur�an pada dasarnya mengulang-ulang bacaan dan
mengulang-ulang hafalan yang sudah hafal itu bagian dasar dan pokok dalam
menghafal dan menjaga hafalan al-Qur�an. Serta ketekunan, keistiqamahan dalam
menghafal Qur�an dan menjaga hafalan Qur�an serta mengatur waktu dengan waktu
kuliah memanfaatkan waktu luang dijam-jam istirahat kuliah untuk
mengulang-ulang hafalan ataupun menghafal hafalan yang baru secara konsistenkuncidasardalammenghafal al-Qur�an.
DAFTAR PUSTAKA
Arini, J.,
& Widawarsih, W. W. (2021). Strategi dan Metode Menghafal Al-Qur�an di
Pondok Tahfidz Darul Itqon Lombok Timur. Jurnal Penelitian Keislaman, 17(2),
170�190.
Asriyani,
A., & Darmawansya, A. (2023). Tuntutan Tindak Pidana Korupsi Terhadap
Penyalahgunaan Keuangan Perusahaan Daerah Kota Makassar (Kajian Putusan Nomor
42/Pid. Sus-TPK/2020/PN Mks). Vifada Assumption Journal of Law, 1(1),
13�19.
Bariah, S.
(2021). Pembinaan Akhlak Karimah Para Hafiz Remaja Melalui Mentoring Di SMAQ
Al-Ihsan Jakarta Selatan. Institut PTIQ Jakarta.
Batu Bara,
N. F. (2019). Problematika pelaksanaan tahfidzul Qur�an di Pondok Pesantren
Al-Ansor Manunggang Julu Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan. IAIN Padangsidimpuan.
Delpitri,
D., Arcanita, R., & Fadilah, F. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kemampuan Mengahafal Al-Qur�an (Studi komparatif santri ma�had Al-jami�ah IAIN
curup). IAIN Curup.
Farichin,
F. (2023). Model Tahfiz Al-Qur�an dalam Pemenuhan Standardisasi Kualitas
Tahfiz Mahasiswa Di Institut PTIQ Jakarta. Institut PTIQ Jakarta.
Hamhij, M.
(2023). Model Pembelajaran Tahfidz Al-Quran Dalam Meningkatkan Kualitas
Hafalan Siswa Di Smpi Al Azhar 3 Bintaro Tangerang Selatan. Institut PTIQ
Jakarta.
Kurniawati,
E. (2017). Retraction: Manajemen Strategik Lembaga Pendidikan Islam Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Studi Kasus di Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama
Gondang Sragen. At-Taqaddum, 9(1), 113�132.
Lalan, S.
(2019). Implementasi Pelaksanaan Program Tahfiz Melalui Metode Muroja�ah di
SD Daarul Qur�an Kota Tangerang. Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Moleong, L.
J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung. Pariwisata Pedesaan
Sebagai Alternatif Pembangunan Berkelanjutan (Laporan Penelitian Hibah Bersaing
Perguruan Tinggi) Yogyakarta.
Purnamasari,
R., Puspita, R., Sari, W., & Tabroni, I. (2022). Mengembangkan kemampuan
tahfiz qur�an di mdta ukhuwah islamiyah purwakarta. Lebah, 15(2),
43�46.
Susianti,
C. (2016). Efektivitas Metode Talaqqi Dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal
Al-Qur�TM an Anak Usia Dini. Tunas Siliwangi: Jurnal Program
Studi Pendidikan Guru PAUD STKIP Siliwangi Bandung, 2(1), 1�19.